Disusun
O
L
E
H
Ferlin Antu (241423087)
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
dan tak lupa pula kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah -Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Kebijakan publik yang membahas tentang “model
Kebijakan publik ”. Dan juga kami berterima kasih kepada ibu Rahmatia Pakaya,
SE, M.Si selaku dosen mata kuliah Kebijakan publik di universitas Negeri
Gorontalo yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Adapun makalah Kebijakan publik ini telah kami usahakan semaksimal mungkin
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai referensi jurnal dan referensi
internet, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
jangan lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada seluruh referensi-referensi
yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita megenai Peranan model Kebijakan publik di
Indonesia, khususnya bagi penulis. Kami juga menyadari dengan sepenuh
hati bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, sarandan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh siapa pun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun inidapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan sarsebuah
yang membangun demi perbaikan dimasa depan.
ii
DAFTAR ISI
iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan Publik Publik Policy juga bisa diartikan sebagai keputusan-
keputusan yang mengikat bagi orang banyak pada tataran strategis atau bersifat
garis besar yang dibuat oleh pemegang otoritas publik. Sebagai keputusan yang
mengikat publik maka kebijakan publik haruslah dibuat oleh otoritas politik,
yakni mereka yang menerima mandat dari publik atau orang banyak, umumnya
melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak atas nama rakyat banyak.
Selanjutnya, kebijakan publik akan dilaksanakan oleh administrasi negara yang
di jalankan oleh birokrasi pemerintah.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Tentang Model Kebijakan
2. Bagaimana Karakteristik Model Kebijakan Publik
3. Apa Saja Model model Kebijakan Publik
4. Apa Saja Dampak Yang diinginkan dalam pembuatan kebijakan
5. Apa Saja Kendala Kendala
6. Apa Saja Alternatif Solusi
C. Tujuan
untuk membantu pemerintah dalam membuat kebijakan yang efektif dan
efisien. Model kebijakan publik menyediakan kerangka kerja untuk
menganalisis permasalahan, memutuskan agenda, membentuk usulan kebijakan,
mengeluarkan kebijakan, mengelola pendanaan, dan mengatur pendidikan dan
kemahiran. Tujuan utama dari model kebijakan publik adalah untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat, membantu masyarakat untuk
meningkatkan pendidikan dan kemahiran, dan membantu masyarakat untuk
mencapai tujuan skala nasional.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Karakteristik Model Kebijakan Publik
Secara garis besar bahwa model dalam kebijakan publik itu memiliki
karakteristik, sifat dan ciri tersendiri. Karakteristik tersebut antara lain ialah:
a. Kompleksitas: Model kebijakan publik mencerminkan kompleksitas proses
pembuatan keputusan yang melibatkan berbagai aspek, aktor, dan faktor
yang saling terkait. Hal ini termasuk interaksi antara pemerintah,
masyarakat, dan kelompok kepentingan, serta dinamika politik dan sosial
yang memengaruhi pengambilan keputusan.
b. Transparansi: Karakteristik model kebijakan publik mencakup
transparansi dalam proses pembuatan keputusan. Ini melibatkan akses
terbuka terhadap informasi, keterbukaan terhadap partisipasi publik, dan
akuntabilitas dalam tindakan pemerintah.
c. Partisipasi Publik: Model kebijakan publik mendorong partisipasi aktif
dari berbagai pemangku kepentingan dalam proses pembuatan keputusan.
Ini mencakup konsultasi publik, pengumpulan umpan balik, dan pelibatan
langsung dari masyarakat dalam menentukan arah kebijakan.
d. Siklus Kebijakan: Model ini mencakup siklus kebijakan yang meliputi
tahap-tahap seperti penetapan agenda, formulasi kebijakan, implementasi,
evaluasi, dan pengambilan keputusan lanjutan. Siklus ini membantu
memahami alur kerja dari konsep kebijakan hingga pelaksanaannya.
e. Adaptabilitas: Karakteristik model kebijakan publik mencakup
kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan dinamika
sosial-politik yang terjadi seiring waktu. Kebijakan publik harus dapat
menyesuaikan diri dengan tuntutan baru dan memecahkan masalah yang
muncul.
f. Analisis Kebijakan Berbasis Bukti: Model kebijakan publik menekankan
pentingnya analisis kebijakan yang berbasis bukti dan data. Ini melibatkan
penggunaan informasi empiris untuk mendukung pengambilan keputusan
yang lebih baik dan memperkuat argumen kebijakan.
g. Keterlibatan Kelompok Kepentingan: Karakteristik model ini mencakup
pengakuan terhadap peran berbagai kelompok kepentingan dalam proses
kebijakan. Ini termasuk pemerintah, sektor swasta, LSM, akademisi, dan
masyarakat sipil yang memiliki kepentingan dan pandangan yang beragam
terhadap isu-isu kebijakan.
h. Tujuan Kebijakan yang Jelas: Model kebijakan publik harus memiliki
tujuan yang jelas dan terukur. Ini membantu menilai keberhasilan dan
dampak kebijakan serta memastikan bahwa kebijakan tersebut sesuai
dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Dengan memperhatikan karakteristik ini, model kebijakan publik memberikan
landasan bagi pemahaman yang lebih baik tentang proses kebijakan dan
membantu dalam merancang kebijakan yang lebih efektif, inklusif, dan
responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
4
C. Model model Kebijakan pulik
Model kebijakan publik adalah suatu konsep yang digunakan dalam
pembuatan kebijakan publik yang didasarkan pada pilihan publik yang
mayoritas. model kebijakan berkembang sesuai dengan kondisi real yang ada.
Diantara beberapa model kebijakan antara lainnya adalah:
1. Model Elite
Kebijakan publik dalam model elite dapat dikemukakan sebagai
preferensi dari nilai-nilai elite yang berkuasa. Teori model elite
menyarankan bahwa rakyat dalam hubungannya dengan kebijakan publik
hendaknya dibuat apatis atau miskin informasi.
Dalam model elite lebih banyak mencerminkan kepentingan dan
nilai-nilai elite dibandingkan dengan memperhatikan tuntutan-tuntutan
rakyat banyak. Sehingga perubahan kebijakan publik hanyalah di
mungkinkan sebagai suatu hasil dari merumuskan kembali nilai-nilai elite
tersebut yang dilakukan oleh elite itu sendiri.
a. Lapisan atas, dengan jumlah yang sangat kecil (elit) yang selalu
mengatur.
b. Lapisan tengah adalah pejabat dan administrator.
c. Lapisan bawah (massa) dengan jumlah yang sangat besar sebagai yang
diatur.
Isu kebijakan yang akan masuk agenda perumusan kebijakan merupakan
kesepakatan dan juga hasil konflik yang terjadi diantara elit politik sendiri.
Sementara masyarakat tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan
menciptakan opini tentang isu kebijakan yang seharusnya menjadi agenda
politik di tingkat atas. Sementara birokrat/administrator hanya menjadi
mediator bagi jalannya informasi yang mengalir dari atas ke bawah.
2. Model Kelompok
Model kelompok merupakan abstraksi dari proses pembuatan
kebijakan. Dimana beberapa kelompok kepentingan berusaha untuk
mempengaruhi isi dan bentuk kebijakan secara interaktif.
Dengan demikian pembuatan kebijakan terlihat sebagai upaya untuk
menanggapi tuntutan dari berbagai kelompok kepentingan dengan cara
bargaining, negoisasi dan kompromi.
Tuntutan-tuntutan yang saling bersaing diantara kelompok-
kelompok yang berpengaruh dikelola. Sebagai hasil persaingan antara
berbagai kelompok kepentingan pada hakikatnya adalah keseimbangan
yang tercapai dalam pertarungan antar kelompok dalam memperjuangkan
kepentingan masing-masing pada suatu waktu. Agar supaya pertarungan ini
5
tidak bersifat merusak, maka sistem politik berkewajiban untuk
mengarahkan konflik kelompok. Caranya adalah:
a. legitimasi,
b. universalitas
c. paksaan.
6
4. Model Inkremental
Model ini merupakan kritik pada model rasional. Pada model ini para
pembuat kebijakan pada dasarnya tidak mau melakukan peninjauan secara
konsisten terhadap seluruh kebijakan yang dibuatnya. karena beberapa
alasan, yaitu:
5. Model Sistem
Pendekatan sistem ini diperkenalkan oleh David Eston yang
melakukan analogi dengan sistem biologi. Pada dasarnya sistem biologi
merupakan proses interaksi antara organisme dengan lingkungannya, yang
akhirnya menciptakan kelangsungan dan perubahan hidup yang relatif
stabil. Ini kemudian dianalogikan dengan kehidupan sistem politik.
Pada dasarnya terdapat 3 komponen utama dalam pendekatansistem,
yaitu: input, proses dan output. Nilai utama model sistem terhadap analisi
kebijakan, adalah:
7
permerintah memberi kesan telah dilakukannya suatu tindakan, yang
sebenarnya hanya untuk memelihara ketenangan/kestabilan. Persoalan yang
muncul dari pendekatan ini adalah dalam proses penentuan tujuan itu
sendiri.
6. Model Rasional
Model ini mengacu pada konsep bahwa kebijakan yang dibuat harus
memperjelas keinginan dan kepentingan para pembuat kebijakan, serta
memuaskan pemerintah lingkungan.
Kebijakan rasional diartikan sebagai kebijakan yang mampu
mencapai keuntungan sosial tertinggi. Hasil dari kebijakan ini harus
memberikan keuntungan bagi masyarakat yang telah membayar lebih, dan
pemerintah mencegah kebijakan bila biaya melebihi manfaatnya.
Banyak kendala rasionalitas, Karakteristik rasionaltias sangat
banyak dan bervariasi Untuk memilih kebijakan rasional, pembuat
kebijakan harus:
Pada akhirnya pendekatan rasional ini cukup problematis dalam hal siapa
yang menilai suatu kebijakan. Bersifat rasionalitas ataukan tidak.
7. Model Proses
Aktivitas politik dilakukan melalui kelompok yang memiliki
hubungan dengan kebijakan publik. Hasilnya adalah suatu kebijakan yang
berisi: Identifikasi/pengenalan masalah, Perumusan agenda, Formulasi
kebijakan, Adopsi kebijakan Implementasi kebijakan, Evaluasi kebijakan
MODEL PILIHAN PUBLIK (Opini Publik) Seharusnya ada keterkaitan
anatara opini publik dengan kebijakan publik. Sehingga tidak timbul
8
perdebatan kapan opini publik seharusnya menjadi faktor penentu
terpenting yang sangat berpengaruh kepada kebijakan publik.
8. Model Pilihan Publik
Model pilihan publik adalah salah satu model kebijakan publik yang
di gunakan untuk membentuk kebijakan yang memperjelaskan pilihan
publik yang mayoritas. Model ini mengacu pada konsep bahwa kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah haruslah berdasarkan pada pilihan masyarakat
yang mayoritas. Model ini menyatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam
proses pumbuatan kebijakan publik berarti membuka kesempatan yang luas
bagi masyarakat.
Model pilihan publik menekankan bahwa kebijakan yang dibuat
harus memperjelas keinginan dan kepentingan masyarakat, serta
memastikan adanya partisipasi publik dalam proses pembuatan kebijakan
publik. Model ini juga mengacu pada konsep bahwa kebijakan yang dibuat
harus meminimalkan dampak negative bagi semua pihak, dan memastikan
adanya legitimasi, transparansi, nilai keadilan, dan akuntabilitas dalam
proses formulasi kebijakan publik.
9
akses terhadap layanan dasar, dan memperkuat perlindungan hak asasi
manusia.
5. Penguatan Infrastruktur dan Layanan Publik:
Kebijakan publik sering bertujuan untuk meningkatkan infrastruktur
fisik dan sosial, seperti jaringan transportasi, energi, dan telekomunikasi,
serta memberikan layanan publik yang efisien dan terjangkau seperti
pendidikan, kesehatan, dan transportasi umum.
6. Peningkatan Keamanan dan Ketertiban:
Beberapa kebijakan bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan
ketertiban dalam masyarakat, seperti kebijakan keamanan nasional,
penegakan hukum, dan pencegahan kejahatan.
7. Peningkatan Kualitas Hidup:
Kebijakan publik juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
individu dan masyarakat secara keseluruhan, baik melalui akses terhadap
layanan kesehatan mental, rekreasional, budaya, dan sosial.
8. Peningkatan Daya Saing dan Inovasi:
Dalam konteks globalisasi, kebijakan publik juga dapat dirancang
untuk meningkatkan daya saing ekonomi suatu negara, mendorong inovasi,
dan memperkuat posisi pasar dalam skenario ekonomi global yang
kompetitif.
E. Kendala Kendala
Ada berbagai kendala yang sering dihadapi dalam merancang dan
melaksanakan kebijakan publik. Beberapa di antaranya termasuk:
1. Ketidakpastian dan Kompleksitas:
Lingkungan di mana kebijakan publik dibuat seringkali penuh
dengan ketidakpastian dan kompleksitas. Faktor-faktor seperti perubahan
politik, dinamika ekonomi, dan perubahan sosial dapat membuat prediksi
dan analisis menjadi sulit.
2. Keterbatasan Sumber Daya:
Kebijakan publik sering kali terbatas oleh ketersediaan sumber daya,
baik dalam hal anggaran maupun personil. Hal ini dapat membatasi
kemampuan pemerintah untuk melaksanakan kebijakan dengan efektif.
3. Tantangan Politik:
Kebijakan publik seringkali menjadi subjek pertarungan politik
antara berbagai kepentingan dan kelompok masyarakat. Tantangan politik
10
ini dapat memperlambat atau menghalangi proses pembuatan kebijakan dan
pelaksanaannya.
4. Resistensi dari Pihak-pihak yang Tergesa-gesa:
Beberapa kebijakan publik mungkin menghadapi resistensi dari
pihak-pihak yang akan terkena dampak negatif, seperti kelompok
kepentingan khusus atau korporasi yang berpotensi kehilangan keuntungan.
5. Tantangan Implementasi:
Implementasi kebijakan publik seringkali menimbulkan tantangan
tersendiri. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya koordinasi antara
lembaga-lembaga pemerintah yang terlibat, kurangnya kapasitas atau
pelatihan staf, serta hambatan-hambatan teknis atau administratif lainnya.
6. Dinamika Sosial dan Budaya:
Kebijakan publik harus mempertimbangkan dinamika sosial dan
budaya dalam masyarakat. Budaya lokal, norma-norma sosial, dan nilai-
nilai budaya dapat memengaruhi penerimaan dan efektivitas kebijakan.
7. Ketidakseimbangan Informasi:
Informasi yang tidak seimbang antara pembuat kebijakan dan
masyarakat dapat menjadi kendala serius dalam perumusan kebijakan.
Ketika masyarakat tidak memiliki akses yang cukup terhadap informasi atau
pemahaman yang benar tentang kebijakan, hal ini dapat menyebabkan
ketidakpuasan atau ketidakpercayaan terhadap kebijakan tersebut.
8. Ketidakpastian Hasil:
Hasil dari kebijakan publik tidak selalu dapat diprediksi dengan
pasti. Terkadang, kebijakan yang dirancang dengan baik dapat
menghasilkan dampak yang tidak diinginkan, atau sebaliknya, kebijakan
yang dianggap kurang efektif dapat memiliki dampak yang positif yang
tidak terduga.
9. Perubahan Prioritas dan Lingkungan Eksternal:
Prioritas politik dan kondisi eksternal yang berubah-ubah dapat
mengganggu perumusan dan pelaksanaan kebijakan, karena kebijakan
publik harus terus beradaptasi dengan perubahan di lingkungan sekitarnya.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
model kebijakan publik adalah suatu pendekatan sistematis untuk
merumuskan, melaksanakan, dan mengevaluasi kebijakan yang bertujuan untuk
memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu dalam masyarakat. Dalam
model ini, terdapat serangkaian langkah-langkah yang dilakukan, mulai dari
identifikasi masalah, analisis kebutuhan, perumusan kebijakan, implementasi,
hingga evaluasi.
Kebijakan publik memerlukan pendekatan holistik yang
mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk dampak sosial, ekonomi,
lingkungan, politik, dan budaya. Partisipasi masyarakat merupakan kunci dalam
proses perumusan kebijakan untuk memastikan kebijakan mencerminkan
kebutuhan dan aspirasi mereka. Selain itu, kolaborasi antar lembaga, sektor, dan
pemangku kepentingan juga sangat penting untuk kesuksesan kebijakan.
kebijakan publik adalah alat yang penting bagi pemerintah untuk
menciptakan perubahan positif dalam masyarakat. Namun, untuk mencapai
tujuan yang diinginkan, kebijakan publik harus dirancang dan
diimplementasikan dengan cermat, melibatkan partisipasi masyarakat,
kolaborasi antar lembaga, serta evaluasi dan pembelajaran berkelanjutan.
B. Saran
berikut adalah beberapa saran untuk model kebijakan publik:
1. Partisipasi Masyarakat yang Aktif
2. Kolaborasi Antarlembaga dan Pemangku Kepentingan
3. Pemanfaatan Teknologi Digital
4. Evaluasi dan Pembelajaran Berkelanjutan
5. Komitmen terhadap Keadilan Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat
6. Fleksibilitas dan Adaptabilitas
7. Transparansi dan Akuntabilitas
8. Penguatan Kapasitas
12
DAFTAR PUSTAKA
13