Anda di halaman 1dari 17

MAKALA:

MODEL KEBIJAKAN PUBLIK


Makala Ini Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KEBIJAKAN PUBLIK Yang
Diampuh Oleh : Rahmatia Pakaya, SE, M.Si

Disusun

O
L
E
H
Ferlin Antu (241423087)

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIC


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
dan tak lupa pula kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah -Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Kebijakan publik yang membahas tentang “model
Kebijakan publik ”. Dan juga kami berterima kasih kepada ibu Rahmatia Pakaya,
SE, M.Si selaku dosen mata kuliah Kebijakan publik di universitas Negeri
Gorontalo yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Adapun makalah Kebijakan publik ini telah kami usahakan semaksimal mungkin
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai referensi jurnal dan referensi
internet, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
jangan lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada seluruh referensi-referensi
yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita megenai Peranan model Kebijakan publik di
Indonesia, khususnya bagi penulis. Kami juga menyadari dengan sepenuh
hati bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, sarandan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh siapa pun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun inidapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan sarsebuah
yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................2
C. Tujuan .........................................................................................................2
BAB II PENDAHULUAN .....................................................................................3
A. Konsep Tentang Model Kebijakan...............................................................3
B. Karakteristik Model Kebijakan Publik ........................................................4
C. Model model Kebijakan pulik......................................................................5
D. Dampak Yang diinginkan dalam pembuatan kebijakan...............................9
E. Kendala Kendala ........................................................................................10
BAB III PENUTUP ..............................................................................................11
A. Kesimpulan ................................................................................................12
B. Saran ..........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebijakan Publik Publik Policy juga bisa diartikan sebagai keputusan-
keputusan yang mengikat bagi orang banyak pada tataran strategis atau bersifat
garis besar yang dibuat oleh pemegang otoritas publik. Sebagai keputusan yang
mengikat publik maka kebijakan publik haruslah dibuat oleh otoritas politik,
yakni mereka yang menerima mandat dari publik atau orang banyak, umumnya
melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak atas nama rakyat banyak.
Selanjutnya, kebijakan publik akan dilaksanakan oleh administrasi negara yang
di jalankan oleh birokrasi pemerintah.

Institusi-institusi pemerintah adalah institusi pembuat kebijakan, sekaligus


juga institusi pelaksana kebijakan. Fokus utama kebijakan publik dalam negara
modern adalah pelayanan publik kebijakan tersebut adalah bersumber pada
masalah-masalah yang tumbuh dalam mansyarakat luas, yang merupakan segala
sesuatu yang bisa dilakukan oleh negara untuk mempertahankan atau
meningkatkan kualitas kehidupan orang banyak. Menyeimbangkan peran negara
yang mempunyai kewajiban menyediakan pelayan publik dengan hak untuk
menarik pajak dan retribusi; dan pada sisi lain menyeimbangkan berbagai
kelompok dalam masyarakat dengan berbagai kepentingan serta mencapai
amanat konstitusi .

Sebenarnya dengan adanya definisi yang sama dikalangan pembuat


kebijakan, ahli kebijakan, dan masyarakat yang mengetahui tentang hal tersebut
tidak akan menjadi sebuah masalah yang kaku. Namun, diharapkan adanya titik
temu dalam persepsi kebijakan itu sendiri.

Memang dalam kenyataan bahwa kebijakan yang lahir belum tentu


menyenangkan dan dapat diterima oleh semua yang terkena sekaligus pelaksana
kebijakan tersebut, mamun jika kebijakan tersebut tidak diambil, bisa jadi pula
dapat merugikan semuanya. Sehingga dengan demikian kebijakan merupakan
suatu keharusan sebagai suatu dinamisasi dalam penomena dan permaslahan
yang ada.

Dalam hal ini, penulis ingin menyampaikan makalah yang berkenaan


dengan model-model kebijakan, dalam kaitannya dengan kebijakan publik.
Sehingga dengan demikian diharapkan adanya persepsi dan pemahaman tentang
model kebijakan dan kebijakan publik itu sendiri.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Tentang Model Kebijakan
2. Bagaimana Karakteristik Model Kebijakan Publik
3. Apa Saja Model model Kebijakan Publik
4. Apa Saja Dampak Yang diinginkan dalam pembuatan kebijakan
5. Apa Saja Kendala Kendala
6. Apa Saja Alternatif Solusi

C. Tujuan
untuk membantu pemerintah dalam membuat kebijakan yang efektif dan
efisien. Model kebijakan publik menyediakan kerangka kerja untuk
menganalisis permasalahan, memutuskan agenda, membentuk usulan kebijakan,
mengeluarkan kebijakan, mengelola pendanaan, dan mengatur pendidikan dan
kemahiran. Tujuan utama dari model kebijakan publik adalah untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat, membantu masyarakat untuk
meningkatkan pendidikan dan kemahiran, dan membantu masyarakat untuk
mencapai tujuan skala nasional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Tentang Model Kebijakan


Model kebijakan merupakan kerangka kerja atau representasi abstrak dari
sebuah kebijakan yang dirancang untuk membimbing pengambilan keputusan
dan implementasi kebijakan. Konsep ini membantu para pemangku kepentingan
memahami esensi, tujuan, dan implikasi dari suatu kebijakan dalam konteks
yang lebih luas. Berikut adalah beberapa aspek penting tentang konsep model
kebijakan:
a. Abstraksi dan Simplifikasi: Model kebijakan merupakan representasi
yang disederhanakan dari kompleksitas kebijakan yang sebenarnya. Ini
mengidentifikasi elemen-elemen kunci dan hubungan antara mereka untuk
memberikan gambaran yang jelas dan mudah dipahami.
b. Struktur dan Kerangka Kerja: Model kebijakan menyediakan struktur
dan kerangka kerja untuk merumuskan, menganalisis, dan mengevaluasi
kebijakan. Ini membantu mengatur informasi dan memfasilitasi proses
pengambilan keputusan.
c. Variabel dan Parameter: Model kebijakan mengidentifikasi variabel dan
parameter yang relevan yang memengaruhi implementasi kebijakan. Ini
mencakup faktor-faktor seperti tujuan kebijakan, sumber daya yang
tersedia, konsekuensi kebijakan, dan preferensi pemangku kepentingan.
d. Simulasi dan Prediksi: Dengan menggunakan model kebijakan, pemangku
kepentingan dapat melakukan simulasi dan prediksi terhadap dampak
kebijakan dalam berbagai skenario. Ini memungkinkan mereka untuk
memahami implikasi kebijakan secara lebih mendalam sebelum
diimplementasikan.
e. Penyusunan Strategi: Model kebijakan membantu dalam penyusunan
strategi untuk mencapai tujuan kebijakan. Dengan menganalisis informasi
yang terstruktur dalam model, pemangku kepentingan dapat
mengidentifikasi langkah-langkah konkret yang perlu diambil untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
f. Komunikasi dan Edukasi: Model kebijakan juga digunakan sebagai alat
komunikasi dan edukasi kepada pemangku kepentingan yang terlibat. Ini
membantu dalam menjelaskan rasional, tujuan, dan implikasi dari kebijakan
kepada mereka yang terpengaruh.
Dengan memahami konsep model kebijakan, para pembuat kebijakan dan
pemangku kepentingan dapat bekerja sama dalam merancang, menganalisis,
dan mengevaluasi kebijakan secara lebih efektif. Model kebijakan memberikan
landasan yang kuat untuk pengambilan keputusan yang berbasis bukti dan
pengelolaan kebijakan yang lebih efisien dan efektif.

3
B. Karakteristik Model Kebijakan Publik
Secara garis besar bahwa model dalam kebijakan publik itu memiliki
karakteristik, sifat dan ciri tersendiri. Karakteristik tersebut antara lain ialah:
a. Kompleksitas: Model kebijakan publik mencerminkan kompleksitas proses
pembuatan keputusan yang melibatkan berbagai aspek, aktor, dan faktor
yang saling terkait. Hal ini termasuk interaksi antara pemerintah,
masyarakat, dan kelompok kepentingan, serta dinamika politik dan sosial
yang memengaruhi pengambilan keputusan.
b. Transparansi: Karakteristik model kebijakan publik mencakup
transparansi dalam proses pembuatan keputusan. Ini melibatkan akses
terbuka terhadap informasi, keterbukaan terhadap partisipasi publik, dan
akuntabilitas dalam tindakan pemerintah.
c. Partisipasi Publik: Model kebijakan publik mendorong partisipasi aktif
dari berbagai pemangku kepentingan dalam proses pembuatan keputusan.
Ini mencakup konsultasi publik, pengumpulan umpan balik, dan pelibatan
langsung dari masyarakat dalam menentukan arah kebijakan.
d. Siklus Kebijakan: Model ini mencakup siklus kebijakan yang meliputi
tahap-tahap seperti penetapan agenda, formulasi kebijakan, implementasi,
evaluasi, dan pengambilan keputusan lanjutan. Siklus ini membantu
memahami alur kerja dari konsep kebijakan hingga pelaksanaannya.
e. Adaptabilitas: Karakteristik model kebijakan publik mencakup
kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan dinamika
sosial-politik yang terjadi seiring waktu. Kebijakan publik harus dapat
menyesuaikan diri dengan tuntutan baru dan memecahkan masalah yang
muncul.
f. Analisis Kebijakan Berbasis Bukti: Model kebijakan publik menekankan
pentingnya analisis kebijakan yang berbasis bukti dan data. Ini melibatkan
penggunaan informasi empiris untuk mendukung pengambilan keputusan
yang lebih baik dan memperkuat argumen kebijakan.
g. Keterlibatan Kelompok Kepentingan: Karakteristik model ini mencakup
pengakuan terhadap peran berbagai kelompok kepentingan dalam proses
kebijakan. Ini termasuk pemerintah, sektor swasta, LSM, akademisi, dan
masyarakat sipil yang memiliki kepentingan dan pandangan yang beragam
terhadap isu-isu kebijakan.
h. Tujuan Kebijakan yang Jelas: Model kebijakan publik harus memiliki
tujuan yang jelas dan terukur. Ini membantu menilai keberhasilan dan
dampak kebijakan serta memastikan bahwa kebijakan tersebut sesuai
dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Dengan memperhatikan karakteristik ini, model kebijakan publik memberikan
landasan bagi pemahaman yang lebih baik tentang proses kebijakan dan
membantu dalam merancang kebijakan yang lebih efektif, inklusif, dan
responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

4
C. Model model Kebijakan pulik
Model kebijakan publik adalah suatu konsep yang digunakan dalam
pembuatan kebijakan publik yang didasarkan pada pilihan publik yang
mayoritas. model kebijakan berkembang sesuai dengan kondisi real yang ada.
Diantara beberapa model kebijakan antara lainnya adalah:
1. Model Elite
Kebijakan publik dalam model elite dapat dikemukakan sebagai
preferensi dari nilai-nilai elite yang berkuasa. Teori model elite
menyarankan bahwa rakyat dalam hubungannya dengan kebijakan publik
hendaknya dibuat apatis atau miskin informasi.
Dalam model elite lebih banyak mencerminkan kepentingan dan
nilai-nilai elite dibandingkan dengan memperhatikan tuntutan-tuntutan
rakyat banyak. Sehingga perubahan kebijakan publik hanyalah di
mungkinkan sebagai suatu hasil dari merumuskan kembali nilai-nilai elite
tersebut yang dilakukan oleh elite itu sendiri.

Dalam model ini ada 3 lapisan kelompok sosial:

a. Lapisan atas, dengan jumlah yang sangat kecil (elit) yang selalu
mengatur.
b. Lapisan tengah adalah pejabat dan administrator.
c. Lapisan bawah (massa) dengan jumlah yang sangat besar sebagai yang
diatur.
Isu kebijakan yang akan masuk agenda perumusan kebijakan merupakan
kesepakatan dan juga hasil konflik yang terjadi diantara elit politik sendiri.
Sementara masyarakat tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan
menciptakan opini tentang isu kebijakan yang seharusnya menjadi agenda
politik di tingkat atas. Sementara birokrat/administrator hanya menjadi
mediator bagi jalannya informasi yang mengalir dari atas ke bawah.
2. Model Kelompok
Model kelompok merupakan abstraksi dari proses pembuatan
kebijakan. Dimana beberapa kelompok kepentingan berusaha untuk
mempengaruhi isi dan bentuk kebijakan secara interaktif.
Dengan demikian pembuatan kebijakan terlihat sebagai upaya untuk
menanggapi tuntutan dari berbagai kelompok kepentingan dengan cara
bargaining, negoisasi dan kompromi.
Tuntutan-tuntutan yang saling bersaing diantara kelompok-
kelompok yang berpengaruh dikelola. Sebagai hasil persaingan antara
berbagai kelompok kepentingan pada hakikatnya adalah keseimbangan
yang tercapai dalam pertarungan antar kelompok dalam memperjuangkan
kepentingan masing-masing pada suatu waktu. Agar supaya pertarungan ini

5
tidak bersifat merusak, maka sistem politik berkewajiban untuk
mengarahkan konflik kelompok. Caranya adalah:

a. Menetapkan aturan permainan dalam memperjuangkan kepentingan


kelompok
b. Mengutamakan kompromi dan keseimbangan kepentingan
c. Enacting kompromi tentang kebijakan publik
d. Mengusakan perwujudan hasil kompromi Kelompok kepentingan yang
berpengaruh diharapkan dapat mempengaruhi perubahan kebijakan
publik.
Tingkat pengaruh kelompok ditentukan oleh jumlah anggota, harta
kekayaan, kekuatan organisasi, kepemimpinan, hubungan yang erat dengan
para pembuat keputusan, kohesi intern para anggota dsb.
Model kelompok dapat dipergunakan untuk menganalisis proses
pembuatan kebijakan publik. Menelaah kelompok-kelompok apakan yang
paling berkompetensi untuk mempengaruhi pebuatan kebijakan publik dan
siapakan yang memiiki pengaruh paling kuat terhadap keputusan yang
dibuat. Pada tingkat impelemntasi, kompetensi antar kelompok juga
merupakan salah satu faktor yang menentukan efektifitas bebijkan dalam
mencapai tujuan.
3. Model Institusional
Yaitu hubungan antara kebijakan policy dengan institusi pemerintah
sangat dekat. Suatu kebijakan tidak akan menjadi kebijakan publik kecuali
jika diformulasikan, serta diimplementasi oleh lembaga pemerintah.
Menurut Thomas dye: dalam kebijakan publik lembaga pemerintahan
memiliki tiga hal, yaitu :

a. legitimasi,
b. universalitas
c. paksaan.

Lembaga pemerintah yang melakukan tugas kebijakan-kebijakan adalah:


lembaga legislatif, eksekutif dan judikatif. Termasuk juga didalamnya
adalah lembaga pemerintah daerah dan yang ada dibawahnya. Masyarakat
harus patuh karena adanya legitimasi politik yang berhak untuk
memaksakan kebijakan tersebut. Kebijakan tersebut kemudian diputuskan
dan dilaksanakan oleh institusi pemerintah. Undang-undanglah yang
menetapkan kelembagaan negara dalam pembuatan kebijkaan. Oleh
karenanya pembagaian kekuasanaan melakukan checks dan balances.
Otonomi daerah juga memberikan nuansa kepada kebijakan publik.

6
4. Model Inkremental
Model ini merupakan kritik pada model rasional. Pada model ini para
pembuat kebijakan pada dasarnya tidak mau melakukan peninjauan secara
konsisten terhadap seluruh kebijakan yang dibuatnya. karena beberapa
alasan, yaitu:

a. Tidak punya waktu, intelektualitas, maupun biaya untuk penelitian


terhadap nilai-nilai sosial masyarakat yang merupakan landasan bagi
perumusan tujuan kebijakan.
b. Adanya kekhawatiran tentang bakal munculnya dampak yang tidak
diinginkan sebagai akibat dari kebijakan yang belum pernah dibuat
sebelumnya.
c. Adanya hasil-hasil program dari kebijakan sebelumnya yang harus
dipertahankan demi kepentingan tertentu
d. Menghindari konflik jika harus melakukan proses negoisasi yang
melelahkan bagi kebijakan baru.

5. Model Sistem
Pendekatan sistem ini diperkenalkan oleh David Eston yang
melakukan analogi dengan sistem biologi. Pada dasarnya sistem biologi
merupakan proses interaksi antara organisme dengan lingkungannya, yang
akhirnya menciptakan kelangsungan dan perubahan hidup yang relatif
stabil. Ini kemudian dianalogikan dengan kehidupan sistem politik.
Pada dasarnya terdapat 3 komponen utama dalam pendekatansistem,
yaitu: input, proses dan output. Nilai utama model sistem terhadap analisi
kebijakan, adalah:

a. Apa karakteristik sistem politik yang dapat merubah permintaan


menjadi kebijakan publik dan memuaskan dari waktu ke waktu.
b. Bagaimana input lingkungan berdampak kepada karakteristik sistem
politik.
c. Bagaimana karakteristik sistem politik berdampak pada isi kebijakan
publik.
d. Bagaimana input lingkungan berdampak pada isi kebijakan publik.
e. Bagaimana kebijakan publik berdampak melalui umpan balik pada
lingkungan.
Proses tidak berakhir disini, karena setiap hasil keputusan merupakan
keluaran sistem politik akan mempengaruhi lingkungan. Selanjutnya
perubahan lingkunagn inilah yang akan memepengruhi demands dan
support dari masyarakat. Salah satu kelemahan dari model ini adalah
terpusatnya perhatian pada tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah. Seringkali terjadi bahwa apa yang diputusakan oleh

7
permerintah memberi kesan telah dilakukannya suatu tindakan, yang
sebenarnya hanya untuk memelihara ketenangan/kestabilan. Persoalan yang
muncul dari pendekatan ini adalah dalam proses penentuan tujuan itu
sendiri.
6. Model Rasional
Model ini mengacu pada konsep bahwa kebijakan yang dibuat harus
memperjelas keinginan dan kepentingan para pembuat kebijakan, serta
memuaskan pemerintah lingkungan.
Kebijakan rasional diartikan sebagai kebijakan yang mampu
mencapai keuntungan sosial tertinggi. Hasil dari kebijakan ini harus
memberikan keuntungan bagi masyarakat yang telah membayar lebih, dan
pemerintah mencegah kebijakan bila biaya melebihi manfaatnya.
Banyak kendala rasionalitas, Karakteristik rasionaltias sangat
banyak dan bervariasi Untuk memilih kebijakan rasional, pembuat
kebijakan harus:

a. Mengetahui semua keinginan masyarakat dan bobotnya


b. Mengetahui semua alternatif yang tersedia
c. Mengetahui semua konsekwensi alternative
d. Menghitung rasio pencapaian nilai sosial terhadap setiap alternative
e. Memilih alternatif kebijakan yang paling efisien.
Asumsi rasionalitas adalah preferensi masyarakat harus dapat diketahui
dan dinilai/bobotnya. Harus diketahui nilai-nilai masyarakat secara
konprehensif. Informasi alternatif dan kemampuan menghitung secara
akurat tentang rasio biaya dan manfaat.
Aplikasi sistem pengambilan keputusan. Pada dasarnya nilai dan
kecenderungan yang berkembang dalam masyarakat tidak dapat terdeteksi
secara menyeluruh, sehingga menyulitkan bagi pembuat kebijakan untuk
mementukan arah kebijakana yang akan dibuat.

Pada akhirnya pendekatan rasional ini cukup problematis dalam hal siapa
yang menilai suatu kebijakan. Bersifat rasionalitas ataukan tidak.
7. Model Proses
Aktivitas politik dilakukan melalui kelompok yang memiliki
hubungan dengan kebijakan publik. Hasilnya adalah suatu kebijakan yang
berisi: Identifikasi/pengenalan masalah, Perumusan agenda, Formulasi
kebijakan, Adopsi kebijakan Implementasi kebijakan, Evaluasi kebijakan
MODEL PILIHAN PUBLIK (Opini Publik) Seharusnya ada keterkaitan
anatara opini publik dengan kebijakan publik. Sehingga tidak timbul

8
perdebatan kapan opini publik seharusnya menjadi faktor penentu
terpenting yang sangat berpengaruh kepada kebijakan publik.
8. Model Pilihan Publik
Model pilihan publik adalah salah satu model kebijakan publik yang
di gunakan untuk membentuk kebijakan yang memperjelaskan pilihan
publik yang mayoritas. Model ini mengacu pada konsep bahwa kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah haruslah berdasarkan pada pilihan masyarakat
yang mayoritas. Model ini menyatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam
proses pumbuatan kebijakan publik berarti membuka kesempatan yang luas
bagi masyarakat.
Model pilihan publik menekankan bahwa kebijakan yang dibuat
harus memperjelas keinginan dan kepentingan masyarakat, serta
memastikan adanya partisipasi publik dalam proses pembuatan kebijakan
publik. Model ini juga mengacu pada konsep bahwa kebijakan yang dibuat
harus meminimalkan dampak negative bagi semua pihak, dan memastikan
adanya legitimasi, transparansi, nilai keadilan, dan akuntabilitas dalam
proses formulasi kebijakan publik.

D. Dampak Yang diinginkan dalam pembuatan kebijakan


Dalam merancang kebijakan publik, terdapat beberapa dampak yang
diinginkan yang biasanya menjadi tujuan utama pemerintah atau lembaga yang
bertanggung jawab. Beberapa dampak yang diinginkan dalam model kebijakan
publik antara lain:
1. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat:
Tujuan utama dari banyak kebijakan publik adalah meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Ini dapat
mencakup upaya untuk mengurangi kemiskinan, meningkatkan akses
terhadap layanan kesehatan dan pendidikan, serta meningkatkan standar
hidup secara umum.
2. Pemberdayaan Ekonomi:
Kebijakan publik sering dirancang untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan
akses terhadap modal dan peluang bisnis, serta mendorong inovasi dan
pengembangan industri.
3. Perlindungan Lingkungan:
Kebijakan publik juga sering bertujuan untuk menjaga keberlanjutan
lingkungan alam, melindungi sumber daya alam, dan meminimalkan
dampak negatif terhadap lingkungan seperti polusi udara, pencemaran air,
dan perubahan iklim.
4. Pengurangan Ketimpangan Sosial:
Pemerintah dapat merancang kebijakan untuk mengurangi
ketimpangan sosial dan ekonomi antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat, seperti pengurangan kesenjangan pendapatan, peningkatan

9
akses terhadap layanan dasar, dan memperkuat perlindungan hak asasi
manusia.
5. Penguatan Infrastruktur dan Layanan Publik:
Kebijakan publik sering bertujuan untuk meningkatkan infrastruktur
fisik dan sosial, seperti jaringan transportasi, energi, dan telekomunikasi,
serta memberikan layanan publik yang efisien dan terjangkau seperti
pendidikan, kesehatan, dan transportasi umum.
6. Peningkatan Keamanan dan Ketertiban:
Beberapa kebijakan bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan
ketertiban dalam masyarakat, seperti kebijakan keamanan nasional,
penegakan hukum, dan pencegahan kejahatan.
7. Peningkatan Kualitas Hidup:
Kebijakan publik juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
individu dan masyarakat secara keseluruhan, baik melalui akses terhadap
layanan kesehatan mental, rekreasional, budaya, dan sosial.
8. Peningkatan Daya Saing dan Inovasi:
Dalam konteks globalisasi, kebijakan publik juga dapat dirancang
untuk meningkatkan daya saing ekonomi suatu negara, mendorong inovasi,
dan memperkuat posisi pasar dalam skenario ekonomi global yang
kompetitif.

Ketika merancang kebijakan, pemerintah atau lembaga yang bertanggung


jawab harus mempertimbangkan dampak-dampak ini secara cermat dan
mengukur keberhasilan kebijakan dengan sejauh mana mereka dapat mencapai
tujuan-tujuan yang diinginkan.

E. Kendala Kendala
Ada berbagai kendala yang sering dihadapi dalam merancang dan
melaksanakan kebijakan publik. Beberapa di antaranya termasuk:
1. Ketidakpastian dan Kompleksitas:
Lingkungan di mana kebijakan publik dibuat seringkali penuh
dengan ketidakpastian dan kompleksitas. Faktor-faktor seperti perubahan
politik, dinamika ekonomi, dan perubahan sosial dapat membuat prediksi
dan analisis menjadi sulit.
2. Keterbatasan Sumber Daya:
Kebijakan publik sering kali terbatas oleh ketersediaan sumber daya,
baik dalam hal anggaran maupun personil. Hal ini dapat membatasi
kemampuan pemerintah untuk melaksanakan kebijakan dengan efektif.
3. Tantangan Politik:
Kebijakan publik seringkali menjadi subjek pertarungan politik
antara berbagai kepentingan dan kelompok masyarakat. Tantangan politik

10
ini dapat memperlambat atau menghalangi proses pembuatan kebijakan dan
pelaksanaannya.
4. Resistensi dari Pihak-pihak yang Tergesa-gesa:
Beberapa kebijakan publik mungkin menghadapi resistensi dari
pihak-pihak yang akan terkena dampak negatif, seperti kelompok
kepentingan khusus atau korporasi yang berpotensi kehilangan keuntungan.
5. Tantangan Implementasi:
Implementasi kebijakan publik seringkali menimbulkan tantangan
tersendiri. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya koordinasi antara
lembaga-lembaga pemerintah yang terlibat, kurangnya kapasitas atau
pelatihan staf, serta hambatan-hambatan teknis atau administratif lainnya.
6. Dinamika Sosial dan Budaya:
Kebijakan publik harus mempertimbangkan dinamika sosial dan
budaya dalam masyarakat. Budaya lokal, norma-norma sosial, dan nilai-
nilai budaya dapat memengaruhi penerimaan dan efektivitas kebijakan.
7. Ketidakseimbangan Informasi:
Informasi yang tidak seimbang antara pembuat kebijakan dan
masyarakat dapat menjadi kendala serius dalam perumusan kebijakan.
Ketika masyarakat tidak memiliki akses yang cukup terhadap informasi atau
pemahaman yang benar tentang kebijakan, hal ini dapat menyebabkan
ketidakpuasan atau ketidakpercayaan terhadap kebijakan tersebut.
8. Ketidakpastian Hasil:
Hasil dari kebijakan publik tidak selalu dapat diprediksi dengan
pasti. Terkadang, kebijakan yang dirancang dengan baik dapat
menghasilkan dampak yang tidak diinginkan, atau sebaliknya, kebijakan
yang dianggap kurang efektif dapat memiliki dampak yang positif yang
tidak terduga.
9. Perubahan Prioritas dan Lingkungan Eksternal:
Prioritas politik dan kondisi eksternal yang berubah-ubah dapat
mengganggu perumusan dan pelaksanaan kebijakan, karena kebijakan
publik harus terus beradaptasi dengan perubahan di lingkungan sekitarnya.

Kendala-kendala ini menekankan pentingnya pendekatan yang cermat dan


holistik dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik, serta perlunya
kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk
mengatasi tantangan-tantangan ini.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
model kebijakan publik adalah suatu pendekatan sistematis untuk
merumuskan, melaksanakan, dan mengevaluasi kebijakan yang bertujuan untuk
memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu dalam masyarakat. Dalam
model ini, terdapat serangkaian langkah-langkah yang dilakukan, mulai dari
identifikasi masalah, analisis kebutuhan, perumusan kebijakan, implementasi,
hingga evaluasi.
Kebijakan publik memerlukan pendekatan holistik yang
mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk dampak sosial, ekonomi,
lingkungan, politik, dan budaya. Partisipasi masyarakat merupakan kunci dalam
proses perumusan kebijakan untuk memastikan kebijakan mencerminkan
kebutuhan dan aspirasi mereka. Selain itu, kolaborasi antar lembaga, sektor, dan
pemangku kepentingan juga sangat penting untuk kesuksesan kebijakan.
kebijakan publik adalah alat yang penting bagi pemerintah untuk
menciptakan perubahan positif dalam masyarakat. Namun, untuk mencapai
tujuan yang diinginkan, kebijakan publik harus dirancang dan
diimplementasikan dengan cermat, melibatkan partisipasi masyarakat,
kolaborasi antar lembaga, serta evaluasi dan pembelajaran berkelanjutan.

B. Saran
berikut adalah beberapa saran untuk model kebijakan publik:
1. Partisipasi Masyarakat yang Aktif
2. Kolaborasi Antarlembaga dan Pemangku Kepentingan
3. Pemanfaatan Teknologi Digital
4. Evaluasi dan Pembelajaran Berkelanjutan
5. Komitmen terhadap Keadilan Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat
6. Fleksibilitas dan Adaptabilitas
7. Transparansi dan Akuntabilitas
8. Penguatan Kapasitas

12
DAFTAR PUSTAKA

Dunn, W. N. (2017). Public Policy Analysis: An Introduction. Pearson.


Hill, M., & Hupe, P. (2019). Implementing Public Policy: An Introduction to the
Study of Operational Governance. Sage Publications.
Howlett, M., Ramesh, M., & Perl, A. (2020). Studying Public Policy: Policy Cycles
and Policy Subsystems. Oxford University Press.
Cairney, P. (2016). The Politics of Evidence-Based Policy Making. Palgrave
Macmillan.
Bardach, E., & Patashnik, E. M. (2019). A Practical Guide for Policy Analysis: The
Eightfold Path to More Effective Problem Solving. CQ Press.
Sabatier, P. A., & Weible, C. M. (2014). Theories of the Policy Process. Westview
Press.
Howlett, M., & Ramesh, M. (2016). Policy Work in Canada: Professional Practices
and Analytical Capacities. University of Toronto Press.
Fischer, F., Miller, G. J., & Sidney, M. S. (Eds.). (2017). Handbook of Public Policy
Analysis: Theory, Politics, and Methods. CRC Press.
Peters, G. B. (2018). The Politics of Bureaucracy: An Introduction to Comparative
Public Administration. Routledge.
Zahariadis, N. (2014). Ambiguity and Choice in Public Policy: Political Decision
Making in Modern Democracies. Georgetown University Press.

13

Anda mungkin juga menyukai