Makalah Agama Suku Kelompok 9
Makalah Agama Suku Kelompok 9
Masalah “kerasukan setan” atau “dimiliki oleh setan” merupakan hal yang actual pada abad ini
sehingga diselidiki secara serius dan didiskusikan dimana-mana tempat. Professor Bender pernah
mengundang Dr. Koch untuk memberikan ceramah tentang problema kerasukan setan di
Institute-nya di Freibrug. Dia juga mengundang para Psikolog, teolog katolik, dan orang profesor
dari rumah sakit jiwa. Setelah cerama itu ada sebuah diskusi tentang seorang pasien dariu rumah
sakit jiwa yang menunjukan gejala-gejala yang sudah di pahami oleh psikiater.
Pasien Wanita itu sering berterik dan berkata bahwa ia digigit oleh suatu kekuatan yang tidak
terlihat. Parut-paurt terlihat pada tubuhnya. Pada saat yang lain seakan-akan dia bergulat dengan
ular besar. Tanda-tanda lilitan ular sempat difoto oleh asisten dokter. Psikiater menjelaskan
bahwa gejala ini di sebut Psyhogenic dermatography (tanda-tanda dikulit yang berasal mula dari
pikiran). Pada suatu kejadian seorang perawat pernah berusaha melindungi pasien tersebut
dengan memeluk pasien itu kuat-kuat. Perawat tersebut digigit olehnya. Kadang-kadang suara
laki-laki keluar dari pasien tersebut menyatakan bahwa mereka adalah 7 setan. Psikiater
menyebur proses disasosiasi yang tidak disadari ini adalah 7 bagian kebebesan.
Para teolog katolik ditanyai, bagaimana pendapat mereka tentang kasus ini? Jawabnya “ itu
kerasukan setan” Psikiater menjawab, “ Itu adalah sebuah kasus histeria, meskipun bentuk yang
macam belum pernah saya melihatnya. Baru sekarang ini.” Profesor Bender bertanya pada Dr.
Koch, bagaimana pendapatnya? Dr. Kock balik tertanya, “ apakah anda mengetahui bahwa
Wanita ini melakukan sesuatu yang berhubungan dengan sihir dan spiritisme?” jawabnya “Ya”
maka Dr. Koch menjawab “itu pasti kasus kerasukan setan”
Dari diskusi yang disebutkan diatas dapatlah kita ketahui bahwa masalah kerasukan setan itu
pada dasarnya menimbulkan 2 pandangan:
Hal kerasukan setan itu memang sungguh-sungguh ada. Ada kekuatan dan kekuasaan di
luar diri manusia yang menguasai dan menaklukan manusa, yaitu kuasa iblis.
Hal kerasukan setan itu adalah gejala kejiwaan biasa, yang menyababkan orang tersebut
dibuat aneh-aneh bukanlah oknum diluar dirinya, tetapi kekacawan jiwanya, bersumber
pada diri sendiri. Bahkan ada teolog atau// psikiater Kristen yang berpandangan seperti
ini. Lalu bagaimana mereka menjelaskan ayat-ayat Alkitab yang berbicara mengenai
kerasukan setan? Jawab mereka “itu adalah ketidakmengertian murid -murid Yesus
terhadap gejala yang terjadi seperti itu, sehingga langsung berasosiasi bahwa gejala
abnormal itu disebabkan oleh iblis, roh jahat itu.”
Sebagai seorang Kristen yang meyakini bahwa apa yang akan dikatakan oleh Alkitab itu benar,
maka kita mempercayai bahwa hal kerasukan setan itu memang sungguh-sungguh ada. Setan
dapat memiliki dan merasuk seseorang sehingga orang itu menunjukan gejala-gejala abnormal.
Kalua yang tidak mempercayai adanya kerasukan serta berpendapat bahwa murid-murid Yesus
dan para penulis Alkitab waktu itu belum mengerti, bagaimana mungkin penulis Alkitab
membedakan antara sakit fisik, jiwa dan kerasukan setan? Marilah kita melihat Firman Allah:
1. DATA-DATA ALKITAB
Alkitab Wahyu Allah itu mengatakan dengan jelas akan adanya kerasukan setan
MARKUS 1:32, 34
Dalam ayat ini Markus memberikan komentar tentang apa yang Yesus perbuat terhadap orang-
orang yang datang kepada-Nya. Dalam 2 ayat tersebut kita dapat membaca bahwa menderita
sakit penyakit dan kerasukan setan adalah dua hal yang berbeda, maka itu disebutkan: di
samping Yesus menyembuhkan banyak orang yang menderita sakit penyakit Yesus juga
mengusir setan-setan.
Dalam Markus 7:31-35 disebutkan sejenis penyakit karena kerasukan dan gangguan pada
organ tubuh sehingga membuat orang itu tuli dan gagap. Yesus menyembuhkan dengan
cara memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu dan meraba lidah orang itu (ayat 33)
sambil berkata, "Terbukalah!"
Dalam Markus 9:14-29 disebutkan adanya seorang anak yang kerasukan setan sampai
bisu. Yesus menyembuhkan anak itu dengan cara mengusir roh jahat itu keluar. Setelah
roh jahat keluar sembuhlah anak itu. Dengan kewibawaan-Nya Yesus tadi mengatakan,
"... keluarlah (Yunani: exerchomai, artinya larilah, terham-burlah) dari anak ini..." (ayat
25).
Jadi sakit organ tubuh ada yang alami, tetapi ada juga yang disebabkan oleh roh jahat.
MARKUS 16:17-18
Sebelum Yesus naik ke Ia memberikan kuasa kepada murid- murid-Nya. Sebagai tanda bahwa
Yesus Kristus menyertai murid-murid- Nya, maka mereka akan mengusir (ekballo) setan-setan
keluar dari manusia demi Nama Tuhan Yesus Kristus. Dalam ayat-ayat ini mengu- sir setan
dibedakan dengan menyembuhkan sakit penyakit.
MATIUS 10:1-8
Dalam perikop ini disebutkan bahwa Yesus memanggil murid- murid-Nya, memberi mereka
kuasa untuk mengusir roh jahat dan menyembuhkan segala penyakit (ayat 1). Yesus
memerintahkan kepada rasul-rasul-Nya, "Sembuhkanlah orang sakit...usirlah setan-setan ..."
(ayat 8). Dari perikop ini kita dapat melihat dengan jelas bahwa "menyembuhkan orang sakit"
dibedakan dengan "mengusir roh-roh jahat atau setan-setan." Perkataan "mengusir" dalam ayat 1
dan ayat 8 sebenarnya berasal dari kata Yunani ekballo berarti: melemparkan keluar dari,
menghalau dari, mengambil dengan paksa dari."
Dari 2 ayat ini dapatlah dipahami bahwa iblis atau setan-setan itu dapat mendiami, memiliki dan
merasuk manusia. Roh jahat itu mempertahankan miliknya mati-matian, maka untuk dapat
disem- buhkan yang sesungguhnya, setan-setan itu harus dipaksa keluar dari dalam orang yang
dirasuknya, oleh kuasa Yesus Kristus yang lebih besar dari kuasa kegelapan itu.
Alkitab mengatakan bahwa kerasukan setan itu benar-benar ada, bukan dongeng.
Kerasukan setan itu tidak identik dengan sakit organis atau sakit jiwani
Kerasukan setan itu dapat mengakibatkan sakit badani, jiwani dan rohani.
Di kalangan orang Kristen yang mempercayai Alkitab sebagai Firman ada 2 pandangan yang
kontras tentang kerasukan setan ini: Orang Kristen, secara dogmatis mengatakan, "Tak mungkin
terjadi, seorang Kristen dirasuk atau dimiliki setan." Namun dalam pengalaman para misionaris,
mereka menyaksikan bahwa orang Kristen dapat dirasuk setan.
Kesaksian Dr. Koch mengatakan:
Kalau demikian, apa yang dimaksud dengan "kondisi tertentu." Jawabnya adalah sebagai berikut:
Orang itu hanya Kristen KTP, belum lahir baru dalam Kristus.
Orang itu sombong, keras hati terhadap Tuhan, sehingga un- tuk sementara waktu Tuhan
mengijinkan dia dikuasai oleh setan sebagai suatu pelajaran baginya.
Orang Kristen itu sudah berbuat kejahatan serta menghujat Tuhan. Keadaannya tak
tertolong lagi dan ia telah diserahkan kepada iblis (bandingkan I Korintus 5:5; 1 Timotius
1:19-20).
Yang dimaksud dengan "dirasuk setan" bagi seorang Kristen sebenarnya adalah lebih
cenderung berarti "dipengaruhi" atau dibujuk oleh setan. Sekalipun ada yang sungguh-
sungguh telah dikuasai secara mutlak oleh setan sehingga tak berdaya sama sekali
menolak bujukan dan perintah setan.
Orang Kristen kembali pada okultisme.
Alkitab mencatat bahwa Allah mengijinkan orang beriman dirasuk oleh setan untuk saat tertentu:
Allah menyerahkan Raja Saul pada roh jahat yang menyiksa dia dan memenuhi dia
dengan ketidaktenangan, kemarahan, ketakutan dan niat hati untuk membunuh Daud (I
Samuel 16:14-15; 18:10-12).
Iblis masuk dalam diri Petrus dan mempengaruhi Petrus un- btuk melarang Yesus pergi
menderita di Yerusalem. Maka itu Yesus menegur Petrus, "Enyahlah iblis" (Matius
16:21-23).
Iblis sering menjerat dan mengikat manusia dengan kuasanya, sehingga orang yang
diikatnya sering menjadi tidak sadar akan keadaannya yang buruk dan jahat itu (II
Timotius 2:26).
Dalam peristiwa Perjamuan Terakhir antara Yesus Kristus dan bmurid-murid-Nya,
dicatat oleh Alkitab bahwa iblis pada mula- nya mempengaruhi hati Yudas Iskariot untuk
mengkhianati Yesus (Yohanes 13:2). Selanjutnya setelah Yudas Iskariot menerima roti
perjamuan yang diberikan oleh Yesus kepadanya; dicatat oleh Alkitab: Yudas kerasukan
iblis (Yohanes 13:27). Yang diterjemahkan "kerasukan" dalam ayat ini sebenarnya
berasal dari kata kerja Yunani eiserchomai yang berarti "masuk ke dalam atau
mendiami". Setelah iblis mendiami hati Yudas dan menguasainya maka dia melakukan
hal yang tak terpuji, yaitu mengkhianati gurunya.
Dalam Kisah Para Rasul 5:1-16 disebutkan bahwa Ananias dan Safira dikuasai oleh
setan. Petrus bertanya kepada Ananias, "Mengapa hatimu dikuasai Iblis?" (ayat 3)
Perkataan "dikua- sai" ini sebenarnya berasal dari kata Yunani pleroo, kata yang sama
dengan yang dipakai dalam Efesus 5:18, "Hendaklahkamu penuh (pleroo) dengan Roh."
Maka itu dapatlah dika- takan bahwa setan yang telah menguasai hati Ananias itu.
Dari ayat-ayat Alkitab yang diberikan di atas itu, jelaslah bahwa orang Kristen atau orang
beriman dapat juga dirasuk setan. Tentu tidak seberat orang yang non-Kristen. Orang non-
Kristen yang dirasuk setan mungkin sampai menyebabkan ia telanjang berbuat yang sangat
memalukan dan lain sebagainya.
Dalam pandangan teologis Kristen, kerasukan setan sering kali dianggap sebagai manifestasi dari kuasa
jahat yang bekerja dalam dunia ini. Kerasukan setan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pertempuran
spiritual antara kebaikan dan kejahatan, antara Allah dan setan. Keyakinan ini berakar pada keyakinan
bahwa setan adalah musuh Allah yang ingin menggoda, mencelakakan, dan menghancurkan umat
manusia.
Pertanyaan yang muncul dalam refleksi teologis tentang kerasukan setan adalah tentang sumber dan
alasan mengapa seseorang dapat dirasuki oleh setan. Beberapa pandangan teologis menyatakan bahwa
kerasukan setan bisa terjadi karena orang tersebut terbuka terhadap pengaruh jahat melalui dosa atau
praktik-praktik yang bertentangan dengan kehendak Allah. Dalam hal ini, kerasukan setan dipandang
sebagai konsekuensi dari pilihan manusia yang menyimpang dari jalan yang benar.
Di sisi lain, ada juga pandangan teologis yang menekankan bahwa kerasukan setan bisa terjadi sebagai
hasil dari tindakan atau kekuatan setan itu sendiri, tanpa melibatkan dosa atau kesalahan manusia. Dalam
perspektif ini, kerasukan setan dipandang sebagai upaya setan untuk menghancurkan iman dan
menyebabkan kerusakan pada individu yang tidak bersalah.
Dalam kedua pandangan ini, refleksi teologis tentang kerasukan setan sering kali melibatkan pencerahan
tentang peran kekuatan kejahatan dalam dunia ini dan pentingnya melawan pengaruh jahat melalui iman,
doa, dan hidup yang saleh. Pandangan ini mengajarkan umat beriman untuk memperkuat hubungan
mereka dengan Allah, menghindari dosa, dan bergantung sepenuhnya pada pertolongan dan rahmat-Nya.
Namun, penting untuk diingat bahwa interpretasi dan refleksi teologis tentang kerasukan setan dapat
bervariasi di antara tradisi-teologi Kristen yang berbeda. Perbedaan pendapat dan interpretasi tersebut
dapat mencakup aspek-aspek seperti sifat setan, mekanisme kerasukan, dan peran manusia dalam
menghadapi pengaruh jahat tersebut. Oleh karena itu, refleksi teologis tentang kerasukan setan dapat
melibatkan pemahaman yang kompleks dan beragam tergantung pada konteks teologis dan tradisi
keagamaan yang digunakan sebagai acuan.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan tentang kerasukan setan dalam agama Kristen dapat mencakup beberapa poin penting yang
dapat ditarik dari refleksi teologis yang dilakukan oleh umat Kristen:
1. Kerasukan setan adalah fenomena spiritual yang melibatkan pengaruh atau kehadiran jahat dari
setan atau roh jahat.
2. Setan adalah musuh Allah dan manusia, yang ingin menggoda, mencelakakan, dan
menghancurkan umat manusia.
3. Kerasukan setan bisa terjadi karena dosa atau kesalahan manusia yang membuka pintu bagi
pengaruh jahat.
4. Kerasukan setan juga bisa terjadi sebagai hasil dari tindakan atau kekuatan setan itu sendiri, tanpa
melibatkan dosa manusia.
5. Kerasukan setan adalah pertempuran spiritual antara kebaikan dan kejahatan, antara Allah dan
setan.
6. Refleksi teologis tentang kerasukan setan menekankan pentingnya memperkuat hubungan dengan
Allah, menghindari dosa, dan bergantung sepenuhnya pada pertolongan dan rahmat-Nya.
7. Kerasukan setan mengajarkan umat beriman untuk melawan pengaruh jahat melalui iman, doa,
dan hidup yang saleh.
8. Interpretasi tentang kerasukan setan dapat bervariasi di antara tradisi-teologi Kristen yang
berbeda, namun prinsip dasarnya tetap bahwa setan adalah musuh yang harus dilawan.
Kesimpulan ini mencerminkan pandangan umum dalam teologi Kristen tentang kerasukan setan, namun
perlu diingat bahwa ada variasi pendapat dan interpretasi di antara teolog Kristen yang berbeda. Oleh
karena itu, penting untuk mendalami ajaran dan pandangan teologis dari tradisi Kristen tertentu untuk
memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang masalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Soekahar, H. 2002. _Satanisme Dalam Pelayanan Pastoral._ Malang: Gandum Mas
Piper, John dan Justin Taylor. 2014. Supremasi Kristus dalam Dunia Postmodern (Surabaya:
Momentum).