Anda di halaman 1dari 5

INOVASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN DASAR

Analisis Kompetensi Kebutuhan Peserta didik Untuk Bekal Masa Depan

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. I Wayan Suastra, M.Pd.
Prof. Dr. I Wayan Lasmawan, M.Pd.

Oleh

I Kadek Wisnu Nata 2329041010 (E)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2024
Pada Abad ke-21 ini perkembangan dari segala aspek kehidupan berjalan amat
cepat. Hal ini juga merupakan tantangan bagi peserta didik untuk mengisi dirinya
dengan bekal yang tepat. Utuk menghadapi itu maka peserta didik memerlukan
kompetensi yang dapat sesuai dengan tuntutan zaman yang semakin canggih dan
berjalan dengan cepat. Adapun kompetensi yang dapat dikembangkan peserta didik
sebagai bekalnya di masa depan sebagai berikut.

1. Membekali Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah


Setiap bidang studi atau mata pelajaran pada masing-masing jenjang
pendidikan, pada proses pembelajarannya hendaknya mampu menyajikan
pembelajaran yang dapat menunjukkan inti dari pengetahuan atau materi pelajaran,
kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan peserta didik di arahkan untuk menggunakan
pengetahuannya secara aktif. Dalam aktivitas belajar dan mengajar guru telah
dikenalkan dan mengenal konsep dari taksonomi pembelajaran yang terdiri dari
enam domain, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Hasil penelitian dalam dekade terakhir menunjukkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan enam domain tersebut bukan merupakan cara belajar peserta
didik yang efektif yang tidak mengajarkan peserta didik bagaimana cara mereka
belajar, melainkan lebih cenderung kepada pemberian dan penerimaan materi
pelajaran dari guru ke peserta didik).

2. Meningkatkan Kreativitas dan Inovasi


Kreativitas dan kemampuan menciptakan inovasi merupakan kompetensi yang
diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Satu hal yang menjadi penekanan dalam
meningkatkan kemampuan berkreasi dan berinovasi bagi peseta didik, yaitu guru atau
pendidik harus memiliki kebaranian untuk mengubah kebiasaan pembelajaran
konvensional dan memperbaiki dengan cara berinovasi dengan pembelajaran yang
mendorong peserta didik untuk berkreasi dan berinovasi. Karena dalam era globalisasi
dan perkembangan yang begitu cepat, kemampuan melakukan inovasi angat
diperlukan. Kreativitas peserta didik dapat diasah dengan cara pembelajaran
kolaborasi, karena dengan pembelajaran seperti ini, peserta didik dapat menyerap dan
menganalisis banyak pendapat dari berbagai sudut pandang (Johnson, 2002).
Namun saat ini, hanya sedikit sekolah yang mengajarkan peserta didik untuk
menciptakan pengetahuan, sebaliknya peserta didik diajarkan hanya diberikan
pengetahuan yang bersifat statis, sehingga guru dan siswa menjadi ahli dalam
mengkonsumsi pengetahuan daripada memproduksi pengetahuan itu sendiri. Tujuan
akhir dari pembelajaran adalah untuk menstimulasi kemampuan peserta didik dalam
membuat dan menghasilkan ide, konsep dan pengetahuan. Guru dapat memainkan
peran kunci dengan mendorong, mengidentifikasi dan membina kreativitas. Dorongan
membantu peserta didik untuk mengenali dan mengembangkan kapasitas kreatif pada
diri peserta didik yang seringkali diabaikan oleh guru. Memupuk kreativitas dan
inovasi juga menuntut guru untuk memodifikasi lingkungan yang dapat mendukung
tumbuhnya kreativitas dan inovasi dalam diri peserta didik. Lingkungan pembelajaran
yang mempersiapkan peserta didik yang siap untuk bermasyarakat sangat berbeda dari
model pembelajaran yang standar. Pembelajaran dengan model standar merupakan
pembelajaran yang sebenarnya saat ini masih banyak dipraktekkan. Sekolah dengan
model standar ini masih menganut kebiasaan lama yaitu nilai yang diperoleh peserta
didik, mempelajari sejumlah materi, tes kenaikan kelas, dan ujian kelulusan (Noah,
2018). Dalam pembelajaran standar ini, sebagaian sekolah dibangun pada prinsip
perolehan dan penyimpanan informasi. Pada kondisi seperti itu, prinsip pembelajaran
tradisional berlaku, di mana guru mengajar dan peserta didik belajar.

3. Memanfaatkan Ketertarikan Siswa terhadap Mobile Technology


Setiap individu yang hidup di era globalisasi saat ini, interaksi dengan
teknologi digital sudah menjadi hal biasa, terutama dikalangan anak muda. Namun,
teknologi digital saat ini masih berperan kecil dalam dunia pendidikan. Sebenarnya,
teknologi digital yang dimanfaatkan dengan baik dalam pembelajaran akan
memberikan bentuk baru pembelajaran, tetapi bukan berfungsi sebagai mekanisme
untuk menggantikan guru. Penggunaan teknologi, seperti smartphone memiliki
potensi besar untuk meningkatkan dinamika kualitas pembelajaran. Namun, poinnya
adalah melihat teknologi bukan sebagai solusi satu-satunya, tetapi sebagai
pendukung dalam proses pembelajaran. UNESCO mencatat bahwa inisiatif yang
mengubah ponsel sebagai perangkat atau alat untuk belajar, yang menjadi solusi bagi
peserta didik yang tidak mampu menjangkau pendidikan di sekolah dan untuk
menjangkau tantangan pendidikan modern yang berbasis pada teknologi (European
Commission, 2020). Adanya teknologi digital seperti smartphone memberikan
manfaat bagi peserta didik untuk mengakses sumber belajar secara terbuka. Fasilitas
yang ditawarkan oleh teknologi digital antara lain multimedia berbasis web, alat
produksi dan distribusi materi pelajaran yang menggabungkan teks, audio, foto dan
video, membuat guru dihadapkan dengan peluang baru untuk berintegrasi dengan
media sosial dan teknologi dalam proses pengajaran, pembelajaran, dan penilaian.

4. Memperluas Fungsi Media Sosial


Memanfaatkan media sosial dalam pendidikan, khususnya dalam proses
pembelajaran memberikan fasilitas dan kesempatan belajar yang lebih luas. Media
sosial dapat digunakan sebagai sarana untuk mengimplementasikan, memfasilitasi,
dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Menggunakan media sosial dalam
aktivitas pembelajaran dapat membantu mengenalkan inovasi pembelajaran mandiri,
pembelajaran kolaborasi dan mengubah pola interaksi antara peserta didik dan guru
(Slavin, 1980). Adanya media sosial yang dapat diakses secara terbuka oleh setiap
orang, dapat dimanfaatkan guru untuk sharing bahan pembelajaran, karena akun
pribadi yang dimiliki oleh guru dapat digubungkan dengan peserta didik dan dapat
dilihat secara terbuka. Hal ini memudahkan setiap orang untuk mengelola informasi
atau konten yang dimiliki dalam sistemnya dan memudahkan orang lain untuk
mengakses informasi tersebut tanpa mengaksesnya melalui lembaga atau penyedia
lain. Selain itu, seseorang juga dapat melakukan proteksi dari pihak lain yang tidak
dikehendaki untuk melihat konten media sosialnya.

5. Communication (Keterampilan Berkomunikasi)


Kemampuan siswa yang harus dikembangkan yang kedua adalah
communication atau komunikasi. Kemampuan ini berkaitan dengan bagaimana siswa
dapat mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran secara lisan maupun tulisan
dengan efektif. Tujuan utama dari diajarkannya kemampuan berkomunikasi ini
adalah supaya siswa memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik sehingga pesan
yang mereka sampaikan dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan dan tidak
terjadi salah paham. Dalam keterampilan ini, siswa juga diajarkan untuk memahami
situasi sekitar, penggunaan media dalam komunikasi, dan siapa yang menjadi lawan
bicara mereka.
Beri kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapat, menceritakan
pengalaman, atau bertanya di kelas adalah cara untuk melatih kemampuan
berkomunikasi siswa. Dengan pembiasaan dan juga teladan yang baik dari guru
dalam berkomunikasi, siswa akan lebih mudah mengembangkan kemampuan
komunikasi mereka dan tentu saja akan menjadi pribadi yang lebih percaya diri.

6. Kolaborasi atau Kerja Sama


Hal lain yang lebih penting untuk diajarkan kepada siswa, yaitu kolaborasi.
Sudah bukan waktunya lagi untuk menjadi pemenang seorang diri saat ini. Penting
untuk diajarkan kepada siswa untuk dapat berkolaborasi dan bekerja sama dengan
orang lain sehingga dapat mencapai kesuksesan yang bersama-sama. Dengan
berkolaborasi, masing-masing siswa dilatih untuk bisa saling mengisi kelebihan dan
kekurangan satu sama lain, sehingga hasil akhirnya pun bisa lebih maksimal. Selain
itu, kolaborasi juga berguna untuk mengajarkan kepada siswa untuk lebih
bertanggung jawab dengan perannya, saling berempati, dan menghormati orang lain
yang memiliki pendapat berbeda.
Cara terbaik untuk mengajarkan kolaborasi adalah dengan membuat siswa
bekerja secara berkelompok, berdiskusi, atau mengerjakan project secara bersama-
sama. Siswa akan belajar mendengar pendapat orang lain dan juga menghargainya.
Selain itu, mereka juga akan mendapatkan rasa bangga karena telah melakukan
tugasnya dengan baik dan berkontribusi dalam kesuksesan kelompoknya.
7. Citizenship
Citizenship atau sering juga dienal sebagai Global Citizenship. Pendidikan
global citizenship ini melatih siswa untuk aware bahwa mereka tidak hanya milik
suatu komunitas atau etnis tertentu saja, melainkan mereka juga adalah bagian dari
warga negara dunia. Tujuan dari pendidikan global citizenship adalah untuk
memberdayakan siswa untuk berperan aktif dalam menghadapi dan mengatasi
tantangan global dan menjadi kontributor yang proaktif untuk dunia yang lebih
damai, toleran, inklusif dan aman. Mereka akan dapat menghargai perbedaan baik itu
perbedaan kebudayaan, kebangsaan, fisik, dan lain sebagainya.

8. Leadership
Anak-anak adalah pemimpin masa depan. Supaya mereka menjadi pemimpin-
pemimpin yang handal di masa depan, mereka harus dilatih untuk memiliki karakter
dan juga keterampilan Ileadership sejak dini. Dalam leadership, sikap kepemimpinan
dalam diri siswa dibangun agar menjadi siswa yang bertanggung jawab, siswa yang
dapat menjalankan perannya sebagai siswa serta siswa yang dapat mengembangkan
potensinya sebagai seorang pribadi. Bentuk-bentuk kegiatan yang mendorong
tumbuhnya keterampilan leadership diantaranya organisasi siswa seperti OSIS,
perangkat kelas, memimpin teman saat berbaris dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai