Anda di halaman 1dari 2

HKUM4403-5

NASKAH TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2023/2024 Genap (2024.1)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kode/Nama MK : HKUM4403/Ilmu Perundang-Undangan
Tugas :2

No. Soal
1. Jokowi: Cita-cita Negara Hukum Belum Terwujud

Presiden Joko Widodo mengakui bahwa cita-cita mewujudkan supremasi hukum di Indonesia belum
sepenuhnya terwujud. Hal itu diungkapkan Jokowi di hadapan sejumlah pimpinan lembaga yang
berkumpul di Istana Merdeka hari ini untuk membahas reformasi hukum. "Saya menyadari cita-cita
sebagai negara hukum belum sepenuhnya terwujud. Untuk itu sinergi antarlembaga negara sangat
penting dalam mereformasi dari hulu sampai hilir," kata Jokowi, Rabu (26/10).
Dalam pertemuan itu Jokowi didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menko PMK Puan Maharani, Menko
Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Menteri Sekretaris Kabinet
Pramono Anung. Turut hadir Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Taufik Kurniawan dan Agus
Hermanto, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Farouk Muhammad dan GKR Hemas. Pertemuan juga
dihadiri oleh Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Agus Rahardjo, Ketua Komisi Yudisial Aidul Fitriciada,
Ketua Mahkamah Konstitusi Arief Hidayat, dan Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali. Menurut Jokowi,
berlarutnya upaya mewujudkan penegakan hukum telah menyebabkan ketidakpercayaan dan
ketidakpatuhan masyarakat, bahkan institusi penegak hukum, kepada negara. Akibatnya, kata Jokowi,
Indonesia tertinggal dalam persaingan dengan negara-negara lain, terutama negara sahabat.
Untuk mengatasinya, Jokowi meminta pelaksanaan reformasi dalam lembaga penegak hukum dilakukan
secara berintegritas. Presiden juga berharap DPR dan DPD bisa menghasilkan produk hukum berkualitas
dan tidak tumpang-tindih. "Saya berharap kerja sama DPR dan DPD mengatasi tumpang tindih
perundang-undangan," kata Jokowi. Persoalan seputar penataan regulasi, pembenahan lembaga dan
aparat penegak hukum, dan pembangunan budaya hukum sudah dimasukkan dalam paket reformasi
hukum nasional yang diluncurkan oleh pemerintah pada pekan lalu. Paket reformasi hukum itu bertujuan
untuk menciptakan perbaikan pelayanan publik, penanganan kasus, pembenahan manajemen perkara,
penguatan sumber daya manusia, dan penguatan kelembagaan.

Pertanyaan:
Berikan Analisis anda mengenai bentuk cita hukum bangsa (rechtsidee) Indonesia berdasarkan wacana
di atas.

2. Soal Polemik Aset Akademi TNI, Pemkot Magelang Akan Ikuti Keputusan Presiden

Pemerintah Kota (Pemkot) Magelang, Jawa Tengah, akan mengikuti keputusan Presiden Joko Widodo
terkait polemik aset eks Mako Akabri. "Iya jelas. Kami menyerahkan kepada Bapak Presiden, karena
Bapak Presiden adalah kuasa pengelola aset negara, jadi semua aset negara ini di bawah
kewenangannya," kata Sekretaris Daerah Kota Magelang, Joko Budiyono, kepada wartawan, Jumat
(27/8/2021).
Joko mengaku telah melayangkan surat ke Istana tidak lama setelah logo TNI terpasang di muka atas
gedung kantor Wali Kota di Jalan Sarwo Edhie Wibowo Kota Magelang, Rabu (26/8/2021) lalu. Surat itu
juga ditujukan untuk Wakil Presiden, Ketua DPR RI, Menhankam, Panglima TNI, Mendagri, Menkeu,
Gubernur Jawa Tengah, DPRD Tingkat I dan Kementerian Pertanahan. "Langsung kemarin tanggal 26
Agustus 2021 sudah kita kirim langsung lewat kurir (utusan), langsung tidak via pos atau via jasa
pengiriman, langsung kami kirim kurir ke Bapak Presiden," kata Joko.
Joko mengungkapkan, surat yang ditujukan kepada presiden itu berisi permohonan bantuan penyelesaian
polemik aset yang melibatkan Akademi TNI tersebut. Dia berharap, pemerintah pusat bisa turun tangan
agar polemik ini tidak berkepanjangan.
Ia pun melampirkan dasar dan penjelasan historis bagaimana Pemkot Magelang bisa menempati tanah
dan bangunan eks Mako Akabri sejak 1 April 1985 itu. "Isi surat ke presiden, mohon penyelesaian
permasalahan aset ini, dimana permohonan kami ini didasarkan kepada prasasti dan dokumen-dokumen

1 dari 2
HKUM4403-5

serah terima aset dari Dephan ke Mendagri pada tahun 1985 lalu," ujarnya. Joko menyatakan, siap dan
menerima apa pun keputusan Presiden nantinya.

Pertanyaan:
Bandingkanlah kekuatan hukum mengikat antara Keputusan Presiden dan Peraturan Presiden

3. Sengketa Kewenangan Lembaga Negara, MPR Dapat Berfungsi sebagai Penengah

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) perlu berperan sebagai penengah dalam sengketa kewenangan
lembaga negara. Peran dan fungsi lembaga negara MPR tersebut menjadi salah satu pokok bahasan
dalam ujian promosi doktor Abdul Kholik, SH, MSi, di Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung,
Semarang, Sabtu (13/7/2019). Dalam disertasi berjudul "Sengketa Kewenangan Lembaga Negara dalam
Penerapan Sistem Bikameral di Indonesia: Studi Terhadap Sengketa Kewenangan DPD RI dengan DPR
RI dalam Pelaksanaan Fungsi Legislasi", Abdul Kholik meneliti soal sengketa kewenangan lembaga
negara.
Sengketa kewenangan lembaga negara bisa saja terjadi, seperti antara DPR dan DPD. Penyelesaian
sengketa tersebut menjadi problem sistem ketatanegaraan.
Adapun Sekretaris Jenderal MPR, Dr. Ma'ruf Cahyono, SH, MH, menjadi salah satu anggota dewan
penguji. Ma'ruf mengakui, penyelesaian sengketa kewenangan lembaga negara dilakukan di Mahkamah
Konstitusi (MK). "Namun setelah diteliti oleh Abdul Kholik ternyata penyelesaian oleh MK tidak efektif.
Karena itu dicari jalan penyelesaian yang lain, yaitu melalui non judicial," kata Ma'ruf dalam pernyataan
tertulis, Sabtu (13/7/2019).

Dalam penelitian itu, penyelesaian sengketa kewenangan lembaga negara melalui jalur non judicial, MPR
sebagai penengah lembaga-lembaga negara. Peran MPR dapat difungsikan sebelum lembaga-lembaga
negara yang bersengketa menempuh penyelesaian sengketa kewenangan melalui yudisial di MK.
Penyelesaian di MPR adalah dengan model dialogis dan musyawarah untuk mencapai mufakat. "Hasil
penelitian untuk disertasi itu merekomendasikan MPR sebagai penengah dalam sengketa kewenangan
antar lembaga negara. MPR menjadi mediator dan fasilitator. Namun disain ini akan disesuaikan tidak
seperti yang ada dalam penyelesaian sengketa kasus yang lain," kata dia.

Penguatan kelembagaan Oleh karena itu, MPR perlu diposisikan sebagai lembaga negara yang lebih
tinggi dibanding lembaga negara yang lain. Dengan kedudukan yang lebih tinggi maka produk MPR
dipatuhi lembaga negara lain. "Jika timbul persoalan pada saat semua lembaga memiliki kewenangan
yang sejajar maka sulit untuk diselesaikan," ujar dia.

Pertanyaan:
Uraikanlah Hubungan kelembagaan antara MPR dan Lembaga DPR/DPD dalam praktik ketatanegaraan
Indonesia?

2 dari 2

Anda mungkin juga menyukai