Anda di halaman 1dari 6

FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA

Disusun Oleh :
Kelompok 6
Novia Rahmawati
Saidatun Nikmah
Jahrah
Tasya Karenina

Dosen Pembimbing :

Drs. Maya Istyadji, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

SEPTEMBER 2023
1) Apa praktik Pendidikan saat ini yang ‘membelenggu’ kemerdekaan peserta didik dalam
belajar dengan melihat Perjalanan Pendidikan Nasional sebelum kemerdekaan dan sesudah
kemerdekaaan?
Jawab:
Sebelum Kemerdekaan
a) Sarana Prasarana
Sarana Prasarana dalam dunia Pendidikan menjadi salah satu faktor yang sangat
diperlukan untuk menunjang proses belajar mengajar. Namun, kenyataan masih ada
beberapa daerah yang sarana dan prasarana sekolahnya masih dirasa kurang memadai. Mulai
dari tempat belajar (sekolah) yang sulit dijangkau, bangunan sekolah yang kurang layak,
fasilitas sekolah yang kurang lengkap, hingga bahan ajar yang masih seadanya. Hal-hal
tersebut secara tidak langsung dapat membelenggu kemerdekaan peserta didik dalam belajar.
Dalam konsep merdeka belajar, peserta didik diharapkan dapat mengeksplorasi lebih
wawasan dan kreatifitas mereka dalam belajar. Oleh karena itu pemerataan pembangunan
dalam dunia pendidikan harus lebih diperhatikan agar kemerdekaan peserta didik dalam
proses belajar mengajar dapat dicapai.
b) Media Pembelajaran dan Sumber Belajar
Adanya media pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran di Sekolah adalah
merupakan aspek yang penting sebagai bagian diri upaya untuk mengkonkritkan sesuatu yang
masih abstrak (yang belum jelas/dipahami oleh peserta didik). Hal ini bertujuan untuk
mencapai proses, tujuan pembelajaran atau kompetensi yang telah dirumuskan. Dengan
adanya media pembelajaran yang lengkap seperti, lab komputer, LCD proyetor, lab
penunjang mapel, perpustakaan yang lengkap menyediakan buku-buku berkulaitas dan
terbaru, pastinya akan mendorong peserta didik untuk lebihberkembang dan berkualitas.
Dalam proses pembelajaran tersebut, sumber belajar kaitannya erat dengan kesuksesan
dari suatu pembelajaran. Karena sumber belajar berasal dari guru, data, lingkungan, dan
informasi – informasi yang diambil oleh peserta didik. Dalam hal ini, wawasan peserta didik
akan bertambah dan bekembang sesuai apa yang mereka dapatkan dan serap dari sumber
belajar yang tersedia. Dengan demikian, dengan adanya sumber belajar yang memadai
dimaksimalkan dengan media pembelajaran yang memadai, maka proses pembelajaran akan
berjalan secara optimal dan berkualitas.
c) Sumber Daya Manusia
Setiap siswa memiliki keunikannya masing-masing. Setiap siswa mempunyai kekuatan,
kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang
sosial ekonomi, dan lingkungan juga sangat berpengaruh dengan gaya belajarnya. Hal yang
dapat dilakukan untuk mencegah hal ini terjadi adalah dengan melakukan asesmen diagnostik
di awal pembelajaran, baik itu secara non kognitif maupun secara kognitif. Dengan demikian
Guru dapat mengetahui karakter siswa kemampuan pemahaman siswa, dan juga kendala yang
siswa hadapi. Selain itu, Minimnya jumlah guru yang berada di daerah membuat setiap guru
kerap mengajar tidak sesuai dengan ilmu yang mereka miliki. Hal ini dilakukan agar setiap
murid khususnya yang berada di sekolah dasar (SD) bisa merasakan semua pelajaran yang
wajib mereka serap. Tidak hanya itu, di era perkembangan teknologi yang semakin pesat,
guru dituntut untuk selalu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi pada
kenyataannya guru yang sudah berusia lanjut enggan untuk mempelajarinya. Peran Orang tua
peserta didik juga diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran, biasanya orang tua
peserta didik hanya mengandalkan peran guru di sekolah saja.
d) Metode Pembelajaran (Metode pembelajaran yang masih teacher-centered)
Implementasi pada kurikulum 13 yang sudah mulai diterapkan sejak 2013-2014 lalu
dimaksudkan untuk membentuk dan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk
menemukan, menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan menggunakan strategi pada pelajar
untuk belajar secara mandiri. Namun pada pengimplementasiannya, banyak sekali guru di
Indonesia yang masih terpaku pada Teacher center untuk metode pembelajaran yang di
terapkan. Metode Teacher centered ini sudah menjadi kebiasaan dari pendidikan di Indonesia
sejak dulu sehingga sulit diubah, padahal siswa saat ini membutuhkan kemerdekaan dalam
belajarnya. Sesuai dengan konsep merdeka belajar dari Ki Hajar Dewantara bahwa seorang
guru harus bisa menghantarkan peserta didik untuk menjadi manusia merdeka. Maksudnya
ialah, mereka harus belajar untuk hidup berdasarkan kemampuan sendiri, mengenali diri,
memahami betul tujuan mereka dalam belajar. Maka dari itu sangat penting bagi seorang
pendidik untuk memberi kesempatan seluas luasnya kepada siswa untuk mengeksplor
pembelajarannya secara mandiri.
Beberapa metode yang dapat di kembangkan seperti;
1. Metode belajar cooperative learning, yaitu siswa dapat belajar/bertukar ide/ilmu secara
kooperatif bersama kelompok.
2. Contextual Learning, sehingga siswa memiliki keterlibatan secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari, menghubungkan dan menerapkannya dalam
kehidupan nyata.
3. Discovery Learning, proses belajar yang di dalamnya tidak disajikan suatu konsep
dalam bentuk jadi (final), namun siswa dituntut dalam menemukan konsep dari materi
tersebut secara mandiri.
Melalui beberapa metode yang dapat diterapkan di atas maka diharapkan guru dapat
memusatkan pembelajaran lebih banyak pada peserta didik sehingga siswa dapat belajar
secara mandiri. Kemampuan belajar mandiri yang di miliki siswa akan membentuk
karakter/kemampuan belajar sepanjang hayat (lifelong learning).
e) Bantuan Pendidikan yang kurang tepat sasaran seperti beasiswa KIP (Kartu Indonesia
Pintar)
f) System Pendidikan yang hanya mengkhususkan pada kaum colonial dan bangsawan
g) Jumlah guru yang terbatas
h) Sekolah hanya diperuntukkan untuk orang eropa sedangkan orang pribumi diperbolehkan
sekolah namun hanya mendapatkan pelajaran baca tulis, hitung, dan harus bekerja untuk
colonial.
Setelah kemerdekaan
a) Pemerataan Pendidikan di kota dan daerah
b) Penggantian kurikulum yang menyebabkan guru dan peserta didik harus beradaptasi
dengan perubahan system Pendidikan
c) Adanya pandemic sehingga timbul keterbatasan dalam proses pembelajaran

2) Adakah model-model Pendidikan saat ini yang Anda lihat dapat melepaskan ‘belenggu’ yang
belum memerdekakan peserta didik?
Jawab:
Model pendidikan yang dapat melepaskan belenggu yang belum memerdekakan
peserta didik adalah model yang berfokus pada pengembangan potensi individu, pemberian
keterampilan, pengetahuan, dan pemahaman yang memungkinkan peserta didik untuk
berpikir kritis, mandiri, dan kreatif. Berikut adalah beberapa model pendidikan yang dapat
mencapai tujuan ini:
a) Pendidikan Holistik
Potensi-potensi yang sudah dimiliki oleh manusia haruslah dikembangkan
dengan baik melalui pendidikan holistik. Adanya pemahaman tentang peserta didik
dan pendidikan secara utuh dan menyeluruh (holistik) oleh pendidik akan membawa
pelita yang terang bagi pendidikan.Masih banyaknya persoalan yang terjadi saat ini
dikarenakan pendidikan di Indonesia masih belum berkembang secara cepat dalam
mengikuti perkembangan zaman. Permasalahan yang multidimensional dan multi
kompleks berdasar pada persoalan paradigma terhadap dunia (Wulandari, dkk., 2021).
Model pendidikan holistik memandang peserta didik sebagai individu yang
kompleks dan mengintegrasikan aspek fisik, emosional, sosial, dan intelektual dalam
pembelajaran. Tujuannya adalah untuk membantu peserta didik berkembang secara
menyeluruh.
b) Pendidikan Berbasis Proyek
Model pembelajaran Project Based Learning ini adalah suatu pembelajaran
jangka panjang, yang melibatkan peserta didik untuk membuat projek untuk
mengatasi problem dalam kehidupan sehari hari, pada kenyataannya pembelajaran ini
berfokus untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan
persoalan dalam mengerjakan suatu
proyek yang dapat menghasilkan sesuatu (Sari & Angreni, 2018).
Model pendidikan ini memungkinkan peserta didik untuk belajar melalui
proyek-proyek yang nyata dan relevan. Mereka memiliki kesempatan untuk
mengidentifikasi masalah, mencari solusi, dan memecahkan masalah dengan
bimbingan guru. Pendekatan ini mempromosikan pemikiran kritis, kreativitas, dan
keterampilan praktis.

c) Pendidikan Inklusif
Pendidikan inklusif mendorong keberagaman dan menghormati perbedaan
individual. Model ini berfokus pada memerdekakan semua peserta didik, termasuk
mereka dengan kebutuhan khusus, dengan menyediakan dukungan yang diperlukan
untuk kesuksesan mereka dalam pembelajaran. Pendidikan Inklusif muncul sebagai
suatu layanan pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di mana
penyelenggaraannya dengan cara memadukan anak-anak yang berkelainan atau
berkebutuhan khusus bersama anak normal lainnya, menggunakan kurikulum yang
berlaku di lembaga yang bersangkutan.
Tujuan pendidikan inklusif yaitu agar semua anak mendapatkan
hak pendidikan dan kedudukan yang sama tak terkecuali bagi mereka yang
berkebutuhan khusus. Sekolah reguler yang berorientasi inklusif ini merupakan alat
untuk memerangi sikap diskriminasi, menciptakan masyarakat yang ramah, dan
mencapai pendidikan bagi semua. Penyelenggaraan sekolah inklusif harus terus
dikembangkan demi memberikan ruang gerak, ruang belajar terutama bagi anak-anak
yang berkebutuhan khusus agar mereka tidak dipandang sebelah mata lagi. Untuk itu
pemerintah harus betul-betul memperhatikan apa saja kebutuhan mereka, baik dari
aspek sarana dan prasana maupun
guru pembimbing untuk mereka (Suriaman, 2023).

Penting untuk dicatat bahwa tidak ada model pendidikan yang sempurna, dan
pendidikan yang efektif akan bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan konteks peserta didik.
Idealnya, sebuah sistem pendidikan harus mencampurkan elemen-elemen dari berbagai
model pendidikan untuk mencapai hasil yang terbaik.
3) Apa yang Anda tawarkan sebagai model Pendidikan yang dapat melepaskan belenggu dan
memerdekakan peserta didik?
Jawab:
a) Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered learning), sehingga
peserta didik dapat mengonstruksi pemahaman mereka sendiri. Selain itu, guru harus
menyiapkan dan melatihkan peserta didik bukan hanya mengenai pengetahuan tapi
juga keterampilan-keterampilan yang mereka butuhkan untuk kehidupan, misalnya
keterampilan 4C (critical thinking; creativity; collaboration; communication.), literasi
digital, dsb.

b) Pengimplementasian program Merdeka Belajar


“Merdeka belajar” pertama kali disampaikan oleh Mendikbud, Nadiem
Makarim. Program ini berangkat dari asumsi dasar bahwa proses belajar harus
dilakukan dengan tujuan untuk membebaskan siswa, guru ataupun sekolah dari
berbagai hal yang membelenggu. Merdeka belajar mendukung banyak inovasi dalam
dunia pendidikan, terutama kemajuan berbagai lembaga pendidikan termasuk sekolah
ataupun madrasah, dengan membentu pula kompetensi guru. Guru penggerak yang
merdeka dalam mengajar tahu akan kebutuhan murid-muridnya sesuai lingkungan dan
budaya siswa tersebut. Mengingat Indonesia memiliki banyak suku, adat istiadat dan
budaya, tata krama dan etika pada suatu daerah tentunya berbeda. Justru perbedaan
yang ada membuat kita saling kenal mengenal, dan menjadi bangsa makmur dengan
menghargai perbedaan yang ada, gotong royong yang sudah menjadi warisan terpuji
leluhur secara turun-temurun. Nilai pancasila dan yang tertuang dalam Bhinneka
Tunggal Ika dari kitab kakawin Sutasoma wajib menjadi nilai yang dipegang bersama
oleh seluruh masyarakat Indonesia termasuk para pelajar. Peran guru sebagai seorang
pendidik yang ditugaskan untuk mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik, oleh karena itu guru harus mampu mengidentifikasi
bakat setiap siswanya supaya dapat memberikan pengarahan dan mengembangkannya
sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki. Setiap anak memiliki bakat dan
kepribadian yang berbeda, sehingga mendidik anak merupakan hal yang menarik dan
unik.

Sumber:
Sari, R. T., & Angreni, S. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) Upaya Peningkatan Kreativitas Mahasiswa. Jurnal VARIDIKA, 30(1), 79–
83. https://doi.org/10.23917/varidika.v30i1.6548
Suriaman, M. (2023). Pendidikan Inklusif Dalam Merdeka Belajar Di Madrasah Ibtidaiyah:
Pendidikan Inklusif Dalam Merdeka Belajar Di Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal
Pendidikan Guru, 4(2).
Wulandari, F., Hidayat, T., & Muqowim, M. (2021). Konsep Pendidikan Holistik Dalam
Membina Karakter Islami. Muróbbî: Jurnal Ilmu Pendidikan, 5(2), 157-180.

Anda mungkin juga menyukai