1. Sebutkan dasar hukum masing-masing dan berikan pula suatu
kesimpulan Saudara disertai dengan masing-masing contoh dari Asas Nasional Aktif dan Asas Nasional Pasif! Jawab : Dasar Hukum Asas Nasional Aktif: Asas Nasional Aktif adalah prinsip dalam hukum internasional yang menyatakan bahwa suatu negara memiliki hak untuk melindungi kepentingan nasionalnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dasar hukum dari asas ini terletak pada prinsip hak suatu negara untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi kepentingan nasionalnya. Contoh dari Asas Nasional Aktif: Ekspresi militer : Suatu negara dapat mengambil tindakan militer untuk melindungi kepentingan nasionalnya, seperti dalam situasi konflik atau ancaman terhadap kedaulatan negara tersebut. Dasar Hukum Asas Nasional Pasif: Asas Nasional Pasif adalah prinsip dalam hukum internasional yang menyatakan bahwa suatu negara tidak boleh terlibat dalam konflik atau tindakan yang dapat mengganggu perdamaian dan stabilitas internasional. Dasar hukum dari asas ini terletak pada prinsip bahwa suatu negara harus berusaha untuk menciptakan lingkungan internasional yang aman dan damai. Contoh dari Asas Nasional Pasif: Pemilihan damai: Suatu negara dapat memilih untuk menyelesaikan perselisihan dengan negara lain melalui dialog dan negosiasi daripada menggunakan kekerasan atau ancaman militer. Kesimpulan: Asas Nasional Aktif dan Asas Nasional Pasif mewakili dua pendekatan berbeda dalam menjaga kepentingan nasional suatu negara di dunia internasial. Sementara Asas Nasional Aktif menekankan pada hak suatu negara untuk melindungi kepentingan nasional. Sumber Referensi : Andi Hamzah. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2014; R. Soesilo. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar- Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Bogor: Politeia, 1991. 2. Contoh Kasus Kagura adalah seorang wanita berkewarganegaraan Jepang yang bekerja sebagai seorang desain grafis pada sebuah perusahaan di Filiphina. Karena keahliannya, Kagura mampu membuat uang rupiah yang sangat mirip dengan aslinya. Kemudian Kagura mencetak uang palsu tersebut sebanyak delapan puluh juta rupiah, kemudian ia tukarkan kepada warga negara Indonesia yang ada di Filiphina. Salah satu korbannya adalah Badang yang pada suatu hari menukarkan mata uang Filiphina dengan uang rupiah palsu hasil buatan Kagura tersebut sebelum kembali ke Indonesia. Ketika sampai di Indonesia, Badang pun membeli oleh-oleh di Bandara dengan uang palsu tersebut. Setelah itu Badang pergi membeli sate dengan uang rupiah palsu yang dimilikinya, ketika menerima uang, tangan pedagang sate yang basah melunturkan warna uang tersebut. Badang ditangkap dengan tuduhan menyebarkan uang palsu. *nama tokoh pada contoh kasus diatas adalah fiktif Jawab : Dalam kasus di atas, Kagura dapat dituntut menurut hukum pidana di Indonesia karena melakukan tindak pidana pencetakan uang palsu. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2011 tentang Perbankan, setiap orang yang dengan sengaja mencetak, memalsukan, atau mengubah uang kertas atau logam asli yang beredar sebagai alat pembayaran dapat dihukum dengan pidana penjara maksimal 20 tahun dan/atau denda maksimal Rp100 miliar. Sumber Referensi : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2011 tentang Perbankan
3. Dalam kasus di atas, apakah Kagura dapat dituntut menurut hukum
pidana di Indonesia? Uraikan alasan dan sebutkan dasar-dasar hukumnya! Dalam kasus No 2 di atas, Jika dilihat dari teori dan asas hukum pidana, apakah Badang dapat dipidana? Uraikanlah alasannya! Jawab : Dalam kasus ini, Badang tidak dapat dipidana karena ia tidak memiliki pengetahuan sebelumnya bahwa uang yang dia gunakan adalah uang palsu. Badang hanya bertindak sebagai penerima uang palsu tanpa kesadaran bahwa ia sedang terlibat dalam tindak pidana. Oleh karena itu, ia tidak memenuhi unsur "dengan sengaja" dalam melakukan tindak pidana penggunaan uang palsu sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Namun, perlu dicatat bahwa jika Badang memiliki pengetahuan atau alasan yang sebanding bahwa uang tersebut adalah uang palsu dan tetap menggunakan uang tersebut untuk transaksi lainnya, maka ia bisa dijadikan sebagai pelaku tindak pidana penggunaan uang palsu.
Sumber Referensi : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis