LP Askep Minggu Ke 2 Maternitas Eko
LP Askep Minggu Ke 2 Maternitas Eko
Oleh:
Eko Supriyanto
NIM. 2314314901060
MALANG
2024
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
B. Rencana kegiatan
TIK JENIS KEGIATAN WAKTU KRITERIA HASIL
Persepti
LEMBAR PERSETUJUAN
PROFESI NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS
Pembimbing Akademik
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal
dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri,
leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak
yang sering ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah
produktif (menopouse). Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita usia produktif
tetapi kerusakan reproduksi dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif
berupa infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani,
2017).
2.1. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak menyusun
semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus
mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu
mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar
dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat menonjol
kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih keatas sehingga sering
menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat,
berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambarankumparan yang
khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam
uterus, dengan ukuran berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh
lebih besar dari pada ukuran uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium,
sementara yang lain terletak tepat di bawah endometrium (submukosa) atau tepat
dibawah serosa (subserosa). Terakhir membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat
ke organ disekitarnya, dari mana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan
kemudian membebaskan diri dari uterus untuk menjadi leimioma “parasitik”.
Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai
daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor menjadi padat
kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi (Robbins, 2007)
Pathway Keperawatan
Tergantung dari lokasi dan arah pertumbuhan mioma, maka kandung kemih,
ureter, dan usus dapat terganggu, dimana peneliti melaporkan keluhan disuri (14%),
keluhan obstipasi (13%). Mioma uteri sebagai penyebab infertilitas hanya dijumpai
pada 2-10% kasus. Infertilitas terjadi sebagai akibat obstruksi mekanis tuba falopii.
Abortus spontan dapat terjadi bila mioma uteri menghalangi pembesaran uterus,
dimana menyebabkan kontraksi uterus yang abnormal, dan mencegah terlepas atau
tertahannya uterus di dalam panggul (Goodwin, 2009).
2. Perdarahan Abnormal
3. Nyeri Perut
Gejala nyeri tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi. Hal ini timbul
karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai dengan
nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosa yang
akan dilahirkan, pada pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis
dapat menyebabkan dismenorrhoe. Dapat juga rasa nyeri disebabkan karena torsi
mioma uteri yang bertangkai. Dalam hal ini sifatnya akut, disertai dengan rasa
nek dan muntah-muntah. Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat
disebabkan karena tekanan pada urat syaraf yaitu pleksus uterovaginalis,
menjalar ke pinggang dan tungkai bawah (Pradhan, 2006).
2. Resiko infeksi
3. Ansietas
3. Foto BNO/ IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa dirongga pelvis
serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
4. Histerografi dan histereskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai
dengan infertilitas.
5. Laporaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
6. Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap gula arah, tes fungsi hati, ureum,
kreatinin darah.
7. Tes kehamilan.
8. D/K (Dilatasi dan Kuretase) pada penderita yang disertai perdarahan untuk
menyingkirkan kemungkinan patologi pada rahim (hiperplasia atau
adenokarsioma endometrium). (Nikmatur, 2009)
6.1. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu
penanganan secara konservatif dan penanganan secara operatif.
a) Enukleasi Mioma
Lama perawatan :
a. Anamnesa
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
e. Riwayat Obstetri
1) Keadaan haid
f. Faktor Psikososial
h. Pola eliminasi
a. Keadaan Umum
8) Abdomen
2. Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam tingkat ansietas menurun dengan kriteria Observasi
tanggung jawab (I09314)
hasil (L09093):
- Identifikasi
menjadi orang tua Verbaliasasi kebingungan penurunan
(D.0080) d.d tingkat energi,
Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang di hadapi menurun perilaku gelisah menurun
merasa bingung, ketidakmampuan
Keluhan pusing menurun berkonsentrasi,
sulit atau gejala lain
berkonsentrasi, Frekuensi pernafasan menurun yang menggau
tampak gelisah, Orientasi kemampuan
kognitif
tampak tegang, Konsentrasi membaik - Identifikasi
sulit tidur, teknik relaksasi
mengeluh pusing, Pola tidur membaik yang pernah
anoreksia, efektif digunakan
Pola berkemih membaik - Identifikasi
palpitasi, merasa kesedaan,
Kriteria Meningkat Cukup sedang Cukup Menurun
tidak berdaya, hasil meningkat menuru kemampuan dan
frekuensi nafas n penggunaan
teknik
meningkat, Verbalisasi 1 2 3 4 5
sebelumnya
kebingungan
tekanan darah - Monitor respons
Verbalisasi 1 2 3 4 5 terhadap terapi
meningkat, khawatir relaksasi
tremor, muka Perilaku 1 2 3 4 5 Terapeutik
gelisah - Ciptakan
tampak pucat,
Perilaku 1 2 3 4 5 lingkungan yang
sering berkemih, tegang tenang dan tanpa
diaphoresis. Keluhan 1 2 3 4 5 gangguan dengan
pusing pencahayaan dan
Frekuensi 1 2 3 4 5 suhu ruang yang
pernafasan nyaman
Orientasi 1 2 3 4 5 - Gunakan pakaian
longgar
- Gunakan nada
Konsentrasi 1 2 3 4 5
suara lembut
dengan irama
Pola tidur 1 2 3 4 5 lambar dan
berirama
Pola 1 2 3 4 5 - Gunakan
berkemih relaksasi sebagai
strategi
penunjang
dengan analgetik
atau tindakan
medis lain
Edukasi
- Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan
dan jenis
relaksasi yang
tersedia
- Jelaskan secara
rinci intervensi
relaksasi yang
dipilih
- Anjurkan
mengambil
posisi nyaman
- Anjurkan rileks
dan merasakan
sensasi relaksasi
3. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam tingkat infeksi menurun dengan kriteria Observasi
luka episiotomi (I14539)
hasil (L14137):
- Monitor tanda
post partum Kebersihan tangan meningkat dan gejala lokal
spontan (D.0142) dan iskemik
Nafsu makan meningkat
d.d peningkatan Terapeutik
Demam menurun - Batasi jumlah
paparan orgasme pengunjung
pathogen Kemerahan menurun - Berikan
lingkungan. Nyeri menurun perawatan kulit
pada area edema
Bengkak menurun - Cuci tangan
sebelum dan
Kadar sel darah putih membaik
sesudah kontak
Kultur area luka meningkat dengan pasien
dan lingkungan
Sel darah merah meningkat pasien
- Pertahankan
Kriteria hasil Meningkat Cukup sedan Cukup Menurun teknik aseptik
meningkat g menurun pada pasien
Kebersihan 1 2 3 4 5 beresiko tinggi
tangan Edukasi
Nafsu 1 2 3 4 5 - Jelaskan tanda
9
makan dan gejala
Demam 1 2 3 4 5 infeksi
- Ajarkan cara
Kemerahan 1 2 3 4 5 mencuci tangan
Nyeri 1 2 3 4 5 dengan benar
- Ajarkan cara
Bengkak 1 2 3 4 5 memeriksa luka
atau luka opersai
Kadar sel 1 2 3 4 5 - Anjurkan
meningkatkan
darah putih
asupan nutrisi
Kultur area 1 2 3 4 5 - Anjurkan
luka meningkatkan
Kadar sel 1 2 3 4 5 asupan cairan
darah merah Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian anti
biotik, jika perlu
4. Resiko deficit Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam status nutrisi meningkat dengan kriteria Observasi (I.03119)
nutrisi b.d hasil (L03030): - Identifikasi status
nutrisi
ketidakmampuan Porsi makan yang dihabiskan meningkat - Identifikasi alergi dan
menelan Serum albumin meningkat intoleransi makanan
Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi meningkat
makanan, Berat badan membaik - Identifikasi makanan
ketidakmampuan IMT membaik yang disukai
Frekuensi makan membaik - Identifikasi kebutuhan
mencerna
Nafsu makan membaik kalori dan jenis
makanan, nutrient
Membrane mukosa membaik
ketidakmampuan - Identifikasi perlunya
Kriteria Cukup Cukup penggunaan selang
mengabsorbsi Menuru Sedan Meningka
Hasil Menuru Meningka nasogastric
nutrient, n g t - Monitor asupan
n t
peningkatan makanan
Porsi makan 5 - Monitor berat badan
kebutuhan
yang 1 2 3 4 - Monitor hasil
metabolism, dihabiskan pemeriksaan
factor, laboratorium
Serum 5
1 2 3 4 Terapeutik
psikologis albumin
- Lakukan oral hygiene
(D0032) d.d Verbalisasi 5 sebelum makan
Mobius keinginan - Fasilitasi menentukan
syndrome, untuk 1 2 3 4 pedoman diet
meningkatka - Sajikan makanan
cerebral palsy, n nutrisi secara menarik dan
cleft lip, cleft suhu yang sesuai
palate, infeksi. - Berikan makanan
Kriteria Cukup Cukup
Memburu Sedan Membai tinggi serat untuk
Hasil Memburu Membai
k g k mencegah konstipasi
k k
- Berikan makanan
Berat 5 tinggi kalori dan
1 2 3 4
badan tinggi protein
- Beri suplemen
IMT 1 2 3 4 5 makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian
Frekuensi 5
1 2 3 4 makanan melalui
makan
nasogastric jika
Nafsu 5 asupan oral dapat
1 2 3 4
makan ditoleransi
Edukasi
Membran 5
1 2 3 4 - Anjurkan posisi
e mukosa
duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan, jika perlu
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu
1. Implementasi keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mncapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien. Tujuan pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
2. Evaluasi Keperawatan
Tindakan intelektual yang melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaan sudah berhasil di capai. Meskipun tahap evaluasi di letakkan pada
akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan proses integral pada setiap
proses keperawatan.
O. :Data objektif, yaitu data yang di dapat dari hasil observasi perawat,
termasuk tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan penyakit
pasien (meliputi data fisiologis, dan informasi dan pemeriksaan tenaga
kesehatan).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta. DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1, Cetakan II. Jakarta. DPP PPNI