Chapter 4
Chapter 4
Sudah umum diketahui bahwa data akuntansi digunakan untuk proses decision making atau
untuk tujuan evaluasi di entitas tertentu. Hal ini diawali dengan fungsi data akuntansi sebagai
fungsi stewardship Di masa kini, manajer bertanggung jawab terhadap equityholders perusahaan.
Informasi bagaimana manajer tidak melaksanakan tanggung jawab stewardshipnya dapat
digunakan sebagai bahan evaluasi performa manajer dan perusahaan itu sendiri.
Information for decision making secara tidak langsung mencakup lebih luas dari informasi
mengenai stewardship. Pertama, karena pengguna dari financial information luas dan mencakup
seluruh menyedia sumber daya. Kedua, informasi akuntansi dilihat sebagi input data untuk
prediksi model bagi users. Maka, kita harus memastikan data apakah yang benar-benar dibutuhkan
untuk memprediksi performa masa depan dan posisinya. Ketiga, ketika stewardship berfokus pada
kejadian di masa lalu untuk melihat apa saja yang sudah dicapai, prediksi berpatokan pada masa
depan. Informasi akuntansi untuk pihak eksternal memang berdasarkan kejadian di masa lalu,
namun masa depan tidak dapat diabaikan begitu saja ketika masa depan secara tegas dijadikan
objective of accounting.
Overall
Accounting THE DECISION THEORY PROCESS
Theory
Jones dan Wolnizer memberi saran agar conceptual framework harus memiliki peran yang
penting dalam mengemukakan persetujuannya dalam scope, objectives, qualitative, dan
measurement characteristics dari akuntansi yang terpengaruh dengan standard setting. Walau
demikian, mereka juga berargumen mengenai konvergensi dengan IASB framework, bahwa hal
ini akan menurukan inisiasi dan inovasi dalam pengembangan conceptual framework itu sendiri,
karena negara tidak lagi bekerja secara independen.
Pada Oktober 2004, FASB dan IASB bekerja sama untuk mengembangkan conceptual
framework. FASB menyatakan bahwa project tersebut akan melakukan:
a. Fokus pada perubahan dalam environment sejak orginal frameworks pertama kali diisukan,
demikian juga terhadap kelalaian di original frameworks, dengan tujuan untuk dapat
menciptakan framework yang berkembang, utuh, dan dapat mencakup frameworks yang
telah ada secara efektif dan efisien
b. Memberikan prioritas untuk menujukan dan mendiskusikan tiap isu di setiap fase yang
memiliki kemungkinan menguntungkan Boards dalam jangka pendek; yakni cross-cutting
issues yang memberi dampak tertentu dalam project mereka, baik untuk standar baru
maupun standar yang sudah direvisi. Sekaligus, tahap dari project tersebut akan dilakukan
secara simultan dan Boards akan mengharapkan keuntungan dari terlaksananya project
tersebut
Fase Topik
C Measurement
D Reporting Entity
Board merekomendasikan financial report harus dibuat dari perspektif entitas dibanding
perspektif dari pemilik. Hal ini disetujui banyak pihak karena pemilik dan entitas secara tegas
merupakan dua pihak yang berbeda. Pihak lain menyatakan keberatan karena menganggap Board
tidak menyediakan informasi yang cukup untuk membenarkan rekomendasi tersebut (seperti
dalam peraturan proprietorship dan parent company perspectives). Maka, perspektif mengenai
entitas sudah tercantum di Fase D, sedangkan alternative lain mengenai pemilik masih
didiskusikan.
Berdasarkan Boards, tujuan dari financial reporting harus “cukup luas untuk mencakup
semua keputusan yang dibuat oleh equity investors, lenders, dan kreditor lain dengan kapasitas
mereka sebagai capital providers, termasuk keputusan alokasi sumber daya dan keputusan yang
dibuat untuk menjaga dan mempertinggi nilai investasi mereka”. Pendapat ini disetujui banyak
pihak, namun juga mendapat sanggahan dari pihak-pihak lain karena dikhawatirkan tujuan dari
stewardship tidak cukup ditekankan, ketika fungsi financial statements untuk menyediakan info
bagi pengguna dan dapat memprediksi masa depan terlalu ditekankan. Menurut Whittington,
fungsi stewardship terlalu dikesampingkan. Padahal di negara-negara Eropa, stewardship adalah
kunci dari corporate governance dan peraturan perusahaan.
Qualitative Characteristics
Banyak pihak yang menyetujui hal ini, namun banyak juga yang menyarankan agar
understability dan verifiability lebih ditinggikan porsinya, demikian juga untuk substance over
form, true and fair view, dan transparency. ED menolak konsep pruedence karena tidak konsisten
dengan konsep neutrality. Whittington sendiri sangsi terhadap penghapusan pruedence karena
pentingnya pruedence dalam menahan management opportunism,
IASB dan FASB harus membuat progress dalam conceptual framework karena hal ini
fundamental dalam mengembangkan standar dan menjadi penyokong dalam upaya konvergensi
peraturan. Selain itu, Boards juga perlu membuat pengukuran untuk konsensus dan mendukung
objectives of financial reporting dan qualitative characteristics of financial information dapat
mengeluarkan framework chapters yang dapat diketrima di konstituen.