Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kajian politis atau sosio kultural, faktor sosial dan budaya saling
terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Faktor sosial seperti struktur sosial,
kekuasaan, dan kebijakan memiliki pengaruh yang kuat dalam membentuk
pola perilaku dan norma-norma dalam masyarakat. Misalnya, struktur sosial
yang hierarkis akan memengaruhi pembagian peran dan status sosial dalam
masyarakat, yang pada gilirannya akan memengaruhi pola interaksi dan
hubungan antar individu. Di sisi lain, faktor budaya seperti nilai-nilai, norma,
dan tradisi juga memainkan peran penting dalam membentuk identitas dan
pola perilaku masyarakat. Nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat akan
memengaruhi cara pandang dan sikap terhadap hal-hal tertentu, serta
membentuk norma-norma yang dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks politis atau sosio kultural, interaksi antara faktor sosial dan
budaya juga menciptakan dinamika sosial yang kompleks. Perubahan dalam
struktur sosial seperti perubahan kebijakan atau pemerintahan dapat
mempengaruhi nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat. Sebaliknya,
perubahan dalam nilai-nilai dan norma-norma juga dapat memicu perubahan
dalam struktur sosial. Misalnya, perubahan nilai-nilai terkait kesetaraan
gender dapat memicu perubahan dalam struktur sosial yang lebih inklusif
terhadap perempuan.

Secara sederhana politis di Indonesia ini dapat dilihat sebagai apa yang kita
lakukan dan bagaimana kita melakukannya. Sebagai contoh, cara kita
berbicara, berjalan, duduk, berlari, kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat adat dan sebagainya merupakan bentuk ekspresi kebudayaan.

B. Batasan Masalah
Dalam makalah ini kami membatasi pembahasan yang hanya mengenai

1
definisi politis Indonesia, lokasi politis atau sosio kultural Indonesia,
perubahan politis atau sosio kultural Indonesia, proses politis atau sosio
kultural Indonesia, dan dampak politis atau sosio kultural Indonesia.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi politis Indonesia

2. Bagaimana lokasi politis atau sosio kultural Indonesia

3. Bagaimana perubahan lokasi politis atau sosio kultural Indonesia

4. Bagaimana proses lokasi politis atau sosio kultural Indonesia

5. Bagaimana dampak lokasi politis atau sosio kultural Indonesia

D. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi politis Indonesia

2. Untuk mengetahui lokasi politis atau sosio kultural Indonesia

3. Untuk mengetahui perubahan lokasi politis atau sosio kultural Indonesia

4. Untuk mengetahui proses lokasi politis atau sosio kultural Indonesia.

5. Untuk mengetahui dampak lokasi politis atau sosio kultural Indonesia

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori
Teori politis Indonesia atau teori sosiokultural merupakan pendekatan yang
menganggap sumber utama perilaku sosial tidak berasal dari dalam diri individu,
melainkan dari kelompok sosial, lingkungan, dan budaya yang menyelubunginya.1
Ini berarti bahwa bukan individu yang memiliki perilaku unik, tetapi keadaan sosial
di sekitarnya yang membentuk perilaku individu tersebut. Teori ini juga sering
disebut sebagai teori konstruktivisme sosial. Lingkungan yang memengaruhi
perilaku tidak terbatas pada lokasi tempat tinggal seseorang. Berbagai asupan akal
budi, seperti pengaruh dari sekolah, media sosial, dan lingkungan sosial lain, dapat
membentuk perilaku individu. Misalnya, meskipun seseorang tinggal di lingkungan
yang tidak baik, asupan akal budi dari luar tempat tinggalnya dapat mempengaruhi
perilakunya. Namun, kelompok sosial dan budaya tetaplah membentuk perilaku
orang yang tidak ikut-ikutan menjadi tidak baik di tempat tinggalnya tersebut.
Teori ini telah diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk manajemen dan
bisnis. Para ahli mengembangkan teori ini memberikan pandangan dan perspektif
yang beragam. Misalnya, Edward Alsworth Ross, seorang sosiolog, melihat bahwa
sumber utama perilaku sosial bukan berasal dari dalam diri individu, melainkan
dari kelompok sosial. Ross mengamati bagaimana orang sering kali terbawa arus
sosial, seperti penyebaran emosi dalam kerumunan atau epidemik emosi religius.
Dalam konteks pendidikan di Indonesia, teori politis atau sosiokultural juga
relevan. Pengenalan dan pendekatan langsung terhadap budaya lokal
memungkinkan memahami keberagaman budaya Indonesia dan mencintai warisan
budaya kita. 2

B. Metodologi Penelitian
Metode penulisan makalah ini adalah dengan metode kualitatif dan studi

1
Abdurrahmat Fathoni, Antropologi Sosial Budaya Satu Pengantar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),
h. 30
2
Andreas Soeroso, Sosiologi I, (Jakarta: Yudhistira Quadra, 2008),h. 63
3
literature atau Library Research yaitu dengan membaca kepustakaan seperti buku-
buku literatur, diktat-diktat kuliah, majalah-majalah, jurnal-jurnal, buku-buku yang
berhubungan dengan pokok penelitian.
Mengkaji Buku-buku literature sesuai dengan teori yang dibahas yaitu lokasi
politis di Indonesia. Semua bersumber dan Scholar Google.

4
BAB III
PEMBAHASAN

A. Definisi Politis Indonesia


1. Pengertian Politis Atau Sosio Kultural Indonesia
Politis memiliki arti yang sama dengan sosio kultural. Menurut Kamus
Umum Bahasa Indonesia, sosio ialah segala sesuatu yang mengenai
masyarakat atau kemasyarakatan atau dapat juga berarti suka memperhatikan
kepentingan umum (kata sifat). 3 Sedangkan kultur atau budaya dari kata Sans
atau Bodhya yang artinya pikiran dan akal budi. Budaya ialah segala hal yang
dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya yang mengandung
cinta, rasa dan karsa.4 Dapat berupa kesenian, pengetahuan, moral, hukum,
kepercayaan, adat istiadat ataupun ilmu.
Politis atau Sosio kultural adalah istilah yang sering digunakan dalam ilmu
sosial dan antropologi untuk menggambarkan hubungan antara aspek sosial
dan budaya dalam suatu masyarakat. Istilah ini merujuk pada interaksi
kompleks antara faktor-faktor sosial seperti struktur sosial, kekuasaan, dan
kebijakan dengan faktor-faktor budaya seperti norma, nilai, dan tradisi. Dalam
konteks ini, sosio kultural mempertimbangkan bagaimana faktor-faktor ini
saling memengaruhi dan membentuk pola perilaku, kepercayaan, dan identitas
dalam masyarakat.
Maka definisi sosio kultural itu sendiri adalah segala hal yang dicipta oleh
manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk dan/atau dalam
kehidupan bermasyarakat atau lebih singkatnya manusia membuat sesuatu
berdasar budi dan pikirannya yang diperuntukkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Sebagaimana terdapat pada firman Allah dalam surat An-Nahl
ayat 123:

‫ُثَّم َأْو َح ْيَنٓا ِإَلْيَك َأِن ٱَّتِبْع ِم َّلَة ِإْبَٰر ِهيَم َح ِنيًفاۖ َو َم ا َك اَن ِم َن ٱْلُم ْش ِر ِكيَن‬
3
Tasmuji, Dkk, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar, (Surabaya: IAIN
Sunan Ampel Press, 2011),h. 154
4
Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia; Suatu Pengantar (Bogor : GHalia Indonesia,
2006), h. 21
5
Artinya : Kemudian, Kami wahyukan kepadamu (Nabi Muhammad), “Ikutilah
agama Ibrahim sebagai (sosok) yang hanif dan tidak termasuk orang-orang
musyrik.
Makna dari ayat di atas adalah perlunya melestarikan budaya yang sudah
sesuai dengan syari’ah agama. Diwajibkan tetap menjaga tradisi Islami dan
melestarikan budaya yang sesuai dengan syari’ah Islam. Sedangkan budaya
yang kosong tanpa warna agama, maka diwarnai dengan Islam. Sementara
budaya yang bertentangan dengan Islam, wajib diubah secara bijak, dengan
memperhatikan kerifan lokal dan selanjutnya bersih dan hilang.

2. Pengertian Politis Atau Sosio Kultural Indonesia Menurut Para


Ahli
Dalam memahami konsep politis atau sosio kultural banyak pendapat yang
menjelaskan tentang pengertian politisi atau sosio kultural. Hal ini kita bisa
lihat dari beberapa pendapat para ahli seperti:
1. Soekanto menyatakan bahwa politis atau sosio kultural adalah suatu wadah
atau proses yang menyangkut hubungan antara manusia dan kebudayaan.
Dimana proses tersebut menyangkut tingkah laku manusia dan diatur olehnya,
terjadi proses yang saling mengikat antara unsur-unsur kebendaan dan
spiritual.5
2. Ranjabar menyatakan bahwa politis atau sosio kultural mengandung makna
sosial dan budaya. Disini sosial diartikan sebagai masyarakat atau
kemasyarakatan, dimana masyarakat adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan sistem hidup bersama atau hidup bermasyarakat dari orang atau
sekelompok orang yang di dalamnya sudah tercakup struktur, organisasi,
nilai-nilai sosial, dan aspirasi hidup serta cara menghadapinya. Budaya, kultur
atau kebudayaan adalah cara atau sikap hidup manusia dalam hubungannya
secara timbal balik dengan alam dan lingkungan hidup yang di dalamnya
sudah tercakup pula segala hasil dari cipta, rasa, karsa dan karya, baik yang
fisik materil maupun yang psikologis, idiil dan spritual.
3. Vygotsky menyatakan bahwa politis atau sosio kultural menekankan pada

5
Soekanto, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1993), h. 9
6
pengaruh interaksi sosial dan peranan lingkungan terhadap perkembangan
kognitif seseorang. Menurut vygotsky, anak-anak belajar melalui interaksinya
dengan orang lain kemudian menerapkan apa yang mereka pelajari kedalam
dirinya.

B. Lokasi Politis Atau Sosio Kultural Indonesia


Lokasi politis atau sosio kultural adalah letak berdasarkan keadaan sosial
dan budaya daerah yang bersangkutan terhdap daerah di sekitarnya. Indonesia
secara sosiogegrafis dan kultural terletak di persimpangan jalan antara Benua
Asia dan Australia yang terdiri dari berbagai bangsa yang menyebabkan budaya
akulturasi budaya kaya dan aneka ragam budaya. Secara sosiokultural,
Indonesia mempunyai banyak persamaan umum dengan negara-negara
tetangga. Misalnya, sama-sama merupakan negara sedang berkembang, sama-
sama sedang mengalami masalah ledakan penduduk, sama-sama berlandaskan
kehidupan beragama, sama-sama bekas negara jajahan, dan sebagian besar
penduduknya mempunyai persamaan ras. Dengan melihat kondisi-kondisi
sosial tersebut, tidak mengherankan apabila bangsa-bangsa di Asia umumnya,
dan Asia Tenggara khususnya, berupaya memajukan masyarakat dan
memperbaiki keadaan sosiokulturalnya. Adanya kerja sama dan kontak sosial
ini dapat dilihat dengan dibentuknya ASEAN, Asean Games, AFF Cup, dan
berbagai bentuk kerja sama lainnya.
Luas wilayah negara Indonesia adalah 9,8 juta km2 yang terdiri dari lautan
dan daratan yang berupa pulau kecil dan pulau besar, sehingga dikatakan bahwa
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. 67,9 juta
km2 atau 81% wilayah Indonesia terdiri dari lautan, sedangkan daratannya ±1,9
juta km2 atau 19%.
Wilayah Indonesia terdiri dari 18.110 pulau, 6.004 pulau telah memiliki
nama, dan yang berpenghuni sebanyak 931 pulau. 7 Semakin luas suatu wilayah
semakin besar kesempatannya untuk memperoleh keuntungan dengan
keleluasaan ruang dan kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan

6
Wahyuno S.K., Indonesia Negara Maritim, (Jakarta: Penerbit Teraju, 2009,) h. 4
7
Suryo Sakti Hadiwijoyo, Batas-batas Wilayah Negara Indonesia, Dimensi, Permasalahan, dan
Strategi Penanganan (Sebuah Tinjauan Empiris dan Yuridis), (Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2009), h.
6
7
penduduknya. Sebagaimana terdapat pada firman Allah dalam surat Al-
Baqarah ayat 29 yang menjelaskan bahwa Allah yang telah segala yang ada di
bumi ini termasuk suatu wilayah di Indonesia

‫ُهَو اَّلِذ ْي َخ َلَق َلُك ْم َّم ا ِفى اَاْلْر ِض َج ِم ْيًعا ُثَّم اْسَتٰٓو ى ِاَلى الَّس َم ۤا ِء َفَس ّٰو ىُهَّن َس ْبَع َس ٰم ٰو ٍتۗ َو ُه َو‬
‫ࣖ ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِلْيٌم‬

“Dialah (Allah) yang menciptakan segala yang ada di bumi untukmu, kemudian
Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dia
Mahamengetahui segala sesuatu. (QS Al Baqarah ayat 29)

C. Perubahan Politis Atau Sosio Kultural Indonesia


Perubahan politis atau perubahan sosio kultural seringkali digabung dalam
suatu pembahasan dalam sosiologi. Keduanya sering dipertukarkan. Keduanya
memang tidak dapat dipisahkan secara serta-merta. Penggabungan keduanya
dengan istilah perubahan sosiokultural atau perubahan sosial-budaya bukanlah
tanpa alasan yang kuat.
Perubahan politis atau sosio kultural dapat diartikan sebagai perbedaan
keadaan yang berarti dalam unsur masyarakat dibandingkan dengan keadaan
sebelumnya. Perubahan politis atau sosio kultural yaitu proses perkembangan
unsur sosial dan budaya dari waktu ke waktu yang mengakibatkan perbedaan
yang berarti dalam suatu individu dalam masyarakat. 8 Perubahan politis atau
sosio kultural merujuk pada berbagai perubahan yang signifikan sepanjang
waktu dalam pola tingkah laku serta nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan.
Secara umum ada tiga bentuk perubahan, yaitu perubahan yang terjadi
dengan lambat dan cepat, perubahan yang memiliki pengaruh yang kecil dan
pengaruh yang besar,serta perubahan yang dikehendaki atau direncanakan dan
perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan. 9 Perubahan yang
terjadi tentunya dapat memengaruhi nilai-nilai, sikap-sikap, pola-pola perilaku
antara kelompok-kelompok yang terdapat dalam masyarakat.
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan.
Faktor-faktor tersebut antara lain lingkungan fisik dan geografis, perubahan

8
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. (Jakarta: Djambatan, 1983), h. 108-110
9
Piotr Sztompka. Sosiologi Perubahan Sosial. (Jakarta: Kencana), h. 13-15
8
populasi, isolasi dan kontak, struktur sosial, sikap dan nilai, kebutuhan dan
dasar kebudayaan.
Zuhaib (2011) menyebutkan beberapa penyebab dari perubahan politis atau
sosio kultural, yaitu sebagai berikut: perubahan teknologi dan ekonomi (seperti
agrikultur, kemajuan, dan industrialisasi), modernisasi, urbanisasi,
bureaucratization (penekanan yang ekstrim pada aturan, impersonal), konflik
dan kompetisi (seperti perang karena agama, tekanan etnik dan kompetisi
mendapatkan sumber daya, pergerakan gender dan wanita, segregasi, dan
sebagainya), kekuatan politik legal, ideologi, difusi kebudayaan (penyebaran
suatu kebudayaan terhadap kebudayaan lain), serta akulturasi.
Salah satu ayat al-Qur’an yang menetapkan hukum perubahan yaitu
terdapat pada surat Al- Ra’d ayat 11

‫ِإَّن ٱَهَّلل اَل ُيَغ ِّيُر َم ا ِبَقۡو ٍم َح َّتٰى ُيَغِّيُروْا َم ا ِبَأنُفِس ِهۗۡم َو ِإَذ ٓا َأَر اَد ٱُهَّلل ِبَقۡو ٖم ُس ٓو ٗء ا َفاَل َم َر َّد َل ۚۥُه َو َم ا َلُهم‬
‫ِّم ن ُدوِنِهۦ ِم ن َو اٍل‬

“ Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu bangsa sehingga mereka


merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu bangsa, maka tak ada yang dapat
menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Q.S.
Al-Ra’d ayat 11).

D. Proses Politis Atau Sosio Kultural Indonesia


Konsep tentang unsur-unsur kebudayaan yang dibedakan antara unsur-unsur
kebudayaan yang mudah berubah (overt culture) dan yang sukar berubah
10
(covert culture). Selanjutnya Ia menjelaskan bahwa bagian inti kebudayaan
(covert culture) sebagai unsur kebudayaan yang sukar berubah yang berupa:
a. Sistem nilai budaya
b. Keyakinan-keyakinan keagamaan yang dianggap keramat
c. Beberapa data yang sudah dipelajari sangat dini dalam proses sosialisasi

10
Wibowo, Budaya Organisasi (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 15-16
9
individu warga masyarakat
d. Beberapa adat yang mempunyai fungsi terjaring luas dalam masyarakat.
Sedangkan bagian lahir kebudayaan (overt culture) merupakan kebudayaan
fisik
yang mudah berubah seperti ilmu pengetahuan, benda-benda dan alat-alat yang
berguna, tatacara pola atau gaya hidup dan rekreasi.
Koentjaraningrat menjelaskan bahwa proses politis atau sosio kultural
bisa terjadi karena:
a. Awal terjadinya proses sosio kultural dalam golongan atas yang tinggal di
kota,
kemudian menyebar ke golongan-golongan yang lebih rendah di daerah
pedesaan serta dapat dimulai dari perubahan social ekonomi
b. Perubahan dalam sektor ekonomi ini dapat menyebabkan perubahan yang
penting dalam asas-asas kehidupan kekeluargaan
c. Penanaman tanaman untuk eksport (komoditi perdagangan) dan
perkembangan ekonomi uang merusak pola-pola gotong royong tradisional,
karena berkembangnya sistem pengerahan tenaga kerja yang baru
d. Perkembangan sistem ekonomi uang juga menyebabkan perubahan dalam
kebiasaan-kebiasaan makan yang berakibat pada aspek gizi ekonomi dan sosial
budaya.
e. Proses politis atau sosio kultural yang berkembang cepat menyebabkan
berbagai pergeseran Sosial yang tidak seragam dalam semua unsur dan sektor
masyarakat. Sehingga mengakibatkan terjadinya kesenjangan masyarakat yang
berpotensi terjadinya konflik social.
f. Gerakan-gerakan nasionalisme juga dapat dianggap sebagai salah satu tahap
dalam proses politis atau sosio kultural.
g. Keberagaman suku,adat, dan budaya juga termasuk dalam proses politis atau
sosio kultural.11 Sebagaimana terdapat pada firman Allah dalam surat Al-
Hujurat Ayat 13
‫َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕىَل ِلَتَع اَر ُفْو ۚا ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد ِهّٰللا َاْتٰق ىُك ْۗم ِاَّن َهّٰللا َع ِلْيٌم َخ ِبْي ٌر‬
‫۝‬١٣

11
Koentjaraningrat, Rintangan-Rintangan Mental dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia,
(Jakarta: Lembaga Riset Kebudayaan Nasional Seni, 1969), h. 17
10
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.”

E. Dampak Politis Atau Sosio Kultural Indonesia


Politis atau sosio kultural Indonesia ini memiliki beberapa dampak yang
positif ataupun dampak negatif.
1. Dampak Positif
a. Timbulnya kebudayaan baru akibat akulturasi budaya.
b. Adanya akulturasi budaya antar negara.
c. Indonesia memiliki persamaan umum dengan negara-negara tetangga.
Misalnya sama-sama negara berkembang, dan mengalami masalah ledakan
penduduk.
d. Kerjasama antar negara.
e. Memberikan inovasi dalam budaya untuk menjaga dan melestarikan budaya.
f. Mempererat persatuan dengan akulturasi antara kebudayaan lokal, yang ada
pada masyarakat multikultural.
g. Menjadikan maayarakat tradisional mengetahui teknologi.
Sehingga menurut Ralp Linton sebagai mana yang dikutip Sajogyo (1985 :
93) yaitu mengenai fase perkembangan dalam sejarah manusia. Tidak perlu
semua masyarakat mengalami fase tersebut. Dalam hal ini Liontin melihat
perubahan teknologi yang sangat penting dan mendasar, karena menjadi dasar
yang memungkinkan adanya perkembanagan yang baru dan tidak melupakan
budaya nenek moyang.12

2. Dampak Negatif
Selain dampak positif, politis atau sosio kultural Indonesia juga memiliki
dampak negatif seperti:
a. Banyak kebudayaan yang tidak di jaga dengan baik.
12
Ralp Linton, Antropologi, Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 1985), h. 332
11
b. Pencurian atau pengakuan kebudayaan asli oleh negara lain.
c. Hilangnya identitas leluhur dan budaya kita, Dalam contoh sehari-hari dapat
dilihat bagaimana budaya yang nenek moyang kita wariskan lama-lama
mulai luntur/hilang karena sudah tidak diperhatikan lagi, hal ini disebabkan
masyarakat cenderung leih menyukai budaya luar yang dirasa lebih modern,
praktis dan gaya. Kita ambil contoh mengenai permainan tradisonal, banyak
sekali yang sudah tidak mengenal permainan tradisionalnya, contohnya
seperti enggrang, bagunduh, lempar gasing, balogo, badaku, dll. Sekarang
masyarakat lebih mengenal yang namanya playstation, bilyar, skateboard,
track-trackan, clubbing, shopping, dll. Secara langsung maupun tidak
langsung didalam hal ini telah terjadi asimilasi dimana kebudayaan lama
yang ada telah tergantikan dengan kebudayaan baru.
d. Terjadinya pencampuran budaya-budaya luar yang kurang baik kepada
budaya kita yang notabene mengedepankan aspek religi, sehingga terjadi
penyimpangan dalam beragama. Contoh masuknya aliran Ahmadiyah di
indonesia.
e. Memberi peluang untuk hilangnya suatu kebudayaan asli. Sehingga akan
terjadi asimilasi dalam budaya.
f. Menimbulkan konflik antara budayawan lama dan modern.

2. Upaya Mengatasi Dampak Negatif Politis Atau Sosio Kultural


Indonesia
Cara mengantisipasi dampak negatif dari politis atau sosio kultural ini
diperlukan Keikut sertaan dari. berbagai kalangan terpenting dukungan dari
kepemerintahan dan dari lingkungan sekitar kita
a. Peran pemerintah.
Seharusnya dari pihak pemerintah dapat memberikan keputusan dengan
melakukan pembenahan pada cara pengajaran terutama berkaitan dengan batas
batasan pembelajaran.pada dasarnya disetiap sekolah memberikan sistem
pengajaran dan pengetahuan berkenaan dengan ilmu keagamaan kepada
generasi muda kita (remaja).
b. Peran ahli keagamaan dan kebudayaan.
Keagamaan dan dari sanggar kebudayaan, kegiatan ini merupakan strategi yang
12
sangat bermanfaat untuk mencegah masuknya pengaruh budaya barat disekitar
kita terkhusus pada generasi remaja. Dan melibatkan tokoh keagamaan dan
kebudayaan yang meliputi program program seperti program kerja rohis.remaja
masjid (Muhammadiyah, nadatul ulama,dan lain sebagainya) itu bisa
mengarahkan dan membina para generasi muda supaya mereka dapat
mempertahankan kebudayaan yang berkaitan dengan keagamaan. Begitu
kebudayaan.para pula peran budayawan menyampaikan dengan cara membuat
sanggar dalam menciptakan cara kerja yang menarik Dimata generasi muda itu
dapat menimbulkan cara berfikir mereka dan itu akan membuat mereka tidak
menyukai kebudayaan barat. yang hanya suka ber hura hura,
c. Peran anggota keluarga atau ayah ibu
Anggota keluarga yaitu anggota yang paling terdekat dengan anak. Ayah dan
ibu ialah peran yang berpengaruh terhadap perkembangan anak juga kepada
seluruh anggota yang ada didalam rumah dan karna sebab ini,cara hidup
anggota keluarga serta masyarakat selalu berlingkup pada perilaku yang baik
diartikan seseorang disekitar nya tidak membawa ke hal hal yang sesat orang
tua harus lebih bisa selalu didekat anak peranan ortu amat sangat diperlukan
bukan hanya mengontrol anak orang tua juga harus tau dengan siapa anak
bergaul agar tidak salah memilih pergaulan. Di lingkungan yang ber era
globalisasi ini generasi muda begitu menggantungkan pada bagaimana orang
tua mendidik.para remaja akan mempelajari bagaimana cara berperilaku, sikap,
berkeyakinan.cita citanya dan hasil yang ada didalam anggota keluarga juga
dalam lingkungan sekitarnya13

Seperti yang telah dijelaskan bahwa kita harus bisa memilih atau
membedakan dampak-dampak yag baik atau tidak dalam kehidupan kita
sebagaima yang terdapat pada firman Allah dalam surat Al- An Kabut ayat 45
‫َم ا ُأوِح َي ِإَلْيَك ِم َن اْلِكَتاِب َو َأِقِم الَّص اَل َةۖ ِإَّن الَّص اَل َة َتْنَهٰى َع ِن اْلَفْح َش اِء َو اْلُم ْنَك ِر ۗ َو َلِذ ْك ُر ِهَّللا‬
‫َأْك َبُرۗ َو ُهَّللا َيْع َلُم َم ا َتْص َنُعوَن‬

13
Antonius, Y & Soebijantoro, Akulturasi Budaya Mahasiswa Dalam Pergaulan Sosial Di Kampus
(Studi pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Madiun), Jurnal Agastya, Vol.
9, No. 1, 2019, h. 113-124

13
“ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan”

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Politis memiliki arti yang sama dengan sosio kultural. Menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia, sosio ialah segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau
kemasyarakatan atau dapat juga berarti suka memperhatikan kepentingan umum (kata
sifat). Sedangkan kultur atau budaya dari kata Sans atau Bodhya yang artinya pikiran
dan akal budi. Budaya ialah segala hal yang dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran
dan akal budinya yang mengandung cinta, rasa dan karsa. Dapat berupa kesenian,
pengetahuan, moral, hukum, kepercayaan, adat istiadat ataupun ilmu.
Lokasi politis atau sosio kultural adalah letak berdasarkan keadaan sosial dan
budaya daerah yang bersangkutan terhdap daerah di sekitarnya. Indonesia secara

14
sosiogegrafis dan kultural terletak di persimpangan jalan antara Benua Asia dan
Australia yang terdiri dari berbagai bangsa yang menyebabkan budaya akulturasi
budaya kaya dan aneka ragam budaya.
Secara umum ada tiga bentuk perubahan, yaitu perubahan yang terjadi dengan
lambat dan cepat, perubahan yang memiliki pengaruh yang kecil dan pengaruh yang
besar,serta perubahan yang dikehendaki atau direncanakan dan perubahan yang tidak
dikehendaki atau tidak direncanakan. Terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya perubahan. Faktor-faktor tersebut antara lain lingkungan
fisik dan geografis, perubahan populasi, isolasi dan kontak, struktur sosial, sikap dan
nilai, kebutuhan dan dasar kebudayaan.
Politis atau sosio kultural Indonesia ini memiliki beberapa dampak yang positif
ataupun dampak negatif
1. Dampak Positif
a. Timbulnya kebudayaan baru akibat akulturasi budaya.
b. Adanya akulturasi budaya antar negara.
c. Indonesia memiliki persamaan umum dengan negara-negara tetangga. Misalnya
sama-sama negara berkembang, dan mengalami masalah ledakan penduduk.
d. Kerjasama antar negara.
e. Memberikan inovasi dalam budaya untuk menjaga dan melestarikan budaya.
f. Mempererat persatuan dengan akulturasi antara kebudayaan lokal, yang ada pada
masyarakat multikultural.
g. Menjadikan masyarakat tradisional mengetahui teknologi.

2. Dampak Negatif
a. Banyak kebudayaan yang tidak di jaga dengan baik.
b. Pencurian atau pengakuan kebudayaan asli oleh negara lain.
c. Hilangnya identitas leluhur dan budaya kita,
d. Terjadinya pencampuran budaya-budaya luar yang kurang baik kepada budaya kita
yang notabene mengedepankan aspek religi, sehingga terjadi penyimpangan dalam
beragama.
e. Memberi peluang untuk hilangnya suatu kebudayaan asli. Sehingga akan terjadi
asimilasi dalam budaya.
f. Menimbulkan konflik antara budayawan lama dan modern.
15
Cara mengantisipasi dampak negatif dari politis atau sosio kultural
a. Peran pemerintah.
Seharusnya dari pihak pemerintah dapat memberikan keputusan dengan
melakukan pembenahan pada cara pengajaran terutama berkaitan dengan batas
batasan pembelajaran.pada dasarnya disetiap sekolah memberikan sistem pengajaran
dan pengetahuan berkenaan dengan ilmu keagamaan kepada generasi muda kita
(remaja).
b. Peran ahli keagamaan dan kebudayaan.
Keagamaan dan dari sanggar kebudayaan, kegiatan ini merupakan strategi yang
sangat bermanfaat untuk mencegah masuknya pengaruh budaya barat disekitar kita
terkhusus pada generasi remaja.
c. Peran anggota keluarga atau ayah ibu
Anggota keluarga yaitu anggota yang paling terdekat dengan anak. Ayah dan ibu
ialah peran yang berpengaruh terhadap perkembangan anak juga kepada seluruh
anggota yang ada didalam rumah dan karna sebab ini,cara hidup anggota keluarga
serta masyarakat selalu berlingkup pada perilaku yang baik diartikan seseorang
disekitar nya tidak membawa ke hal hal yang sesat orang tua harus lebih bisa selalu
didekat anak peranan ortu amat sangat diperlukan bukan hanya mengontrol anak
orang tua juga harus tau dengan siapa anak bergaul agar tidak salah memilih
pergaulan.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, terutama pada
ketersediaan sumber bahan bacaan dan referensi, sehingga materi yang disampaikan
juga sedikit, kurang banyak. Oleh karena itu, harapan penulis pada pemakalah dengan
judul yang sama berikutnya mampu memenuhi kekurangan dan ketidak lengkapan
tersebut dengan materi dari sumber yang relevan dan resmi. Sehingga makalah
berikutnya akan memiliki kesempurnaan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahmat Fathoni, Antropologi Sosial Budaya Satu Pengantar, (Jakarta: Rineka


Cipta, 2006), h. 30
Andreas Soeroso, Sosiologi I, (Jakarta: Yudhistira Quadra, 2008), h. 63
Antonius, Y & Soebijantoro, Akulturasi Budaya Mahasiswa Dalam Pergaulan Sosial
Di Kampus (Studi pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah
Universitas PGRI Madiun), Jurnal Agastya, Vol. 9, No. 1, 2019, h. 113-124
Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia; Suatu Pengantar (Bogor : GHalia
Indonesia, 2006), h. 21
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. (Jakarta: Djambatan, 1983),
h. 108-110
Koentjaraningrat, Rintangan-Rintangan Mental dalam Pembangunan Ekonomi di
Indonesia, (Jakarta: Lembaga Riset Kebudayaan Nasional Seni, 1969), h. 17
Piotr Sztompka. Sosiologi Perubahan Sosial. (Jakarta: Kencana), h. 13-15
Ralp Linton, Antropologi, Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 1985), h. 332
Soekanto, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1993), h. 9
Suryo Sakti Hadiwijoyo, Batas-batas Wilayah Negara Indonesia, Dimensi,
Permasalahan, danStrategi Penanganan (Sebuah Tinjauan Empiris dan
Yuridis), (Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2009), h. 6
Tasmuji, Dkk, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar,
(Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011),h. 154
Wahyuno S.K., Indonesia Negara Maritim, (Jakarta: Penerbit Teraju, 2009,) h. 4
Wibowo, Budaya Organisasi (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 15-1

17

Anda mungkin juga menyukai