Anda di halaman 1dari 61

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN STATUS GIZI


BALITA DI POSYANDU MEMOSA DESA WAIHERU

Sebagai Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kesehatan
Pada Jurusan Gizi Polteknik Kesehatan Kemenkes Maluku

Disusun Oleh:

DESI RUMBALIFAR
NIM P07131020008

PROGRAM STUDI GIZI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
AMBON
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

GAMBARAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN STATUS GIZI BALITA


DI POSYANDU MEMOSA DESA WAIHERU

Disusun Dan Diajukan Oleh:

DESI RUMBALIFAR
NIM: P07131020008

Pembimbing

Santi A. Lestaluhu, S.Gz, M.P.H Tanggal Desember 2023


NIP: 198104092005012003
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa,

yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehigga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang Berjudul “Gambaran Faktor

Sosial Ekonomi dan Status Gizi Balita Di Posyandu Memosa Desa

Waiheru”,sebagai salah satu syarat menyelesaikan mata kuliah Karya

Tulis Ilmiah.

Ucapan terima kasih dengan tulusdan penuh rasa hormat penulis

sampaikan kepada Santi Aprilian Lestaluhu, S.Gz., M.P.H selaku

pembimbing, yang telah mengorbankan waktu,tenaga, dan pikiran dan

membantu serta membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini. Pada kesempatan ini pula penulis tidak lupa

mengucapkan terima kasi kepada:

1. Hairudin Rasako, SKM.,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Maluku yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk mengikuti pendidikan pada Politeknik Kesehatan Kemenkes

Maluku Jurusan Gizi.

2. Mahmud,S.Pd.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi yang telah

memberikan motivasi dan arahan selama penulis mengikuti pendidikan.

3. Inamah,SKM.,M.Kes selaku penguji I yang telah memberikan saran,

masukan dan arahan dalam perbaikan Karya Tulis Ilmiah.

ii
4. Muhamad Asrar,SKM.,M.P.H selaku penguji II yang telah memberikan

saran,masukan dan arahan dalam perbaikan Karya Tulis Ilmiah.

5. Staf dosen jurusan Gizi yang telah memberikan motivasi dan arahan

selama penulis mengikuti pendidikan.

6. Orang tua tercinta, papa (Abdul Rumbalifar), Mama (Minting Borut), dan

kaka-kakak tersayang Syarifudin Rumbalifar.S.Pd berserta istrinya

Tirta Triana, Rahmawati Rumbalifar,A.Md.Kl, Warni Rumbalifar dan

adik Defitri Rumbalifar yang telah memberikan dukungan dan doa

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah.

7. Semua rekan mahasiswa angkatan 2020 Jurusan Gizi terutama ketua

kelas Sitti Aisa Iha,Putri,Ramisa,Salina,Nebo,April, Nani dan sahabat

terdekat, Yanti, Risma, Lidya, Aira, Chany yang selalu memberikan

dorongan serta masukan kepada penulisan selama proses penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Karya Tulis Ilmiah dapat bermanfaat bagi pembaca.

Ambon, Agustus 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.....................................................................

HALAMAN PENGESAHAN........................................................

KATA PENGANTAR..................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................

ABSTRAK..................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN..............................................................1

A. Latar Belakang........................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................5

C. Tujuan Penelitian....................................................................5

D. Manfaat Penelitian..................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................7

A. Landasan Teori.................................................................…7

B. Kerangka Konsep ..........................................................….24

BAB III METODE PENELITIAN..............................................…25

A. Jenis Penelitian...................................................................…25

B. Tempat dan Waktu..................................................................

C. Populasi dan Sampel..........................................................…25

D. Variabel dan Definisi Operasional.......................................…27

E. Pengumpulan data..............................................................…30

F. Instrumen dan bahan penelitian..........................................…31


G. Cara pengolahan dan analisis data.....................................…31

H. Penyajian data....................................................................…32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil.......................................................................................

B. Pembahasan .........................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan..........................................................................

B. Saran ..................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................33
LAMPIRAN...............................................................................35
ABSTRAK

GAMBARAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN STATUS GIZI BALITA


DI POSYANDU MEMOSA DESA WAIHERU
Desi Rumbalifar* Santi A. Lestaluhu**

Latar belakang :Indonesia mengalami banyak peristiwa penting dalam


perjalanannya untuk menjadi sebuah negara yang berpenghasilan
menengah.Jutaan Balita di Indonesia tetap terancam dengan tingginya
angka anak yang bertubuh pendek (stunting), kurus (wasting) dan beban
ganda malnutrisi dimana terjadinya kekurangan dan kelebihan Gizi
Tujuan :Untuk mengetahui gambaran sosial ekonomi dan status gizi balita
di posyandu memosa desa waiheru.
Metode :Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu :Populasi pada
penelitian ini adalah balita yang berumur 0-60 bulan yang berdomisili di
Wilayah posyandu memosa desa waeheru. Sampel Pada penelitian ini
didapatkan sampel 45 balita.
Hasil :hasil penelitian diketahui jumlah balita usia 0-60 bulan di Wilayah
posyandu memosa desa waiheru 45,Status gizi balita indikator BB/U
kategori normal 45 balita (100%),TB/U kategori normal 45 balita (100%),
dan BB/PB atau BB/TB gizi normal 41 balita (91,1%).tingkat pendidikan
tinggi 15 (3,3%),sedang 22 (48,8%), Dan rendah 8 (17,7%), tingkat
pekerjaan,bekerja berjumlah 7 (15,5%), tidak bekerja 38 (84,4%), tingkat
pendapatan rendah berjumlah 17 (37,7%), sedang 13 (28,8%), dan tinggi
15 (33,3%), dan jumlah anggota keluarga berada pada kategori Baik 34
(75,5%), dan kategori buruk 11 presentase (24,4%).
Kesimpulan Status gizi balita Berdasarkan Tabel 4.2 diatas menunjukan
bahwa Status gizi balita berdasarkan indikator BB/U sebagian besar balita
berada pada kategori normal sebanyak 45 balita (100%), indikator TB/U
sebagian besar balita berada pada kategori normal sebanyak 45 balita
(100%). indikator BB/PB atau BB/TB sebagian besar balita berada pada
kategori gizi normal sebanyak 41 balita (91,1%) dan gizi ebih sebanyak 4
balita (8,8%).
Kata kunci : Status Gizi, Faktor Sosial Ekonomi

*) Mahasiswa Jurusan Gizi (Penulis)


**) Dosen Jurusan Gizi (Pembimbing)

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia mengalami banyak peristiwa penting dalam

perjalanannya untuk menjadi sebuah negara yang berpenghasilan

menengah. Diantaranya penurunan angka kematian anak secara

signifikan. Berdasarkan hal tersebut, belum ada peningkatan pada

status gizi balita. Jutaan Balita di Indonesia tetap terancam dengan

tingginya angka anak yang bertubuh pendek (stunting), kurus

(wasting) dan beban ganda malnutrisi dimana terjadinya kekurangan

dan kelebihan gizi (UNICEF, 2018).

Di Indonesia pada tahun 2018, diketahu bahwa 3 dari 10 anak

berusia dibawah lima tahun (balita) mengalami stunting, 1 dari 10

anak mengalami kekurangan berat badan atau terlalu kurus dan 1 dari

5 anak usia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas

(UNICEF, 2019).

Permasalahan yang terjadi pada anak dengan kekurangan gizi

tidak hanya dengan postur tubuh, namun berdampak pada kesehatan

baik saat ini maupun pada kehidupan yang akan datang. Status gizi

yang buruk juga berdampak terhadap koginitif anak (Dasman, 2019),

keterlambatan perkembangan (Leroy dan Frongillo, 2019), dan bisa

menyebabkan rendahnya kualitas sumber daya manusia (Dasman,

2019).
Kesehatan anak perlu diupayakan pemeliharaan nya dalam

rangka mempersiapkan generasi yang akan datang agar memiliki

kesehatan yang baik, cerdas, dan berkualitas serta untuk

menurunkan angka kematian anak. Upaya pemeliharaan

kesehatan anak ini dilakukan mulai dari janin dalam kandungan,

dilahirkan, setelah dilahirkan, hingga berusia 18 tahun

(Kemenkes, 2017).

Menurut laporan SSGI 2021 diketahui status gizi di Indonesia

yaitu, angka stunting di Indonesia pada tahun 2019 (27,7%) dan di

prediksi pada tahun 2020 (26,9%) dan pada tahun 2021 (24,4%).

Sedangkan prevalansi wasting di Indonesia pada tahun 2019 (7,4%)

dan pada tahun 2021 (7,1%). Dan Underweight di Indonesia pada

tahun 2019 (16,3%) dan pada tahun 2021 adalah (17,0%) (SSGI,

2021).

SSGI 2021 diketahui pravelansi balita Stunting Tinggi Badan

menurut Umur (TB/U) berdasarkan provinsi diketahui, provinsi

dengan angka stunting tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (NTT)

(37,8%) dan terendah adalah Bali (10,9%) sedangkan provinsi Maluku

memiliki angka stunting yaitu (28,7%), prevalansi balita Wasting Berat

Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) berdasarkan provinsi

diketahui, provinsi dengan angka wasting tertinggi adalah Maluku

(12,0%) dan terendah adalah Bali (3,0%), pravelensi balita

Underweight Berat Badan menurut Umur (BB/U) diketahui, provinsi


dengan angka tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) (29,3%)

dan provinsi terendah adalah Bali (7,0%) sedangkan Maluku berada di

angka peringkat kedua tertinggi yaitu (26,4%), dan pravelansi balita

dengan berat badan lebih Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

diketahui, provinsi dengan angka Overweight tertinggi adalah

Kepulauan Riau (5,9%) dan terendah adalah Maluku Utara (1,4%)

sedangkan provinsi Maluku berada di angka terendah kedua yaitu

(1,6%).

SSGI 2021 prevalansi balita Stunting Tinggi Badan menurut

Umur (TB/U) di Maluku diketahui, dengan angka stunting tertinggi

adalah Seram Bagian Timur (SBT) (41,9%) dan terendah adalah Kab.

Maluku Tenggara (21,6%) dan prevalansi balita Stunting Maluku

sendiri ialah (28,7). sedangkan prevalansi i balita Wasting Berat

Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) di M aluku diketahui, dengan

angka wasting tertinggi adalah Kab.Maluku Tengah (17,7%) dan

terendah adalah Kab.Buru (8,5%), prevalansi balita Wasting di Maluku

sendiri ialah (12,0). prevalansi balita Underweight Berat Badan

menurut Umur (BB/U) di Maluku dengan angka tertinggi adalah

Seram Bagian Timur(SBT) (37,5%) dan provinsi terendah adalah

Buru (21,0%) sedangkan Maluku sendiri ialah (26,4%) (SSGI, 2021).

Faktor sosial ekonomi dan status gizi dimulai dengan jenis

pekerjaan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan sehingga tingkat

pedidikan rendah dan jenis pekerjaan yang tidak sesuai akan


langsung mempengaruhi pendapatan keluarga (Adriani dan

Wirjatmadi, 2014).

Berpenghasilan rendah merupakan kendala atau masalah untuk

memenuhi kebutuhan gizi dalam keluarga melalui ketersediaan

makanan, baik dari segi kualitas atau mutu makanan maupun

kuantitas atau jumlah makanan untuk semua anggota keluarga. Hal ini

dapat terlihat jika anak dengan keluaga yang memiliki tingkat sosial

ekonomi tinggi kebutuhan akan zat-zat gizi akan terpenuhi dengan

baik dibandingkan dengan anak yang tinggal dengan keluarga yang

memiliki status sosial ekonomi rendah (Adriani dan Wirjatmadi, 2014).

Tingkat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya bebas dari penyakit atau cacat, keadaan sosial-ekonomi

yang baik, keadaan lingkungan yang baik, dan status gizi yang baik.

Orang yang mempunyai status gizi baik tidak mudah terkena penyakit,

baik penyakit infeksi maupun penyakit degeneratif. Status gizi

merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai derajat

kesehatan yang optimal. Namun, pada kenyataannya di masyarakat

kita masih ditemui berbagai penderita yang berhubungan dengan

tingkat kekurangan gizi (Holil, 2017).

Dari hasil pengambilan data awal di posyandu Memosa Desa

Waiheru, jumlah seluruh balita pada bulan Oktober tahun 2022

berjumlah 32 balita. dari jumlah balita yang ada 63 di posyandu


Memosa dan 31 balita yang tidak datang mengukur tinggi badan dan

berat badan di posyandu.

Terkait dengan permasalahan tersebut maka penulis merasa

tertarik untuk meneliti tentang “ Gambaran Faktor Sosial Ekonomi

Dan Status Gizi Balita Di Posyandu Memosa Desa Waiheru

Kecamatan Baguala.Kota Ambon“.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran faktor

sosial ekonomi dan status gizi Balita Di Posyandu Memosa Desa

Waiheru ?

C. Tujuan Penelitian

1) Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran faktor sosial ekonomi dan status gizi

Balita Di Posyandu Memosa Desa Waiheru.

2) Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pendidikan ibu di Posyandu Memosa Desa

Waiheru.

b. Untuk mengetahui Jumlah anggota keluarga di Posyandu

Memosa Desa Waiheru.

c. Untuk mengetahui jenis pekerjaan ibu di Posyandu Memosa

Desa Waiheru.
d. Untuk mengetahui jumlah Pendapatan di Posyandu Memosa

Desa Waiheru.

e. Untuk mengetahui status gizi balita berdasarkan indeks

BB/U,TB atau PB/U dan BB /TB atau PB Di posyandu Memosa

Desa Waiheru.

D. Manfaat Penelitian

1) Manfaat Praktis

a. Bagi penulis

Sebagai pengetahuan tambahan bagi penulis, sehingga

dapat membuka wawasan penulis dalam mengaplikasikan

ilmu pengetahuan yang diperoleh khususnya dalam

bidang kesehatan masyarakat dan dapat dijadikan

sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan

pengetahuan serta bahan masukan yang dapat dijadikan

sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya

b. Bagi masyarakat

Memberikan informasi kepada ibu balita tentang

gambaran faktor sosial ekonmi dan status gizi balita

2) Manfaat teoritis

Memberikan pengetahuan dan wawasan tambahan

mengenai Gambaran faktor sosial ekonomi dan status gizi

balita di Posyandu Memosa Desa Waiheru.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Sosial Ekonomi

a. Pengertian Sosial Ekonomi

Ekonomi berasal dari bahasa yunani yaitu Aekonomid

yang merpakan gabungan dari kata aikos dan nomas.Aikos

adalah rumah tangga, sedangka nomas adalah aturan,jadi

ekonomi adalah ilmu yang mengatur rumah tangga (Dina &

Hasan,2020)

Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi

seseorang dalam masyarakat, status sosial ekonomi adalah

gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat

yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti

tingkat pendidikan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga.

Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk

gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan

menunjang tumbuh kembang anak. Karena orang tua dapat

menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun

sekunder (Sedarmayanti, 2021).


status sosial ekonomi juga mempengaruhi dalam

pertumbuhan dan perkembangan anak, dengan status sosial

ekonomi tinggi tentunya pemenuhan kebutuhan gizi sangat

cukup baik dibandingkan dengan anak yang sosial

ekonominya rendah. Demikian juga dengan status pendidikan

keluarga, apabila tingkat pendidikan rendah akan sulit untuk

menerima arahan dalam pemenuhan gizi dan pentingnya

pelayanan kesehatan lain yang menunjang dalam membantu

pertumbuhan dan perkambangan anak (Irfan dan Cerika,

2014).

a) Tingkat Pendidikan

Kesehatan dan gizi anak dipengaruhi oleh status sosial

orangtua, dalam hal ini adalah tingkat pendidikan.

Pengetahuan orangtua tentang makanan yang bergizi sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan anak, semua ini berkaitan

dengan pemikiran dan pandangan yang berbeda dari orangtua

tentang makanan bergizi (Irfan dan Cerika, 2014).

Ibu yang tingkat pendidikannya tinggi akan mudah

menerima wawasan tentang kesehatan lebih luas mengenai

gizi dan anak akan tumbuh secara baik. Peran ibu sangat

berpengaruh dalam pengelolaan rumah tangga dan berperan

menentukan jenis makanan yang akan dikonsumsi

keluarganya. (Dian, 2020).


b) Jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga juga memengaruhi

ketersediaan makanan/ pangan di keluarga tersebut. Pada

tingkat pendapatan yang berbeda maka akan menghasilkan

tingkat ketersediaan pangan yang berbeda juga. Jumlah

anggota keluarga dengan status ekonomi yang tergolong

rendah itu mempunyai peluang anak menderita gizi buruk.

Jumlah anak yang semakin banyak tanpa di iringi oleh

meningkatnya jumlah pendapatan keluarga maka akan

memperburuk status gizi keluarga secara keseluruhan

(Aminudin, 2016).

Jumlah anggota keluarga juga sangat menentukan

jumlah kebutuhan keluarga. Semakin banyak anggota

keluarga berarti semakin banyak pula jumlah kebutuhan

keluarga yang harus dipenuhi. Begitu pula sebaliknya,

semakin sedikit anggota keluarga berarti semakin sedikit pula

kebutuhan yang harus dipenuhi keluarga (Aminudin, 2016).

Berbanding terbalik dengan rumah tangga yang memiliki

jumlah anggota keluarga kecil cenderung dapat memenuhi

kebutuhan setiap hari seperti pangan, hal ini dipengaruhi oleh

semakin kecil jumlah anggota keluarga maka semakin kecil

pengeluaran untuk kebutuhan pangan dan non pangan

(Oktavianis, 2016).
c) Tingkat Pekerjaan

Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita

waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh

terhadap kehidupan sehingga ibu tidak punya banyak waktu

untuk mendapat informasi. Manusia memerlukan pekerjaan

untuk dapat berkembang dan berubah. Seseorang bekerja

bertujuan untuk mencapai suatu keadaan yang lebih dari

keadaan yang sebelumnya. Seseorang yang bekerja dapat

berbuat sesuatu yang bernilai, bermanfaat, dan memperoleh

berbagai pengalaman (Nafi’ah, 2015).

Pekerjaan orang tua berkaitan dengan pendapatan

keluarga, sehingga bisa dikatakan bahwa jenis pekerjaan

juga bisa menentukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan

gizi keluarga. Ibu yang bekerja memiliki waktu yang lebih

sedikit untuk mengasuh anaknya dibandingkan ibu yang tidak

bekerja, sehingga akan berpengaruh pada kualitas perawatan

anak sehingga mempengaruhi status gizi anak. Ibu yang

bekerja dengan jam kerja pagi sampai sore maka ibu tidak

mempunyai banyak waktu untuk memperhatikan makanan

dan kebutuhan nutrisi anaknya (Agus, 2012).

Status pekerjaan orang tua dapat berpengaruh pada

asupan nutrisi balita yang berdampak pada status gizi

anaknya. Keluarga akan saling memberikan dukungan baik


secara fisik, emosi dan ekonomi. Seorang yang ibu memiliki

pekerjaan, memiliki waktu yang sedikit daripada seorang

ayah. Ibu yang sibuk bekerja biasanya memberi uang saku

lebih kepada anak dengan harapan anak membeli sarapan di

sekolah Perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan tidak

sarapan pagi yang terus menerus akan mengakibatkan

pemasukan gizi menjadi berkurang dan tidak seimbang

sehingga pertumbuhan anak menjadi terganggu (Andriana,

2013).

pekerjaan ibu merupakan faktor yang paling

berhubungan dengan status gizi balita. Ibu yang tidak bekerja

dalam keluarga dapat mempengaruhi asupan gizi balita

karena ibu berperan sebagai pengasuh dan pengatur

konsumsi makanan anggota keluarga. Ibu yang bekerja tidak

memiliki waktu yang cukup untuk mengasuh dan merawat

anaknya sehingga anaknya dapat menderita gizi kurang

(Putri ,2015).

d) Tingkat Pendapatan

Pendapatan orangtua akan turut menentukan hidangan

yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas

maupun jumlah makanan. Hal ini dapat terlihat anak dengan

orangtua yang berpendapatan tinggi tentunya pemenuhan

kebutuhan gizi sangat cukup baik dibandingkan dengan anak


dengan orangtua yang berpendapatan rendah (Marimbi,

2010).

Orangtua yang memiliki pendapatan yang mapan akan

memperhatikan kualitas asupan gizi anaknya, setiap kali

memberi makanan akan mempertimbangkan yang terbaik bagi

anaknya. Sedangkan Orangtua yang memiliki penghasilan

yang rendah biasanya memberi asupan makanan seadanya

tanpa mempertimbangkan kualitas gizi (Irfan dan Cerika,

2014).

Dala penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Penelitian

(Fatimah, 2010) menyatakaan bahwa pendapatan dalam

keluarga mempengaruhi kualitas dan kuantitas konsumsi

makanan yang berhubungan dengan daya beli bahan pangan

dalam keluarga.

Tinggi pendapatan rumah tangga mampu mendukung

ketersediaan pangan yang beragam dengan kualitas dan

kuantitas yang terjamin. daya beli yang rendah dapat

mempengaruhi status gizi balita akibat dari ketidak mampuan

membeli bahan makanan yang beragam dan bernilai gizi

seimbang (Oktavianis , 2016).

2. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang dapat dilihat

untuk mengetahui apakah seseorang tersebut itu normal atau


bermasalah (gizi salah). Gizi salah adalah gangguan kesehatan

yang disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan dan atau

keseimbangan zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan,

kecerdasan dan aktivitas atau produktivitas. Status gizi juga dapat

merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang

dimasukkan ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan

tubuh (nutrient output) akan zat gizi tersebut(Dian,2020).

Tingkat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa

faktor, diantaranya bebas dari penyakit atau cacat, keadaan sosial-

ekonomi yang baik, keadaan lingkungan yang baik, dan status gizi

yang baik. 26 orang yang mempunyai status gizi baik tidak mudah

terkena penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit

degeneratif. Status gizi merupakan salah satu faktor penting dalam

mencapai derajat kesehatan yang optimal. Namun, pada

kenyataannya di masyarakat kita masih ditemui berbagai penderita

yang berhubungan dengan tingkat kekurangan gizi (Holil, 2017).

Masalah gizi pada dasarnya merupakan refleksi konsumsi zat

gizi yang belum mencukupi kebutuhan tubuh. Seseorang akan

mempunyai status gizi baik apabila asupan gizi sesuai dengan

kebutuhan tubuh. Asupan gizi yang kurang dalam makanan dapat

menyebabkan kasus kekurangan gizi, sebaliknya orangyang

asupan gizinya berlebih akan menderita gizi lebih. Jadi status gizi
adalah gambaran indvidu sebagai akibat dari asupan gizi sehari-

hari (Holil, 2017).

Pengukuran status gizi didasarkan atas Standar World Health

Organization yang telah ditetapkan pada Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 28 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri

Penilaian Status Gizi Anak. Menurut standar tersebut, status gizi

balita dapat diukur berdasarkan tiga indeks, yaitu berat badan

menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan

berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) (Kemenkes, 2020).

Menurut UNICEF, setengah dari seluruh kematian pada anak

balita diakibatkan oleh malnutrisi. Pada tahun 2018 menurut

Global Health Nutrition Report, tercatat 150,8 juta anak menderita

stunting. Tahun 2000-2018, stunting pada balita didunia menurun

dari 32,6% menjadi 21,9% dimana jumlah terbanyak di Asia dan

Afrika dengan 2 dari 5 anak balita mengalami stunting (UNICEF,

2018).

b. Penilaian status gizi

1) Antropometri

Indeks Antropometri
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas
Berat badan sangat kurang <-3 SD
Berat Badan (severely underweight)
menurut Umur Berat badan kurang -3 SD sd <-2 SD
(BB/U) anak usia 0- (underweight)
60 bulan Berat badan normal -2 SD sd +1 SD
Risiko Berat badan lebih >+1 SD
Panjang Badan atau Sangat pendek (severely <-3 SD
Tinggi Badan stunted)
menurut Umur anak Pendek (stunted) -3 SD sd <-2 SD
usia 0 – 60 bulan Normal -2 SD sd +3 SD
Tinggi >+3 SD
Berat Badan Gizi buruk (severely wasted) <-3 SD
menurut Panjang Gizi kurang (wasted) -3 SD sd <-2 SD
Badan atau Tinggi Gizi baik (normal -2 SD sd +1 SD
Badan (BB/PB atau Berisiko gizi lebih (possible > + 1 SD sd + 2 SD
BB/TB) anak usia 0 risk of overweight)
- 60 bulan Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd + 3 SD
Obesitas (obese) > + 3 SD
Gizi buruk (severely <-3SD
Indeks Massa Tubuh wasted)
menurut Umur Gizi kurang (wasted) -3 SD sd <-2SD
(IMT/U) anak usia 0 - Gizi baik (normal -2 SD sd +1 SD
60 bula Berisiko gizi lebih + 1 SD sd + 2 SD
(possible risk of
overweight)
Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd + 3 SD
Obesitas (obese) > + 3 SD

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.

Ditinjau dari sudut pandang gizi antropometri gizi berhubungan dengan

berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umum dan tingkat gizi. Pengukuran melalui antropometri

mempunyai kelebihan dari beberapa segi kepraktisan lapangan.

Pengukuran antropometri yang biasa dilakukan adalah Berat Badan (BB),

Panjang Badan (PB), Tinggi Badan (TB), dan Lingkar Lengan Atas (LLA)

(Dian, 2020).

Antropometri adalah suatu metode yang digunakan untuk

menilai ukuran, proporsi, dan komposisi tubuh manusia. Standar

Antropometri Anak adalah kumpulan data tentang ukuran, proporsi,


komposisi tubuh sebagai rujukan untuk menilai status gizi dan tren

pertumbuhan anak. Antropometri adalah suatu metode yang digunakan

untuk menilai ukuran, proporsi, dan komposisi tubuh manusia. Standar

Antropometri Anak adalah kumpulan data tentang ukuran, proporsi,

komposisi tubuh sebagai rujukan untuk menilai status gizi dan tren

pertumbuhan anak. Standar Antropometri Anak didasarkan pada

parameter berat badan dan panjang/tinggi badan yang terdiri atas 4

(empat) indeks, meliputi:

a) Berat Badan menurut Umur (BB/U);

b) Panjang/Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U);

c) Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/PB

atau BB/TB);

d) Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)

(Kemenkes, 2020)

Menurut Kemenkes 2020 penilaian status gizi anak

dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran berat

badan dan panjang/tinggi badan dengan Standar

Antropometri Anak yang menggunakan:

a. Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) anak usia 0

(nol) sampai dengan 60 (enam puluh) bulan untuk

menentukan kategori:

a) berat badan sangat kurang (severely underweight);

b) berat badan kurang (underweight);


c) berat badan normal; dan

d) risiko berat badan lebih.

b. Indeks Panjang Badan atau Tinggi Badan menurut Umur

(PB/U atau TB/U) anak usia 0 (nol) sampai dengan 60

(enam puluh) bulan untuk menentukan kategori:

a) sangat pendek (severely stunted);

b) pendek (stunted);

c) normal; dan

d) tinggi.

c. Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi

Badan (BB/PB atau BB/TB) anak usia 0 (nol) sampai

dengan 60 (enam puluh) bulan untuk menentukan

kategori:

a) gizi buruk (severely wasted);

b) gizi kurang (wasted);

c) gizi baik (normal);

d) berisiko gizi lebih (possible risk of overweight);

e) gizi lebih (overweight); dan. obesitas (obese).

d. Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) anak usia 0

(nol) sampai dengan 60 (enam puluh) untuk menentukan

kategori:

a) gizi buruk (severely wasted);

b) gizi kurang (wasted);


c) gizi baik (normal)

d) berisiko gizi lebih (possible risk of overweight);

e) gizi lebih (overweight); dan

f) obesitas (obese).

2) Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting

untuk menilai status gizi masyarakat.Metode ini berdasarkan

atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan

dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada

jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata,

rambut dan mukosa oral/pada organorgan yang dekat dengan

permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Dian, 2020).

3) Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan

yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai

macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara

lain : darah, urine, tinja dan beberapa jaringan tubuh seperti hati

dan otot (Dian, 2020)

4) Biofisik

Penilaian status gizi baik secara biofisik adalah metode

penentuan status gizi dengan menilai kemampuan fungsi

(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari

jaringan (Dian, 2020).


c. Faktor yang mempengaruhi status gizi

d. Faktor Langsung

a) Faktor Infeksi

Defisiensi gizi sering dihubungkan dengan infeksi.

Infeksi bisa dihubungkan dengan gangguan gizi melalui

beberapa cara yaitu mempengaruhi nafsu makan, dapat

juga menyebabkan kehilangan bahan makanan karena

diare atau muntah mempengaruhi metabolisme makanan

dan banyak cara lain lagi. Secara umum, defisiensi gizi

merupakan awal dari gangguan sistem kekebalan. Gizi

kurang dan infeksi, kedua-duanya dapat bermula dari

kemiskinan dan lingkungan tidak sehat dengan sanitasi

yang buruk.Selain itu juga diketahui bahwa infeksi

menghambat reaksi immunologis yang normal dengan

menghasilkan sumber-sumber energi tubuh. Gangguan gizi

dan infeksi sering bekerja sama dan jika bekerja sama akan

memberikan prognosis yang lebih buruk jika dibandingkan

dengan jika kedua faktor tadi bekerja sendiri-sendiri. Infeksi

memperburuk taraf gizi dan sebaliknya, gangguan gizi

memperburuk kemampuan anak untuk mengatasi penyakit

infeksi. Kuman-kuman yang kurang berbahaya bagi anak-

anak dengan status gizi naik, bisa menyebabkan kematian


pada anak-anak dengan status gizi yang buruk (Dian,

2020).

Dalam penelitian terdahulu diketahui bahwa tidak ada

hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi anak

usia 24-59 bulan menurut indeks antropometri BB/U, TB/U

dan BB/TB (Elshaday, at al., 2019).

b) Asupan Makanan

Tujuan memberi makan pada anak adalah untuk

memenuhi kebutuhan zat gizi yang cukup dalam

kelangsungan hidupnya, pemulihan kesehatan sesudah

sakit, untuk aktivitas pertumbuhan dan perkembangan.

Dengan memberikan makan anak juga didik agar dapat

menerima, menyukai makanan yang baik serta

menentukan jumlah makanan yang cukup dan bermutu.

Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan

memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi

normal tubuh. Sebaliknya, jika makanan tidak dipilih

dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat

gizi esensial tertentu. Konsumsi aneka ragam makanan

merupakan salah satu cara untuk mencukupi zat-zat gizi

yang kurang di dalam tubuh (Dian, 2020).

Berdasarkan penelitian terdahulu diketahui asupan

makanan masih ada beberapa balita yang status gizinya


kurang, hal ini terjadi karena beberapa ibu belum

memahami asupan gizi yang seimbang (Sri dan Risma,

2017).

e. Faktor Tidak Langsung

a) Pola Asuh

Pola asuh adalah praktek di rumah tangga yang

diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan

kesehatan serta sumber lainnya untuk kelangsungan hidup,

pertumbuhan dan perkembangan anak. Pola pengasuhan

anak berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain

dalam hal hakekatnya dengan anak, memberikan makan,

merawat, kebersihan, memberi kasih sayang dan

sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan keadaan ibu

dalam hal kesehatan (fisik dan mental), status gizi,

pendidikan umum, pengetahuan dan keterampilan, tentang

pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga atau di

masyarakat, sifat pekerjaan sehari-hari, adat kebiasaan

keluarga dan masyarakat, dan sebagainya dari si ibu atau

pengasuh anak (Dian, 2020).

b) Pengetahuan

Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan

untuk menetapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari

merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi. Ibu yang


mempunyai pengetahuan gizi dan kesadaran gizi yang tinggi

akan melatih kebiasaan makan yang sehat sedini mungkin

kepada semua putra-putrinya. Selain itu tingkat pengetahuan

ibu sebagai pengelola rumah tangga akan berpengaruh juga

pada macam bahan makanan dalam konsumsi keluarga

sehari-hari. Ibu yang cukup pengetahuan gizinya akan

memperhatikan kebutuhan gizi anaknya agar dapat tumbuh

dan berkembang secara optimal. Pengetahuan ibu memberi

makan anak sering menghadapi kesulitan dan juga

pengetahuanibu tentang cara memperlakukan bahan

pangan dalam pengelolaan sehingga zat gizi yang

terkandung di dalamnya tidak rusak atau salah masih perlu

di kaji di pedesaan (Dian, 2020).

c) Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup

dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi

sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Suatu

sikap belum dapat otomatis terwujud dalam suatu tindakan

(over behaviour). Banyak factor yang dapat mempengaruhi

penentuan sikap secara utuh seperti pengetahuan, berfikir,

berkeyakinan, dan emosi itu semua memegang peranan

sangat penting. Sedangkan untuk mewujudkan sikap


menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung

atau kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas

(Dian, 2020).

d) Perilaku

Komponen perilaku atau komponen konatif dalam

struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau

kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang

berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini

didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan

banyak mempengaruhi perilaku. Maksudnya, bagaimana

orang berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap

stimulus tertentu. Kecenderungan berperilaku secara

konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini

membentuk sikap individual. Karena itu, adalah logis untuk

mengharapkan bahwa sikap seseorang akan

dicerminkannya dalam bentuk tendensi perilaku terhadap

objek (Dian, 2020).


B. Kerangka Konsep

Faktor sosial
A. Tingkat pendidikan
B. Jumlah anggota
keluarga Status Gizi:
C. Pekerjaan
A. BB/U
D. Pendapatan B. TB/U atau PB/U
E. C. BB/TB atau PB
a) Riwayat penyakit infeksi
b) Pola pemberian makan
c) Hygene sanitasi
d) Status imunisasi

Keterangan:

= Diteliti

= Tidak diteliti
Gambar 2.1. Kerangka Konsep

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Peneitian

Jenis penenlitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mengetahui

Gambaran Faktor Sosial Ekonomi Dan Status Gizi Balita di

Posyandu Memosa, Desa Weiheru.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

a. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Nania

Posyandu Memosa, Desa Waiheru.

b. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2023

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang di

Wilayah Posyandu Memosa, Desa Waiheru.

2. Sampel

Total sampling yaitu besar sampel yang diambil sama besar

dengan jumlah populasi. Besaran sampel pada penelitian ini

ditentukan dengan berdasarkan kriteria inklusi sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

1) Ibu yang mempunyai balita 0-60 bulan

2) Ibu dan balita yang berdominsili di lokasi penelitian

3) Ibu yang bersedia dijadikan sampel dan ibu balita mau

diwawancarai.
D. Variabel dan Definisi Oprasional

Variabel Definisi Cara Alat Hasil Skala


operasional Ukur ukur Ukur
1 Tingkat Jenjang Wawanc K Rendah: jika Ordin
pendidikan pendidikan ara u Pendidikan al
formal e
terakhir s ( SD-SMP)
yang i Sedang : jika
mencapai o pendidikan
oleh ibu n (SMA)
balita/penga e
suh. r Tinggi: jika
pendidikan
(Diploma-
sarjana). (Ima
Nurapriyanti.20
15)

2 Pekerjaan status Wawanc K Baik : jika ibu Ordin


pekerjaan ara u bekerja al
orang tua e
dapat s Tidak baik: jika
berpengaruh i ibu tidak
pada o bekerja(Ima
asupan n Nurapriyanti.20
nutrisi balita e
yang r 15)
berdampak
pada status
gizi
anaknya.
3 Pendapata Pendapatan Wawanca K Rendah: jika Ordin
n orang tua keluarga ra u pendapatan al
adalah e
jumlah s (Rp2.811.111)
penghasilan i Sedang : jika
riil dari o pendapatan
seluruh n (Rp3.000.000.-
anggota e
rumah r 3.500.000)
tangga yang Tinggi : jika
digunakan pendapatan
untuk (Rp4.000.000.-
memenuhi
kebutuhan 5.000.000.)
bersama
maupun (UMK Kota
perseoranga Ambon
n dalam 2023.Pemkot
rumah Ambon,2023).
tangga.
Berdasarkan
UMK paling
rendah Kota
Ambon yaitu
Rp2.811.11
1

4 Jumlah Jumlah Wawanca K Baik jika < 4 Nomi


anggota anggota ra u Orang nal
keluarga keluarga e Kurang jika >4
juga s Orang(Ima
memengaru i Nurapriyanti.20
hi o 15)
ketersediaan n
makanan/ e
pangan di r
keluarga
tersebut

5 a) ind Suatu keada Wawanca K Data status gizi BB/U Ordin


ek an gizi balita ra u dengan kategori: al
s berdasarkan e Berat badan
BB indeks BB/U s sanggat kurang
/U pada saat i <-3 SD
penelitian o Berat badan
n kurang -3 sd <-2
e SD
r Berat badan
normal -2 sd +1
SD Resiko berat
badan lebih >+1
SD
(KEMENKES,
2020)
6 b) ind Suatu Wawanca K Sangat pendek Ordin
ek keadaan gizi ra u <-3 SD al
s balita e Pendek -3 SD
TB berdasarkan s sd <-2 SD
/U indeks TB/U i Normal -2 SD
pada saat o sd + 3 SD
penelitian n Tinggi > +3 SD
e (KEMENKES,
r 2020

7 c) Ind Suatu keada Wawanca K Gizi buruk <- Ordin


ek an gizi balita ra u 3 SD al
s berdasarkan e Gizi kurang -
BB indeks s 3 SD sd¸<-2
/T BB/TB pada i SD
B saat o Gizi baik -2
penelitian n SD sd +1 SD
e Berisiko gizi
r lebih >+1 SD
sd 2 SD
Gizi lebih
>+2 SD sd
+3 SD
Obesitas >
+3 SD
(KEMENKES
,2020)

E. Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan

cara wawancara dan menggunakan kuesioner yang meminta

responden untuk menjawab pertanyaan dengan cara melakukan

pengisian kuesioner meliputi:

a) Tingkat Pendidikan
b) Jumlah anggota keluarga

c) Pekerjaan

d) Pendapatan

e) Status gizi (BB/U, TB/U atau PB, BB/TB atau PB dan yang

didapatkan dengan cara pengukuran menggunakan dacin,

timbangan injak, papan ukur dan microtoice.

2. Data Sekunder

Data ini merupakan data penunjang kelengkapan data primer

F. Bahan/Instrumen Penelitian Instrumen penelitian

1. Menggunakan kuesioner yang meminta responden untuk

menjawab pertanyaan dengan cara melakukan pengisian

kuesioner

2. Alat pengukuran Tinggi Badan TB yaitu papan ukur dan

mikrotoice.

3. Alat pengukur Berat Badan BB yaitu timbangan injak dan dacin.

G. Cara Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahap sebagai

berikut yaitu

a. Editing

Kegiatan editing dilakukan untuk mengecek isi formulir apakah

jawaban pada kuesione sudah dilengkapi atau belum. Tetapi


apabila tidak memungkinkan, maka pertanyaan yang

jawabanya tidak lengkap tersebut tidak dimasukkan dalam

pengolahan data.

b. Codding

Kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka atau bilangan.

c. Entry

Proses pemasukan data yang diberi kode untuk diolah dengan

bantuan komputer untuk lebih menghemat waktu dengan

memudahkan analisis data.

2. Analisis data

Data yang dikumpulkan dan di dianalisis secara univariat yaitu

dengan menganalisis tiap-tiap variabel yang ada.

H. Penyajian Data

Penyajian data pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel

kemudian dinarasikan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi

Puskesmas nania beralamat di jalan Laksdya Leo Watimena,

Desa nania, Kecamatan Teluk Ambon Baguala, Kota Ambon.

Puskesmas Nania terbagi atas dua Desa, luas wilaya Puskesmas

Nania seluruhnya 6,12 km2, yang terdiri dari Desa Nania 0,12 km 2

dan Desa Waiheru 6,00 km2.

2. Keadaan geografis

Secara Geografisnya, letak dan batas kota Ambon berada

antara 30-40 LS dan 1280 – 1290 BR, dengan luas wilaya 377 km2,

dan sesuai survey tata Guna Tanah tahun1980, Luas Daratan

359,45 km2 Batas Utara : Kabupaten Maluku Tengah ( kec, Lehitu :

Desa Hitu dan Kaitetu) Batas Selatan : Kabupaten Maluku Tengah (


Kec, Salahutu, Desa Suli) Batas Barat : Kabupaten Maluku Tengah

( Kec, Lehitu Desa Hitu).

3. Gambaran Umum Responden

Berdasarkan hasil penelitian di Posyandu Memosa Desa

Waiheru, Kota Ambon. dengan distribusi responden berdasarkan

umur, pekerjaan dan pendidikan sebagai berikut :

1) Karateristik Responden (Ibu)

Tabel 4.1

No Uraian N %
1. Pendidikan Terahir
Rendah 8 17,7
Sedang 22 48,8
Tinggi 15 3,3
Total 45 100%
2 Pekerjaan N %
Baik 7 15,5
Tidak baik 38 84,4
Total 45 100%
3 Pendapatan N %
Rendah 17 37,7
Sedang 13 28,8
Tinggi 15 33,3
Total 45 100%
4 Jumlah Anggota Keluarga N %
Baik <4 34 75,5
Kurang ≥4 11 24,4
Total 45 100%

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir,


Pekerjaan, Pendapatan dan Jumlah Anggota Keluarga Di
Posyandu Memosa Desa Waiheru
Sumber: Data primer 2023

Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukan bahwa

pendidikan terakhir ibu balita terbanyak adalah SMA sebanyak 22

orang (48,8%), untuk pekerjaan responden bahwa jumlah Ibu yang


tidak bekerja lebih banyak berjumlah 38 orang (84,4%), untuk

pendapatan terbanyak yaitu lebih rendah dengan jumlah 17

(37,7%), dan untuk jumlah anggota keluarga terbanyak yaitu baik

34 (75,5%).

2) Status Gizi Balita

Tabel 4.2
Distribusi Balita Berdasarkan Status Gizi Di
Posyandu Memosa Desa Waiheru

No Uraian Jumlah
3. Status Gizi
BB/U N %
Sangat kurang 0 0

Kurang 0 0

Normal 45 100

Lebih 0 0

Total 45 100
TB/U N %
Tinggi 0 0

Normal 45 100

Pendek 0 0

Sangat pendek 0 0

Total 45 100
BB/PB atau N %
BB/TB
Gizi buruk 0 0

Gizi kurang 0 0
Gizi baik 41 91,1

Gizi lebih 4 8,8

Total 45 100
Sumber: Data primer 2023

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa Status gizi

balita berdasarkan indikator BB/U sebagian besar balita berada pada

kategori normal sebanyak 45 balita (100%), indikator TB/U sebagian

besar balita berada pada kategori normal sebanyak 45 balita (100%).

indikator BB/PB atau BB/TB sebagian besar balita berada pada kategori

gizi normal sebanyak 41 balita (91,1%) dan gizi ebih sebanyak 4 balita

(8,8%).

a) Data Khusus

1) Sosial Ekonomi

a. Tingkat pendidikan

Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Di Posyandu Memosa Desa Waiheru

No Kategori Jumlah
N 100%
1. Rendah 8 17,7
2. Sedang 22 48,8

3. Tinggi 15 33,3

Total 45 100
Sumber: Data primer 2023

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas menunjuakan bahwa tingkat

pendidikan responden sebagian besar berada pada kategori tinggi

dengan jumlah 15 dengan nilai presentase (33,3%), kategori


sedang dengan nilai presentase 22 (48,8%), Dan responden yang

memiliki pendidikan 8 dengan presentase (17,7%).

b. Tingkat Pekerjaan

Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan
Di Posyandu Memosa Desa Waiheru
No Kategori Jumlah
N 100%
1. Baik 7 15,5
2. Tidak baik 38 84,4

Total 45 100
Sumber: Data primer 2023

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas menunjuakan bahwa tingkat

pekerjaan pada responden sebagian besar berada pada kategori

baik dengan jumlah 7 (15,5%), tidak baik 38 dengan presentase

(84,4%).

c. Tingkat Pendapatan

Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Di Posyandu Memosa Desa Waiheru
No Kategori Jumlah
N 100%
1. Rendah 17 37,7
2. Sedang 13 28,8
3. Tinggi 15 33,3

Total 30 100
Sumber: Data primer 2023

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas menunjuakan bahwa tingkat

pendapatan pada responden sebagian besar berada pada kategori

rendah dengan jumlah 17 (37,7%), kategori sedang 13 (28,8%), dan


tinggi 15 dengan presentase (33,3%). daya beli yang rendah dapat

mempengaruhi status gizi balita akibat dari ketidak mampuan

membeli bahan makanan yang beragam dan bernilai gizi.akan

berdampak pada status gizi keluarga terutama pada balita .

pendapatan yang terbatas, pemenuhan kebutuhan makanan akan

menjadi prioritas utama, sehingga pada kelompok masyarakat

berpendapatan rendah akan terlihat bahwa hasil pendapatan

sebagian besar digunakan untuk membeli makanan.

d. Jumlah anggota keluarga

Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Di Posyandu Memosa Desa Waiheru
No Kategori Jumlah
N 100%
1. Baik 34 75,5
2. Buruk 11 24,4
Total 45 100
Sumber: Data primer 2023

Berdasarkan Tabel 4.6 diatas menunjuakan bahwa jumlah

anggota keluarga pada responden sebagian besar berada pada

kategori Baik 34 (75,5%), dan kategori buruk 11 dengan

presentase (24,4%).

B. Pembahasan

1. Tingkat pendidikan
Hasil Penelitian pada table 4.3 menunjuakan bahwa tingkat

pendidikan responden sebagian besar berada pada kategori tinggi

dengan jumlah 15 dengan nilai presentase (33,3%), kategori

sedang 22 (48,8%), Dan responden yang memiliki pendidikan

terakhir rendah 8 dengan presentase (17,7%). pada penelitian ini

diketahui berdasarkan hasil wawancara menggunakan kuesioner.

Septikasari (2018) menyatakan pendidikan orang tua, yakni

ibu berkaitan yang kuat dengan status gizi anak karena ibu

memiliki peran yang langsung dalam hal mengasuh anak termasuk

menyediakan makanan untuk anaknya. Tetapi pendidikan ibu yang

tinggi tidak langsung menurunkan risiko anak terkena gizi kurang.

Pendidikan ibu yang tinggi belum tentu menyatakan bahwa ibu

punya pengetahuan yang baik juga dalam hal pola asuh anak

terlebih khusus status gizi balita.

Riset lainnya dari Wulana, Amisi, dan Punuh (2019)

menunjukkan ada hubungan signifikan antara tingkat pendidikan

dari ibu balita dengan status gizi dari balita. Artinya, ibu dan yang

berpendidikan tinggi berpeluang lebih tinggi anaknya punya status

gizi dalam kategori normal

Hasil penelitian George di Nigeria (2014) mengemukakan

bahwa Pendidikan ibu memiliki peran utama dalam menentukan

status gizi balita dengan kebanyakan studi pendidikan ibu rendah

adalah faktor penentu utama dari gizi kurang.


2. Tingkat pekerjaan

Hasil penelitian pada tabel 4.4 menunjuakan bahwa tingkat

pekerjaan pada responden sebagian besar berada pada kategori

baik dengan jumlah 7 (15,5%), tidak baik 38 dengan presentase

(84,4%). pada penelitian ini diketahui berdasarkan hasil wawancara

menggunakan kuesioner.

Pekerjaan orang tua berkaitan dengan pendapatan keluarga,

sehingga bisa dikatakan bahwa jenis pekerjaan ibu juga bisa

menentukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

Ibu yang bekerja memiliki waktu yang lebih sedikit untuk mengasuh

anaknya dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Sehingga akan

berpengaruh pada kualitas perawatan anak sehingga mempengaruhi

status gizi anak. Ibu yang bekerja dengan jam kerja dari pagi sampai

sore maka ibu tidak mempunyai banyak waktu untuk memperhatikan

makanan dan kebutuhan nutrisi anaknya (Nafi’ah, 2015).

Hasil bivariat ini diperkuat dengan hasil analisis multivariat yang

menunjukan bahwa pekerjaan ibu merupakan faktor yang paling

berhubungan dengan status gizi balita. Ibu yang tidak bekerja dalam

keluarga dapat mempengaruhi asupan gizi balita karena ibu

berperan sebagai pengasuh dan pengatur konsumsi makanan

anggota keluarga. Ibu yang bekerja tidak memiliki waktu yang cukup

untuk mengasuh dan merawat anaknya sehingga anaknya dapat

menderita gizi kurang (Putri, 2015).


Ibu yang bekerja yang memiliki balita dengan status gizi kurang

dan buruk disebabkan karena ibu yang bekerja lebih banyak waktu

untuk pekerjaan dibandingkan dengan anaknya, meskipun

kebutuhan makanan terutama gizi anak terpenuhi akan tetapi ibu

yang bekerja kemungkinan besar anaknya dititipkan kepada

neneknya atau pengasuhnya yang kurang paham tentang asupan

gizi sahingga dalam memberikan makanan kepada balita tidak

sesuai kebutuhan balita sahingga dapat menyebabkan kekurangan

gizi pada balita (Vaida, N 2013).

3. Tingkat Pendapatan

Hasil penelitian pada tabel 4.5 menunjuakan bahwa tingkat

pendapatan pada responden sebagian besar berada pada kategori

rendah dengan jumlah 17 (37,7%), kategori sedang 13 (28,8%), dan

tinggi 15 dengan presentase (33,3%). pada penelitian ini diketahui

berdasarkan hasil wawancara menggunakan kuesioner.

Pendapatan adalah hasil dari pekerjaan, pendapatan juga akan

mempengaruhi gaya hidup seseorang. Pendapatan erat kaitannya

dengan kemiskinan, masyarakat yang mempunyai pendapatan

rendah biasanya mempunyai tingkat ekonomi yang rendah pula

(Haryanto, 2011).
Tingkat pendapatan merupakan faktor yang menentukan

kualitas dan kuantitas makanan yan dikonsumsi. Kemampuan

keluarga untuk membeli bahan makanan tergantung pada besar

kecilnya pendapatan, keluarga dengan pendapatan terbatas

kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan

makananya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam

tubuh (Depkes RI, 2000 : 3).

Seseorang yang mempunyai pendapatan lebih tinggi akan

lebih mampu memenuhi kebutuhan makananya terutama untuk

memenuhi kebutuhan zat gizi (Helper, 2010).

Menurut penelitian Gusman (2002) dan Khair (2007) dalam

Lisbet Sebataraja (2014). Masalah kekurangan gizi di Indonesia

salah satunya dikarenakan dari kehidupan masyarakat Indonesia

yang cenderung masih di bawah standar. Keadaan demikian sangat

berpengaruh pada kecukupan gizi dalam suatu keluaga.

Hal ini sesuai dengan Penelitian yang dilakukan oleh Hartiwi

(2011) yaitu terdapat hubungan antara tingkat pendapatan keluarga

dengan status gizi balita di dusun ngentak banjar arum kalibawang

kulon progo Pada kondisi pendapatan yang terbatas, pemenuhan

kebutuhan makanan akan menjadi prioritas utama, sehingga pada

kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa

hasil pendapatan sebagian besar digunakan untuk membeli

makanan.
4. Jumlah anggota keluarga

Hasil penelitian pada tabel 4.6 menunjuakan bahwa jumlah

anggota keluarga pada responden sebagian besar berada pada

kategori Baik 34 (75,5%), dan kategori buruk 11 dengan presentase

(24,4%). pada penelitian ini diketahui berdasarkan hasil wawancara

menggunakan kuesioner.

Peneliti berpendapat bahwa faktor jumlah anggota keluarga

adalah faktor yang paling berpengaruh. Hal ini dikarenakan jumlah

anggota keluarga yang banyak dengan keadaan ekonomi yang

rendah sehingga kebutuhan pangan dalam keluarga tidak

tercukupi. Oleh karenanya mempunyai peluang anak menderita gizi

buruk (Simangunsong, M. 2019).

Jumlah anggota keluarga juga sangat menentukan jumlah

kebutuhan keluarga. Semakin banyak anggota keluarga berarti

semakin banyak pula jumlah kebutuhan keluarga yang harus

dipenuhi. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit anggota keluarga

berarti semakin sedikit pula kebutuhan yang harus dipenuhi keluarga

(Aminudin, 2016).

Jumlah anggota dalam keluarga mempengaruhi ketersedian

pangan keluarga. Pada tingkat penghasilan yang berbeda akan

menghasilkan tingkat ketersedian pangan yang berbeda pula.

Jumlah anak yang banyak pada kelurga dengan status ekonomi

yang rendah mempunyai peluang anak mennderita gizi buruk.


Keterlibatan ibu ikut mencari nafkah untuk membantu perekonomian

keluarga menyebabkan pemenuhan gizi balita terabaikan (Faradevi,

2011).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkasn hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Gambaran pendidikan ,kategori Diploma dengan jumlah

15(33,3%), kategori SMA 22 (48,8%), Dan responden yang

memiliki pendidikan terakhir SMP 8 dengan presentase

(17,7%).

2. Gambaran Jenis pekerjaan kategori bekerja dengan jumlah

7(15,5%), tidak bekerja 38 dengan presentase (84,4%).

3. Gambaran tingkat pendapatan kategori rendah dengan jumlah

17 (37,7%), kategori sedang 13 (28,8%), dan tinggi 15 dengan

presentase (33,3%).

4. Gambaran jumlah anggota kategori Baik 34 (75,5%), dan

kategori buruk 11 dengan presentase (24,4%).

5. Status gizi balita Berdasarkan Tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa

Status gizi balita berdasarkan indikator BB/U sebagian besar balita

berada pada kategori normal sebanyak 45 balita (100%), indikator

TB/U sebagian besar balita berada pada kategori normal sebanyak

45 balita (100%). indikator BB/PB atau BB/TB sebagian besar balita

berada pada kategori gizi normal sebanyak 41 balita (91,1%) dan

gizi ebih sebanyak 4 balita (8,8%).

B. Saran
1. Bagi Puskesmas

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadai masukan untuk

puskesmas dalam melakukan promosi kesehatan dalam

berupa penyuluhan terkait dengan sosial ekonomi dan

permasalahan status gizi yang dibutuhkan bagi balita,

sehingga dapat mengatur strategi serta melakukan skrining

sejak dini.

2. Bagi petugas posyandu

Diharapkan hasil penenlitian ini dapat membantu petugas

posyandu dalam pemantauan balita yang mengalami

permasalahan status gizi.

3. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai

referensi bacaan memperdalam dan mengembangkan

penelitian ini. Untuk menambah wawasan dan bahan

masukan bagi masyarakat dalam mengetahui kejadian

permasalahan status gizi balita.


DAFTAR PUSTAKA

Afifah L. 2019. Hubungan Pendapatan, Tingkat Asupan Energi dan


Karbohidrat dengan Status. Joinly Published by IAGIKMI &
Universitas Airlangga. Open access under CC BY – SA license.
Received: 09-07-2019, Accepted: 02-08-2019, Published online: 09-9-
2019. doi: 10.20473/amnt.v3.i3.2019.183-188
Adrina, M, Wirjatmadi, B. (2014). Gizi dan keseatan peranan mikro zine
pada pertmbuhan balita.
Agus.2012 . Peranana Pendidikan, pekerjaan ibu dan pendapatan
keluarga terhadap status gizi balita di posyandu RW 24 dan 08
Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan Kota Surakarta.
Almatsier. 2016. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Umum. Arikunto S (2016). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka
Cipta.
Astutik, Rahfiludin M, Aruben R. 2018. Faktor Risiko Kejadian Stunting
pada Anak Balita Usia24-59 Bulan. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
409 - 418.
Aminudin, M. (2016). Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Balita Usia 1-4 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Indah
Kota Bandar Lampung Tahun 2014. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan
Kesehatan, 3, 1–14.
Andriana, D. (2013). Tumbuh Kembang Dan Terapi Bermainpada Anak.
Jakarta: Salemba Medika
Baculu E. P. 2017. Hubungan Pengetahuan Ibu dan Asupan Karbohidrat
dengan Status Gizi Pada Anak Balita di Desa Kalangkangan
Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli. Promotif, 14 - 17.
Dasman H. 2019. Empat dampak stunting bagi anak dan negara
Indonesia. The Conversation. (Disipln Ilmiah, Gaya Jurnalistik), 22–
24.
Dian Y. D. 2020. Status Gizi Balita. Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
Dian , Hasan,2018. Pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap
perilaku konsumsi balita
Evitasari. 2020. Hubungan pendapatan, tingkat asupan energi dan
karbohidrat dengan status gizi balita usia 2-5 tahun di Daerah
Kantong Kemiskinan. Amerta Nutritions, 3(3), 183-188.
https://doi.org/10.2473/amnt.v3i3.2019.183-188.
Erlita N. A, Ari U, Dwi S, Arie. M. W. Faktorr-Faktor yang Berhubungan
dengan Status Gizi pada Anak Usia 0-23 Bulan Berdasarkan
Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) di Wilayah Kerja
Puskesmas Karangayu Kota Semarang. Jurnal Epidemiologi
Kesehatan Komunitas 5 (2), 2020, 104-112..
Fatimah. 2010. Hubungan pendapatan dan tingkat konsumsi makanan
yang berhubungan dengan daya beli bahan pangan dalam keluarga.
Holil M. 2017. Penilaian Status Gizi. Jakarta:Penerbit Buku. Kedokteran
EGC. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. 2016.
Helper, Sahat P.M. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
TB Paru dan Upaya Penanggulangannya. Jurnal Ekologi Kesehatan.
Haryanto, Sindung. (2011). Sosiologi Ekonomi. Yogyakarta: AR_RUZ
MEDIA.
Irfan Dwi F, Cerika R. ( 2014). Hubunga tingkat penghasilan ,tingkat
pendidikan , dan tingkat pengetahuan orang tua tentang makanan
yang bergizi. Skripsi FIK UNY
Jauhari, M. T., Ardian, J., Rahmiati, B. F., & Naktiany, W. C. (2022).
Gambaran Pengetahuan Ibu Balita di Desa Sukaraja Overviewed Of
Knowledge About Nutrition Balanced of Mothers Of Toddler In
Sukaraja Village. Jurnal Gizi Dan Kuliner (Journal of Nutrition and
Culinary), 2(2), 10–15.
Kemenkes RI. 2017. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehata Badan Pengembangan Dan
Peberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
http://bppsdmk.kemenkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/201 /
11/PENILAIAN-STATUS-GIZI-FINAL-SC.pdf
Kemenkes RI. 2020. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Tentang Standar Antropometri Anak.
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No_2_Th_20
20_ttg_Standar_Antropometri_Anak.pdf
Marimbi.2010. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
balita.Berita Kedokteran Masyarakat Vol.25, NO 3 ,Septembar
Nafi’ah, S. (2015). Gambaran Karakteristik Ibu Balita Yang Memiliki Gizi
Kurang Di Desa Sambungwangan Kecamatan Randublatung
Kabupaten Blora. Stikes Ngudi Waluyo
Leroy, J. L., Frongillo, E. A. (2019). Perspective : What Does Stunting
Really Mean ?. A Critical Review of the Evidence, 196-204.
Linda W dan Musnadi J. 2022. Hubungan Asupan Gizi Dengan Kejadian
Stunting Pada Anak Di Desa Padang Kecamatan Manggeng
Kabupaten Aceh Barat Daya. Jurnal Biology Education Volume. 10
Nomor 1 Edisi Khusus 2022
Oktavia S, et.al. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status
Gizi Buruk Pada Balita Dikota Semarang Tahun 2017. Semarang:
Jurnal kesehatan masyarakat FKM UNDIP
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/17209
Oktavianis. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi
Pada Balita Di Puskesmas Lubuk Kilangan. Jurnal
Human Care, 1(3), 1–12
Puspasari N, dan Andriani M. 2017. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang
Gizi dan Asupan
Makan Balita dengan Status Gizi Balita (BB/U) Usia 12-24 Bulan.
Amerta Nutr, 369-378.
Putri, D. S. K & Wahyono, T. Y. M (2015). Faktor Langsung Dan Tidak
Langsung Yang berhubungan dengan Kejadian Wasting Pada Anak
Umur 6-59 Bulan. Media Litbangkes
Setiawan E, Rizanda M, Masrul. 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 23-59 Bulan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang.
SSGI. 2021. Buku Saku Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tingkat
Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2021. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Sedermayanti,2021. Hubungan status gizi dengan status ekonomi
keluarga murid sekolah dasar di daerah pusat dan pinggiran kota
padang lisbet rimelfhi sebataraja.
Supariasa, I. D., Bakri, B., & Fajar, I. (2016). Penilaian Status Gizi.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Simanullang, Sari dewi. 2010. Hubungan antara tingkat Pengetahuan
Suami tentang Perawatan Kehamilan Diklinik Bersalin Mariani
Medan. 30 September 2011.
Simangunsong, M. (2019). Faktor yang berhubungan dengan gizi kurang
pada balita di wilayah kerja puskesmas janji kecamatan bilah barat
kabupaten labuhan batu tahun 2019. Medan
UNICEF. 2018. Gizi Mengatasi beban ganda malnutrisi di Indonesia.
UNICEF Division of Communication Indonesia.
UNICEF. 2019. Status Anak Dunia 2019: Anak, pangan, dan gizi.
UNICEF Division of Communication Indonesia.
http://www.unicef.org/indonesia/status-anak-dunia-2019
UNICEF, WHO, World Bank Group. Levels and trends in child
malnutrition: key findings of the 2018 edition of the joint child
malnutrition estimates. 2018.
UNICEF, WHO, World Bank Group. Levels and trends in child
malnutrition: key findings of the 2018 edition of the joint child
malnutrition estimates. 2021.
Vaida, N. 2013 “Impact of Maternal Occupation on Health and Nutritional
Status of Preschoolers. (In Srinagar City)” Journal Of Humanities And
Social Science (IOSRJHSS). 7(1):9
Yuniarti T. S, Ani M, Nuryano. 2019. Faktor Resiko Kejadian Stunting
Anak Usia 1-2 Tahun Di Daerah Rob Kota Pekalongan: Vol.7 No.
LAMPIRAN 1

Indeks Antropometri
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas
Berat badan sangat kurang <-3 SD
Berat Badan (severely underweight)
menurut Umur Berat badan kurang -3 SD sd <-2 SD
(BB/U) anak usia 0- (underweight)
60 bulan Berat badan normal -2 SD sd +1 SD
Risiko Berat badan lebih >+1 SD
Panjang Badan atau Sangat pendek (severely <-3 SD
Tinggi Badan stunted)
menurut Umur anak Pendek (stunted) -3 SD sd <-2 SD
usia 0 – 60 bulan Normal -2 SD sd +3 SD
Tinggi >+3 SD
Berat Badan Gizi buruk (severely wasted) <-3 SD
menurut Panjang Gizi kurang (wasted) -3 SD sd <-2 SD
Badan atau Tinggi Gizi baik (normal -2 SD sd +1 SD
Badan (BB/PB atau Berisiko gizi lebih (possible > + 1 SD sd + 2 SD
BB/TB) anak usia 0 risk of overweight)
- 60 bulan Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd + 3 SD
Obesitas (obese) > + 3 SD
Gizi buruk (severely <-3SD
Indeks Massa Tubuh wasted)
menurut Umur Gizi kurang (wasted) -3 SD sd <-2SD
(IMT/U) anak usia 0 - Gizi baik (normal -2 SD sd +1 SD
60 bula Berisiko gizi lebih + 1 SD sd + 2 SD
(possible risk of
overweight)
Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd + 3 SD
Obesitas (obese) > + 3 SD
LAMPIRAN 2

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN


( INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan d ibawah ini, saya :

Nama Ibu : ……………………………………

Nama anak : ……………………………………

TTL anak/umur anak : ……………………………………

Alamat : ……………………………………

No.telepon/Hp : ……………………………………

Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden penelitian dengan judul


“Gambaran Tingkat Konsumsi dan Status Gizi Balita Di Posyandu Memosa
Desa Waiheru” yang akan dilakukan oleh :
Nama : Desi Rumbalifar

Alamat : Salobar

Jurusan : Gizi. Poltekkes Kemenkes Maluku

No.Hp : 082116186501

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa ada paksaan
dari siapapun.

Ambon, November 2022

Peneliti Responden

(Desi Rumbalifar) ( )
LAMPIRAN 3

KUESIONER PENELITIAN
DAN IDENTITAS RESPONDEN

Nomor Responden :
Tgl Wawancara :
Nama Pewawancara :
A. Identitas Responden Orang Tua/Ibu
1. Nama Responden : ……………………………………………
2. Umur : ……………………………………………
3. Jumlah Anak : ……………………………………………
4. Pekerjaan : ……………………………………………
5. Alamat : ……………………………………………
6. No Hp : …………………………………………….

B. Identitas Sampel
1. Nama Anak : …………………………………………………….
2. TTL / Umur : ……………….……………………………………
3. TB / BB : ……………....……………………….……………
a. BB/U : …………………………………………………….
b. TB atau PB/U : …………………………………………………….
c. BB/TB : …………………………………………………….
4. Alamat : …………………………………………………….

C. Pilihlah salah satu jawaban yang di anggap benar.


1. Pendidikan Orang Tua
1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Perguruan Tinggi

2. Jumlah Anggota Keluarga dan Pendapatan Keluarga


A. Berapa jumlah anggota keluarga dalam rumah Saudara?
Anggota Keluarga Jumlah UMR Kota Ambon
Pendapatan/Bulan Rp 2.731.502
Kepala Keluarga
Ibu
Anak/Saudara
Serumah (jika ada)
Anggota Keluarga
Lain, Mertua/sepupu

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai