Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

MENILAI LAJU BERSIHAN KREATININ PENGUKURAN PENGHITUNGAN


PERSAMAAN COCKCROFT- GAULT, PERUBAHAN REGIMEN DOSIS
OBAT BERDASARKAN LAJU BERSIHAN KREATININ PENGARUH
PROSES HEMODIALISIS TERHADAP PARAMETER
FARMAKOKINETIKA OBAT STUDI KASUS

Dibuat oleh

Nama : Nelvira Wulansi

NIM : 200101212

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI


PALEMBANG TAHUN AJARAN 2024
BAB I

Pendahuluan

laju bersihan kreatinin merupakan suatu pengukuran kinerja fungsi ginjal dalm membersihkan

kreatinin dari darah. CLcr menggunakan berbagai faktor seperti umur, jenis kelamin, berat

badan, dan perilaku ginjal. Laju bersihan kreatinin dapat di ukur dengan menggunakan urin

spesimen dalam suatu periode waktu dan mengumpulkan sampel darah untuk menentukan

kreatinin serum pada waktu pertengahan waktu pengumpulan urin. Pengukuran laju bersihan

kreatinin dilakkan untuk mengevaluasi fungsi ginjal dan membantu dalam penentuan dosis obat

yang tepat.

Persamaan Cockcroft-Gault adalah salah satu metode yang digunakan untuk menilai CLcr.

Metode ini jugaa menggunakan bebrapa faktor penentu seperti umur, jenis kelamin, berat badan,

dan memperikirakan laju filtrasai glomerulus ginjal. Pengukuran laju filtrasi glomerulus (GFR)

penggunaan suatu obat mengukur GFR harus memenuhi beberapa kriteria. dosis obatt

berdasarkan laju pembersihan kratinin untuk mngurangi resiko terlalu rendah atau terlalu tinggi

dari efek samping obat. Laju bersihan kreatinin digunakan sebagai indikaotr penting dalam

menyesuaikana dosis obat, terutama bagi psien dengan gangguan fugsi ginjal. Dosis obat harus

dikelurkan dengan baik dari tubuh dan efek samping yang tidak diinginkan dapa diminimalkan

Pengaruh proses hemodiliasis terhadap parameter farmkaokonetika obat digunakan untuk

menngkatkan kemampuan ginjal dalam proses heodialisis, kreatinin dan obat lainnya di lkukan

dengan cra pengambilan darah pasien melalui dialisis. Hemodialisis dapat mempengaruhi

parameter farmakokinetika obat, yaitu cara obat diserap, didistribusikan dieliminasi, dan
berinterksi dalam tubuh, sehingg dosis obat harus dissuaikan untuk menjaga konsentrasi

teraupetik yang diinginkan dan mencegah toksisitas obat


BAB II

1. Definisi laju bersihan kreatinin

Laju bersih merupakan salah satu dari bebrapa parameteer farmakokinetika yang penting untuk

di perhatikan dalam pengobatan pasien. Laju bersihan kreatinin merupakan kemampuan organ

tubuh untuk menghilangkan kretinin dari darah, yang dikaitkan dengan kemampauan organ

tubuh untuk menghilangkan obat lainnya. CLcr dapat diketahui melalui pengukuran laju filtrasi

glomerulus (GFR) yang biasa dilakukan dengan pemeriksaan kreatinin dalam darah dan urin.

Menilai CLcr dokter menggunakan persamaan Cockroft-Gault

Cara mengukur CLcr melalui pengukuran (GFR)

a. Ambil sampel darah dan urin

b. Pemeriksaan kreatinin dalam darah dan urin

c. Pemeriksaaan albumin dalm urin

d. Menghitung GFR menggunakan rumus

2. Pengukuran laju bersihan kreatinin dengan persamaan Cockcroft-Gault

Persamaan Cockcroft-Gault adalah metode yang digunakan untuk menghitung CLcr. Metode ini

dipakai pada tahun 1972 oleh cokcroft dan Gault. Persamaan ini menggunakan berbagai faktor,

seperti berat badan, umur, jenis kelamin, ginjal. Persamaan ini diterapkan dalam beberapa kasus,

seperti pengobatan pasien dengan penyakit ginjal terlampau, penyakit ginjal, atau penyakit lain

yang dapat mempengaruhi kemampuan ginjal. Persamaan Cockcroft-Gault diterapkan dengan

rumus berikut :

berat badan jenis kelamin 1.21


C Lkr = (140-umur ) X X X
72 , 7 0 ,85 0,612
3. Perubahan regimen dosis obat berdasarkan laju bersihan kreatinin

Persamaan Cockroft-Gault digunakan untuk menghitung Clcr, yang dapat digunakan untuk

menentukan dosis obat yang sesaui dengan kemampaun ginjal pasien,dan digunakan untuk

mencgah efek samping dari obat. Dosis obat yang sesuai dapat t=diterpakan laju bersihan

kreatinin dengan menerapkan rumus sebagai berikut :

dosi obat normal


Dosis obat
CLcr

4. Pengaruh proses hemodialisis terhadap parameter farmakokinetika obat

Proses hemodiliasis merupakan metode terapi yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan

ginjal. Pengaruh proses hemodialisis terhadap dosis obat juga tergantung pada tingkat dialisis

yang digunakan dalam bebrapa kasus, CLcr dapat meningkat setelah hemodialisis, sehingga obat

yang digunakan perlu dibatasi.

5. Studi kasus

Berikut adalah bebrapa kasus yang mencangkup pengukuran CLcr dan perubhaan dosis

berdasarkan CLcr

a. Kasus 1 penyakit ginjal yang telah lama

Pada kasus ini pasin menderita penyakit ginjal yang telah lama dialami dan mempengaruhi

fungsi ginja, dengan menggunakan persamaan Cockroft-Gault, CLcr dpat diketahui dan dosis

obat yang sesuai dappat diterapakan


BAB III

KESMIPULAN
Pengukuran laju bersihan kreatinin (CLcr) penting untuk mengukur kinerja fungsi nefron.

Metode Cockcroft-Gault adalah salah satu metode yang digunakan untuk menilai CLcr, tetapi

perbandingan dengan metode Clearance Creatinine Urin 24 jam terhadap senyawa tertentu oleh

ginjal dalam satu satuan waktu (Jahan & Ferdousi, 2013) menunjukkan bahwa terdapat

kesalahan pada proses pelindung urin.

Perubahan regimen dosis obat berdasarkan laju pembersihan kreatinin adalah penting untuk

mengurangi risiko terlalu rendah atau terlalu tinggi dari efek samping obat (Jahan & Ferdousi,

2013). Pengaruh proses hemodialisis terhadap parameter farmakokinetika obat adalah penting

untuk diperhatikan, karena proses hemodialisis dapat mengubah kinetika obat yang akan

meningkatkan risiko efek samping atau efektivitas obat.

Studi kasus yang mencakup pengukuran CLcr dan pengaruh proses hemodialisis pada parameter

farmakokinetika obat akan memberikan informasi yang penting bagi dokter dan klinisian dalam

mengelola pasien yang menerima terapi hemodialisis.

Perhitungan nilai bersihan kreatinin (ClCr) dihitung menggunakan persamaan Cockroft-Gault

(CG) dan nilai LFG yang dihitung menggunakan persamaan MDRD dari masing-masing pasien.

Aturan pendosisan pada pasien gagal ginjal kronik (GGK) didasarkan oleh perubahan

farmakokinetiknya. Penurunan fungsi ginjal, perubahan volume distribusi, dan waktu eliminasi

pada pasien GGK menyebabkan perlunya dilakukan penyesuaian dosis pada obat tertentu.

Penyesuaian dosis didasarkan pada klirens obat dari masing-masing pasien. Klirens obat ini

dapat ditentukan oleh nilai klirens kreatinin (Shargel, 2015). Perhitungan nilai klirens kreatinin
menggunakan persamaan CG nilai CrCl tanpa faktor memperhatikan luas area tubuh. Hasil

perhitungan eCrCl secara sistematis akan lebih besar dari nilai LFG karena adanya sekresi

kreatinin di tubulus ginjal. Selain itu, eCrCl memiliki lebih banyak variabilitas daripada nilai

eLFG yang dihitung menggunakan persamaan MDRD sehingga nilai CrCl hanya memiliki

tingkat keakuratan sekitar 50 – 70%. Sementara pada penilaian eLFG memiliki tingkat akurasi

83% (NIDDK, 2015). Tingkat akurasi kedua metode ini menjadi perbedaan yang mendasari

dilakukannya penilaian dosis dengan melihat nilai ClCr juga LFG pasien.

Penelitian ini menggunakan sampel sehat dan diperoleh rerata nilai LFG menggunakan metode

Cockcroft-Gault lebih tinggi dibandingkan dengan LFG metode Cleareance Creatinine Banyak

faktor yang mempengaruhi mempengaruhi pemeriksaan untuk perkiraan LFG. Faktor-faktor

tersebut antara lain lamanya waktu pengumpulan urin dan banyaknya volume urin (Jahan &

Ferdousi, 2013). Perbedaan rerata nilai LFG sebagai indeks fungsi akan menimbulkan

permasalahan di dalam praktik para klinisi dalam memilih metode mana yang akan dipakai untuk

menghitung LFG secara cepat. Metode Cockcroft-Gault lebih menunjukkan hasil yang

mendekati nilai referensi yaitu ≥90 ml/menit. Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa

terdapat kesalahan pada proses penampungan urin (Jahan & Ferdousi, 2013

Anda mungkin juga menyukai