Pdfslide - Tips - Modul Monitoring Dan Evaluasi Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Pdfslide - Tips - Modul Monitoring Dan Evaluasi Penyelenggaraan Bangunan Gedung
c om
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 1/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, buku "Modul Monitoring
dan Evaluasi Implementasi Penyelenggaraan Bangunan dan Gedung " ini dapat diselesaikan.
Modul ini dimaksudkan sebagai informasi yang dikemas secara ringkas dan bersifat memandu bagi
konsultan individual (KI) satker SNVT PBL provinsi. Secara garis besar, buku ini berisi tentang tahapan
dalam proses monitoring dan evaluasi penyelenggaraan bangunan dan gedung, mulai dari
pemahaman mengenai Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung beserta
serta prosedur dan tata cara evaluasi dalam melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
Diterbitkannya Modul ini adalah merupakan salah satu tugas dari konsultam manajemen dan
evaluasi sebagai upaya untuk mendukung Pemerintah dalam menjalankan pembinaan kepada
pemerintah daerah, melalui penyusunan dan penyebarluasan produk pengaturan untuk peningkatan
kapasitas aparat pemerintah daerah dalam upaya untuk mendapatkan permasalahan implementasi
peraturan bangunan gedung. Berdasarkan hasil percepatan penerbitan Perda Bangunan Gedung
pada bulan Juni tahun 2014, telah terbit Perda Bangunan Gedung sejumlah 220 Kabupaten/Kota.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak atas bantuan dan kerjasamanya dalam
penyusunan hingga diterbitkannya buku ini. Mohon maaf atas segala kekurangan , dan masukan
maupun saran tetap kami harapkan demi penyempurnaan penyusunan Perda Bangunan Gedung
Jakarta, 2014
[2]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 2/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
DAFTAR ISI
[3]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 3/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Pengaturan Kementerian PU Bidang PBL........................................................................... 11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1. Metodologi Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan Bangunan Gedung .................. 25
Gambar 3. 2. Alur Kegiatan di Pusat ................................................................................................... 50
Gambar 3. 3. Alur Kegiatan di Daerah ................................................................................................. 50
[4]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 4/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dengan diundangkannya Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah No. 36
tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28/2002, hingga saat ini baru sebagian
kabupaten/kota yang telah menetapkan Perda Bangunan Gedung sebagai amanat dari Undang-
Undang No. 28 Tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan UU No. 28/2002. Namun demikian, dari sebagian kabupaten/kota yang telah
menetapkan Perda Bangunan Gedung-nya tersebut, masih banyak diantaranya yang belum mampu
baik secara teknis maupun sumber daya manusia untuk mengimplementasikan Perda Bangunan
Gedung-nya secara menyeluruh di wilayahnya.
Oleh karena itu, diperlukan peran dari Pemerintah Pusat dan provinsi dalam membina pemerintah
daerah kabupaten/kota beserta aparat-aparatnya agar mampu mengimplementasikan Perda
Bangunan Gedung di wilayahnya, terutama terkait IMB, SLF, TABG dan Pendataan Bangunan Gedung
yang dinilai sangat vital guna pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung.
1.2. Maksud
Modul Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan Bangunan dan Gedung ini dimaksudkan menjadi
acuan bagi Konsultan Individual SNVT PBL Provinsi melaksanakan kegiatan konsultansi manajemen
evaluasi penyelenggaraan bangunan gedung di daerahnya.
1.3. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah disusunnya Roadmap kegiatan dalam kurun waktu 3 tahun
mendatang untuk penanganan permasalahan penyelenggaraan bangunan gedung di kabupaten/kota
sasaran.
1.4. Sasaran
Sasaran disusunnya Modul Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan Bangunan dan Gedung yaitu:
[5]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 5/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
1.5. Manfaat
Dengan disediakannya Modul Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan Bangunan dan Gedung ini,
maka manfaat yang diharapkan yaitu:
[6]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 6/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
PEMAHAMAN UMUM
Kementerian Pekerjaan Umum sebagai sebuah institusi yang bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan pekerjaan umum, bekerja berdasarkan beberapa landasan hukum. Beberapa
undang-undang yang melandasi penyelenggaraan pekerjaan umum antara lain:
Secara lebih jelas mengenai landasan hukum yang menjadi dasar penyelenggaraan pekerjaan umum
dapat dilihat pada ilustrasi di bawah ini.
[7]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 7/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Undang-undang jasa konstruksi (UUJK) dan undang-undang bangunan gedung (UUBG) dalam industri
konstruksi pada prinsipnya memiliki korelasi yang sangat erat. Dalam melihat keterkaitan antara
UUJK dan UUBG maka perlu dilihat tiga pihak yang saling berkaitan dalam industri konstruksi, yaitu
pemerintah, penyedia jasa dan pemilik/pengguna jasa.
Dalam pelaksanaannya, ketiga pihak tersebut pada prinsipnya memiliki kepentingan masing-masing,
yaitu:
1. Pemerintah memiliki landasan hukum yang mendasari kinerjanya, baik berupa UU, PP,
Perpres, Permen, maupun Perda.
2. Penyedia Jasa memiliki berbagai landasan kinerjanya, baik berupa kode etik, standar teknis,
ataupun anggaran dasar/rumah tangga.
3. Pemilik/Pengguna Jasa memiliki kepentingan yang mendasari kinerjanya yaitu berupa
program kebutuhan.
Secara lebih jelas skema mengenai peran UUJK dan UUBG dalam industri konstruksi dapat dilihat
pada ilustrasi di bawah ini.
[8]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 8/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Dalam hal penyelenggaraan bangunan gedung di Indonesia, perangkat pengaturan mengenai bangunan
gedung secara berhirarki dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, yaitu dokumen pengaturan bidang
bangunan gedung yang berisi norma-norma penyelenggaraan bangunan gedung di Indonesia;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG, yaitu dokumen
pengaturan bidang bangunan gedung yang berisi aturan pelaksanaan dari setiap norma dalam UUBG;
3. Peraturan Presiden Nomor 73 tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara, yaitu
dokumen pengaturan bidang bangunan gedung negara yang berisi aturan teknis yang secara khusus
mengatur mengenai gedung dan rumah negara;
4. Pedoman Teknis dalam bentuk Peraturan Menteri bidang bangunan gedung, yaitu dokumen-
dokumen pengaturan yang berisi aturan teknis yang secara khusus mengatur mengenai hal-hal
tertentu dalam penyelenggaraan bangunan gedung;
5. Standar Teknis dalam bentuk Standar Nasional Indonesia bidang bangunan gedung, yaitu dokumen-
dokumen yang berisi standar teknis hasil penelitian mengenai hal-hal tertentu dalam
penyelenggaraan bangunan gedung;
6. Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung, yaitu dokumen pengaturan di daerah yang mengatur
norma-norma penyelenggaraan bangunan gedung di daerah yang bersifat spesifik sesuai karakteristik
lokal.
Secara lebih jelas skema mengenai pengaturan bangunan gedung di Indonesia dapat dilihat pada ilustrasi di
bawah ini.
Secara umum, alur pikir dari Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Identifikasi kondisi yang ada sebagai dasar pembentukan UUBG, yaitu mengenai
[9]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 9/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Berdasarkan hasil identifikasi tersebut, dirumuskan asas dari UUBG, yaitu kemanfaatan,
keselamatan, keseimbangan dan keserasian.
Mengacu pada keempat azas tersebut, dirumuskan Lingkup Pengaturan dalam UUBG,
dimana terdapat 3 kelompok pengaturan utama yaitu Fungsi, Persyaratan dan
Penyelenggaraan bangunan gedung. Selain itu terdapat 3 kelompok pengaturan yang
menunjang operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung yaitu Peran Masyarakat,
Pembinaan dan Sanksi.
Keseluruhan lingkup pengaturan tersebut diharapkan dapat menjawab tujuan dari
pembentukan UUBG, yaitu tercapainya BG yang fungsional dan efisien, tercapainya tertib
penyelenggaraan BG dan tercapainya kepastian hukum dalam penyelenggaraan BG.
Secara lebih jelas skema mengenai alur pikir muatan pengaturan Undang-Undang Nomor 28 tahun
2002 tentang Bangunan Gedung dapat dilihat pada ilustrasi di bawah ini.
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung terdiri dari 10 bab dan 49 pasal
pengaturan. Secara umum, muatan pengaturan dalam UUBG dapat dikelompokan menjadi: 1)
Pembukaan, yang terdiri dari Judul, Konsideran dan Dasar Hukum; 2) Pengaturan Umum, yang terdiri
dari Ketentuan Umum, Azas, Tujuan dan Lingkup; 3) Pengaturan Pokok, yang terdiri dari Fungsi,
Persyaratan, Penyelenggaraan Bangunan Gedung, Peran Masyarakat, dan Pembinaan; serta 4)
Pengaturan Penunjang, yang terdiri dari Sanksi, Ketentuan Peralihan dan Ketentuan Penutup.
Secara lebih jelas mengenai sistematika muatan pengaturan UUBG dapat dilihat pada ilustrasi di
bawah ini.
[10]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 10/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Gambar 2. 5. Sistematika UU BG
Tahun 2012 merupakan dasawarsa atau sepuluh tahun sejak diundangkannya Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Undang-undang ini mengatur mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan penyelenggaraan bangunan gedung di Indonesia yang bersifat pokok dan
normatif. Sebagai turunan dari undang-undang tersebut, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah
Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung.
Secara lebih jelas mengenai daftar pengaturan Kementerian Pekerjaan Umum dalam bidang
Penataan Bangunan dan Lingkungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. 1. Pengaturan Kementerian PU Bidang PBL
[11]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 11/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
2.2. PENYELENGGARAAN BG
2.2.1. Skema Umum Penyelenggaraan BG di Indonesia
Secara lebih jelas skema umum mengenai penyelenggaraan bangunan gedung dapat dilihat pada
ilustrasi di bawah ini.
[12]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 12/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Berdasarkan skema umum tersebut, maka secara lebih detail siklus penyelenggaraan bangunan
gedung berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia dapat digambarkan pada skema
berikut ini.
[13]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 13/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Yang membedakan skema ini dengan skema sebelumnya adalah alur yang dibuat terlihat lebih
lengkap dan lebih komprehensif. Pada skema ini dapat dilihat bahwa penyelenggaraan bangunan
gedung dilaksanakan dengan mengacu pada UU, peraturan, pedoman, standar teknis dan Perda BG.
Selain itu dapat dilihat juga bahwa setiap tahapan penyelenggaraan bangunan gedung dapat
dilaksanakan dengan melibatkan penyedia jasa (pihak ketiga).
Hal lain yang berbeda juga dapat dilihat pada tahap perencanaan setiap bangunan gedung yang
direncanakan harus mengacu pada RTRW, RDTR dan RTBL serta dilengkapi AMDAL dan
Persetujuan/Rekomendasi Instansi lain untuk fungsi-fungsi tertentu.
Menurut PP nomor 36 tahun 2005, bangunan gedung tertentu adalah bangunan gedung yang
digunakan untuk kepentingan umum dan bangunan gedung fungsi khusus, yang dalam
pembangunan dan/atau pemanfaatannya membutuhkan pengelolaan khusus dan/atau memiliki
kompleksitas tertentu yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap masyarakat dan
lingkungannya.
Berdasarkan pengertian tersebut, terlihat lebih jelas bahwa bangunan gedung tertentu yang
cenderung memiliki kompleksitas tertentu, sehingga membutuhkan pengelolaan secara khusus yang
berbeda dengan bangunan gedung pada umumnya. Oleh karena itu, detail siklus penyelenggaraan
bangunan gedung tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia dapat
digambarkan pada skema berikut ini.
[14]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 14/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Secara umum, alur siklus penyelenggaraan bangunan gedung tertentu hampir sama dengan alur
siklus penyelenggaraan bangunan gedung pada umumnya. Yang membedakan skema ini dengan
skema sebelumnya adalah pada setiap tahapannya (Penyusunan RTBL, Perencanaan, Pelaksanaan,
Pemanfaatan, Pelestarian dan Pembongkaran), bangunan gedung tertentu dipersyaratkan untuk
melibatkan Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG) dan mendapatkan rekomendasi dari menteri yang
terkait.
UU 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung mengamanahkan dapat dilakukannya evaluasi Perda
Bangunan Gedung sebagai peraturan pelaksanaan UU ini dalam konteks penyelenggaraan bangunan
gedung di daerah. Amanah evaluasi Perda Bangunan Gedung diamanahkan di dalam UU- BG pada
Bagian Keenam BAB IV Peran Masyarakat.
Berbunyi: “Peran masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung dapat memberi masukan
kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dalam penyempurnaan peraturan, pedoman, dan
standar teknis di bidang bangunan gedung”.
Evaluasi Perda BG juga diamanahkan oleh PP 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan dari
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Terdapat pada pasal 100 yang
mengamanahkan bahwa masyarakat, baik secara perseorangan, kelompok, organisasi
kemasyarakatan maupun melalui tim ahli bangunan gedung dapat memberi masukan terhadap
penyusunan dan/atau penyempurnaan peraturan.
Sesuai dengan semangat Otonomi Daerah sebagaimana diatur dalam UU Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, maka penyelenggaraan bangunan gedung di daerah merupakan
kewenangan Pemda setempat. Penyusunan Perda BG yang merupakan bentuk pengaturan dari
penyelenggaraan bangunan gedung di daerah, merupakan kewenangan Pemda setempat.
PP Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan juga mengamanahkan bahwa
penyusunan Perda BG di daerah merupakan kewenangan Pemda. Hal ini dapat dilihat pada bagian
Lampiran, dimana dalam bidang Bangunan Gedung dan Lingkungan, pada aspek pengaturan
disebutkan bahwa:
[15]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 15/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Pasca terbitnya peraturan bangunan dan gedung didaerah, secara umum terdapat beberapa
permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah daerah dalam mengimplementasikan peraturan
tersebut, antara lain:
[16]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 16/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
3.1. Pengertian
Beberapa pengertian yang berkaiatn dalam Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air,
yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
2. Bangunan gedung umum adalah bangunan gedung yang fungsinya untuk kepentingan publik,
baik berupa fungsi keagamaan, fungsi usaha, maupun fungsi sosial dan budaya.
3. Bangunan gedung tertentu adalah bangunan gedung yang digunakan untuk kepentingan umum
dan bangunan gedung fungsi khusus, yang dalam pembangunan dan/atau pemanfaatannya
membutuhkan pengelolaan khusus dan/atau memiliki kompleksitas tertentu yang dapat
menimbulkan dampak penting terhadap masyarakat dan lingkungannya.
4. Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan gedung berdasarkan
pemenuhan tingkat persyaratan administratif dan persyaratan teknisnya.
5. Izin mendirikan bangunan gedung adalah perizinan yang diberikan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah,
memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan
administratif dan persyaratan teknis yang berlaku.
6. Permohonan izin mendirikan bangunan gedung adalah permohonan yang dilakukan pemilik
bangunan gedung kepada pemerintah daerah untuk mendapatkan izin mendirikan bangunan
gedung.
7. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh
lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang
dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.
8. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh
lantai bangunan gedung dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai
rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.
9. Koefisien Daerah Hijau (KDH) adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang
terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luas
tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana
tata bangunan dan lingkungan.
10. Koefisien Tapak Basemen (KTB) adalah angka persentase perbandingan antara luas tapak
basemen dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana
tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.
11. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota adalah hasil perencanaan tata ruang
wilayah kabupaten/kota yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah.
12. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan (RDTR-KP) adalah penjabaran dari Rencana Tata
Ruang Wilayah kabupaten/kota ke dalam rencana pemanfaatan kawasan perkotaan.
13. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu kawasan
untuk mengendalikan pemanfaatan ruang yang memuat rencana program bangunan dan
[17]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 17/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian
rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan.
14. Lingkungan bangunan gedung adalah lingkungan di sekitar bangunan gedung yang menjadi
pertimbangan penyelenggaraan bangunan gedung baik dari segi sosial, budaya, maupun dari
segi ekosistem.
15. Pedoman teknis adalah acuan teknis yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Peraturan
Pemerintah ini dalam bentuk ketentuan teknis penyelenggaraan bangunan gedung.
16. Standar teknis adalah standar yang dibakukan sebagai standar tata cara, standar spesifikasi, dan
standar metode uji baik berupa Standar Nasional Indonesia maupun standar internasional yang
diberlakukan dalam penyelenggaraan bangunan gedung.
17. Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses
perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan
pembongkaran bangunan gedung.
18. Penyelenggara bangunan gedung adalah pemilik bangunan gedung, penyedia jasa konstruksi
bangunan gedung, dan pengguna bangunan gedung.
19. Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok orang, atau perkumpulan,
yang menurut hukum sah sebagai pemilik bangunan gedung.
20. Pengguna bangunan gedung adalah pemilik bangunan gedung dan/atau bukan pemilik
bangunan gedung berdasarkan kesepakatan dengan pemilik bangunan gedung, yang
menggunakan dan/atau mengelola bangunan gedung atau bagian bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan.
21. Tim ahli bangunan gedung adalah tim yang terdiri dari para ahli yang terkait dengan
penyelenggaraan bangunan gedung untuk memberikan pertimbangan teknis dalam proses
penelitian dokumen rencana teknis dengan masa penugasan terbatas, dan juga untuk
memberikan masukan dalam penyelesaian masalah penyelenggaraan bangunan gedung tertentu
yang susunan anggotanya ditunjuk secara kasus per kasus disesuaikan dengan kompleksitas
bangunan gedung tertentu tersebut.
22. Laik fungsi adalah suatu kondisi bangunan gedung yang memenuhi persyaratan administratif
dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung yang ditetapkan.
23. Perencanaan teknis adalah proses membuat gambar teknis bangunan gedung dan
kelengkapannya yang mengikuti tahapan prarencana, pengembangan rencana dan penyusunan
gambar kerja yang terdiri atas: rencana arsitektur, rencana struktur, rencana
mekanikal/elektrikal, rencana tata ruang luar, rencana tata ruang-dalam/interior serta rencana
spesifikasi teknis, rencana anggaran biaya, dan perhitungan teknis pendukung sesuai pedoman
dan standar teknis yang berlaku.
24. Pertimbangan teknis adalah pertimbangan dari tim ahli bangunan gedung yang disusun secara
tertulis dan profesional terkait dengan pemenuhan persyaratan teknis bangunan gedung baik
dalam proses pembangunan, pemanfaatan, pelestarian, maupun pembongkaran bangunan
gedung.
25. Penyedia jasa konstruksi bangunan gedung adalah orang perorangan atau badan yang kegiatan
usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi bidang bangunan gedung, meliputi perencana
teknis, pelaksana konstruksi, pengawas/manajemen konstruksi, termasuk pengkaji teknis
bangunan gedung dan penyedia jasa konstruksi lainnya.
26. Pemeliharaan adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung beserta prasarana dan
sarananya agar bangunan gedung selalu laik fungsi.
27. Perawatan adalah kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan gedung,
komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap laik
fungsi.
[18]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 18/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
28. Pemugaran bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan adalah kegiatan memperbaiki,
memulihkan kembali bangunan gedung ke bentuk aslinya.
29. Pelestarian adalah kegiatan perawatan, pemugaran, serta pemeliharaan bangunan gedung dan
lingkungannya untuk mengembalikan keandalan bangunan tersebut sesuai dengan aslinya atau
sesuai dengan keadaan menurut periode yang dikehendaki.
30. Peran masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung adalah berbagai kegiatan
masyarakat yang merupakan perwujudan kehendak dan keinginan masyarakat untuk memantau
dan menjaga ketertiban, memberi masukan, menyampaikan pendapat dan pertimbangan, serta
melakukan gugatan perwakilan berkaitan dengan penyelenggaraan bangunan gedung.
31. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha dan lembaga atau
organisasi yang kegiatannya di bidang bangunan gedung, termasuk masyarakat hukum adat dan
masyarakat ahli, yang berkepentingan dengan penyelenggaraanbangunan gedung.
32. Gugatan perwakilan adalah gugatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan bangunan gedung
yang diajukan oleh satu orang atau lebih yang mewakili kelompok dalam mengajukan gugatan
untuk kepentingan mereka sendiri dan sekaligus mewakili pihak yang dirugikan yang memiliki
kesamaan fakta atau dasar hukum antara wakil kelompok dan anggota kelompok yang
dimaksud.
33. Pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pengaturan, pemberdayaan,
dan pengawasan dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang baik sehingga setiap
penyelenggaraan bangunan gedung dapat berlangsung tertib dan tercapai keandalan bangunan
gedung yang sesuai dengan fungsinya, serta terwujudnya kepastian hukum.
34. Pengaturan adalah penyusunan dan pelembagaan peraturan perundang-undangan, pedoman,
petunjuk, dan standar teknis bangunan gedung sampai di daerah dan operasionalisasinya di
masyarakat.
35. Pengawasan adalah pemantauan terhadap pelaksanaan penerapan peraturan
[19]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 19/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
[20]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 20/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Berdasarkan hasil konsultansi dengan tim teknis PBL Pusat. Setelah dilakukannya percepatan
penerbitan PERDA BG 2 tahun yang lalu. Hingga saat ini telah terbit 220 PERDA BG. Lebih lengkapnya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
JUMLAH
NO. PROVINSI JUMLAH PERDA NON PERDA % PERDA
KAB/KOTA
17 Bali 9 4 5 44.44
18 Nusa Tenggara Barat 10 6 4 60.00
19 Nusa Tenggara Timur 22 10 12 45.45
20 Kalimantan Barat 14 6 8 42.86
21 Kalimantan Selatan 13 10 3 76.92
22 Kalimantan Tengah 14 9 5 64.29
23 Kalimantan Timur 10 3 7 30.00
24 Kalimantan Utara 5 1 4 20.00
25 Sulawesi Barat 6 2 4 33.33
26 Sulawesi Tengah 12 6 6 50.00
27 Sulawesi Selatan 24 19 5 79.17
28 Sulawesi Utara 15 3 12 20.00
29 Sulawesi Tenggara 13 9 4 69.23
30 Gorontalo 6 1 5 16.67
31 Maluku 11 3 8 27.27
32 Maluku Utara 10 2 8 20.00
33 Papua 29 6 23 20.69
34 Papua Barat 13 3 10 23.08
TOTAL WILAYAH II 236 103 133 43.64
TOTAL WILAYAH I + WILAYAH II 503 220 283 43.74
Sumber: Satker PBL CK, 2014
[21]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 21/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Untuk membantu pemerintah daerah dalam evaluasi Perda BG, pemerintah pusat, dalam hal ini
Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian
Pekerjaan Umum, menyiapkan Model Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung.
Hal ini dilakukan sesuai amanah pasal 106 ayat 3 dari PP Nomor 36 tahun 2005 yang berbunyi:
“Pemerintah dapat memberikan bantuan teknis dalam penyusunan peraturan dan kebijakan daerah
di bidang bangunan gedung yang dilakukan oleh pemerintah daerah ”. Selanjutnya dalam penjelasan
pasal 106 ayat 3 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan bantuan teknis antara lain memberikan
Model Perda BG dan/atau bantuan teknis penyusunan rancangan peraturan daerah tentang
bangunan gedung.
Tujuan dibuatkannya Model Perda BG adalah untuk memberikan acuan dan contoh pengaturan
penyelenggaraan bangunan gedung yang telah mengakomodasi berbagai ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan, pedoman teknis dan standar teknis di Indonesia. Yang perlu
ditekankan di sini adalah Model Perda BG yang dibuat merupakan acuan dan contoh, sehingga tidak
bersifat mengikat dan tidak mengharuskan setiap norma pengaturan untuk sama persis. Akan tetapi
Model Perda BG dibuat untuk memudahkan dan mempercepat proses penyusunan di daerah yang
pada proses penyusunannya berbagai norma pengaturan dalam Model Perda BG perlu ditajamkan
dengan berbagai muatan lokal yang ada dan berlaku di setiap daerah. Sehingga walaupun pada
awalnya mengacu pada Model Perda BG, namun pada akhirnya diharapkan setiap Perda BG yang
dihasilkan setiap daerah dapat berbeda satu dengan yang lain dan bersifat spesifik.
Model Perda BG yang telah disusun ini, selanjutnya dikuatkan dengan legalisasi berbentuk Surat
Edaran dari Menteri Pekerjaan Umum. Legalisasi ini dimaksudkan agar Model Perda BG memiliki
kejelasan legalitas untuk dapat dijadikan acuan dalam proses penyusunan Ranperda BG di daerah.
Secara kronologis, Model Perda BG sudah 3 kali mengalami penyempurnaan sejak pertama kali
dibuat. Model Perda BG pertama kali dibuat pada tahun 2003 pasca UU-BG (UU 28/2002)
ditetapkan. Selanjutnya dilakukan penyempurnaan pertama kali pada tahun 2007 pasca PP-BG (PP
36/2005) ditetapkan. Penyempurnaan kedua kali dilakukan pada tahun 2010 pasca terjadinya
bencana di Padang dan Yogyakarta. Penyempurnaan kedua ini dilakukan PBL bekerjasama dengan
JICA yang memiliki pengalaman dalam hal penyelenggaraan bangunan gedung tahan gempa.
Terakhir penyempurnaan ketiga kali dilakukan pada tahun 2012 pasca UU 12/2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ditetapkan dan bertepatan dengan momentum
dasawarsa UU-BG.
[22]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 22/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
[23]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 23/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
[24]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 24/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Pembentukan Tim
Penyempurnaan Draf Monitoring dan Evaluasi Workshop
Workshop Temuan Tindak
Modul Monitoring & Penyelenggaraan Bangunan & Gedung
Awal Medan /Fakta Lanjut
Evaluasi di 32 Provinsi
Penyelenggaraan Wil IA Batam
Pendalaman KAK, End
Penyusunan Bangunan & Gedung
Workshop Temuan Workshop
Metodologi & Rencana Wilayah IA = 49 Kab/Kota,
Awal /Fakta Tindak
Kerja Meliputi Wilayah Provinsi Banten,
Draf Makassar Wil IB Lanjut
Lampung, Bengkulu, Jambi,
Modul Makasar
MONEV Draf Sumatera Selatan, Bangka Belitung,
Penyusunan Draf Modul Modul Riau, Sumatera Barat, Sumatera Temuan
PBG Workshop Workshop
Monitoring Evaluasi MONEV Utara, dan Aceh /Fakta
Kesesuai Awal Tindak
Penyelenggaraan PBG Wil IIA
an Denpasar Lanjut
Bangunan & Gedung Impleme Jakarta
Model
ntasi Wilayah IB = 68 Kab/Kota Temuan
PBG
Meliputi Wilayah Provinsi
Workshop /Fakta Workshop
Kalimantan Barat, Jawa Timur, DI Wil IIB
Survey (Uji Petik 5 Kota) Awal Tindak
Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa
Penggunaan Modul Bandung Lanjut
Barat, DKI Jakarta, Banten
Monitoring & Evaluasi Surabaya
Penyelenggaraan Pelaksanaan
Bangunan dan Gedung FGD 2 Wilayah IIA = 69 Kab/Kota Tipologi Tipologi
Start Monev Meliputi Wilayah Provinsi Bali, Temuan Temuan
Gorontalo, Sulawesi Tenggara, dan Permasal HASIL WORKSHOP
Draf Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Rekomen ahan
Penyempurnaan Draf
Modul Sulawesi Barat, Kalimantan Utara, dasi Impleme
Modul Monitoring & Draf
MONEV Kalimantan Tengah, Kalimantan Penyeles tasi
Evaluasi Modul
PBG Selatan, Kalimantan Barat aian Penyelen
Penyelenggaraan MONEV
Kesesuai Kesesuai ggaraan
Bangunan & Gedung PBG
an an Banguna
Impleme Wilayah IIB = 34 Kab/Kota
Model PERDA n dan
ntasi (b) Meliputi Wilayah Provinsi Bali, Nusa
PBG BG Gedung
(a) Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, Maluku, Maluku Utara,
Papua, Papua Barat
MODUL
MONITORING & TEMUAN/FAKTA
HASIL ANALISIS &
EVALUASI P BG MONITORING &
DRAF ROADMAP
EVALUASI ( A & B)
Konsultan M&E Pusat Konsultan M & E Konsultan M&E Pusat Konsultan M&E Pusat
Konsultan M&E Pusat Konsultan M & E Konsultan M & E
PARA PIHAK Tim Teknis
Pusat Para Pakar, Tim
Tim Teknis PBL Pusat Pusat
Para Pakar, Tim
Pusat
Para Pakar, Tim Teknis, KI SNVT PBL Teknis, KI SNVT PBL
Konsultan Individual SNVT PBL Provinsi Tim Teknis Tim Teknis
Teknis Provinsi Provinsi
LAPORAN
BERITA ACARA LAPORAN ANTARA BERITA ACARA LAPORAN AKHIR
PELAPORAN PENDAHULUAN
[25]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 25/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Penyempurnaan Draf
Modul Monitoring &
Evaluasi
Penyelenggaraan
Bangunan & Gedung
Pada kegiatan persiapan, survey uji petik dan penyusunan draf modul, akan melibatkan tenaga ahli
konsultan M & E di Pusat dan Tim Teknis Satker PBL CK di Jakarta
[26]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 26/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
5
BULAN KE - 2
6 7 8
evaluasi (Jakarta).
Pelaksanaan
Kegiatan finalisasi DRAF MODUL MONEV terdiri atas 2
FGD 1 sub kegiatan penting, yakni FGD 1 dan FGD 2 yang
bertujuan untuk mendapatkan masukan dari para
Penyempurnaan Draf
Modul Monitoring & pakar, narasumber, dan penyelenggara bangunan
Evaluasi gedung.
Penyelenggaraan
Bangunan & Gedung
Draf
Modul
Draf
MONEV Modul
PBG
MONEV
Kesesuai
PBG
an
Impleme
Model
ntasi (b)
PBG
(a)
MODUL
MONITORING &
EVALUASI P BG
[27]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 27/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Pada kegiatan Finalisasi ini, akan melibatkan para pihak penting dalam upaya untuk memantapkan
modul agar dapat dipahami, dipergunakan dan mendapatkan daftar kesesuaian dan permasalahan
penyelenggaraan bangunan gedung dimasing-masing kabupaten/kota.
Merupakan tahap ke-3 setelah dilakukannya finalisasi dokumen/modul monitoring dan evaluasi
penyelenggaraan bangunan gedung.
Tahap ke-3 ini dilakukannya workshop di beberapa kota dengan tujuan untuk mengumpulkan
Konsultan Individual (KI) SNVT PBL Provinsi sesuai wilayah yang ada (Wilayah IA, IB, IIA dan IIB).
Workshop ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan transfer knowledge dalam
menggunakan MODUL MONEV.
[28]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 28/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Workshop
waktu pelaksanaan workshop adalah 3 hari. Dimana
Awal rangkaian kegiatan workshop termasuk pemberian
Makassar pemahaman kondisi terakhir status PERDA BG dan
pemaparan dari beberapa narasumber terkait
Workshop penyelenggaraan bangunan gedung sebagai bahan
Awal
belajar mengajar (lesson and learn).
Denpasar
Workshop
Awal
Bandung
Start Monev
[29]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 29/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
[30]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 30/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Gedung di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, dan Jawa
Timur.
Penyelenggara Konsultan Manajemen Evaluasi (Jkt)
Penyelenggaraan Bangunan Gedung di Kota Bandung;
Pemaparan KME terkait Modul Monev;
Output
Digunakannya Modul A dan Modul B oleh KI;
Daftar Kontak Satker SNVT PBL;
Daftar Kontak Konsultan Individual;
Berita Acara Workshop.
Waktu Bulan ke-3, di Minggu ke-4
Setelah dilaksanakannya keseluruhan kegiatan workshop tersebut, kegiatan monitoring dan evaluasi
di masing-masing provinsi dapat segera dilaksanakan. Mengingat jumlah kabupaten/kota di masing-
masing provinsi berbeda, disarankan jumlah peserta konsultan individual (KI) SNVT PBL Provinsi
[31]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 31/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Wilayah IB = 68 Kab/Kota
Meliputi Wilayah Provinsi Untuk memudahkan dalam pengkoordinasian, KME
Kalimantan Barat, Jawa Timur, DI akan menyiapkan koordinator tiap wilayah.
Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa
Barat, DKI Jakarta, Banten
Keseluruhan waktu pelaksanaan monitoring dan
Wilayah IIA = 69 Kab/Kota evaluasi 220 kab/kota dilaksanakan dalam masa 2
Meliputi Wilayah Provinsi Bali,
bulan, yakni bulan ke-4 dan ke-5
Gorontalo, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Barat, Kalimantan Utara,
Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Barat
TEMUAN/FAKTA
MONITORING &
EVALUASI ( A & B)
[32]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 32/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Wil IB
Dari pendekatan tersebut dihasilkan draf roadmap berupa
Temuan penetapan tujuan, sasaran dan kegiatan PBL.
/Fakta
Wil IIA
Temuan
/Fakta
Wil IIB
Tipologi Tipologi
Temuan Temuan
dan Permasal
Rekomen ahan
dasi Impleme
Penyeles tasi
aian Penyelen
Kesesuai ggaraan
an Banguna
PERDA n dan
BG Gedung
[33]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 33/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Workshop tindak lanjut adalah kegiatan ke-2 yang masuk dalam kelompok Analisis dan Roadmap.
Pada kegiatan ini, workshop dilakukan sebagai upaya untuk menjelaskan kepada seluruh pihak
termasuk pemerintah daerah kabupaten/kota terhadap temuan/fakta analisis.
Temuan/fakta dan analisis tersebut akan dikelompokkan berdasarkan wilayah penanganan dan
berbasarkan permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan bangunan gedung di masing-
masing daerah.
Wokshop dilaksanakan di 4 (empat) tempat, yakni di Kota Batam, Kota Makasar, Kota Jakarta, dan
Kota Surabaya.
Workshop
Tindak
Lanjut
Surabaya
HASIL WORKSHOP
[34]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 34/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Output
Tipologi Permasalahan Penyelenggaraan Bangunan Gedung berdasarkan
wilayah penanganan;
[35]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 35/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Roadmap merupakan produk akhir yang akan dihasilkan konsultan manajemen evaluasi (KME) yang
berisi mengenai gambaran penyelenggaraan bangunan gedung pasca terbitnya seluruh PERDA BG di
seluruh kabupaten dan kota, permasalahan, penetapan tujuan (goals), penetapan sasaran dan
rencana kegiatan 3 tahun mendatang bagi PBL CK.
Roadmap ini akan menjadi panduan kegiatan Satker PBL di Jakarta sebagai acuan penyelesaian
permasalahan yang dihadapi tiap kabupaten dan kota dalam implementasi penyelenggaraan
bangunan dan gedung.
Metodologi monitoring dan evaluasi Model I adalah serangkaian teknik evaluasi kesesuaian PERDA
BG daerah terhadap Model PERDA BG (Juni 2014) yang akan di buatkan PERMEN PU agar dapat
diacu oleh daerah. Teknik yang dimaksud adalah analisa kesesuaian pasal, ayat dan butir di dalam
[36]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 36/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
batang tubuh perda BG daerah. Diharapkan dari analisis kesesuaian tersebut, didapatkan beberapa
substansi yang sebaiknya diadopsi oleh daerah baik itu dari sisi sistematika PERDA maupun substansi
yang menjadi fokus pemerintah pusat yakni IMB, SLF, TABG dan Pendataan Bangunan, serta
substansi kesesuaian daerah terkait kebencanaan, tradisionalitas dan kearifan lokal.
A. Definisi Umum
1. Batang tubuh menurut KBBI adalah bagian isi yang utama (pokok);
2. Ayat menurut KBBI Kemendikbud RI adalah beberapa kalimat yg merupakan kesatuan maksud
sebagai bagian pasal dalam undang-undang;
3. Butir menurut KBBI Kemendikbud RI adalah salah satu bagian dari keseluruhan; perincian
4. Angka menurut KBBI Kemendikbud adalah tanda atau lambang sebagai pengganti bilangan;
nomor (1,2,3 dst)
5. Huruf menurut KBBI Kemendikbud adalah tanda atau lambang sebagai pengganti bilangan;
nomor (1,2,3 dst) tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad yg
melambangkan bunyi bahasa; aksara;
B. Definisi Khusus
Pada form evaluasi kesesuaian substansi perda BG, yang dimaksud dengan;
6. Perda Model BG adalah Perda Model Bangunan Gedung (BG) yang dirancang oleh Direktorat PBL
Ditjen Cipta Karya pada bulan Juni Tahun 2014 sebagai acuan dan contoh pengaturan
[37]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 37/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
16. Kolom No 7 (tujuh) yang disebut Tidak ADA, adalah kolom yang diberi nilai (checklist " √ "),
apabila tidak ada ayat (gabungan frasa yang membentuk makna/tujuan) yang diadopsi oleh
perda BG daerah;
17. Kolom No 8 (delapan) yang disebut Pada Pasal, adalah nomor pasal pada ayat yang memiliki
frasa makna yang sama pada perda BG daerah;
18. Kolom No 9 (sembilan) yang disebut Pada ayat/huruf/angka, adalah penomoran/abjad
(angka/huruf) pada ayat yang memiliki frasa makna yang sama pada perda BG daerah;
19. Kolom No 10 (sepuluh) yang disebut diatur langsung ("√") - sesuai model, adalah ayat (frasa-
frasa) yang langsung diadopsi tanpa pengurangan frasa. Dan ayat yang di isi titik-titiknya;
20. Kolom No 11 (sebelas) yang disebut diatur langsung ("√") - tidak sesuai model, adalah ayat
(frasa-frasa) yang diadopsi namun ada frasa yang tidak adak ada / hilang dan/atau ayat yang
memiliki makna yang sama namun berbeda frasa;
21. Kolom No 12 (duabelas) yang disebut diatur langsung ("√") - spesifik dari model , adalah ayat
(frasa-frasa) yang diadopsi dari model namun ada penambahan dan/atau kesesuaian dengan
lokasi;
22. Kolom No 13 (tigabelas) yang disebut Didelegasikan ke - ("√") - Perbub/Wal, adalah ayat (frasa-
frasa) yang oleh daerah diatur di Perbup/Perwal;
23. Kolom No 14 (empatbelas) yang disebut Keterangan, adalah Uraian yang berisi nomor
perwal/perbup/peraturan lainnya dan/atau komentar terhadap perda BG model maupun
terhadap perda daerah.
C. Kelompok Tugas
Didalam pengisian ini modul I evaluasi kesesuaian perda BG ini, terdapat 2 kelompok tugas. Yakni
Kelompok Konsultan Individual SNVT PBL Provinsi dan Kelompok Konsultan Manajemen Evaluasi
(KME) di Jakarta.
[38]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 38/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
[39]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 39/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
[40]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 40/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
[41]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 41/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
4. Contoh 4 (ayat yang berisi isi pasal berupa angka + huruf + angka)
[42]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 42/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Fungsi Dan
Klasifikasi
Bangunan √
Gedung
Persyaratan
Bangunan √
Gedung;
Tim Ahli
Bangunan
Gedung √
(TABG);
Peran √
[43]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 43/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Pembinaan
√
Sanksi
Administratif √
Ketentuan
Penyidikan
Ketentuan
Pidana √
Ketentuan
Peralihan √
Ketentuan
Penutup. √
[44]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 44/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
[45]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 45/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Tata cara monitoring dan evaluasi Model B adalah penggunaan perangkat/form survey dan atau
borang survey yang ditujukan kepada masing-masing kabupaten/kota sasaran dalam meng-
implementasi-kan penyelenggaraan bangunan gedung.
Beberapa hal yang harus dicermati oleh Konsultan Individual (KI) SNVT PBL Provinsi dalam pengisian
borong survey sebagai berikut;
Keseluruhan form isian tersebut digunakan oleh konsultan KME Pusat dan Konsultan Individual (KI)
SNVT PBL Provinsi untuk mendapatkan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) dalam penyelenggaraan
bangunan gedung di daerah.
Definisi:
Dalam statistika, populasi adalah sekumpulan data yang mempunyai karakteristik yang sama dan
menjadi objek inferensi. Statistika inferensi mendasarkan diri pada dua konsep dasar, populasi
sebagai keseluruhan data, baik nyata maupun imajiner, dan sampel, sebagai bagian dari populasi
yang digunakan untuk melakukan inferensi (pendekatan/penggambaran) terhadap populasi
tempatnya berasal. Sampel dianggap mewakili populasi. Sampel yang diambil dari populasi satu
tidak dapat dipakai untuk mewakili populasi yang lain.
Suatu sensus dilakukan untuk mendapatkan karakteristik populasi secara nyata. Karakteristik yang
dimiliki oleh populasi dinamakan parameter. Bagi suatu karakteristik yang dimiliki sampel (disebut
[46]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 46/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang berada pada wilayah tertentu dan pada waktu yang
tertentu pula. Populasi dapat mengacu kepada beberapa hal berikut:
Beberapa bidang ilmu menggunakan istilah ini untuk pengertian yang agak berbeda:
Dalam geografi / demografi, sebagai sinonim bagi penduduk
Dalam biologi, populasi adalah sekumpulan individu dengan ciri-ciri sama (satu spesies yang
sama) yang hidup dalam tempat dan waktu yang sama.
Dalam statistika, populasi adalah sekumpulan data yang menjadi objek inferensi.
Statistika inferensia mencakup semua metode yang berhubungan dengan analisis sebagian data
(contoh) atau juga sering disebut dengan sampel untuk kemudian sampai pada peramalan atau
penarikan kesimpulan mengenai keseluruhan data induknya (populasi).
Dalam statistika inferensia diadakan pendugaan parameter, membuat hipotesis, serta melakukan
pengujian hipotesis tersebut sehingga sampai pada kesimpulan yang berlaku umum. Metode ini
disebut juga statistika induktif, karena kesimpulan yang ditarik didasarkan pada informasi dari
sebagian data saja. Pengambilan kesimpulan dari statistika inferensia yang hanya didasarkan pada
sebagian data saja yang menyebabkan sifat tak pasti, memungkinkan terjadi kesalahan dalam
pengambilan keputusan, sehingga pengetahuan mengenai teori peluang mutlak diperlukan dalam
melakukan metode-metode statistika inferensia.
Sesuai dengan definisi diatas, maka beberapa indeks yang akan diuji dan dibuatkan ukuran untuk
menilai pencapaian penyelenggaraan bangunan gedung di 220 kabupaten/kota Indonesia sebagai
berikut;
[47]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 47/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Pembentukan
Tata Tertib Pelaksanaan Tugas Tim Ahli Bangunan
Gedung
Pembiayaan
IV Pendataan Bangunan 0.20
V Lainnya 0.20
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung
Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan
Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung
Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Sumber: Tim Penyusun, 2014
Para pihak yang ada dimaksud dalam pekerjaan ini adalah para pemangku kepentingan yang
mengupayakan tercapainya keluaran pekerjaan, yang terdiri atas beberapa pihak, yakni;
[48]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 48/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
C. Peran Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) Penataan Bangunan Lingkungan (PBL) di 32
Provinsi.
Beberapa peran yang diemban sebagai berikut;
1. Mengarahkan Konsultan Individual (KI) SNVT PBL Provinsi dalam mengevaluasi
penyelenggaraan bangunan gedung di masing-masing provinsi;
2. Memfasilitasi pertemuan pada workshop awal dan akhir;
3. Memantau proses koordinasi antara konsultan individual (KI) SNVT PBL Provinsi dengan
Konsultan Manajemen Evaluasi di Pusat Jakarta;
4. Berkoordinasi dengan Satuan Kerja Penataan Bangunan Lingkungan (PBL) Ditjen CK-PU
di Jakarta.
Alur kegiatan di pusat, adalah mekanisme kerja antara Konsultan Manajemen Evaluasi (KME) dengan
Satuan Kerja Penataan Bangunan Lingkungan-Ditjen CK. Alur kegiatan dimulai dari proses kerangka
pentahapan kerja yang telah disampaikan pada sub bab sebelumnya. Namun untuk hal-hal yang
bersifat incidental antar pihak dapat langsung berinteraksi di Kantor Satuan Kerja PBL Ditjen CK
Jakarta.
[49]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 49/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
1. FGD
2. Workshop
3. Konsultansi
4. Koordinasi
5. Pemaparan
Progres Pekerjaan
6. Kunjungan daerah
Alur kegiatan di daerah adalah mekanisme proses koordinasi antara Konsultan Individual (KI) SNVT
PBL Provinsi dengan Satker SNVT PBL Provinsi. Pada alur kegiatan ini, interaksi koordinasi yang
bersifat pembinaan dan pengarahan dilakukan oleh Satker PBL-Ditjen CK-Kementerian Pekerjaan
Umum di Jakarta.
Kegiatan:
1. Workshop Awal
2. Monitoring dan Konsultan Individual
Evaluasi SNVT PBL Provinsi
3. Workshop Akhir
4. Penyusunan Laporan
5. Pemaparan Progres
6. Koordinasi
[50]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 50/51
5/20/2018 Modul Monitor ing Da n Eva lua si Pe nye le ngga ra a n Ba nguna n Ge dung - slide pdf.c om
Lampiran
1. Form Kesesuaian (Model A)
2. Borang/Form Survey (Model B)
3. Lainnya
[51]
http://slide pdf.c om/re a de r/full/modul-monitor ing-da n-eva lua si-pe nye le ngga ra a n-ba nguna n-ge dung 51/51