Anda di halaman 1dari 4

sehingga berdasarkan pemaparan di atas, pada prinsipnya setiap anak

memilik hak untuk mendapatkan pendidikan tidak terkecuali bagi anak


berkebutuhan khusus. Keberadaan sekolah yang menerapkan sistem inklusif
bisa menjadi alternatif bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya.
Dengan demikian, anak berkebutuhan khusus memiliki pilihan untuk
bersekolah baik di satuan pendidikan khusus maupun di sekolah reguler
yang menerapkan sistem pendidikan inklusif.

3. Di Indonesia masih ditemukan anak berkebutuhan khusus dan anak penyandang


disabilitas yang ditolak di sekolah umum maupun sekolah inklusi. Berbagai
pemasalahan-permasalahan yang melatarbelakangi antara lain karena tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan yang belum ramah anak, guru pendamping yang
kurang, pembiayaan yang mahal untuk penyediaan guru pendamping, anak
penyandang disabilitas rentan mendapat bully dan lainnya.

Anak berkebutuhan khusus (ABK) dan para penyandang disabilitas merupakan


sosok pribadi yang spesial. Di balik kelemahan fisik, mereka memiliki kelebihan
yang luar biasa namun sering menerima dampak dari kondisi sosial budaya dan
kebijakan yang belum ramah ABK/Disabilitas. Berbagai persoalan yang muncul
dipermukaan antara lain masalah diskriminasi kebijakan, diskriminasi perlakuan
masyarakat, deharmonisasi keluarga, bullying, eksploitasi dan perlakuan salah
lainnya.

Tembok eksklusifisme tersebut selama ini tidak disadari telah menghambat proses
saling mengenal antara anak-anak difabel dengan anak-anak non-difabel.
Akibatnya dalam interaksi sosial di masyarakat kelompok difabel menjadi
komunitas yang teralienasi dari dinamika sosial di masyarakat. Masyarakat
menjadi tidak akrab dengan kehidupan kelompok difabel. Sementara kelompok
difabel sendiri merasa keberadaannya bukan menjadi bagian yang integral dari
kehidupan masyarakat di sekitarnya.

Sumber:"Perkembangan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus di


Indonesia", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/tanamilmu/55107ad1a33311273bba8243/
perkembangan-pendidikan-anak-berkebutuhan-khusus-di-indonesia.

4. Bentuk Layanan Pendidikan Segregasi


Sistem layanan pendidikan segregasi adalah sistem pendidikan yang terpisah dari
sistem pendidikan anak normal. Pendidikan anak berkebutuhan khusus melalui
sistem segregasi maksudnya adalah penyelenggaraan pendidikan yang
dilaksanakan secara khusus dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk
anak normal. Dengan kata lain anak berkebutuhan kusus diberikan layanan
pendidikan pada pada lembaga pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan
khusus, seperti Sekolah Luar Biasa atau Sekolah Dasar Luar Bias, Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa.
Sistem pendidikan segregasi merupakan sistem pendidikan yang paling tua. Pada
awal pelaksanaan, sistem ini diselenggarakan karena adanya kekhawatiran atau
keragaman terhadap kemampuan anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama
dengan anak normal. Selain itu, adanya kelainan fungsi tertentu pada anak
berkebutuhan khusus memerlukan layanan pendidikan dengan menggunakan
metode yang sesuai dengan kebutuhan khusus mereka. Misalnya, untuk anak tuna
netra, mereka memerlukan layanan khusus berupa braille, orientasi mobilitas.
Anak tuna rungu memerlukan komunikasi total, bina persepsi bunyi: anak tuna
daksa memerlukan layanan mobilisasi dan aksesilbilitas, dan layanan terapi untuk
mendukung fungsi fisiknya.

5. Beberapa model layanan yang digunakan untuk menangani anak


berbakat antara lain:

 Model layanan kognitif-afektif


 Model layanan perkembangan moral
 Model perkembangan nilai
 Dan layanan berbagai bidang khusus lain

Model layanan yang paling efektif untuk menangani anak berbakat dari aspek
kognitif diantaranya adalah:

1. Diberikan kesempatan untuk dapat meloncat kelas ke kelas yang lebih tinggi
dalam waktu singkat (mempercepat masa belajar).
2. Membentuk kelas khusus dengan pengajar yang khusus pula yang fokus
melatih kepandaian anak berbakat tersebut.
3. Menyediakan perangkat latih yang diperlukan si anak berbakat sehingga
kepandaian atau keahliannya dapat tersalurkan sesuai perkembangannya.
4. Mengirim mereka ke ajang-ajang kompetisi baik di jenjang nasional maupun
internasional.
5. Pemerintah harus menjamin kelangsungan pendidikannya sampai ke jenjang
universitas tanpa biaya apabila yang bersangkutan berasal dari keluarga
kurang mampu.

Penjelasan:
Anak berbakat adalah anak yang cukup spesial yang mempunyai bakat-bakat
khusus yang diatas rata-rata rekan sebayanya. Untuk itu dalam menyalurkan bakat
dan kepandaian khusus ini mereka perlu ditangani secara khusus agar keterampilan
mereka tersalurkan dan tidak sia-sia. Mereka umumnya dapat mempelajari sesuatu
sangat cepat jauh melebihi teman-teman sebayanya.
Berikut ciri-ciri anak berbakat:

 Memiliki IQ diatas 130


 Memiliki nilai-nilai pelajaran akademis yang mendekati sempurna
 Memiliki keinginan belajar yang tinggi
 Memiliki keingintahuan yang besar tentang sesuatu yang mereka minati
 Mampu menguasai dan menyelesaikan pelajaran dengan cepat

Untuk itu pihak pendidik harus mampu mendeteksi bakat-bakat khusus siswa
mereka yang memiliki kepandaian di luar rata-rata ini dan memfasilitasi segala
keperluan si anak berbakat ini agar bakatnya dapat dibina dan disalurkan ke
jenjang yang lebih tinggi. Selain membawa nama baik keluarga, anak
berbakat ini juga dapat membawa harum nama bangsa apabila dapat diikutkan ke
ajang-ajang kompetisi dunia sesuai bakatnya untuk mewakili negara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai