Anda di halaman 1dari 25

PEDOMAN PELAYANAN

LABORATORIUM

PUSKESMAS KAUMAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga Puskesmas Kauman Kabupaten Ponorogo pada Tahun

2016 ini mendapat kesempatan untuk melaksanakan akreditasi.


Akreditasi bagi Puskesmas Kauman Kabupaten Ponorogo sangatlah penting untuk

meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan bagi pasien serta masyarakat. Untuk menunjang pelaksanaan

akreditasi di Puskesmas Kauman Kabupaten Ponorogo maka diperlukan pedoman

pelayanan di Puskesmas Kauman.


Harapan kami mudah mudahan pedoman pelayanan ini ndapat member manfaat dan bagi

Puskesmas Kauman, sehingga akreditasi di Puskesmas Kauman Kabupaten Ponorogo berjalan lancar dan

menjadi Puskesmas yang lebih baik.

Kepala Puskesmas Kauman

drg. Rahayu Kusdarini, M.Kes.

NIP.19610510 198901 2 001

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Puskesmas adalah UPTD Kesehatan Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab


menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas Kauman adalah
salah satu dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo dengan wilayah kerja yang mencakup 11
desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ponorogo.

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Kauman adalah

“Sebagai Penggerak Pembangunan Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kauman untuk


mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.”

Untuk mewujudkan visi tersebut maka Pelayanan Medis di Puskesmas Kauman


dilengkapi dengan Laboratorium Klinik yang dilengkapi dengan Alat yang canggih. Guna
menunjang keakuratan hasil maka Laboratorium rutin melakukan perawatan alat. Hal ini tentunya
akan menjamin hasil pemeriksaan yang akurat dan terpercaya guna menjamin tepatnya diagnosa
penyakit. Tidak ketinggalan Laboratorium Puskesmas Kauman melakukan Pemantapan Mutu
External (PME) dan Pemantapan Mutu Internal (PMI).

Dalam melaksanakan pelayanan Laboratorium di Puskesmas, supaya dapat berjalan


dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan pasien maka Puskesmas Kauman menyusun
PEDOMAN PELAYANAN LABORATORIUM PUSKESMAS KAUMAN.

B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Terlaksananya pelayanan Laboratorium yang bermutu di Puskesmas Kauman.
2. TUJUAN KHUSUS
Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan pelayanan berdasarkan hasil
Pemeriksaan Laboratorium yang akurat di Puskesmas Kauman.

C. SASARAN
Pedoman ini disusun untuk digunakan bagi para pihak terkait, yaitu :Tenaga Pelaksana di
Puskesmas

D. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Pelayanan poli umum di Puskesmas Kauman secara garis besar meliputi empat kegiatan,
yaitu kegiatan yang bersifat promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitative. Untuk menunjang hal
tersebut maka Pelayanan Laboratorium sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosa penyakit.

E. BATASAN OPERASIONAL
Laboratorium puskesmas kauman beroprasi setiap hari kerja mulai pukul 8 hingga
pukul 12.30,untuk hari senin hingga kamis dan untuk hari jumat hingga pukul 10
wib.untuk hari sabtu hingga pukul 12 siang
Laboratorium puskesmas kauman dapat mengerjakan pemeriksaan sebagai berikut
1. darah lengkap
2.widal
3.gula darah
3.Asam urat 4.Cholesterol
5. Urine lengkap
6. bta sputum
7. skin smer kusta

F. LANDASAN HUKUM
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75
TAHUN 2015 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT ( PUSKESMAS ).

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Untuk dapat melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan pelayanan Laboratorium
di Puskesmas, dibutuhkan sumber daya manusia yang mencukupi baik jumlah maupun mutunya.
Pola ketenagaan minimal harus dimiliki oleh Puskesmas. Adapun tenaga di laboratorium
Puskesmas Kauman sebagai berikut :

No JENIS TENAGA KUALIFIKASI JUMLAH


1 PENANGGUNG JAWAB D III Analis Kesehatan 1

2 PELAKSANA SMAK 1

JUMLAH 2
Untuk pembagian kerja masing masing petugas berdasarkan TUPOKSI yang sesuai
kompetensinya.
1. Penanggung jawab Laboratorium di Puskesmas mempunyai tugas:
a. Menyusun program kerja untuk menunjang keakuratan hasil dalam hal ini PME,
PMI, perawatan alat, Kalibrasi Alat, Pemenuhan reagent, dll
b. Memonitor setiap pelaksanaan program kerja.
c. Bertanggung jawab terhadap hasil Laboratorium.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Tenaga Medis di Laboratorium bertugas di Ruang Laboratorium dan ditempat
pelayanan lain bila ditugaskan oleh Kepala Puskesmas.

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI


PELAYANAN LABORATORIUM

KEPALA PUSKESMAS
drg. Rahayu Kusdarini, M.Kes

PENANGGUNG JAWAB UKP


drg. Aulin Raras Artha
PENANGGUNG JAWAB
PELAYANAN LABORATORIUM

Arif Kartiko, A.Md.

PELAKSANA PELAYANAN
LABORATORIUM

Laboratorium : Elfira Nur Mayasari


Poli Lansia : Novika Sartika Dewi, S.Kep.NS.
UGD/ Rawat Inap : Sutini, A.Md.Kep.
Pustu Tegalombo : Widowati, A.Md.Kep.

C. JADWAL KEGIATAN

D. Dalam rangka penyiapan dan pengembangan ketrampilan tenaga Medis maka


Puskesmas menyelenggarakan aktivitas sebagai berikut:
a. Setiap tenaga medis dan paramedis mempunyai kesempatan yang sama untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya.
b. Tenaga medis harus memberi masukan pada pimpinannya dalam
menyusun program pengembangan staf.
c. Staf baru mengikuti orientasi untuk mengetahui tugas,fungsi wewenang dan
tanggung jawabnya.
d. Melakukan analisa kebutuhan peningkatan ketrampilan dan pengetahuan bagi
tenaga medis dan para medis.
e. Tenaga medis dan para medis difasilitasi untuk mengikuti program yang di adakan
oleh organisasi profesi dan institusi pengembangan pendidikan
berkelanjutan.
f. Memberikan kesempatan bagi institusi lain untuk melakukan praktik ,magang dan
penelitian tentang pelayanan kesehatan di puskesmas.
BAB III
STANDAR FASILITAS

Sarana adalah suatu tempat ,fasilitas dan peralatan yang langsung terkait dengan
Pelayanan klinis. Sedangkan prasarana adalah tempat ,fasilitas dan peralatan yang Secara
tidak langsung mendukung pelayanan kesehatan. Dalam upaya mendukung Pelayanan klinik
puskesmas diperlukan sarana dan prasarana yang memadai.

A.DENAH RUANG LABORATORIUM

Meja Kulakas Kurs Kurs


dari Reagent i i
bahan Almari
cor
Kurs

Meja Bed
Penerimaan pasi
Pasien
en

Kursi

Meja
dari
bahan
cor

Almari
Meja Wastafel
KETERANGAN :
a. Luas ruangan 4 x 6 m²
b. Ruangan kering dan tidak lembab
c. Memiliki ventilasi yang cukup
d. Memiliki cahaya yang cukup
e. Lantai terbuat dari keramik
f. Dinding dicat warna cerah
g. Ruang berAC

B.STANDAR FASILITAS
1. PERLENGKAPAN
a. Meja pemeriksaan
b. Kursi Pasien
c. Wastafel
d. Tempat sampah 3
e. Komputer
f. Alat Hematology Analizer
g. Fotometer
h. Mikroskop
i. Centrifuge
j. Hematokrit Centrifuge
k. Rotator
l. Urine Analizer
m. Kulkas Reagent
n. Strerilisator
o. Bed Pasien
p. Almari

2. PERALATAN

NO JENIS ALAT JUMLAH

1 Setirilisator 1

2 Hematology Analizer 1

3 Meja Pasien 1

4 Fotometer 1

5 Mikroskop 1

6 Centrifuge 1

7 Hematokrit Centrifuge 1

8 Rotator 1

9 Bed Pasien 1

10 Komputer 1

11. Rak Tabung 3

12 Rak Westergren 2

13 Tabung Westergren 15

14. Tabung Reaksi 15

15 Kaki 3 1
16 Bak Pengecatan 1

17 Bunsen 2

18 Pipet tetes 10

19 Klinipet 6

20 Hemositometer 1 set

21 Obyek Glass 5

22 Cover Glass 5

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
Upaya Pelayanan Kesehatan Umum di Indonesia dilaksanakan baik oleh pemerintah
maupun swasta. Upaya pelayanan kesehatan umum yang dilaksanakan oleh pemerintah
selama ini mengacu pada pendekatan level of care (kebijakan WHO) yaitu tindakan
Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif yang merumuskan pelayanan kesehatan
berjenjang untuk memberikan pelayanan yang menyeluruh dikaitkan dengan sumber daya
yang ada.

B. METODE
ALUR KEGIATAN PEMERIKSAAN

PENDAFTARAN POLI UMUM


PASIEN
POLI GIGI
POLI KIA/ KB
POLI LANSIA
UGD
RAWAT INAP

PEMERIKSAAN
LABORATORIUM

PEMBAYARAN/
KASIR

KEMBALI PENGAMBILAN
KE POLI HASIL LAB
PENGIRIM

Keterangan :
1. Pasien datang dari pendaftaran ( loket ) diterima oleh petugas poli (Poli Gigi, Poli
Lansia, Poli Umum, Poli KIA, Rawat Inap, IGD )
2. Petugas poli mengirim pasien beserta blangko rujukan Laboratorium
3. Petugas Laboratorium Mengerjakan Pemeriksaan Lab sesuai Blangko Rujukan
Laboratorium.
4. Pasien membayar biaya pemeriksaan Lab ke Kasir.
5. Pasien datang lagi ke Lab untuk mengambil hasil Lab dengan menunjukkan kwitansi
pembayaran.
6. Pasien kembali lagi ke Poli Pengirim untuk mendapatkan tindakan selanjutnya.

C. LANGKAH KEGIATAN
1) KEMAMPUAN PELAYANAN
Kemampuan pelayanan Laboratorium Puskesmas Kauman melakukan pemeriksaan
meliputi :
a. Sampling darah.
b. Pemeriksaan Darah Lengkap meliputi Hemoglobin, Leukosit, Trombosit,
Erytrosit, Hematokrit;
c. Waktu Pembekuan;
d. Waktu Perdarahan;
e. Pemeriksaan Urine Lengkap;
f. Pemeriksaan Kehamilan;
g. Pemeriksaan Faeces Lengkap;
h. Pemeriksaan BTA Kusta;
i. Pemeriksaan HIV;
j. Pemeriksaan Widal;
k. Pemeriksaan Malaria;
l. Pemeriksaan HBsAg;
m. Pemeriksaan Sputum BTA;
n. Pemeriksaan Kimia Klinik ( Gula Darah, Cholesterol, Trigliserida, Asam Urat);
o. Pemeriksaan Golongan Darah;

Laboratorium Puskesmas diselenggarakan berdasarkan kondisi dan permasalahan kesehatan


masyarakat setempat dengan tetap berprinsip pada pelayanan secara holistic, komprehensif, dan
terpadu dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Setiap
Laboratorium Puskesmas harus diselenggarakan secara baik dengan memenuhi criteria
ketenagaan, sarana, prasarana, perlengkapan dan peralatan, kegiatan pemeriksaan, kesehatan dan
keselamatan kerja, dan mutu.
( Peratutan Menteri Kesehatan RI Nomor 37 Tahun 2012)
Laboratorium mempunyai peran sebagai penunjang dalam menegakkan diagnose yang ingin
ditegakkan oleh dokter dalam merawat pasiennya. Selain itu, laboratorium mempunyai peran
seperti uji penyaringsecara laboratories sehat tidaknya seseorang misalnya medical chek up. Juga
berperan sebagai follow up atau pemantauhasil pengobatan. Serta prognosis suatu penyakit .
Sehubungan dengan hal tersebut, pemeriksaan laboratorium hendaknya dilakukan sesuai dengan
standart pelayanan laboratorium sehingga menghasilkan pemeriksaan yang akurat. .( Workshop
Plebotomi
Bagi Petugas Lab di Puskesmas, Dinkes Propinsi Tahun 2009)
Untuk melakukan pemeriksaan laboratorium diperlukan reagent, standart, bahan control,
air, media. Dasar pemilihan bahan laboratorium pada umumnya harus mempertimbangkan
kebutuhan, produksi pabrik yang telah dikenal, deskripsi lengkap dari bahan atau produk,
mempunyai masa kadaluarsa yang panjang, volume, mudah diperoleh di pasaran, kelancaran dan
kesinambungan pengadaan, pelayanan purna jual. ( Pedoman Praktek Laboratorium Yang Benar,
Depkes RI Tahun 2004)

Untuk mendapatkan sampel darah pasien dilakukan dengan cara pengambilan darah vena
dan kapiler. Lokasi vena yang digunakan untuk tempat penusukan adalh 3 vena utama di lengan
yaitu vena cevalika, vena mediana cubiti, dan vena mediana basilica. Pada umumnya vena
mediana cubiti merupakan pilihan karena terfiksasi baik dan tidak bergerak saat ditusuk.

Sebelum melakukan pemeriksaan petugas harus menggunakan APD. APD bertujuan


untuk melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pejanan darah, semua jenis cairan,
kulit yang tidak utuh. APD ada beberapa jenis yaitu sarung tangan, masker, kacamata, penutup
kepala, jas laboratorium, sepatu pelindung. Tidak semua
alat pelindung diri dipakai tergantung tindakan dan kegiatan yang dikerjakan. Pada plebotomi
cukup menggunakan sarung tangan jas laboratorium.

Limbah plebotomi dipilah-pilah ketempat sampah medis (kapas bekas pakai dan jarum
suntik) dan nonmedis pembungkus jarum suntik. Tempat sampah harus diberi kantong plastic
tertutup, dibedakan sampah infeksius dan non infeksius. Sampah pada kantong diberi label lalu
dibakar. .( Workshop Plebotomi Bagi Petugas Lab di Puskesmas, Dinkes Propinsi Tahun 2009)

Bahwa sebagai upaya pemerintah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran


lingkungan adalh dengan meningkatnya penataan terhadap ketentuan- ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang lingkungan hidup. Dalam rangka penataan terhadap peraturan
perundang-undangan tersebut dapat dilakukan dengan upaya kemitraan dengan badan usaha
penghasil limbah bahan berbahaya dan beracun. Limbah adalah bahan sisa suatu kegiatan dan
atau proses produksi. Limbah bahan berbahaya dan beracun disingkat B3 adalah setiap limbah
yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya
dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan atau
mencemarkan lingkungan hidup dan atau membahayakan keselamatan manusia.
Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan
tersebut.( Keputusan Kepala Bapedal No 03 Tahun 1998)

Kegiatan laboratorium kesehatan mempunyai resiko baik yang berasal dari factor fisik,
biologi, kimia, ergonomic, dan psikososial dengan akibat dapat mengganggu kesehatan dan
keselamatan petugas laboratorium serta lingkungannya. Untuk itu perlu dilakukan manajemen K3
yang meliputi identifikasi, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, melaksanakan upaya perbaikan.
( Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Kesehatan, Depkes RI Tahun 2003)

Pemantapan mutu laboratorium kesehatan adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk
menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium. Pemantapan mutu ada 2
macam yaitu Pemantapan Mutu Internal dan Pemantapan Mutu Ekternal. Pemantapan Mutu
Internal meliputi persiapan pasien, pengambilan dan pengolahan spesimen, kalibrasi
alat.Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara periodic oleh
pihak lain diluar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan suatu
laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. ( Pedoman Laboratorium Yang Benar, Depkes
RI Tahun 2004.

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan di Puskesmas Kauman meliputi:


a. Darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan hemoglobin, leukosit, trombosit, erytrosit,
hematokrit, hitung jenis. Ada beberapa cara pemeriksaan darah lengkap yaitu cara
manual dan cara menggunakan alat auto analyzer. Alat ini menggunakan sampel darah
segar dengan langkah-langkah sebagai berikut. Langkah pertama menekan tombol WB
dilanjutkan dengan menekan tombol sampel ID. Kemudian
menekan tombol enter memasang tempat sampel, menhomogenkan sampel kemudian
sampel ditaruh di tempat sampel, tutup tempat sampel lalu tekan tombol RUN ( Buku
Manual alat poch-100i Sysmex)

b. Waktu Pembekuan
Dengan test ini ditentukan lamanya waktu yang diperlukan darah untuk membeku,
hasilnya menjadi ukuran aktifitas fakto-faktor koagulasi darah, terutama factor-faktor
yang membentuk tromboplastin dan factor yang berasal
dari trombosit. Selain itu kadar fibrinogen berpengaruh juga.
Ujung jari dibersihkan dengan alcohol 70% kemudian ditusuk dengan lancet. Stopwatch
mulai dijalankan saat darah mulai keluar. Setelah itu darah yang keluar dihisap dengan
tabung mikrokapiler lalu setiap 30 detik tabung dipatahkan sampai terlihat adanya benang
fibrin.( Petunjuk Praktikum Laboratorium, Gandhasoebrata Tahun 1984)

c. Waktu Perdarahan
Pemeriksaan ini untuk menilai factor-faktor hemostasis yang letaknya ekstravaskuler,
tetapi keadaan dinding kapiler dan jumlah trombosit juga berpengaruh. Anak daun
telinga yang akan ditusuk dibersihkan dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering.
Pinggir anak daun telinga ditusuk dengan lancet. Jika terlihat darah mulai keluar maka
stopwatch mulai dijalankan. Darah dihisap dengan tissue setiap 30 detik dan hentikan
stopwatch pada waktu darah tidak keluar lagi. .( Petunjuk Praktikum Laboratorium,
Gandhasoebrata Tahun 1984)

d. Pemeriksaan urin
Jenis urine yang diperlukan ada 2 yaitu urin sewaktu dan urin pagi. Urine sewaktu
adalah urin yang dikeluarkan pada waktu yang tidak ditentukan sedangkan urin pagi
adalah urin yang dikeluarkan pertama-tama pada pagi hari setelah bangun tidur.
Pemeriksaan urin dapat digunakan untuk pemeriksaan test kehamilan dan pemeriksaan
urin rutin.

Tempat urin harus bermulut lebar tertutup, bersih, kering, dan diberi label.Volume
urin yang ditampung kurang lebih 20 ml. Pemeriksaan urin meliputi makroskopis dan
mikroskopis. Pemeriksaan makroskopis meliputi warna, kejernihan, berat jenis, bilirubin,
reduksi, protein, keton, urobilinogen. Sedangkan pemeriksaan mikroskopis berupa
pemeriksaan sediment urine dimana pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukan
centrifuge terhadap urin kemudian sediment diperiksa di bawah mikroskop.( Petunjuk
Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas, Departemen Kesehatan RI Tahun 1991)

e. Pemeriksaan faeces
Pemeriksaan faeces ini bertujuan untuk mengetahui adanya cacing, telur cacing, parasit,
dan lain-lain. Faeces untuk pemeriksaan sebaiknya berasal dari defekasi spontan. Untuk
pemeriksaanbiasa dipakai faeces sewaktu, jarang diperlukan faeces 24 jam untuk
pemeriksaa. Wadah harus bermulut lebar bersih dan tidak
mudah pecah. Jika memeriksa faeces pilihlah bagian yang kemungkinan besar menemui
adanya kelainan , umpamanya bagian yang bercampur dengan lender ataupun darah.
Pemeriksaan faeces meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis. Makroskopis
meliputi warna, bau, konsistensi, lender, darah.
Sedangkan pemeriksaan mikroskopis menggunakan larutan PZ lalu diamati di bawah
mikroskop.( Petunjuk Praktikum Laboratorium, Gandhasoebrata Tahun 1984)

f. Pemeriksaan BTA Kusta


Penyakit kusta merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Leprae yang terutama menyerang syaraf tepi, kulit dan organ tubuh lain
kecuali susunan syaraf pusat. Kusta mempunyai masa inkubasi 2-5 tahun, akan tetapi
dapat juga bertahun-tahun. Secara teoritis penularan ini dapat terjadi dengan cara kontak
yang erat dan lam dengan penderita.( Modul
Pelatihan Program P2 Kusta, Subdirektorat Kusta dan Frambusia)
Cara pengambilan sediaan yaitu bagian yang akan diambil dibersihkan dengan kapas
alcohol 70%. Bagian tersebut dijepit dengan dua jari lalu disayat sepanjang 0,5 cm dan
sedalam 2 mm. Lalu cairan yang keluar dibuat apusan lalu dicat dengan cat Ziehl Nielsen.
Setelah kering diamati di bawah mikroskop.
( Modul Pelatihan Skean Smear UPT RS. Kusta Kediri).

g. Pemeriksaan HIV
Penyakit HIV di Indonesia semakin lam jumlah penderitanya semakin meningkat. Untuk
itu perlu dilakukan penjaringan di tingkat Puskesmas seperti para penderita TB dan ibu
hamil. Adapun pemeriksaan HIV menggunakan sampel serum dengan cara diteteskan
pada rapid test sebanyak 10 ul. Kemudian ditambah 4 tetes reagent lalu ditunggu 10-20
menit untuk membaca hasilnya
( Lembar prosedur pada box kemasan reagent)

h. Pemeriksaan BTA Paru


Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
mycobacterium tuberculosis. Sebagian TBC menyerang paru, tetapi dapat juga
menyerang organ tubuh yang lain. Cara penularan TBC adalah melalui percikan atau
droplet. Cara pemeriksaan BTA ini adalah dengan membuat hapusan dahak dengan
ukuran 2x3 cm. Kemudian hapusan ini dicat dengan reagent Ziehl Nielsen lalu diamati di
bawah mikroskop. ( Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Depkes RI Tahun
2005)

i. Widal
Pemeriksaan widal adalah pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi adanya penyakit
typus. Pemeriksaan ini dilakukan jika pasien sudah mengalami panas 3- 4 hari. Sampel
dari pemeriksaan ini adalah serum atau plasma. Serum diteteskan sebanyak 4 tetes di
tempat terpisah di atas kaca obyek. Kepada masing-masing tetesan serum ditambah
reagent typho O, typhi H, paratyphi A, paratyphi B. Dilakukan pencampuran lalu
digoyangkan dan diamati adanya
aglutinasi di bawah mikroskop.( Petunjuk Praktikum Laboratorium, Gandhasoebrata
Tahun 1984)

j. Pemeriksaan kimia klinik( Gula Darah, Asam Urat, Cholesterol)


Pemeriksaan kimia klinik dilakukan dengan alat stik dengan menggunakan darah segar.
Darah diteteskan pada stik yang telah disiapkan pada alat. Setelah itu ditunggu beberapa
menit kemudian hasil akan muncul pada layar alat.

k. Malaria
Pemeriksaan malaria adalah pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi adanya parasit
penyebab malaria dalam sediaan darah tepi. Parasit malaria ada 4 macam yaitu
plasmodium falciparum, plasmodium malariae, plasmodium vivax, plasmodium ovale.
Lokasi pengambilan darah pada orang dewasa adalah pada ujung jari tengah atau ujung
jari manis, seangkan pada orang dewasa dan anak kecil adalah pada bagian tumit atau ibu
jari kaki. Setelah dilakukan penusukan maka darah diteteskan pada kaca obyek setelah itu
dibuat hapusan.. Kemudian setelah kering dilakukan pengecatan dengan pewarna wright
giemsa. Setelah kering diamati di bawah mikroskop. ( Petunjuk Pemeriksaan
Laboratorium Puskesmas, Depkes RI Tahun 1991)

l. Golongan Darah
Penetapan golongan darah adalah menentukan jenis aglutinogen yang ada
dalam sel, disamping itu juga dikenal jenis agglutinin yang ada dalam serum. Darah
diteteskan sebanyak 4 tetes pada kaca obyek di tempat yang berbeda.
Kemudian ke masing-masing tetesan darah ditetesi dengan antisera a, B, AB, dan Anti
D. Selanjutnya dicampur dan digoyang dan diamati adanya aglutinas. ( Petunjuk
Praktikum Laboratorium, Gandhasoebrata Tahun 1984)

Hasil pemeriksaan laboratorium kritis harus disampaikan segera kepada tenaga kesehatan
yang meminta dalam batas waktu paling lambat satu jam setelah hasil diperoleh dengan acuan
sebagai berikut:
a. Untuk pemeriksaan Hematologi nilai kritis:

NAMA TEST KURANG DARI LEBIH DARI

*KIMIA KLINIK*

1. Gula Darah Sewaktu < 45 mg/dl >500 mg/dl

2. Asam urat < 3 mg/dl >20 mg/dl

3. Cholesterol <100 mg/dl >400 mg/dl

*HEMATOLOGI*

4. Hemoglobin < 7,0 g/dl < 20 g/dl

5. Leukosit < 500 /ul < 30.000 /ul

6. Trombosit Dewasa < 50.000/ul < 1.000.000/ul

7. Trombosit Anak < 20.000/ul < 1.000.000/ul

8. Erytrosit
9. Hematokrit < 20 VOL% < 60 VOL%

Lama nya pemeriksaan laboratorium telah di tentukan denga cara perhitungan per pasien dan
rapat kolaborasi dengan tiap poli.

Jenis Pemeriksaan Waktu Penyampaian Keterangan


Hasil

DL (darah lengkap) 30 menit -Waktu yang

BTA sputum 2 jam dicantumkan sudah


siap untuk
Cholesterol 10 menit
kerja(sampel sudah
Trigliserida 30 menit
tersedia)
Asam urat 10 menit -Rata-rata waktu
pemeriksaan setiap
Urine lengkap 30 menit
pasien ± 1 jam
Widal 30 menit -Khusus untuk

Golongan darah 10 menit pemeriksaan Cyto


waktu
Hemoglobin 10 menit
pemeriksaannya
Gula darah 10 menit
adalah maksimal
HIV 1 jam 30 menit
HbsAg 30 menit

Malaria 1 jam

Skin Smear Kusta 2 jam

Test kehamilan 10 menit

Saat memberikan hasil pemeriksaan ke pada pasien harus di sertai dengan nilai normal
pemeriksaan.

NO Nama Pemeriksaan Nilai normal

DL (darah lengkap)

-Hemoglobin 12 – 16 gr%

-leukosit 4.500 – 12.000/ul darah

-trombosit 150.000 – 450.000/ul


darah

-erytrosit 4 – 5,5 juta/ul darah


-hematokrit 37 – 45

Cholesterol < 200 mg/dl

Trigliserida <150 mg/dl

Asam urat 4 – 7 mg/dl

Gula darah < 150 mg/dl

-gula darah puasa <110 mg/dl

-gula darah 2jpp <125 mg/dl

widal Negative (-)

HbsAg Negatife (-)

HIV Non reaktif

Nilai normal tersebut di dapat dari startkit tiap reagen dan juga dari rapat kolaborasi tiap poli.

2) RUJUKAN
Jika Laboratorium tidak dapat melaksanakan Pemeriksaan Karena suatu hal ( Alat Rusak,
Listrik Mati, dll) maka darah akan dikirim ke Laboratorium Lain.

3) PENCATATAN DAN PELAPORAN


1. PENCATATAN
Pencatatan selain untuk pemantauan data juga untuk evaluasi. Macam-macam
pencatatan antara lain :
a. Buku Kwitansi Pembayaran.
b. Buku Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
c. Lembar Copy hasil pemeriksaan.
d. Blangko Pemeriksaan Laboratorium.
e. Buku bukti Pengambilan Hasil
f. Buku Stok Reagent.

2. PELAPORAN
Pelaporan yang harus disampaikan secara berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
berupa laporan bulanan yang merupakan hasil rekapitulasi pencatan harian. Laporan
triwulan, semesteran dan tahunan sesuai ketentuan yang
berlaku
Pelaporan untuk penyakit tertentu menggunakan formulir baku yang sudah
ditentukan oleh program.
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan logistik untuk pelaksanaan pelayanan Laboratorium Puskesmas kauman direncanakan


dalam POA, permintaan obat dan bahan habis pakai dan lokmin bulanan. Pengadaan logistik
berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten.

Untuk yang pengadaan yang lewat DKK, Puskesmas setiap tahun membuat pengajuan logistik
yang dibutuhkan. Kemudian Puskesmas tinggal menunggu logistik datang dari DKK.

Daftar logistik Laboratorium di Puskesmas kauman

No NAMA

1. Stik Gula

2 Stik Asam Urat

3 Stik Cholesterol

4 Reagent Cholesterol

5 Reagent Alat Hematology Analizer

6 Reagent Golongan Darah

7 Reagent Widal

8 Reagent ZN

9 Rapid Test HIV

10 Rapid Test HBsAg

11 Blood Lancet

12 Spuit Injeksi

13 Kartu Golongan Darah

14 Objek Glass

15 Cover Glass
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Tujuan dari ditetapkannya sasaran keselamatan pasien adalah untuk mendorong perbaikan
spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan
kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas
permasalahan ini.

Untuk meningkatkan keselamatan pasien perlu dilakukan pengukuran terhadap sasaran- sasaran
keselamatan pasien. Indikator pengukuran sasaran keselamatan pasien seperti pada tabel berikut ini:

NO INDIKATOR SASARAN KESELAMATAN PASIEN TARGET

1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien 100%

2. Peningkatan komunikasi efektif 100%

3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat kepada pasien 100%

4. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan 100%


keperawatan

5. Pengurangan terjadinya risiko infeksi di Puskesmas ≥75%

6. Tidak terjadinya pasien jatuh 100%

1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien


Identifikasi pasien yang tepat meliputi tiga detail wajib, yaitu: nama, umur, nomor rekam medis
pasien. Kegiatan identifikasi pasien dilakukan pada saat pemberian obat, pengambilan spesimen atau
pemberian tindakan

2. Peningkatan komunikasi efektif

Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh
resipien/penerima akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang paling
mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui
telpon. Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan
klinis, seperti laboratorium klinis menelpon unit pelayanan untuk melaporkan hasil pemeriksaan
segera/ cito.

3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat kepada pasien


Ketepatan pemberian obat kepada pasien dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan
identifikasi pada saat memberikan obat kepada pasien.
Pengukuran indikator dilakukan dengan cara menghitung jumlah pasien yang dilayani oleh bagian
farmasi dikurangi kejadian kesalahan pemberian obat dibagi jumlah seluruh pasien yang mendapat
pelayanan obat.

4. Tidak terjadi kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan


Dalam melaksanakan tindakan medis dan keperawatan, petugas harus selalu melaksanakannya sesuai
prosedur yang telah ditetapkan. Identifikasi pasien yang akan mendapatkan tindakan medis dan
keperawatan perlu dilakukan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemberian prosedur.

5. Pengurangan terjadinya risiko infeksi di puskesmas


Agar tidak terjadi risiko infeksi, maka semua petugas Puskesmas Kauman wajib menjaga kebersihan
tangan dengan cara mencuci tangan 7 langkah dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Tujuh
langkah cuci tangan pakai sabun (CTPS) harus dilaksanakan pada
lima keadaan, yaitu:
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Setelah kontak dengan pasien
c. Sebelum tindakan aseptik
d. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
e. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.

6. Tidak terjadinya pasien jatuh


Setiap pasien yang dirawat di Puskesmas Kauman dilakukan pengkajian terhadap
kemungkinan risiko jatuh untuk meminimalkan risiko jatuh. Pencegahan terjadinya pasien
jatuh dilakukan dengan cara:
a. Memberikan identifikasi jatuh pada setiap pasien dengan pada setiap pasien yang
beresiko jatuh dengan memberi tanda pada pintu ruang rawat inap.
b. Memberikan intervensi kepada pasien yang beresiko serta memberikan lingkungan yang
aman.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Untuk keamanan dan kenyamanan bagi petugas paramedic dan petugas medis dalam memberikan
pelayanan kesehatan, terutama untuk mencegah tertularnya penyakit dimana di puskesmas
banyak kasus –kasus penyakit menular misal; TBC ,Kusta
,hepatitis, HIV AIDS dan penyakit yang disebabkan virus lainya. maka petugas dalam
melaksanakan pelayanan diwajibkan memperhatikaan keamanan diri dengan pemakaian Alat
Perlindungan Diri (APD) yaitu menggunakan masker ,sarung tangan, jas kerja laboratorium,
kacamata pelindung. Dan selalu melakukan cuci tangan sebelum dan setelah melaksanakan
kegiatan atau pelayanan.

PEMAKAIAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD)

Pemeriksaa n Tindakan SCalling Tindakan tanpa


Perlukaan perlukaan

Sanitasi tangan Ya Ya ya ya

Sarung tangan Ya Ya ya ya

Jas Laboratorium Ya Ya Ya ya

Masker Ya Ya ya ya

Kaca mata tidak Penilaian ya tidak


pelindung resiko

Sterilisasi Alat:

 Mencuci alat dengan sabun yg mengandung anti septic

 Penyemprotan/ oles alcohol pada alat yg akan digunak


 Sterilisator listrik setiap selesai pelayanan, dan alat2 dari stainless/ metal yg sudah di sterilisasi
dibiarkan di dalam sterilisator sampai besoknya, sehingga pemakaian alat alat sudah siap
dipergunakan esoknya.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan di Laboratorium perlu


diperhatikan keselamatan pasien dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko
terhadap pasien harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan
dilaksanakan.
Pengendalian mutu pelayanan klinis merupakan kegiatan untuk mencegah
terjadinya masalah terkait pelayanan pengobatan atau mencegah terjadinya kesalahan pengobatan /
medikasi (medication error), yang bertujuan untuk keselamatan pasien.
Unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan sebagai berikut:
a. Unsur masukan (input), yaitu sumber daya manusia, sarana dan prasarana,
ketersediaan dana, dan Standar Operasional Prosedur.
b. Unsur proses, yaitu tindakan yang dilakukan, komunikasi, dan kerja sama.
c. Unsur lingkungan, yaitu kebijakan, organisasi, manajemen, budaya, respon dan
tingkat pendidikan masyarakat.
Pengendalian mutu pelayanan klinis terintegrasi dengan program pengendalian mutu
pelayanan klinis Puskesmas yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Kegiatan
pengendalian mutu pelayanan klinis meliputi:
a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi untuk
peningkatan mutu standar.
b. Pelaksanaan, yaitu:
1. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja(membandingkan
antara capaian dengan rencana kerja)
2. Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.
c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi yaitu:
1. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan standar
2. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.
Monitoring merupakan kegiatan pemantauan selama proses berlangsung untuk memastikan
bahwa aktifitas berlangsung sesuai dengan yang direncanakan. Monitoring dapat dilakukan oleh
tenaga medis dan paramedis yang melakukan proses. Aktifitas
monitoring perlu direncanakan untuk mengoptimalkan hasil pemantauan. Contoh ;
monitoring pelayanan pasien, monitoring kinerja tenaga kesehatan
Sedangkan untuk menilai hasil atau capaian pelaksanaan pelayanan klinis, dilakukan evaluasi.
Evaluasi dilakukan terhadap data yang dikumpulkan yang diperleh melalui metode berdasarkan
waktu, cara dan teknik pengambilan data.
Berdasarkan waktu pengambilan data, terdiri atas:
a. Retrospektif
Pengambilan data dilakukan setelah pelayanan dilaksanakan. Contoh :
survey kepuasan pelanggan, laporan mutasi barang.
b. Prospektif
Pengambilan data dijalankan bersamaan dengan pelaksanaan pelayanan. Contoh : waktu
pelayanan kesehatan di Puskesmas, sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan cara pengambilan data, terdiri atas:
a. Langsung (data primer);
Data diperoleh secara langsung dari sumber informasi oleh pengambil data.
Contoh: survey kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan kilnis
b. Tidak langsung (data sekunder);
Data diperoleh dari sumber informasi yang tidak langsung Contoh:
catatan riwayat penyakit yang lalu

Cara pengambilan data :


a. Survei
Survei yaitu pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Contoh
: survey kepuasan pelanggan.
b. Observasi
Observasi yaitu pengamatan langsung aktifitas atau proses dengan menggunakan ceklist atau
perekaman.

Pelaksanaan evaluasi terdiri atas :


a. Audit
Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan dengan pengukuran
kinerja bagi yang memberikan pelayanan dengan menentukan kinerja yang berkaitan dengan
standar yang dikehendaki dan dengan menyempurnakan kinerja tersebut. Oleh karena itu,
audit merupakan alat untuk menilai, mengevaluasi,
menyempurnakan pelayanan klinis secara sistematis.
Terdapat 2 macam audit, yaitu:
1. Audit Klinis
Audit Klinis yaitu analisis kritis sistematis terhadap pelayanan klinis, meliputi prosedur
yang digunakan untuk pelayanan, penggunaan sumber daya, hasil yang didapat dan
kualitas hidup pasien. Audit klinis dikaitkan dengan pengobatan
berbasis bukti.
2. Audit Profesional
Audit Profesional yaitu analisis kritis pelayanan klinis oleh seluruh tenaga medis
dan paramedis terkait dengan pencapaian sasaran yang disepakati, penggunaan sumber
daya dan hasil yang diperoleh.
Contoh : audit pelaksanaan system manajemen mutu
b. Review (pengkajian)
Review (pengkajian) yaitu tinjauan atau kajian terhadap pelaksanaan pelayanan
klinis tanpa dibandingkan dengan standar. Contoh :
kajian penggunaan antibiotika.

BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Laboratorium Puskesmas Kauman ini digunakan sebagai acuan pelaksanaan
pelayanan Laboratorium di Puskesmas Kauman. Untuk keberhasilan pelaksanaan Pedoman
Pelayanan Laboratorium Puskesmas Kauman diperlukan komitmen dan kerja sama semua pihak.
Hal tersebut akan menjadikan Pelayanan Laboratorium di Puskesmas Kauman semakin optimal
dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012


2. Peraturan Pemerintah No 85 Tahun 1999
3. Keputusan Kepala Bapedal No 03 Tahun 1998
4. Pedoman Praktek Laboratorium Yang Benar, Depkes RI Tahun 2004
5. Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Kesehatan, Depkes RI
Tahun 2003
6. Buku Workshop Plebotomi Bagi Petugas Laboratorium di Puskesmas, Dinkes
Propinsi Tahun 2009
7. Buku Manual Alat poch-100i SYSMEX
8. Petunjuk Praktikum Laboratorium, Gandhasoebrata Tahun 1984
9. Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas, Depkes RI Tahun 1991
10. Modul Pelatihan Program P2 Kusta, Subdirektorat Kusta dan Frambusia
11. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Depkes RI Tahun 2005

Anda mungkin juga menyukai