Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 2

HUKUM PIDANA

1. Sebutkan dasar hukum masing-masing dan berikan pula suatu


kesimpulan Saudara disertai dengan masing-masing contoh dari Asas
Nasional Aktif dan Asas Nasional Pasif!
Jawab :
 Dasar Hukum Asas Nasional Aktif:
Asas Nasional Aktif adalah prinsip dalam hukum internasional
yang menyatakan bahwa suatu negara memiliki hak untuk
melindungi kepentingan nasionalnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dasar hukum dari asas ini terletak pada
prinsip hak suatu negara untuk mengambil tindakan yang
diperlukan untuk melindungi kepentingan nasionalnya.
Contoh dari Asas Nasional Aktif:
Ekspresi militer : Suatu negara dapat mengambil tindakan militer
untuk melindungi kepentingan nasionalnya, seperti dalam situasi
konflik atau ancaman terhadap kedaulatan negara tersebut.
 Dasar Hukum Asas Nasional Pasif:
Asas Nasional Pasif adalah prinsip dalam hukum internasional
yang menyatakan bahwa suatu negara tidak boleh terlibat dalam
konflik atau tindakan yang dapat mengganggu perdamaian dan
stabilitas internasional. Dasar hukum dari asas ini terletak pada
prinsip bahwa suatu negara harus berusaha untuk menciptakan
lingkungan internasional yang aman dan damai.
Contoh dari Asas Nasional Pasif:
Pemilihan damai: Suatu negara dapat memilih untuk
menyelesaikan perselisihan dengan negara lain melalui dialog dan
negosiasi daripada menggunakan kekerasan atau ancaman
militer.
 Kesimpulan:
Asas Nasional Aktif dan Asas Nasional Pasif mewakili dua
pendekatan berbeda dalam menjaga kepentingan nasional suatu
negara di dunia internasial. Sementara Asas Nasional Aktif
menekankan pada hak suatu negara untuk melindungi
kepentingan nasional.
Sumber Referensi :
Andi Hamzah. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2014;
R. Soesilo. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Bogor: Politeia, 1991.
2. Contoh Kasus
Kagura adalah seorang wanita berkewarganegaraan Jepang yang bekerja
sebagai seorang desain grafis pada sebuah perusahaan di Filiphina.
Karena keahliannya, Kagura mampu membuat uang rupiah yang sangat
mirip dengan aslinya. Kemudian Kagura mencetak uang palsu tersebut
sebanyak delapan puluh juta rupiah, kemudian ia tukarkan kepada
warga negara Indonesia yang ada di Filiphina. Salah satu korbannya
adalah Badang yang pada suatu hari menukarkan mata uang Filiphina
dengan uang rupiah palsu hasil buatan Kagura tersebut sebelum
kembali ke Indonesia.
Ketika sampai di Indonesia, Badang pun membeli oleh-oleh di Bandara
dengan uang palsu tersebut. Setelah itu Badang pergi membeli sate
dengan uang rupiah palsu yang dimilikinya, ketika menerima uang,
tangan pedagang sate yang basah melunturkan warna uang tersebut.
Badang ditangkap dengan tuduhan menyebarkan uang palsu.
*nama tokoh pada contoh kasus diatas adalah fiktif
Jawab :
Dalam kasus di atas, Kagura dapat dituntut menurut hukum pidana di
Indonesia karena melakukan tindak pidana pencetakan uang palsu.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2011
tentang Perbankan, setiap orang yang dengan sengaja mencetak,
memalsukan, atau mengubah uang kertas atau logam asli yang beredar
sebagai alat pembayaran dapat dihukum dengan pidana penjara
maksimal 20 tahun dan/atau denda maksimal Rp100 miliar.
Sumber Referensi :
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2011 tentang Perbankan

3. Dalam kasus di atas, apakah Kagura dapat dituntut menurut hukum


pidana di Indonesia? Uraikan alasan dan sebutkan dasar-dasar
hukumnya!
Dalam kasus No 2 di atas, Jika dilihat dari teori dan asas hukum
pidana, apakah Badang dapat dipidana? Uraikanlah alasannya!
Jawab :
Dalam kasus ini, Badang tidak dapat dipidana karena ia tidak memiliki
pengetahuan sebelumnya bahwa uang yang dia gunakan adalah uang
palsu. Badang hanya bertindak sebagai penerima uang palsu tanpa
kesadaran bahwa ia sedang terlibat dalam tindak pidana. Oleh karena
itu, ia tidak memenuhi unsur "dengan sengaja" dalam melakukan tindak
pidana penggunaan uang palsu sesuai dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras
dan Etnis.
Namun, perlu dicatat bahwa jika Badang memiliki pengetahuan atau
alasan yang sebanding bahwa uang tersebut adalah uang palsu dan
tetap menggunakan uang tersebut untuk transaksi lainnya, maka ia
bisa dijadikan sebagai pelaku tindak pidana penggunaan uang palsu.

Sumber Referensi :
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2008 tentang
Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis

Anda mungkin juga menyukai