Anda di halaman 1dari 49

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PEROPOSAL PENELITAN

“ANALISIS LAJU EROSI DENGAN METODE MUSLE DAN


RANCANGAN SALURAN DRAINASE PADA DRY TAILING
MANAGEMENT FACILITY PT CITRA PALU MINERALS, PALU,
SULAWESI TENGAH”

OLEH :

AMRANA
F 121 20 049

PALU
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian
yang berjudul “Analisis Laju Erosi Dengan Metode Musle Dan Rancangan
Saluran Drainase Pada Dry Tailing Management Facility Pt Citra Palu
Minerals, Palu, Sulawesi Tengah”tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi
prasayarat untuk lulus pada Pada Program Studi Teknik Geologi pada Universitas
Tadulako. Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil
sehingga proposal penelitian ini dapat selesai

Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik


mungkin, penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan
proposal penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini berguna bagi para
pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Palu, 21 April 2023

Amrana

ii
ABSTRAK

PT. Citra Palu Minerals adalah salah satu perusahaan di bidang


pertambangan dengan komoditas emas dan perak. Dalam operasinya
perusahaan ini berencana menerapkan dua sistem penambangan yaitu tambang
terbuka dan tambang bawah tanah. Namun, untuk saat ini masih dalam tahap
konservasi bekas pertambangan tanpa izin (PETI) dan selanjutnya akan
menggunakan metode tambang terbuka. Karena terbukanya lahan maka dapat
menyebabkan erosi tanah, yang dapat menyebabkan sedimentasi tanah,
meningkatnya kekeruhan air yang akan dilepas ke lingkungan, dan potensi
masuknya tanah yang tererosi ke dalam bendungan tailing. Maka dari itu,
untuk itu peneliti melakukan penelitian pada lereng diatas bendungan Dry
Tailing Management Facility untuk mengetahui tingkat laju erosi
menggunakan metode MUSLE sehingga dapat ditentukan pengendalian erosinya
yaitu penyaliran air agar air yang membawa tanah yang tererosi pada lereng
dialirkan langsung ke kolam pengendapan.
PT. Citra Palu Minerals
adalah salah satu perusahaan
di bidang pertambangan
dengan komoditas emas
dan perak. Dalam
operasinya perusahaan ini
berencana menerapkan dua
sistem penambangan yaitu
tambang terbuka dan
tambang bawah tanah.
Namun, untuk saat ini masih
dalam tahap konservasi
bekas pertambangan tanpa
izin (PETI) dan selanjutnya
akan menggunakan

iv
metode tambang terbuka.
Karena terbukanya lahan
maka dapat
menyebabkan erosi tanah,
yang dapat menyebabkan
sedimentasi tanah,
meningkatnya kekeruhan air
yang akan dilepas ke
lingkungan, dan potensi
masuknya tanah yang
tererosi ke dalam
bendungan tailing. Maka
dari itu,
untuk itu peneliti
melakukan penelitian pada
lereng diatas bendungan
Dry
Tailing Management
Facility
untuk mengetahui tingkat
laju erosi
menggunakan metode USLE
sehingga dapat ditentukan
pengendalian erosinya
yaitu penyaliran air agar air
yang membawa tanah yang
tererosi pada lereng
dialirkan langsung ke
kolam pengendapan.
PT. Citra Palu Minerals
adalah salah satu perusahaan
di bidang pertambangan

vi
dengan komoditas emas
dan perak. Dalam
operasinya perusahaan ini
berencana menerapkan dua
sistem penambangan yaitu
tambang terbuka dan
tambang bawah tanah.
Namun, untuk saat ini masih
dalam tahap konservasi
bekas pertambangan tanpa
izin (PETI) dan selanjutnya
akan menggunakan
metode tambang terbuka.
Karena terbukanya lahan
maka dapat
menyebabkan erosi tanah,
yang dapat menyebabkan
sedimentasi tanah,
meningkatnya kekeruhan air
yang akan dilepas ke
lingkungan, dan potensi
masuknya tanah yang
tererosi ke dalam
bendungan tailing. Maka
dari itu,
untuk itu peneliti
melakukan penelitian pada
lereng diatas bendungan
Dry
Tailing Management
Facility
viii
untuk mengetahui tingkat
laju erosi
menggunakan metode USLE
sehingga dapat ditentukan
pengendalian erosinya
yaitu penyaliran air agar air
yang membawa tanah yang
tererosi pada lereng
dialirkan langsung ke
kolam pengendapan.
PT. Citra Palu Minerals
adalah salah satu perusahaan
di bidang pertambangan
dengan komoditas emas
dan perak. Dalam
operasinya perusahaan ini
berencana menerapkan dua
sistem penambangan yaitu
tambang terbuka dan
tambang bawah tanah.
Namun, untuk saat ini masih
dalam tahap konservasi
bekas pertambangan tanpa
izin (PETI) dan selanjutnya
akan menggunakan
metode tambang terbuka.
Karena terbukanya lahan
maka dapat
menyebabkan erosi tanah,
yang dapat menyebabkan
sedimentasi tanah,

x
meningkatnya kekeruhan air
yang akan dilepas ke
lingkungan, dan potensi
masuknya tanah yang
tererosi ke dalam
bendungan tailing. Maka
dari itu,
untuk itu peneliti
melakukan penelitian pada
lereng diatas bendungan
Dry
Tailing Management
Facility
untuk mengetahui tingkat
laju erosi
menggunakan metode USLE
sehingga dapat ditentukan
pengendalian erosinya
yaitu penyaliran air agar air
yang membawa tanah yang
tererosi pada lereng
dialirkan langsung ke
kolam pengendapan.
PT. Citra Palu Minerals
adalah salah satu perusahaan
di bidang pertambangan
dengan komoditas emas
dan perak. Dalam
operasinya perusahaan ini

xii
berencana menerapkan dua
sistem penambangan yaitu
tambang terbuka dan
tambang bawah tanah.
Namun, untuk saat ini masih
dalam tahap konservasi
bekas pertambangan tanpa
izin (PETI) dan selanjutnya
akan menggunakan
metode tambang terbuka.
Karena terbukanya lahan
maka dapat
menyebabkan erosi tanah,
yang dapat menyebabkan
sedimentasi tanah,
meningkatnya kekeruhan air
yang akan dilepas ke
lingkungan, dan potensi
masuknya tanah yang
tererosi ke dalam
bendungan tailing. Maka
dari itu,
untuk itu peneliti
melakukan penelitian pada
lereng diatas bendungan
Dry
Tailing Management
Facility
untuk mengetahui tingkat
laju erosi

xiv
menggunakan metode USLE
sehingga dapat ditentukan
pengendalian erosinya
yaitu penyaliran air agar air
yang membawa tanah yang
tererosi pada lereng
dialirkan langsung ke
kolam pengendapan.
PT. Citra Palu Minerals
adalah salah satu perusahaan
di bidang pertambangan
dengan komoditas emas
dan perak. Dalam
operasinya perusahaan ini
berencana menerapkan dua
sistem penambangan yaitu
tambang terbuka dan
tambang bawah tanah.
Namun, untuk saat ini masih
dalam tahap konservasi
bekas pertambangan tanpa
izin (PETI) dan selanjutnya
akan menggunakan
metode tambang terbuka.
Karena terbukanya lahan
maka dapat
menyebabkan erosi tanah,
yang dapat menyebabkan
sedimentasi tanah,

xvi
meningkatnya kekeruhan air
yang akan dilepas ke
lingkungan, dan potensi
masuknya tanah yang
tererosi ke dalam
bendungan tailing. Maka
dari itu,
untuk itu peneliti
melakukan penelitian pada
lereng diatas bendungan
Dry
Tailing Management
Facility
untuk mengetahui tingkat
laju erosi
menggunakan metode USLE
sehingga dapat ditentukan
pengendalian erosinya
yaitu penyaliran air agar air
yang membawa tanah yang
tererosi pada lereng
dialirkan langsung ke
kolam pengendapan.
PT. Citra Palu Minerals
adalah salah satu perusahaan
di bidang pertambangan
dengan komoditas emas
dan perak. Dalam
operasinya perusahaan ini

xviii
berencana menerapkan dua
sistem penambangan yaitu
tambang terbuka dan
tambang bawah tanah.
Namun, untuk saat ini masih
dalam tahap konservasi
bekas pertambangan tanpa
izin (PETI) dan selanjutnya
akan menggunakan
metode tambang terbuka.
Karena terbukanya lahan
maka dapat
menyebabkan erosi tanah,
yang dapat menyebabkan
sedimentasi tanah,
meningkatnya kekeruhan air
yang akan dilepas ke
lingkungan, dan potensi
masuknya tanah yang
tererosi ke dalam
bendungan tailing. Maka
dari itu,
untuk itu peneliti
melakukan penelitian pada
lereng diatas bendungan
Dry
Tailing Management
Facility
untuk mengetahui tingkat
laju erosi

xx
menggunakan metode USLE
sehingga dapat ditentukan
pengendalian erosinya
yaitu penyaliran air agar air
yang membawa tanah yang
tererosi pada lereng
dialirkan langsung ke
kolam pengendapan.
PT. Citra Palu Minerals
adalah salah satu perusahaan
di bidang pertambangan
dengan komoditas emas
dan perak. Dalam
operasinya perusahaan ini
berencana menerapkan dua
sistem penambangan yaitu
tambang terbuka dan
tambang bawah tanah.
Namun, untuk saat ini masih
dalam tahap konservasi
bekas pertambangan tanpa
izin (PETI) dan selanjutnya
akan menggunakan
metode tambang terbuka.
Karena terbukanya lahan
maka dapat
menyebabkan erosi tanah,
yang dapat menyebabkan
sedimentasi tanah,

xxii
meningkatnya kekeruhan air
yang akan dilepas ke
lingkungan, dan potensi
masuknya tanah yang
tererosi ke dalam
bendungan tailing. Maka
dari itu,
untuk itu peneliti
melakukan penelitian pada
lereng diatas bendungan
Dry
Tailing Management
Facility
untuk mengetahui tingkat
laju erosi
menggunakan metode USLE
sehingga dapat ditentukan
pengendalian erosinya
yaitu penyaliran air agar air
yang membawa tanah yang
tererosi pada lereng
dialirkan langsung ke
kolam pengendapan.
PT. Citra Palu Minerals
adalah salah satu perusahaan
di bidang pertambangan
dengan komoditas emas
dan perak. Dalam
operasinya perusahaan ini

xxiv
berencana menerapkan dua
sistem penambangan yaitu
tambang terbuka dan
tambang bawah tanah.
Namun, untuk saat ini masih
dalam tahap konservasi
bekas pertambangan tanpa
izin (PETI) dan selanjutnya
akan menggunakan
metode tambang terbuka.
Karena terbukanya lahan
maka dapat
menyebabkan erosi tanah,
yang dapat menyebabkan
sedimentasi tanah,
meningkatnya kekeruhan air
yang akan dilepas ke
lingkungan, dan potensi
masuknya tanah yang
tererosi ke dalam
bendungan tailing. Maka
dari itu,
untuk itu peneliti
melakukan penelitian pada
lereng diatas bendungan
Dry
Tailing Management
Facility
untuk mengetahui tingkat
laju erosi

xxvi
menggunakan metode USLE
sehingga dapat ditentukan
pengendalian erosinya
yaitu penyaliran air agar air
yang membawa tanah yang
tererosi pada lereng
dialirkan langsung ke
kolam pengendapan.
DAFTAR ISI

SAMPUL..........................................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................................
ABSTRAK.....................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
1.1.............................................................................................................Latar Belakang
...................................................................................................................................
1.2........................................................................................................Rumusan Masalah
...................................................................................................................................
1.3...........................................................................................................................Tujuan
...................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Landasan Teori dan Konsep.....................................................................................
2.1.2 Definisi Laju Erosi.................................................................................................
2.1.3 Proses Terjadinya Erosi..........................................................................................
2.4. Faktor – Faktor Penentu Erosi..................................................................................
2.4.1 Bentuk-bentuk Erosi...............................................................................................
2.4. 2Pendugaan Lajuerosi……………………………..
…………………………………….10

2.5. Peneliti terdahulu....................................................................................................


BAB III METODOLOGI
3.1. Tahap Metode penelitian.........................................................................................
3.2. Tahap Persiapan.......................................................................................................
3.3. Alat dan bahan.........................................................................................................
3.4. Tahap pengambilan data..........................................................................................
3.4.1 Tahap analisis data.................................................................................................
3.4.2 metode penelitian...................................................................................................
3.5. Tahap penyusunan laporan......................................................................................
DAFTAR PUSATAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pulau Sulawesi secara morfologi terdiri atas daratan dengan ketinggian 0


– 50 meter, dan pegunungan dengan ketinggian tertinggi mencapai 3.428
meter (puncak Gunung Latimojong). Secara fisiografis, Van Bemmelen
(1949) membagi Pulau Sulawesi menjadi tujuh satuan fisiografis, yaitu
Lengan Utara, Lengan Timur, Kepulauan Banggai, Lengan Tenggara,
Kepulauan Buton dan Tukang Besi, Lengan Selatan, dan Sentral Celebes.
Berdasarkan pembagian tersebut, daerah penelitian termasuk dalam satuan
fisiografis Sentral Celebes. Van Bemmelen (1949) menggambarkan bagian

xxviii
Sentral Celebes mempunyai bentuk seperti membaji, mulai dari pesisir bagian
barat yaitu Teluk Tomori hingga Teluk Tolo di bagian timur.
Daerah Penelitian penelitian PT Citra Palu Mineral ini pada area Dry
Tailing Management Facility (DTMF) lebih tepatnya pada lereng diatas
bendungan tailing dan dilakukan pada akhir bulan September hingga
pertengahan bulan Oktober tahun 2020. Lereng pada lokasi penelitian
dalam kondisi terbuka (tanpa tanaman penutup), yang dimana apabila
terjadi hujan dapat menyebabkan erosi pada lereng yang jika dibiarkan
dapat menyebabkan terkikisnya lapisan tanah pada lereng secara perlahan
yang akan mengurangi kekuatan tanah dalam menahan air dan juga
hilangnya unsur hara yang berharga sehingga tanah sulit untuk ditumbuhi
tanaman. Apabila kesuburan tanah dan daya ikat tanah semakin berkurang
dan tanah sudah tidak kuat untuk menahan erosi akan berpotensi terjadinya
longsor. Apabila erosi terus berlangsung dan longsor terjadi dapat
mengganggu bendungan tailing yang ada dibawahnya sehingga kapasitas
bendungan yang sudah direncanakan dapat berubah dan kemungkinan
untuk melebihi kapasitas atau overflow (Reza Aryanto, 2021).
Selain itu, apabila erosi terbawa aliran air dapat menyebabkan
terjadinya sedimentasi yang dimana sedimentasi tersebut akan
mempengaruhi kualitas air yang akan dikeluarkan ke sungai atau
lingkungan. Jika kualitas air yang dilepas tidak memenuhi baku mutu air
yang telah ditetapkan dan digunakan oleh masyarakat akan memberikan
kerugian seperti penyakit akibat air yang tidak bersih. Selain itu, sedimen
yang terbawa air hingga ke sungai akan menyebabkan pendangkalan
sampai ke hilir sungai dan atau pantai yang bisa sajaya
mengakibatkan banjir atau meluapnya air ke daratan. Karena itu perusahaan
memiliki tanggungjawab sosial dan lingkungan untuk menjaga kualitas air
yang dilepas dari lokasi tambang sesuai dengan baku mutu air dari Kepmen
LHK Nomor 202 Tahun 2004. (Reza Aryanto, 2021).

1.2 Rumusan Masalah


1. Berapa besar laju erosi yang terjadi pada lokasi penelitian ?
2. Berapa dimensi saluran yang dibutuhkan ?

1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian

2 Penelitian ini dilakukan


untuk mengetahui besar
laju erosi yang terjadi
pada
3 lokasi penelitian dan
dimensi saluran yang
dibutuhkan untuk
mengalirkan air yang
4 mengandung sedimen ke
kolam pengendapa
1. Untuk mengetahui besar laju erosi yang terjadi pada lokasi penelitian
2. Untuk mengetahui dimensi saluran yang dibutuhkan untuk mengalirkan air
yang mengandung sedimen ke kolam pengendapan

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pengendalian erosinya yaitu


penyaliran air agar air yang membawa tanah yang tererosi pada lereng
dialirkan langsung ke kolam pengendapan

xxx
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori dan Konsep

2.1.1. Definisi Laju Erosi

Laju menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah cepat

(tentang gerak, lari, terbang, dan sebagainya). Laju dalam fisika adalah

nisbah perubahan jarak per satuan waktu. Satuan waktu dapat berupa

detik, menit, jam, hari atau tahun. Menurut Kartasapoetra (2010: 35)

erosi dapat juga disebut pengikisan atau kelongsoran sesungguhnya

merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau

kekuatan air dan angin, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun

sebagai akibat Tindakan atau perbuatan manusia. Menurut Hardiyatmo

(2006: 385) erosi permukaan merupakan proses pengangkutan partikel

tanah yang diakibatkan oleh hujan, angin atau es. Akibat tetesan air hujan

secara terus menerus akan mengakibatkan permukaan tanah menjadi

terlepas dari kesatuannya. Dari penjelasan di atas maka dapat


disimpulkan pengertian laju erosi adalah ketebalan pelepasan, pengikisan

atau terkelupasnya partikel tanah yang terjadi dalam satuan waktu dapat

berupa detik, menit, jam, hari atau tahun. Proses pengikisan yang terjadi

pada partikel tanah diakibatkan adanya benturan air hujan, angin maupun

es, sehingga partikel tanah mengalami perpindahan yang diakibatkan

oleh hal-hal tersebut.

2.1.2. Proses Terjadinya Erosi

Menurut Asdak (2014: 338) Dua penyebab utama terjadinya erosi


adalah erosi karena sebab alamiah dan erosi karena aktivitas manusia.
Erosi alamiah dapat terjadi karena proses pembentukan tanah dan
proses erosi yang terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tanah
secara alami. Erosi karena faktor alamiah umumnya masih memberikan
media yang memadai untuk berlangsungnya pertumbuhan kebanyakan
tanaman. Sedang erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan
oleh terkelupasnya lapisan tanah bagian atas akibat cara bercocok
tanam yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah atau
kegiatan pembangunan yang bersifat merusak keadaan fisik tanah
antara lain pembuatan jalan di daerah kemiringan lereng besar.

Menurut Utomo (1994: 15) menyatakan bahwa proses erosi


bermula dengan terjadinya penghancuran agregat-agregat tanah sebagai
akibat pukulan air hujan. Agregat tanah yang telah hancur akan
menyumbat pori-pori tanah, sehingga berakibat berkurangnya kapasitas
infiltrasi tanah. Sebagai akibat lebih lanjut, air akan mengalir di
permukaan tanah dan disebut sebagai limpasan permukaan tanah.
Limpasan permukaan mempunyai energi untuk mengikis dan
mengangkut partikel-partikel tanah yang telah dihancurkan. Selanjutnya
jika tenaga limpasan permukaan sudah tidak mampu lagi mengangkut

xxxii
bahan-bahan hancuran tersebut, maka bahan-bahan ini akan
diendapkan.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan proses terjadinya


erosi malalui 3 tahap, yaitu:

a. Pengelupasan (detachment): Terjadi akibat titik-titik curah hujan


yang menimpa permukaan tanah. Titik-titik curah hujan tersebut
memiliki daya timpaan/energi kinetik yang berbeda-beda, ada yang
keras dan ada pula yang lemah. Energi kinetik yang keras akan
memecahkan bongkahan tanah menjadi butiran-butiran tanah yang
kecil dan ada pula yang halus.
b. Pengangkutan (transportation): butiran-butiran tanah yang kecil dan
yang halus akan terangkat dan mengalir bersama aliran air menuruni
lerenglereng. Kemiringan lereng ini sangat berpengaruh terhadap
derasnya aliran
air.

Pengendapan (sedimentation): butiran-butiran tanah yang terangkut oleh


aliran air ketempat-tempat yang datar dimana kecepatan aliran air sangat
berkurang maka butiran tanah tersebut akan menjadi sedimentasi
(Arsyad, 2010).

2.1.3 Faktor – Faktor Penentu Erosi

Menurut Asdak (2014: 351) berkurangnya lapisan tanah bagian

atas bervariasi tergantung pada tipe erosi dan faktor-faktor yang terlibat

dalam proses erosi adalah iklim, sifat tanah, topografi, dan vegetasi

penutup lahan. Keempat faktor yang dianggap menentukan besarnya

erosi tersebut diuraikan satu persatu sebagai berikut:


 Iklim

Pengaruh iklim terhadap erosi dapat bersifat langsung atau tidak

langsung. Pengaruh langsung melalui tenaga kinetis air hujan, terutama

intensitas air hujan dan diameter butiran air hujan. Pada hujan yang

intensif dan berlangsung dalam waktu lebih pendek, erosi yang terjadi

biasanya lebih besar daripada hujan dengan intensitas lebih kecil dalam

kurun waktu yang lama. Pengaruh iklim tidak langsung dipengaruhi

oleh vegetasi tumbuhan. Sebaliknya, pada daerah dengan perubahan

iklim besar, seperti di daerah kering, tumbuhan vegetasi terhambat oleh

tidak memadainya intensitas hujan. Tetapi, sekali hujan turun intensitas

hujan umumnya sangat tinggi.

1. sifat Tanah

Empat sifat tanah yang penting dalam menentukan erodibilitas

tanah (mudah-tidaknya tanah tererosi) adalah: Tekstur tanah,

biasanya berkaitan dengan ukuran dan porsi partikelpartikel tanah

dan akan membentuk tipe tanah tertentu. Tiga unsur utama tanah

adalah pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay).Misalnya, tanah

dengan unsur dominan liat, ikatan antar partikel-partikel tanah kuat

dengan demikian tanah tidak mudah tererosi. Tanah dengan unsur

dominan pasir kemungkinan untuk terjadinya erosi rendah karena

laju infiltrasi sehingga dapat menurunkan laju air larian. Sebaliknya

pada tanah dengan unsur utama debu dan pasir lembut serta sedikit

unsur organik, menyebabkan terjadinya erosi lebih rendah.

xxxiv
a. Struktur tanah, adalah susunan partikel-partikel tanah yang

membentuk agregat yang mempengaruhi kemampauan tanah

dalam menyerap air tanah. Misalnya, struktur tanah granuler

mempunyai kemampuan besar dalam meloloskan air larian

dengan demikian, menurunkan laju air larian dan memacu

pertumbuhan tanaman.

b. Unsur organik yang terdiri dari limbah tanaman dan hewan

sebagai hasil proses dekomposisi. Unsur organik cenderung

memperbaiki struktur tanah yang bersifat meningkatkan

permeabilitas tanah, kapasitas tampung air tanah, dan

kesuburan tanah. Kumpulan unsur organik di atas permukaan

tanah dapat menghambat kecepatan air larian. Dan dengan

demikian akan menurunkan potensi terjadinya erosi.

c. Permeabilitas tanah yaitu kemampuan tanah dalam meloloskan

air. Unsur yang mempengaruhi permeabilitas tanah yaitu

struktur tanah dan tekstur tanah. Tanah dengan permeabilitas

tinggi menaikkan laju infiltrasi, dan dengan demikian,

menurunkan laju air larian.

2. Topografi

Kemiringan dan panjang lereng adalah dua faktor yang

menentukan karakteristik topografi suatu daerah aliran sungai.

Kedua faktor tersebut penting pada proses terjadinya erosi karena

mempengaruhi besarnya kecepatan dan volume air larian. Lereng


bagian bawah lebih mudah tererosi daripada lereng bagian atas

karena momentum aliran lebih besar dan kecepatan air larian lebih

terkonsentrasi ketika mencapai lereng bagian bawah. Daerah tropis

volkanik dengan topografi bergelombang dan curah hujan tinggi

sangat potensial untuk terjadinya erosi dan tanah longsor. Oleh

karenanya, dalam program konservasi tanah dan air di daerah

tropis, usaha-usaha pelandaian permukaan tanah seperti pembuatan

teras lahan-lahan pertanian, peruntukan tanah-tanah dengan

kemiringan lereng besar untuk kawasan lindung seringkali

dilakukan. Usaha tersebut dilakukan terutama untuk menghindari

terjadinya erosi yang dipercepat dan meningkatnya tanah longsor.

3. Vegetasi Penutup Tanah

Pengaruh vegetasi penutup tanah terhadap erosi adalah:


melindungi permukaan tanah dari tumbuhan air, menurunkan
kecepatan dan volume air aliran, menahan partikel-partikel tanah
pada tempatnya melalui sistem perakaran dan seresah yang
dihasilkan, dan mempertahankan kemantapan kapasitas tanah
dalam menyerap air (Asdak, 2014: 354).

2.1.4. Bentuk-Bentuk Erosi

Menurut Arsyad (2006: 242) erosi berdasarkan proses terjadinya


dibedakan menjadi erosi normal dan erosi dipercepat. Erosi normal
disebut juga erosi geologi atau erosi alami merupakan proses pengikisan
kulit bumi yang terjadi secara alamiah. Erosi ini tidak berbahaya karena
kecepatan kehilangan tanahnya lebih kecil atau sama dengan proses
pembentukan tanah. Erosi dipercepat adalah proses pengikisan kulit bumi
yang kecepatan kehilangan tanahnya sudah melebihi kecepatan proses

xxxvi
pembentukan tanah. Hal ini terutama disebabkan oleh kesalahan dalam
pengolahan tanah.

Menurut beberapa ahli, erosi berdasarkan bentuknya dapat


dibedakan menjadi:

Table 2.1. Bentuk-Bentuk Erosi Menurut Beberapa Ahli


No. Hardiyatmo Kartasapoetr Soemarto
a
A Splash Sheet erosion Sheet
erosion erosion
B Sheet Rill erosion Gully
erosion erosion
C Rill erosion Gully erosion Land
slide
D Gully erosion Stream bank erosion Stream bank erosion
E Stream bank erosion

Sumber:Hardiyatmo, 2006; Kartasapoetra, 2010; Soemarto, 1986

Dari tabel diatas maka dapat disimpulkan bentuk-bentuk erosi dapat dibedakan
menjadi enam yaitu: splash erosion, sheet erosion, rill
erosion, gully erosion, stream bank erosion dan land slide.
Berikut penjelasannya:

a. Erosi Percikan (Splash Erosion) adalah proses terkelupasnya partikel-


partikel tanah bagian atas oleh tenaga kinetik air hujan bebas atau sebagai
air lolos.
b. Erosi Lembaran (Sheet Erosion) adalah erosi yang terjadi ketika lapisan
tipis permukaan tanah di daerah berlereng terkikis oleh kombinasi air
hujan dan air larian.
c. Erosi Alur (Rill Erosion) adalah erosi akibat pengikisan tanah oleh aliran
air yang membentuk parit atau saluran air, di mana pada bagian tersebut
telah terjadi konsentrasi aliran air hujan dipermukaan tanah. Aliran air
menyebabkan pengikisan tanah, lama-kelamaan membentuk alur-alur
dangkal pada permukaan tanah yang arahnya dari atas memanjang ke
bawah.
d. Erosi Parit (Gully Erosion) adalah kelanjutan dari erosi alur, yaitu terjadi
bila alur-alur menjadi semakin lebar dan dalam yang membentuk parit
dengan kedalaman yang dapat mencapai 1 sampai 2,5 meter atau lebih.
Parit ini membawa air pada saat dan segera setelah hujan, dan tidak
seperti erosi alur, parit tidak dapat lenyap oleh pengolahan tanah secara
normal.
e. Erosi Tebing Sungai (Stream Bank Erosion) adalah erosi yang terjadi
akibat dari terkikisnya permukaan tanggul sungai dan gerusan sedimen di
sepanjang dasar saluran. Erosi tipe ini harus ditinjau secara terpisah dari
tipe-tipe erosi yang diakibatkan oleh air hujan. Erosi semacam ini
dipengaruhi oleh variable hidrologi/hidrolik yang mempengaruhi sistem
sungai.
Erosi Longsor (Land Slide), tanah longsor merupakan bentuk erosi
dimana pengangkutan atau gerakan massa tanah terjadi pada suatu saat
dalam volume yang relatif besar. Ditinjau dari segi geraknya, ada
beberapa erosi akibat gerakan massa tanah yaitu: rayapan (creep),
runtuhan batuan (rock fall), aliran lumpur (mudflow). Longsoran terjadi
sebagai akibat

f. munculnya suatu volume tanah di atas suatu lapisan agak kedap air yang
jenuh air. Lapisan kedua air dapat berupa tanah liat atau mengandung
kadar tanah liat yang tinggi, atau dapat juga berupa lapisan batuan,
seperti Napal liat (clay shale).

xxxviii
2.1.3. Pendugaan Laju Erosi Berdasarkan Metode MUSLE (Modified
Universal Soil Loss Equation)

Pengukuran maupun pendugaan erosi sangat sulit dilakukan dengan


tepat, hal ini disebabkan karena kejadian dan faktor yang mempengaruhi
sangat kompleks. Tetapi dengan adanya beberapa asumsi dan
penyederhanaan, pengukuran dan pendugaan erosi dapat dilakukan dengan
tingkat pendekatan yang dapat diterima.

Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengukuran erosi yang


terjadi misalnya dengan pengamatan langsung di lapangan, interpretasi
peta topografi dan foto udara dan pengukuran langsung dengan percobaan.
Dalam studi ini akan dilakukan perhitungan atau memperkirakan besarnya
erosi dengan menggunakan metode MUSLE (Modified Universal Soil
Loss Equation)

Metode MUSLE (Modified Universal Soil Loss Equation) merupakan


suatu pengembangan dari metode USLE. Metode MUSLE tidak
menggunakan faktor energi hujan sebagai penyebab terjadinya erosi
melainkan menggunakan faktor limpasan permukaan. Faktor limpasan
permukaan mewakili energi yang digunakan untuk penghancuran dan
pengangkutan sedimen. (Reza

Modified Universal Soil Loss Equation (Wiliams, 1995) adalah sebagai


berikut (SWAT Theoretical Documentation 2009, 2012):

sed = 11.8⋅(Qsurf ⋅ q peak ⋅ area hru )0.56 ⋅ KUSLE ⋅CUSLE ⋅ PUSLE ⋅


LSUSLE ⋅CFRG ….(2-13) dengan :
sed = hasil1sedimen1per1hari (ton)

Qsurf = volume1aliran1limpasan1permukaan
(mm/ha) qpeak = debit1puncak1limpasan1 (peak
runoff rate) (m3/dtk) areahru = luas1hru1
(hydrologic response unit) (ha)
KUSLE = faktor1erodibilitas1tanah USLE

CUSLE = faktor (pengelolaan) cara bercocok1tanam USLE

PUSLE = faktor praktek konservasi1tanah1 (cara mekanik) USLE

LSUSLE = faktor1topografi1USLE1

CFRG = faktor1pecahan1b atuan1kasar

2.2 Peneliti Terdahulu

Menurut Reza Aryanto, diperoleh hasil bahwa penelitian menggunakan


metode USLE memperoleh hasil sebaagai berikut:

A. Pada bulan penelitian Besar Laju Erosi Aktual DTMF Utara sebesar
19,67 ton/ha dan prediksi sebesar 17,07 ton/ha sedangkan aktual pada
DTMF Selatan 24,62 ton/ha dan prediksi sebesar 21,04 ton/ha
B. Saluran penyaliran air menggunakan rip rap untuk mengurangi
kecepatan aliran air pada saluran, dengan dimensi saluran didapatkan
kedalaman 0,56 meter, kemiringan dinding saluran 7%, lebar dasar
saluran 0,65 m dan lebar permukaan aliran 1,3 meter.

ton/ha dan prediksi sebesar


17,07 ton/ha sedangkan
aktual pada DTMF
Selatan 24,62 ton/ha dan
prediksi sebesar 21,04
ton/ha
xl
b. Saluran penyaliran
air menggunakan rip rap
untuk mengurangi
kecepatan
aliran air pada saluran,
dengan dimensi saluran
didapatkan kedalaman 0,56
meter, kemiringan dinding
saluran 7%, lebar dasar
saluran 0,65 m dan lebar
permukaan aliran 1,3 meter
ton/ha dan prediksi sebesar
17,07 ton/ha sedangkan
aktual pada DTMF
Selatan 24,62 ton/ha dan
prediksi sebesar 21,04
ton/ha
b. Saluran penyaliran
air menggunakan rip rap
untuk mengurangi
kecepatan
aliran air pada saluran,
dengan dimensi saluran
didapatkan kedalaman 0,56
meter, kemiringan dinding
saluran 7%, lebar dasar
saluran 0,65 m dan lebar
permukaan aliran 1,3 meter

xlii
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Tahapan Metode Penelitian


Metode penelitian di lakukan untuk mencapai tujuan penelitian. Untuk
itu, di perlukan tahapan yang sistematis dan terencana. Adapun metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Tahapan-tahapan
dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pengambilan data
3. Analisis Data
4. Tahap Penyusunan laporan
3.2 Tahapan Persiapan
Tahap persiapan yang di lakukan sebelum pengambilan data lapangan,
terdiri dari pengurusan administrasi yang meliputi pengurusan surat izin
dan surat keterangan pembimbing tugas akhir, kemudian di lakukan
persiapan perlengkapan lapangan. Lalu yang terakhir di lakukan Studi
Pustaka, bertujuan untuk mengetahui kondisi-kondisi geologi daerah
penelitian dari literatur ataupun tulisan tulisan yang berisi tentang hasil
penelitian terdahulu, termasuk interpretasi awal dari peta topografi untuk
mendapatkan gambaran ataupun informasi tentang kondisi geologi daerah
penelitian.
3.3 Alat dan bahan
Adapun alat dan bahan yang di gunakan dalam pengambilan sampel
sebagai berikut :
1. Palu Geologi: Palu geologi digunakan untuk menghancurkan bagian
stalagmit yang tidak diinginkan agar bisa diambil sampel yang
diinginkan.
2. GPS: GPS digunakan untuk menandai lokasi di mana sampel diambil,
yang diperlukan untuk penelitian lebih lanjut dan pemetaan.

44
3. Alat Pengukur: Pengukur kelembaban, suhu dan karbon dioksida
digunakan untuk mengukur kondisi lingkungan di sekitar stalagmit,
yang memengaruhi pertumbuhan dan kualitas stalagmit.
4. Kamera: Kamera digunakan untuk mendokumentasikan lokasi
pengambilan sampel dan kondisi stalagmit, serta memudahkan analisis
di laboratorium.
5. Kotak Penyimpanan: Kotak penyimpanan digunakan untuk menyimpan
sampel stalagmit setelah diambil. Kotak ini umumnya terbuat dari
bahan yang tahan air dan kuat, seperti plastik atau aluminium.
6. Plastik Wrap: Plastik wrap digunakan untuk melindungi sampel
stalagmit dari kerusakan selama transportasi. Sampel dapat dibungkus
dengan beberapa lapisan plastik wrap sebelum dimasukkan ke dalam
kotak penyimpanan.
7. Labeling Tape: Labeling tape digunakan untuk memberi label pada
kotak penyimpanan sampel stalagmit. Label ini berisi informasi tentang
tanggal, lokasi, dan nomor sampel untuk memudahkan identifikasi dan
analisis di laboratorium.
8. Peta lokasi penelitian
9. Roll Meter
3.4 Tahapan Pengambilan Data

Penentuan lokasi pengambilan data berdasarkan kondisi data geologi


yang
di jumpai dengan menggunakan GPS agar titi koordinat lokasi
pengambilan
data dapat diketahui.
Adapun proses pengerjaannya sebagai berikut :

1. Pengambilan sampel

2. data vegetasi tanah

3. data Panjang lereng dan kemiringan lereng


3.4.1 Tahapan Analisis
Dalam melakukan penelitian perlu adanya tahapan analisis terhadap
penelitian yang akan dilakukan, dalam penelitian ini terdapat beberapa hal
yang akan dianalisis yaitu :
1. Analisis peta Topografi
2. Analisis Peta Jenis tanah
3. Analisis curah hujan
4. Analisis Geokimia
3.4.2 Metode Penelitian

Metode MUSLE (Modified Universal Soil Loss Equation) merupakan suatu


pengembangan dari metode USLE. Metode MUSLE tidak menggunakan
faktor energi hujan sebagai penyebab terjadinya erosi melainkan
menggunakan faktor limpasan permukaan. Faktor limpasan permukaan
mewakili energi yang digunakan untuk penghancuran dan pengangkutan
sedimen.

Modified Universal Soil Loss Equation (Wiliams, 1995) adalah sebagai


berikut (SWAT Theoretical Documentation 2009, 2012):

sed = 11.8⋅(Qsurf ⋅ q peak ⋅ area hru )0.56 ⋅ KUSLE ⋅CUSLE ⋅ PUSLE ⋅


LSUSLE ⋅CFRG ….(2-13) dengan :
sed = hasil1sedimen1per1hari (ton)

Qsurf = volume1aliran1limpasan1permukaan (mm/ha)


qpeak = debit1puncak1limpasan1 (peak runoff rate)
(m3/dtk) areahru = luas1hru1 (hydrologic response unit)
(ha)

KUSLE = faktor1erodibilitas1tanah USLE

CUSLE = faktor (pengelolaan) cara bercocok1tanam USLE

PUSLE = faktor praktek konservasi1tanah1 (cara mekanik) USLE

46
LSUSLE = faktor1topografi1USLE1

CFRG = faktor1pecahan1b atuan1kasar

3.5 Tahapan Penyusunan Laporan


Setelah semua data tersebut terkumpul, di analisis dan di lakukan
interpretasi kemudian semua data tersebut di tuang dalam bentuk tulisan
ilmiah berupa skripsi. Skema alur penelitian di sajikan dalam jadwal
WAKTU PENGERJAAN METODE PENELITIAN
NO KETERANGAN Bulan Februari Bulan Maret Bulan April
minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 minggu 1 minggu 2
1 Tahapan Persiapan
2 Tahapan Pengambilan data
2 Tahapan Analisis
3 Tahapan Penyusunan Laporan

penlitian dan diagram alir penelitian pada gambar 3,1, dan gambar 3.2

Gambar 3.1 Jadwal penelitian


Gambar 3.2 Bagan alir penelitian

3.6 Lokasi Pengamatan

Gambar 3.3 Peta Geologi Regional PT Citra Palu Minerals

48
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad S. 2010. Konservasi tanah dan air. Edisi kedua Cetakan kedua. Bogor
(ID): Penerbit IPB Press
Aryanto, Reza dan Regita Cahyani. 2020. Kajian Teknis Curve Number
Menggunakan Metode MUSLE Untuk Mengetahui Laju Sedimentasi Di
Central Sediment Sump PT Bumi Suksesindo Banyuwangi Jawa Timur.Jurnal
Aryanto, reza. 2021. Analisis laju erosi dengan metode usle dan rancangan
saluran drainase pada dry tailing management facility pt citra palu minerals,
palu, sulawesi tengah. Universitas Trisakti
Suripin . 2004. Sistem Drainase Yang Berkelanjutan. PT Pradnya Paramita
Wischmeier, and D.S. 1978. Predicting Rainfall Erosion Losses A Guide to
Conservation Planning (Agriculture),United States Department of
Agriculture, United States

Anda mungkin juga menyukai