Dokumen AMDAL PERTAMBANGAN BATU BARA
Dokumen AMDAL PERTAMBANGAN BATU BARA
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Aprillia Magdalena 118250040
Muhammad Fadillah 118250036
Octria Grace 118250034
Rahmah 118250039
Yuliana Daulay 118250032
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya
kami dapa menyelesaikan Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak
Lingkungan Hidup (KA-ANDAL), Analisis Dampak Lingkungan Hidup
(ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulisan KA-
ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL ini menjadi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Dokumen AMDAL mata kuliah AMDAL Program Studi Teknik
Lingkungan Jurusan Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan Institut Teknologi
Sumatera.
Kami menyadari bahwa KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL ini sangat sulit
terwujud apabila tidak ada do’a, bimbingan, dan bantuan serta tersedianya
fasilitas-fasilitas dari berbagai pihak. Oleh karena iu kami ingin menyampaikan
rasa hormat dan terimakasih kepada semua pihak-pihak yang telah mendukung
dan membantu selama menyusun KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang harus disempurnakan dari
KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL ini. Oleh karena itu, kami meminta maaf
yang sebesar-besarnya dan membuka diri untuk segala kritikan dan masukan yang
dapa membangun dan meningkatkan kualitas pada KA-ANDAL, ANDAL, RKL
dan RPL ini. Semoga KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL ini dapat bermanfaat
dan dapat terselesaikan menjadi Dokumen AMDAL yang seutuhnya serta bisa
menjadi ilmu di masa yang akan datang.
Tim Penyusun
i
DAFTAR DOKUMEN
ii
RINGKASAN EKSKLUSIF
iii
2. Pembersihan lahan, Pembangunan sarana dan prasarana penunjang,
dan Pembangunan jalan tambang terhadap peningkatan erosi
tanah, berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
3. Pembersihan lahan, Pembangunan sarana dan prasarana penunjang,
dan Pembangunan jalan tambang terhadap penurunan kualitas air
permukaan, berdampak kecil hingga besar dan bersifat positif.
4. Pembersihan lahan terhadap hilangnya flora darat, berdampak
kecil hingga besar dan bersifat negatif.
5. Pembersihan lahan terhadap terjadinya migrasi fauna darat,
berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
6. Pembersihan lahan, Pembangunan sarana dan prasarana penunjang,
dan Pembangunan jalan tambang terhadap terganggunya biota air,
berdampak kecil hingga besar dan bersifat positif.
7. Pembersihan lahan, Pembangunan sarana dan prasarana penunjang,
dan Pembangunan jalan tambang terhadap gangguan kesehatan,
berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
8. Pembangunan sarana dan prasarana penunjang terhadap
meningkatnya kesempatan kerja, berdampak kecil hingga besar dan
bersifat positif.
9. Pembangunan sarana dan prasarana penunjang terhadap
meningkatnya pendapatan masyarakat, berdampak kecil hingga
besar dan bersifat positif.
10. Pembangunan jalan tambang terhadap penurunan kualitas udara,
berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
Tahap Operasi:
iv
8. Pembersihan lahan tambang terhadap terganggunya kesehatan
masyarakat, berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
9. Pengumpasan dan penimbunan puncak dan lapisan batuan penutup
terhadap peningkatan kebisingan, berdampak kecil hingga besar
dan bersifat positif.
10. Pengumpasan dan penimbunan puncak dan lapisan batuan penutup
terhadap terjadinya getaran, berdampak kecil hingga besar dan
bersifat negatif.
Tahap Pasca Operasi:
v
2. Pelaksanaan kerja secara terencana, selektif, dan bertahap, serta
pembuatan saluran drainase, kolam pengendapan, dan melakukan
pengelolaan air.
3. Pengoperasian alat sesuai umur standar dan melakukan penanaman
pohon .
4. Menjaga kestabilan ekosistem dan melakukan pengelolaan air.
Tahap Operasi:
vi
DOKUMEN KA-ANDAL
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Aprillia Magdalena 118250040
Muhammad Fadillah 118250036
Octria Grace 118250034
Rahmah 118250039
Yuliana Daulay 118250032
2.2.1 Kegiatan lain yang ada di sekitar dilokasi rencana kegiatan ................ 12
i
2.4.1 Identifikasi Dampak Potensial .............................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.4 Evaluasi Dampak Potensial Menjadi Dampak Penting Hipotetik ........ 19
Hipotetik............................................................................................... 40
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
diandalkan untuk mendatangkan devisa negara bagi Indonesia. Selain itu, industri
pertambangan juga menciptakan lapangan kerja di kabupaten dan kota dimana
merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Adanya lingkungan
pertambangan ini masyarakat Indonesia selalu berlomba - lomba untuk berada
didalamnya, karena pertambangan merupakan perindustrian yang mendunia dan
bagi masyarakat Indonesia ini adalah suatu keberuntungan tersendiri.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengidentifikasi rencana kegiatan dan/atau yang akan dilakukan
menimbulkan dampak penambangan bagi masyarakat.
b. Untuk mengidentifikasi rona lingkungan hidup awal pada pembangunan
pertambangan yang terkena dampak di sekitar lokasi rencana kegiatan.
c. Untuk mengidentifikasi prakiraan dampak penting dan evaluasi secara
holistic terhadap dampak lingkungan.
1.3.1 Pemrakarsa
Pemrakarsa Kegiatan Studi Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL) Penambangan Batu Bara di Kecamatan
Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung oleh PT
Bhumi Siger
2
a. Ketua/Leader : Rahmah
(118250039)
e. Drafter : Aprillia
Magdalena
Hasugian
(118250040)
3
BAB II
PELINGKUPAN
4
2.1.2 Kesesuaian Lokasi Dengan Rencana Tata Ruang
Kegiatan Pembangunan tambang batu bara ini terletak di wilayah
kecamatan Blambangan Umpu , kabupaten Way Kanan, provinsi
Lampung, Dengan luas wilayah 300 ha, dan letak wilayah berada pada
koordinat 104˚21’30” Bujur Timur dan 4˚30’0” Lintang Selatan.
Kegiatan ini memiliki batas lokasi sebagai berikut :
5
Gambar 2.2 Peta Lokasi Penambangan Batu Bara
6
2. Tahap Kontruksi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap konstruksi adalah
pembersihan lahan kegiatan non tambang, pembangunan
seluruh sarana dan prasarana penunjang kegiatan produksi
seperti kantor gudang, dan sebagainya, serta pembangunan
jalan akses menuju tambang.
3. Tahap Operasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap operasi adalah
pembersihan lahan utama tambang, pengupasan dan
penimbunan puncak dan lapisan batuan penutup serta proses
kegiatan produksi tambang.
4. Tahap Pasca Operasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pasca operasi adalah
melakukan pemeliharaan dan reklamasi lahan bekas tambang ,
serta monitoring atau pemantauan secara berkala terhadap
lahan tambang setelah penambangan berakhir.
7
Pada tahap Operasi tahapanrencana yang menimbulkan dampak
adalah sebagai berikut:
1. Pembersihan Lahan Tambang
2. Pengupasan dan Penimbunan Puncak dan Lapisan Batuan
Penutup
8
3. Menyampaikan mekanisme prosedur pengolahan program terkait
masukan atau permintaan dari masyarakat
9
Pengelolaan dampak yang dihasilkan kegiatan pembersihan lahan
non tambang
1. Melakukan kegiatan pembersihan lahan non tambang secara
bertahap sesuai dengan rencana kegiatan dan mematuhi SOP.
2. Mengurangi erosi tanah dan mencegah longsor melalui
pembentukan alur-alur dan parit-parit dilokasi pembersihan non
tambang.
3. Melibatkan instansi lingkungan terkait dalam pengawasan
kegiatan pengolahan lahan non tambang
10
Pengelolaan dampak yang dihasilkan kegiatan Pembersihan Lahan
Tambang
1. Melakukan kegiatan pembersihan lahan tambang secara bertahap
sesuai dengan rencana kegiatan dan mematuhi SOP.
2. Mengurangi erosi tanah dan mencegah longsor melalui
pembentukan alur-alur dan parit-parit dilokasi pembersihan non
tambang.
3. Melibatkan instansi lingkungan terkait dalam pengawasan
kegiatan pengolahan lahan tambang.
11
3. Geologi
Endapan mineral belum banyak ditemukan sehingga besarnya
endapan bahan tambang belumbanyak diketahui secara pasti.
4. Tanah
Tekstur tanah daerah Blambangan Umpu yaitu beragam (halus,
lempung, kasar) umumnya perbukitan sedang jauh dari pantai dan
tidak berpotensi longsor karena pergerakan tanah yang minim
5. Kegempaan
Kawasan Blambangan Umpu tidak berpotensi gempa karena tercatan
belum ada titik lokasi gempa berdekatan dengan lokasi tersebut.
Komponen Biologi
1. Flora Darat
Kawasan Blambangan Umpu merupakan kawasan pertanian dan
perkebunan besar dan dikenal dengan kawasan agraris.
2. Fauna Darat
Tidak adanya fauna yang dilindungi pada wilayah Blambangan
Umpu
12
2.3 Hasil Pelibatan Masyarakat
Dalam proses pelingkupan telah dilakukan pelibatan dari masyarakat.
Masyarakat memberikan saran, pendapat, dan tanggapan. Kami menerima
setiap saran, pendapat, dan tanggapan dari masyarakat, akan tetapi kami
menyaringnya terlebih dahulu sebelum ditetapkan pada tahap kegiatan
penambangan tersebut. Hal ini kami lakukan karena saran, pendapat, dan
tanggapan tersebut mungkin jumlahnya banyak dan beragam jenisnya serta
belum tentu relevan untuk dikaji dalam Andal. Masyarakat juga
memberikan informasi deskriptif tentang keadaan lingkungan sekitar, nilai-
nilai lokal terikat dengan rencana kegiatan penambangan, kebiasaan adat
setempat terkait dengan rencana kegiatan penambangan, dan juga
menyampaikan aspirasinya terkait dengan rencana kegiatan penambangan
batu bara tersebut.
13
dari aspek non fisik yang mengarah pada sosial, yaitu perubahan sosial
ekonomi masayarakat disekitar penambangan batu bara seperti
pergeseran budaya lokal dan perubahan pola pikir.
Konsep banjir = Lintasan air (air yang mengalir) – Kapasitas Saluran (debit selokan)
14
• Aspek Kualitas Udara
15
Permukaan Tambang
2. Pengumpasan dan
Komponen Biologi Penimbunan Puncak dan
Lapisan Batuan Penutup
✓
Flora Darat Tahap Pra Operasi
✓ ✓
✓ ✓
Fauna Darat 1. Rehabilitasi
✓
✓ ✓ 2. Pelepasan Tenaga
Biota Air
✓ ✓ ✓ Kerja
Komponen Sosial 3. Remediasi
Sikap dan Persepsi ✓ ✓
✓
Masyarakat
✓
Konflik Sosial
✓
✓ ✓
Kesempatan Kerja
Pendapatan ✓ ✓
✓ ✓
Masyarakat ✓
✓
Persepsi Masyarakat
✓ ✓ ✓ ✓
Komponen
Kesehatan
Masyarakat
✓ ✓
Kesehatan Masyarakat
✓ ✓ ✓
✓ = Dampak Penting
Kosong = Dampak Tidak
Penting
• Konsultasi Publik
Kegiatan konsultasi publik dilakukan kepada masyarakat setempat,
bsik mengani rencana kegaiatan maupun studi AMDAL. Kegiatan
konsultasi 16ublic kepada masyarakat setempat secara langsung
bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai rencana
kegiatan, tujuan dan manfaat kegiatan, sehingga masyarakat dapat
memberikan masukan, pendapat, dan saran terhadap rencana
kegiatan penambangan batu bara di Blambangan Umpu Way Kanan,
agar menjadi masukan konsultan untuk melakukan pelingkupan
dampak penting hipotesi.
16
Berdasarkan matrik identitas maka dapat di identifikasi Dampak
Potensial Penambangan Batu Bara Blambangan Umpu Way Kanan
berikut :
17
prasarana penunjang
10. Penurunan kualitas udara Pembangunan jalan tambang
Tahap Operasi
1. Penurunan kualitas udara Pembersihan lahan tambang
Pengumpasan dan
penimbunan puncak dan
lapisan batuan penutup
2. Meningkatnya debit air limpasan Pembersihan lahan tambang
3. Peningkatan erosi tanah Pembersihan lahan tambang
Pengumpasan dan
penimbunan puncak dan
lapisan batuan penutup
4. Penurunan kualitas air permukaan Pembersihan lahan tambang
5. Hilangnya flora darat Pembersihan lahan tambang
6. Terjadinya migrasi fauna darat Pembersihan lahan tambang
7. Terganggunya biota air Pembersihan lahan tambang
8. Terganggunya kesehatan masyarakat Pembersihan lahan tambang
9. Peningkatan kebisingan Pengumpasan dan
penimbunan puncak dan
lapisan batuan penutup
10. Terjadinya getaran Pengumpasan dan
penimbunan puncak dan
lapisan batuan penutup
Tahap Pasca Operasi
1. Perubahan erosi dan sedimentasi Rehabilitasi
2. Perubahan laju limpasan air permukaan Rehabilitasi
3. Perubahan kualitas air permukaan Rehabilitasi
4. Gangguan terhadap flora dan fauna darat Rehabilitasi
5. Gangguan terhadap biota air Rehabilitasi
6. Berkurangnya kesempatan kerja Pelepasan tenaga kerja
7. Perubahan pendapatan masyarakat Pelepasan tenaga kerja
8. Perubahan persepsi masyarakat Pelepasan tenaga kerja
Remediasi
18
studi. Pada tahap ini daftar dampak penting yang dihasilkan belum
tertera secara sistematis.
Metoda yang digunakan pada tahap ini adalah diskusi antar tenaga ahli.
Kegiatan identifikasi dampak penting ini dilakukan oleh pemrakarsa
rencana kegiatan (bersama dengan tim konsultan penyusun AMDAL),
dengan mempertimbangkan rencana kegiatan, rona lingkungan awal,
hasil konsultasi, diskusi dengan instansi yang bertanggung jawab serta
masyarakat yang berkepentingan, dan kegiatan sekitar. Berikut adalah
evaluasi dampak penting hipotetik :
19
kabupaten. Hasil
dari konsultasi
publik, masyarakat
pada umumnya
setuju dengan
adanya rencana
penambangan batu
bara. Survei
pendahuluan telah
dilakukan untuk
menyusun studi-
studi yang
diperlukan. Selama
survey tersebut,
tidak ada gangguan
dari pihak pihak
yang tidak setuju
dengan kegiatan
penambangan batu
bara tersebut,
sehingga dampak
perubahan persepsi
masyarakat dari
kegiatan perizinan
dan survei
pendahuluan tidak
menjadi dampak
penting hipotetik.
2. Perubahan Pembebasan Lahan yang akan Perubahan
persepsi lahan digunakan untuk Persepsi
masyarakat Penerimaan penambangan batu Masyarak
tenaga kerja bara adalah wilayah at
perkebunan warga.
Dimana secara
administrasi
wilayah tersebut
termasuk dalam
desa Blambangan
Umpu. Untuk itu
PT. Bhumi Siger
akan melakukan
pembebasan lahan
terhadap wilayah
tersebut.
Diperkirakan
jumlah perkebunan
20
yang kena
pembebasan sekitar
300. Proses
penetapan harga
dan pembayaran
dilakukan
berdasarkan hasil
appraisal dari
konsultan
pembebasan lahan,
pertimbangan
permintaan warga,
NJOP, harga
pasaran dan
peraturan yang
berlaku. PT. Bhumi
Siger berencana
akan melakukan
pembayaran secara
langsung ganti rugi
lahan sesuai
kesepakatan. Jika
pemilik lahan
menolak
dibebaskan atau
belum ada
kesepakatan, maka
PT. Bhumi Siger
tidak akan
melakukan
pembebasan lahan
secara paksa.
Lokasi perkebunan
terkena dampak
selanjutnya
diserahkan pada
masing-masing
pemilik kebun.
Pada saat
konsultasi publik
terdapat banyak
masukan terkait
dengan
pembebasan lahan
ini antara lain
:kesepakatan nilai
21
harga ganti rugi
lahan, waktu
pelaksanaan
pembebasan lahan,
dan tidak
melibatkan pihak
ketiga dalam
melakukan
pembebasan lahan.
Dampak terhadap
persepsi
masyarakat juga
merupakan dampak
penerimaan tenaga
kerja. Sehingga
dengan
mempriotaskan
tenaga kerja lokal
dan melakukan
sosialisasi dan
penerapan sistem
scoring untuk
memberi
kesempatan kepada
tenaga kerja lokal.
3. Terjadi Pembabasan Belum adanya -
konflik sosial lahan kesepakatan
Penerimaan masyarakat
tenaga kerja mengenai prosedur
dan tata cara
pembayaran ganti
rugi. Sehingga
terjadi demo dan
protes. Oleh karena
itu PT. Bhumi
Siger
mengidentifikasi
dan memberikan
solusi terhadap
konflik yang akan
terjadi. Dengan
demikian terjadi
konflik sosial
seperti pembebasan
lahan dan
penerimaan tenaga
22
kerja tidak menjadi
dampak penting
hipotetik karena
PT. Bhumi Siger
mengidentifikasi
dan mencari solusi
sebelum hal-hal
tersebut berlanjut.
4. Hilangnya Pembebasan Mata pencarian Hilangnya
pendapatan lahan masyarakat yang pendapata
menempati lahan n
recana
penambangan batu
bara merupakan
petani. Dengan
adanya
pembebasan lahan,
maka akan
menghilangkan
pendapatan
masyarakat
tersebut. Hilangnya
pendapatan terjadi
akibat perubahan
pekerjaan
masyarakat yang
terkena
pembebasan lahan,
dampak ini terjadi
sementara sebelum
masyarakat
menemukan
sumber
pendapatannya
kembali. Dengan
demikian dampak
hilangnya
pendapatan akibat
pembebasan lahan
merupakan dampak
penting hipotetik.
5. Gangguan Pembebasan Dampak gangguan -
keamanan lahan ketertiban
masyarakat masyarakat akibat
pembebasan lahan
merupakan dampak
23
turunan dari
persepsi negatif
masyarakat dan
hilangnya
pendapatan, namun
pada prinsipnya
kedua belah pihak
mempunyai itikad
baik untuk
menghindari
adanya gangguan
keamanan
masyarakat
tersebut, untuk itu
dampak gangguan
keamanan
masyarakat akibat
pembebasan lahan
tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
6. Meningkatkan Penerimaan Dengan -
kesempatan tenaga kerja memberikan
kerja kesempatan tenaga
kerja lokal yang
dapat diserap dalam
operasional
perusahaan
Sehingga dapat
memberikan
peluang bagi warga
sekitar kegiatan
penambangan
tersebut. Dengan
demikian kegiatan
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
7. Meningkatkan Penerimaan Memberikan -
pendapatan tenaga kerja kesempatan kerja
masayarakat kepada masyarakat
lokal sehingga
dapat memberikan
peningkatan
pendapatan
masyarakat sesuai
24
dengan
pekerjaannya.
Dengan demikian
kegiatan ini tidak
menjadi dampak
penting hipotetik.
8. Penurunan Mobilisasi Pengangkutan -
kualitas udara peralatan material keperluan
penambangan
dengan jumlah truk
pengangkut sekitar
200 truk yang
berlangsung selama
321 hari (5
unit/hari). Selain
itu akibat untuk
pembuatan jalan
akses juga.
Sehingga sumber
dampak adanya
CO, SO2, dan NO2
disebabkan oleh
emisi gas buang
kendaraan.
Kegiatan mobilisasi
alat diperkirakan
akan menimbulkan
debu. Berdasarkan
hasil pemantauan
kualitas debu saat
ini masih
memenuhi baku
mutu. Dengan
mempertimbangkan
bahwa pada
umumnya pemilik
akan menggunakan
kembali material
melakukan
mobilisasi
peralatan dengan
hati-hati, sehingga
tingkat timbulnya
debu dapat
diminimalisasi dan
dampak ini
25
terlokalisir di areal
perencanaan, maka
dampak ini tidak
menjadi dampak
penting hipotetik.
9. Peningkatan Mobilisasi Mobilisasi alat -
kebisingan peralatan akibat dari
pembokaran alat
secara manual
setelah
mendapatkan
penggantian,
sehingga
kebisingan yang
ditimbulkan relatif
rendah. Saat ini
tingkat kebisingan
di wilayah
perencanaan masih
memenuhi baku
mutu yang
ditetapkan. Dengan
mempertimbangkan
jarak dan pekerjaan
dilakukan pada
siang hari.
Sehingga dampak
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
10. Terganggunya Mobilisasi Adanya mobilisasi -
transportasi peralatan alat memperlambat
darat/lalulintas lalu lintas. Walau
umum kondisi lalu lintas
tidak menyebabkan
macet. Dengan
demikian dampak
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
11. Terganggunya Mobilisasi Kegiatan mobilisasi -
kesehatan peralatan peralatan yang
masyarakat menyebabkan
meningkatnya
kadar debu dan
kebisingan. Namun
26
hal itu tidak
signifikan dan
masih memenuhi
baku mutu yang
ditetapkan.
Sehingga dampak
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
Tahap
Kontruksi
1. Peningkatan Pembersihan Meningkatnya -
debit air lahan debit air limpasan
limpasan tidak jauh melebihi
debit limpasan
sesuai kondisi rona
awal.Sehingga hal
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
2. Peningkatan Pembersihan Terjadinya -
erosi tanah lahan kenaikan laju erosi
Pembangunan tanah pada saat
sarana dan pembersihan lahan.
prasarana Selain itu terbentuk
penunjang alur dan parit di
Pembangunan lokasi pembersihan
jalan tambang lahan. Namun
karena dilakukan
secara bertahap
sesuai rencana
kegiatan dan
dilakukan pada saat
hari tidak hujan.
Begitupun pada
saat pembangunan
sarana dan
prasarana
penunjang
pembangunan jalan
tambang. Sehingga
dampak ini tidak
menjadi dampak
penting hipotetik.
3. Penurunan Pembersihan Untuk air buangan Penurunan
kualitas air lahan di aout let settling Kualitas
27
permukaan Pembangunan pond mengacu pada Air
sarana dan KepMenLH
prasarana 51/1995 tentang
penunjang Baku Mutu Limbah
Pembangunan Cair Industri yaitu
jalan tambang TSS = maks. 300
mg/l. Untuk
mengendalikan
debit limpasan
permukaan dan
erosi sehingga tidak
terlalu
meningkatkan
kekeruhan air
sungai yang
terdapat di daerah
PT. Bhumi Siger.
Namun masih perlu
dilakukan
pengujian. Dengan
demikian dampak
ini menjadi dampak
penting hipotetik.
4. Hilangnya Pembersihan Akibat -
flora darat lahan pembersihan lahan
hilangnya flora
darat. Namun hal
ini karena di lokasi
perencanaan hanya
perkebunan dan
bukan flora yang
dilindungin.
Sehingga dampak
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
5. Terjadinya Pembersihan Dengan -
migrasi fauna lahan pembersihan lahan
darat terjadinya migrasi
fauna. Namun hal
ini karena di
lokasiperencanaan
hanya perkebunan
dan bukan hutan
lindung. Maka
faunanya hanya
28
yang biasa dan
tidak yang jenis
fauna langkah.
Sehingga dampak
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
6. Terganggunya Pembersihan Penurunan Terganggu
biota air lahan keanekaragaman nya biota
Pembangunan jenis dan air
sarana dan kelimpahan biota
prasarana air akibat
penunjang pembersihan lahan
Pembangunan dan pembangunan
jalan tambang sarana dan
prasarana
penunjang
pembangunan jalan
tambang. Sehingga
perlu menjaga
kestabilan
ekosistem perairan
dan melakukan
pengelolaan air di
lokasi
penambangan.
Sehingga dampak
ini menjadi dampak
penting hipotetik.
7. Gangguan Pembersihan Muncul gangguan -
kesehatan lahan kesehatan yang
Pembangunan dialami
sarana dan masyarakat.
prasarana Sehingga untuk
penunjang meminimalkan hal
Pembangunan tersebut dengan
jalan tambang melakukan
pengelolaan
berbagai sumber
dampak yang
mengakibatkan
terjadinya penyakit
yaitu dengan
pengelolaan
kualitas air.
Dengan demikian
29
dampak ini tidak
menjadi dampak
penting hipotetik.
8. Meningkatnya Pembangunan Dengan -
kesempatan sarana dan memberikan
kerja prasarana kesempatan tenaga
penunjang kerja lokal yang
dapat diserap dalam
operasional
perusahaan
Sehingga dapat
memberikan
peluang bagi warga
sekitar kegiatan
penambangan
tersebut. Dengan
demikian kegiatan
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
9. Meningkatnya Pembangunan Memberikan -
pendapatan sarana dan kesempatan kerja
masyarakat prasarana kepada masyarakat
penunjang lokal sehingga
dapat memberikan
peningkatan
pendapatan
masyarakat sesuai
dengan
pekerjaannya.
Dengan demikian
kegiatan ini tidak
menjadi dampak
penting hipotetik.
10. Penurunan Pembangunan Pengangkutan -
kualitas udara jalan tambang material keperluan
penambangan
dengan jumlah truk
pengangkut sekitar
200 truk yang
berlangsung selama
321 hari (5
unit/hari). Selain
itu akibat untuk
pembuatan jalan
akses juga.
30
Sehingga sumber
dampak adanya
CO, SO2, dan NO2
disebabkan oleh
emisi gas buang
kendaraan.
Kegiatan
pembangunan jalan
tambang
diperkirakan akan
menimbulkan debu.
Berdasarkan hasil
pemantauan
kualitas debu saat
ini masih
memenuhi baku
mutu. Dengan
mempertimbangkan
bahwa pada
umumnya pemilik
akan menggunakan
kembali material
melakukan
pembangunan jalan
tambang dengan
hati-hati, sehingga
tingkat timbulnya
debu dapat
diminimalisasi dan
dampak ini
terlokalisir di areal
perencanaan, maka
dampak ini tidak
menjadi dampak
penting hipotetik.
Tahap
Operasi
1. Penurunan Pembersihan Kualitas udara Penurunan
kualitas udara lahan tambang ambient yang kualitas
Pengumpasan mengacu pada PP udara
dan penimbunan No. 41/1999 yaitu
puncak dan SO2 sebesar 0,9
lapisan batuan mg/l, NO2 sebesar
penutup 0,4 mg/l, CO
sebesar 30 mg/l dan
Debu (TSP) sebesar
31
0,23 mg/l. Untuk
mengurangi kadar
debu, emisi gas
SO2, NO2, dan CO
di udara ambient
agar tidak
melampaui baku
mutu lingkungan
yang telah
ditetapkan.
Sehingga untuk
menghindari hal
tersebut dilakukan
pengoperasian
peralatan sesuai
umur standar dan
melakukan
preventive
maintenance
terhadap mesin/alat
yang digunakan
secara periodik.
Namun hal itu
masih perlu adanya
pemantauan.
Dengan demikian
dampak ini menjadi
dampak penting
hipotetik.
2. Meningkatnya Pembersihan Meningkatnya -
debit air lahan tambang debit air limpasan
limpasan tidak jauh melebihi
debit limpasan
sesuai kondisi rona
awal. Hal tersebut
terjadi akibat
pembersihan lahan
tambang. Sehingga
hal ini tidak
menjadi dampak
penting hipotetik.
3. Pengingkatan Pembersihan Terjadinya Peningkat
erosi tanah lahan tambang kenaikan laju erosi an erosi
Pengumpasan tanah pada saat tanah
dan penimbunan pembersihan lahan.
puncak dan Selain itu terbentuk
32
lapisan batuan alur dan parit di
penutup lokasi pembersihan
lahan. Namun
karena dilakukan
secara bertahap
sesuai rencana
kegiatan dan
dilakukan pada saat
hari tidak hujan.
Begitupun pada
saat pembangunan
sarana dan
prasarana
penunjang
pembangunan jalan
tambang. Namun
hal ini masih perlu
pemantauan.
Sehingga dampak
ini menjadi dampak
penting hipotetik.
4. Penurunan Pembersihan Untuk air buangan Penurunan
kualitas air lahan tambang di aout let settling kualitas
permukaan pond mengacu pada air
KepMenLH
51/1995 tentang
Baku Mutu Limbah
Cair Industri yaitu
TSS = maks. 300
mg/l. Untuk
mengendalikan
debit limpasan
permukaan dan
erosi sehingga tidak
terlalu
meningkatkan
kekeruhan air
sungai yang
terdapat di daerah
PT. Bhumi Siger.
Namun masih perlu
pemantauan.
Dengan demikian
dampak ini menjadi
dampak penting
hipotetik.
33
5. Hilangnya Pembersihan Akibat -
flora darat lahan tambang pembersihan lahan
hilangnya flora
darat. Namun hal
ini karena di lokasi
perencanaan hanya
perkebunan dan
bukan flora yang
dilindungin.
Sehingga dampak
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
6. Terjadinya Pembersihan Dengan -
migrasi fauna lahan tambang pembersihan lahan
darat terjadinya migrasi
fauna. Namun hal
ini karena di
lokasiperencanaan
hanya perkebunan
dan bukan hutan
lindung. Maka
faunanya hanya
yang biasa dan
tidak yang jenis
fauna langkah.
Sehingga dampak
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
7. Terganggunya Pembersihan Penurunan Terganggu
biota air lahan tambang keanekaragaman nya biota
jenis dan air
kelimpahan biota
air akibat
pembersihan lahan
dan pembangunan
sarana dan
prasarana
penunjang
pembangunan jalan
tambang. Sehingga
perlu menjaga
kestabilan
ekosistem perairan
dan melakukan
34
pengelolaan air di
lokasi
penambangan.
Sehingga dampak
ini menjadi dampak
penting hipotetik.
8. Terganggunya Pembersihan Pembersihan lahan -
kesehatan lahan tambang tambang yang
masyarakat menyebabkan
meningkatnya
kadar debu dan
kebisingan. Namun
hal itu tidak
signifikan dan
masih memenuhi
baku mutu yang
ditetapkan. Serta
akibat dari lahan
pertambanagn jauh
dari permukiman.
Sehingga dampak
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
9. Peningkatan Pengumpasan Akibat Peningkat
kebisingan dan penimbunan pengumpasan dan an
puncak dan penimbunan kebisingan
lapisan batuan puncak dan lapisan
penutup batuan penutup
terjadi peningkatan
kebisingan.
Sehingga
mewajibkan
karyawan
menggunakan APD
lengkap dan
melakukan
penanaman pohon.
Serta
pengoperasian alat
sesuai umur
standar. Namun hal
itu tentu masih
perlu pemantauan.
Dengan demikian
dampak ini tidak
35
menjadi dampak
penting hipotetik.
10. Terjadinya Pengumpasan Akibat -
getaran dan penimbunan pengumpasan dan
puncak dan penimbunan
lapisan batuan puncak dan lapisan
penutup batuan penutup
terjadi getaran.
Sehingga
mewajibkan
karyawan
menggunakan APD
lengkap dan
melakukan
penanaman pohon,
pengoperasian alat
sesuai umur
standar. Serta
melaksanakan
kegiatan peledakan
sesuai SOP dan
memasang papan
pengumuman
rencana peledakan.
Dengan demikian
dampak ini tidak
menjadi dampak
penting hipotetik.
Tahap Pasca
Operasi
1. Perubahan Rehabilitasi Laju erosi -
erosi dan terkendali sesuai
sedimentasi Keputusan Direktur
Jenderal Reboisasi
dan Rehabilitasi
Kementerian
Kehutanan No.
041/Kpts/V/1998
(<15 ton/ha/tahun).
Dimana dilakukan
pemantauan di area
rawan erosi seperti
di jalan akses,
tapak sumur, dan
PLPTP. Sehingga
ini tidak menjadi
36
dampak penting
hipotetik.
2. Perubahan Rehabilitasi Terkendalinya -
laju limpasan muatan sedimen
air permukaan yang masuk ke
sungai sesuai PP
No. 82 Tahun 2001
(<50 mg/L). Hal itu
dengan dikelola
dengan baik.
Sehingga ini tidak
menjadi dampak
penting hipotetik.
3. Perubahan Rehabilitasi Terkendalinya -
kualitas air kadar TSS di
permukaan sungai dekat area
penambangan yaitu
4 mg/Ldan
maksimum <
50mg/L sehingga
hal itu sesuai
dengan PP No. 82
Tahun 2001 dan
masih memenuhi
baku mutu. Dengan
demikian dampak
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
4. Gangguan Rehabilitasi Dengan rehabilitasi -
terhadap flora sehingga
dan fauna melakukan
darat penanaman
kembali flora
sehingga
mengembalikan
kondisi keberadaan
flora tersebut.
Dengan
bertumbuhnya flora
maka fauna akan
bermigrasi kembali
ke tempat asal.
Sehingga ini tidak
menjadi dampak
penting hipotetik.
37
5. Gangguan Rehabilitasi Penurunan -
terhadap biota keanekaragaman
air jenis dan
kelimpahan biota
air akibat kegiatan
penambangan.
Sehingga perlu
menjaga kestabilan
ekosistem perairan
dan melakukan
pengelolaan air di
lokasi
penambangan yaitu
dengan rehabilitasi.
Sehingga dampak
ini menjadi dampak
penting hipotetik.
6. Berkurangnya Pelepasan tenaga Dengan pelepasan -
kesempatan kerja tenaga kerja tentu
kerja menyebabkan
hilangnya
pekerjaan akibat
berhentinya
kegiatan
penambangan.
Sehingga perlu
dibuat strategi baru.
Dengan itu PT.
Bhumi Siger
melakukan
pemanfaatan tanah
galian menjadi
danau, maka itu
dapat menjadi
objek wisata.
Sehingga
memberikan
peluang bagi warga
sekitar dari
kegiatan
penambangan
tersebut. Dengan
demikian kegiatan
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
38
7. Perubahan Pelepasan tenaga Berkurangnya Perubahan
pendapatan kerja pendapatan pendapat
masyarakat masyarakat lokal masyaraka
terhadap kegiatan t
pelepasan tenaga
kerja. Namun hal
itu terjadi sebentar
karena PT. Bhumi
Siger melakukan
pemanfaatan tanah
galian menjadi
danau, maka itu
dapat menjadi
objek wisata..
Sehingga hal itu
menjadi
pendapatan baru
bagi masyarakat.
Akan tetapi
beberapa
masyarakat belum
menerima hal
tersebut. Dengan
demikian dampak
ini menjadi dampak
penting hipotetik.
8. Perubahan Pelepasan tenaga PT. Bhumi Siger Perubahan
persepsi kerja melakukan persepsi
masyarakat Remediasi remediasi tanah masyaraka
akibat dari t
kegaiatan
penambangan
tersebut. Sehingga
hal itu
menyebabkan
berkurangnya
persepsi negatif
dari kegiatan
pertambangan batu
bara dan persepsi
kegiatan pelepasan
tenaga kerja di
tahap pasca operasi
ini. Namun hal itu
dilakukan secara
bertahap. Dengan
39
demikian dampak
ini menjadi dampak
penting hipotetik.
40
Remediasi
• Batas Pertambangan
Batas kegiatan pertambangan mencakup seluruh areal yang
diperuntukan kegiatan pertambangan di Blambangan Umpu Way
Kanan, provinsi Lampung seluas 300 Ha dengan titik koordinat
wilayah yaitu 104˚21’30” Bujur Timur dan 4˚30’0” Lintang
Selatan.
• Batas Ekologis
Batas ekologis adalah ruang pesebaran area penambangan batu bara
di Blambangan Umpu Way Kanan dan perkiraan sebaran dampak
suatu rencana kegiatan yang akan terjadi. Sebaran dampak
diperkirakan bersumber dari perubahan kualitas tanah. Hal itu
terjadi karena hilangnya struktur dari tanah. Maka hal tersebut juga
berpotensi mempengaruhi air tanah.
• Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang disekitar rencana kegiatan pertambangan
yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial
yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan
(termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan proses
dinamika sosial masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami
perubahan mendasar akibat pertambangan batu bara Blambangan
Umpu Way Kanan. Mengingat dampak lingkungan yang akan
41
terjadi. Batas sosial meliputi wilayah perkebunan masyarakat
Blambangan Umpu Way Kanan.
• Batas Administratif
Batas administratif dimasukkan sebagai ruang dimana masyarakat
dapat secara leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial
budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Batas ruang dimaksud berupa batas ruang secara administratif yaitu
batas administrasi Blambangan Umpu Way Kanan.
42
direncanakan
akan
dilakukan
selama 2
bulan.
2. Hilangnya Pembebasan 2 Bulan Pembebasan
pendapatan lahan lahan
direncanakan
akan
dilakukan
selama 2
bulan.
Tahap Kontruksi
1. Meningkatnya Pembangunan 1 tahun Pembanguna
kesempatan kerja sarana dan n sarana dan
prasarana prasarana
penunjang penunjang
dilakukan
selama 1
tahun.
2. Penurunan kualitas Pembersihan 1 tahun Pemantauan
air lahan dilakukan
Pembangunan dengan
sarana dan frekuensi 1
prasarana bulan sekali.
penunjang Dengan
pembangunan direncanakan
jalan tambang akan
dilakukan
selama 1
tahun.
3. Penurunan kualitas Pembangunan 6 bulan Pemantauan
udara jalan tambang dilakukan
dengan
frekuensi 1
bulan sekali.
Dengan
direncanakan
akan
dilakukan
selama 6
bulan.
2. Terganggunya biota Pembersihan 1 tahun Pemantauan
air lahan dilakukan
Pembangunan dengan
sarana dan frekuensi 2
43
prasarana bulan sekali.
penunjang Dengan
pembangunan direncanakan
jalan tambang akan
dilakukan
selama 1
tahun
Tahap Operasi
1. Penurunan kualitas Pembersihan 5 tahun Pemantauan
udara lahan dilakukan
Pengumpasan dengan
dan frekuensi 6
penimbunan bulan sekali.
puncak dan Dengan
lapisan batuan direncanakan
penutup akan
dilakukan
selama 5
tahun.
2. Peningkatan erosi Pembersihan 5 tahun Pemantauan
tanah lahan dilakukan
Pengumpasan dengan
dan frekuensi 6
penimbunan bulan sekali.
puncak dan Dengan
lapisan batuan direncanakan
penutup akan
dilakukan
selama 5
tahun.
3. Penurunan kualitas Pembersihan 5 tahun Pemantauan
air permukaan lahan dilakukan
dengan
frekuensi 6
bulan sekali.
Dengan
direncanakan
akan
dilakukan
selama 5
tahun.
4. Terganggunya biota Pembersihan 3 tahun Pemantauan
air lahan dilakukan
dengan
frekuensi 6
bulan sekali.
44
Dengan
direncanakan
akan
dilakukan
selama 3
tahun.
5. Peningkatan Pengumpasan 5 tahun Pemantauan
kebisingan dan dilakukan
penimbunan dengan
puncak dan frekuensi 6
lapisan batuan bulan sekali.
penutup Dengan
direncanakan
akan
dilakukan
selama 5
tahun.
Tahap Pasca
Operasi
1. Perubahan Pelepasan 6 bulan Perubahan
pendapatan tenaga kerja pendapatan
masyarakat masyarakat
akibat
berhentinya
kegiatan
penambangan
akan ditinjau
selama 6
bulan.
2. Perubahan persepsi Pelepasan 6 bulan Perubahan
masyarakat tenaga kerja persepsi
Remediasi masyarakat
akibat
berhentinya
kegiatan
penambangan
dan remediasi
tanah.
Sehingga
akan ditinjau
selama 6
bulan.
45
BAB III
METODE STUDI
• Observasi
Teknik observasi digunakan untuk mengamati kondisi secara
langsung di lapangan. Observasi dilakukan untuk mengetahui
kebenaran yang berhubungan dengan aspek yang dikembangkan
peneliti. Tujuan teknik ini untuk mencatat hal-hal, permasalahan,
46
perilaku yang terkait dengan Implementasi Peraturan Daerah
blambangan Nomor 10 tahun 2011 tentang Pertambangan Mineral
Bukan Logam dan Batuan di Desa blambang yaitu terkait dengan
kegiatan pertambangan yang dilakukan, kondisi tempat
pertambangan, ketersediaan fasilitas sarana prasarana pendukung
kegiatan pengelolaan pertambangan, pengelolaan dan pemanfaatan
lahan pertambangan dan bentuk pelestarian lingkungan yang
dilakukan di area bekas pertambangan.
• Dokumentasi
Teknik observasi digunakan untuk mengamati kondisi secara
langsung di lapangan. Observasi dilakukan untuk mengetahui
kebenaran yang berhubungan dengan aspek yang dikembangkan
peneliti. Tujuan teknik ini untuk mencatat hal-hal, permasalahan,
perilaku yang terkait dengan Implementasi Peraturan Daerah
blambangan Nomor 10 tahun 2011 tentang Pertambangan Mineral
Bukan Logam dan Batuan di Desa blambang yaitu terkait dengan
kegiatan pertambangan yang dilakukan, kondisi tempat
pertambangan, ketersediaan fasilitas sarana prasarana pendukung
kegiatan pengelolaan pertambangan, pengelolaan dan pemanfaatan
lahan pertambangan dan bentuk pelestarian lingkungan yang
dilakukan di area bekas pertambangan.
47
6. Sitem Transportasi
7. Flora
8. Fauna
9. Sosial, Ekonomi Dan Budaya
10. Kesehatan Masyarakat
b. Metode analogi
Prakiraan nilai dampak ditetapkan oleh ahli atau pakar. Digunakan bila
data yang diperoleh terbatas dan kurang dipahami gejala yang
diprakirakan terjadi. Terlebih dahulu ditentukan skala kualitas lingkungan
hidup dari skal 5 sangat baik sampai 1 sangat buruk. Parameter yang biasa
digunakan adalah debu, erosi, run off, kualitas air, sanitasi lingkungan,
vegetasi, sikap dan profesi masyarakat, lapangan kerja, lalu lintas umum,
kesehatan dan keselamatan kerja. (Azis Pangestu,2003)
48
d. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak
e. Sifat kumulatif dampak
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.
2. Ciri Dampak
Penggolongan dampak penting bersifat negatif atau positif, yang
berlangsung terus selama rencana kegiatan dan adakah hubungan timbal
balik antar dampak yang terjadi. Jika ada maka perlu penjabaran
spesifik rencana kegiatan pembangunan tersebut.
49
3. Kelompok Masyarakat
Identifikasi kelompok masyarakat yang terkena dampak positif dan
negatif dari tahap prakontruksi sampai pascakontruksi kegiatan
pembangunan.
50
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Way Kanan
Kecamatan Blambangan Umpu Tahun 2018.
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Aprillia Magdalena 118250040
Muhammad Fadillah 118250036
Octria Grace 118250034
Rahmah 118250039
Yuliana Daulay 118250032
i
BAB IV EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.4 Penilaian Sifat Penting Dampak Meningkatnya Kesempatan Kerja ..... 79
Tabel 3.5 Penilaian Sifat Penting Dampak Penurunan Kualitas Air Permukaan .. 81
Tabel 3.6 Penilaian Sifat Penting Dampak Penurunan Kualitas Udara ................ 84
Tabel 3.7 Penilaian Sifat Penting Dampak Terganggunya Biota Air ................... 86
Tabel 3.8 Penilaian Sifat Penting Dampak Penurunan Kualitas Udara ................ 89
Tabel 3.9 Penilaian Sifat Penting Dampak Peningkatan Erosi Tanah .................. 91
Tabel 3.10 Penilaian Sifat Penting Dampak Penurunan Kualitas Air Permukaan 93
Tabel 3.11 Penilaian Sifat Penting Dampak Terganggunya Biota Air ................. 95
Tabel 3.14 Penilaian Sifat Penting Dampak Perubahan Persepsi Masyarakat.... 100
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
51
Gambar 1.1 Peta Lokasi Tambang Batu Bara
52
mempertajam kajian dalam studi AMDAL Penambangan Batu
Bara PT. Bhumi Siger.
• Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan
Rencana Tata Ruang
Berdasarkan Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang dan mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten
Way Kanan Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Way Kanan Tahun 2011 – 2031 lokasi
penambangan batu bara oleh PT. Bhumi Siger di Kecamatan
Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung
termasuk ke dalam Kawasan Budidaya Non Kehutanan/KBNK
artinya lahan tersebut sesuai dengan peruntukannya.
2. Komponen Geo-Fisik-Kimia
• Kualitas udara
53
• Kebisingan
• Transportasi darat / lalu lintas umum
3. Komponen Kesehatan Masyarakat
• Kesehatan masyarakat
2. Komponen Biologi
• Flora darat
• Fauna darat
• Biota air
3. Komponen sosial
• Kesempatan kerja
• Pendapatan masyarakat
54
1.1.3. Tahap Operasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap operasi adalah pembersihan lahan
utama tambang, pengupasan dan penimbunan puncak dan lapisan
batuan penutup serta proses kegiatan produksi tambang.
1. Komponen Geo-Fisik-Kimia
• Kualitas udara
• Debit air limpasan
• Erosi tanah
• Kualitas air permukaan
• Kebisingan
• Getaran
2. Komponen Biologi
• Flora darat
• Fauna dara
• Biota air
55
• Laju limpasan air permukaan
• Kualitas permukaan
2. Komponen Biologi
• Flora darat
• Fauna darat
• Biota air
3. Komponen Sosial
• Kesempatan kerja
• Pendapatan masyarakat
• Persepsi masyarakat
56
mengenai masyarakat, pendahuluan, rencana masyarakat
rencana konflik perubahan penambangan
kegiatan sosial, persepsi batu bara sebagai
secara kesempatan masyarakat pengembangan
transparan kerja, dan pemanfaatan
sesuai dengan pendapatan sumber daya.
keputusan masyarakat Berdasarkan hal
kepala tersebut kantor
Bapedal dinas lingkungan
hidup way kanan
dan dinas energi
dan sumber daya
mineral provinsi
lampung
bersama-sama
dengan PT.
Bhumi Siger
telah melakukan
pengurusan
perizinan yang
terkait dengan
kegiatan
penambangan
batu bara
Blambangan
Umpu Way
Kanan, baik
tingkat nasional,
provinsi,
maupun di
tingkat
57
kabupaten. Hasil
dari konsultasi
publik,
masyarakat pada
umumnya setuju
dengan adanya
rencana
penambangan
batu bara. Survei
pendahuluan
telah dilakukan
untuk menyusun
studi-studi yang
diperlukan.
Selama survey
tersebut, tidak
ada gangguan
dari pihak pihak
yang tidak setuju
dengan kegiatan
penambangan
batu bara
tersebut,
sehingga
dampak
perubahan
persepsi
masyarakat dari
kegiatan
perizinan dan
survei
58
pendahuluan
tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
II. Tahap Kontruksi
Pembersihan Melakukan Debit air, Peningkatan Meningkatnya Penurunan
lahan kegiatan peningkatan debit air debit air Kualitas
pembersihan erosi, limpasan, limpasan tidak Air
lahan non kualitas air peningkatan jauh melebihi
tambang permukaan, erosi tanah, debit limpasan
secara erosi tanah, penurunan sesuai kondisi
bertahap kualitas kualitas air rona awal.
sesuai udara permukaan Sehingga hal ini
dengan tidak menjadi
rencana dampak penting
kegiatan dan hipotetik.
mematuhi
SOP
III. Tahap Operasi
Pembersihan Melakukan Kualitas Penurunan Kualitas udara Penurunan
lahan kegiatan udara, debit kualitas ambient yang kualitas
tambang pembersihan air limpasan, udara, mengacu pada udara,
lahan erosi tanah, meningkatnya PP No. 41/1999 peningkatan
tambang kualitas air debit air yaitu SO2 erosi tanah
secara permukaan, limpasan, sebesar 0,9 mg/l,
bertahap kebisingan, peningkatan NO2 sebesar 0,4
sesuai getaran erosi tanah, mg/l, CO sebesar
dengan penurunan 30 mg/l dan
rencana kualitas air Debu (TSP)
kegiatan dan permukaan sebesar 0,23
59
mematuhi mg/l. Untuk
SOP mengurangi
kadar debu,
emisi gas SO2,
NO2, dan CO di
udara ambient
agar tidak
melampaui baku
mutu lingkungan
yang telah
ditetapkan.
Sehingga untuk
menghindari hal
tersebut
dilakukan
pengoperasian
peralatan sesuai
umur standar dan
melakukan
preventive
maintenance
terhadap
mesin/alat yang
digunakan secara
periodik. Namun
hal itu masih
perlu adanya
pemantauan.
Dengan
demikian
dampak ini
60
menjadi dampak
penting
hipotetik.
IV. Tahap Pasca Operasi
Pemeliharaan Melakukan Erosi dan Perubahan Laju erosi
dan kegiatan sedimentasi, erosi dan terkendali sesuai
reklamasi pemeliharaan laju sedimentasi, Keputusan
lahan bekas dan limpasan air perubahan Direktur
tambang reklamasi permukaan, laju limpasan Jenderal
lahan bekas kualitas air air Reboisasi dan
tambang permukaan permukaan, Rehabilitasi
secara perubahan Kementerian
bertahap dan kualitas air Kehutanan No.
selektif serta permukaan 041/Kpts/V/1998
mematuhi (<15
SOP ton/ha/tahun).
Dimana
dilakukan
pemantauan di
area rawan erosi
seperti di jalan
akses, tapak
sumur, dan
PLPTP.
Sehingga ini
tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
61
1.3 Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian
• Batas Pertambangan
Batas kegiatan pertambangan mencakup seluruh areal yang
diperuntukan kegiatan pertambangan di Blambangan Umpu Way
Kanan, provinsi Lampung seluas 300 Ha dengan titik koordinat wilayah
yaitu 104˚21’30” Bujur Timur dan 4˚30’0” Lintang Selatan.
• Batas Ekologis
Batas ekologis adalah ruang pesebaran area penambangan batu bara di
Blambangan Umpu Way Kanan dan perkiraan sebaran dampak suatu
rencana kegiatan yang akan terjadi. Sebaran dampak diperkirakan
bersumber dari perubahan kualitas tanah. Hal itu terjadi karena
hilangnya struktur dari tanah. Maka hal tersebut juga berpotensi
mempengaruhi air tanah.
• Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang disekitar rencana kegiatan pertambangan yang
merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang
62
mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk
sistem dan struktur sosial), sesuai dengan proses dinamika sosial
masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar
akibat pertambangan batu bara Blambangan Umpu Way Kanan.
Mengingat dampak lingkungan yang akan terjadi. Batas sosial meliputi
wilayah perkebunan masyarakat Blambangan Umpu Way Kanan.
• Batas Administratif
Batas administratif dimasukkan sebagai ruang dimana masyarakat dapat
secara leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Batas
ruang dimaksud berupa batas ruang secara administratif yaitu batas
administrasi Blambangan Umpu Way Kanan.
63
5. Kebijakan pemerintah tidak berubah
6. Sistem dan intensitas kegiatan tidak berubah
64
kualitas udara n jalan dengan frekuensi 1 bulan
tambang sekali. Dengan
direncanakan akan
dilakukan selama 6 bulan
4. Terganggunya Pembersihan 1 tahun Pemantauan dilakukan
biota air lahan dengan frekuensi 2 bulan
Pembanguna sekali. Dengan
n sarana dan direncanakan akan
prasarana dilakukan selama 1 tahun
penunjang
pembanguna
n jalan
tambang
Tahap Operasi
1. Penurunan Pembersihan 5 tahun Pemantauan dilakukan
kualitas udara lahan dengan frekuensi 6 bulan
Pengumpasa sekali. Dengan
n dan direncanakan akan
penimbunan dilakukan selama 5 tahun.
puncak dan
lapisan
batuan
penutup
2. Peningkatan erosi Pembersihan 5 tahun Pemantauan dilakukan
tanah lahan dengan frekuensi 6 bulan
Pengumpasa sekali. Dengan
n dan direncanakan akan
penimbunan dilakukan selama 5 tahun.
puncak dan
lapisan
65
batuan
penutup
3. Penurunan Pembersihan 5 tahun Pemantauan dilakukan
kualitas air lahan dengan frekuensi 6 bulan
permukaan sekali. Dengan
direncanakan akan
dilakukan selama 5 tahun.
4. Terganggunya Pembersihan 3 tahun Pemantauan dilakukan
biota air lahan dengan frekuensi 6 bulan
sekali. Dengan
direncanakan akan
dilakukan selama 3 tahun.
5. Peningkatan Pengumpasa 5 tahun Pemantauan dilakukan
kebisingan n dan dengan frekuensi 6 bulan
penimbunan sekali. Dengan
puncak dan direncanakan akan
lapisan dilakukan selama 5 tahun.
batuan
penutup
Tahap Pasca
Operasi
1. Perubahan Pelepasan 6 bulan Perubahan pendapatan
pendapatan tenaga kerja masyarakat akibat
masyarakat berhentinya kegiatan
penambangan akan
ditinjau selama 6 bulan.
2. Perubahan Pelepasan 6 bulan Perubahan persepsi
persepsi tenaga kerja masyarakat akibat
masyarakat Remediasi berhentinya kegiatan
penambangan dan
66
remediasi tanah.
Sehingga akan ditinjau
selama 6 bulan.
67
BAB II
DESKRIPSI RINCI
RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL
• Topografi
Daerah Blambangan Umpu sebagian besar memiliki topografi
bergelombang dan dataran tinggi, dengan adanya pembangunan
tambang batubara sebagian besar wilayah akan diratakan dan
dibersihkan sehingga sebagian kecil topografi Blambangan Umpu
yang bergelombang dan dataran tinggi akan berubah.
• Geologi
Endapan mineral belum banyak ditemukan sehingga besarnya
endapan bahan tambang belumbanyak diketahui secara pasti,
dengan kegiatan penambangan ini sebagian kecil sumber daya
mineral, batubara dan panas bumi provinsi Lampung akan
dipelajari dan dikembangkan.
68
• Tanah
Tekstur tanah daerah Blambangan Umpu yaitu beragam (halus,
lempung, kasar) umumnya perbukitan sedang jauh dari pantai
dan tidak berpotensi longsor karena pergerakan tanah yang
minim, perubahan
• Kegempaan
Kawasan Blambangan Umpu tidak berpotensi gempa karena
tercatan belum ada titik lokasi gempa berdekatan dengan lokasi
tersebut.
2. Komponen Biologi
1. Flora darat
Kawasan Blambangan Umpu merupakan kawasan pertanian dan
perkebunan besar dan dikenal dengan kawasan agraris, kegiatan
penambangan tidak terlalu berpengaruh terhadap flora flora yang
berada pada kawasan tersebut.
2. Fauna Darat
Kawasan Blambangan Umpu memiliki keberagaman fauna yang
sedikit dan juga tidak adanya jenis fauna yang harus dilindungi
pada wilayah Blambangan Umpu, sehingga kegiatan penambangan
dapat dilanjutkan.
1. Kondisi kesehatan
69
2. Mata pencaharian
3. Pendapatan
4. Fasilitas perekonomian
5. Norma – norma
6. Pendidikan
1. Kegiatan perdagangan
3. Kegiatan Bersosialisasi
70
BAB III
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
a. Sifat Dampak
71
6. Sifat berbalik (Reversible) atau tidak terbaliknya (Irreversible)
sebuah dampak.
72
lingkungan dan
berlangsung tidak lama
(hanya pada tahap
prakonstruksi & kontruksi)
4 Jumlah komponen L1 L2 L1 = Komponen
lingkungan lain yang lingkungan terkena
terkena dampak dampak primer
L2 = Komponen
lingkungan terkena
dampak sekunder dan
lanjutannya
5 Sifat kumulatif dampak K1 K2 K1 = Dampak kumulatif
K2 = Dampak tidak
kumulatif
6 Berbalik atau tidak B1 B2 B1 = Dampak tidak dapat
berbaliknya dampak berbalik
B2 = Dampak dapat
berbalik
7 Kriteria lain sesuai T1 T2 T1 = Teknologinya sudah
dengan perkembangan tersedia dan mudah
ilmu pengetahuan dan didapatkan
teknologi T2 = Teknologinya
tersedia tetapi mahal atau
sukar didapatkan atau
belum ada teknologi untuk
mengelolanya
Sifat Dampak Positif Penting
73
3.1.1 Tahap Pra Kontruksi
Berdasarkan uraian rencana kegiatan, maka komponen kegiatan prakiraan
dampak yang akan ditelaah pada tahap pra kontruksi adalah sebagai
berikut :
74
Penting
1. Jumlah manusia terkena P Jumlah manusia terkena
dampak dampak adalah masyarakat
yang berada di daerah
penambangan.
2. Luas wilayah persebaran P Sebaran dampak
dampak diperkirakan akan meliputi
daerah Blambangan Umpu,
Way Kanan, Provinsi
Lampung. Dimana akibat
pembebasan lahan.
3. Intensitas dan lamanya P Intensitas dampak terjadi
dampak berlangsung pada mulai awal hingga
akhir masa pasca kontruksi
selama 2 bulan.
4. Jumlah komponen P Komponen lingkungan lain
lingkungan lain yang yang akan terkena turunan
terkena dampak adalah komponen sosial
ekonomi berupa hilangnya
pendapatan masyarakat.
5. Sifat kumulatif dampak TP Dampak ini tidak bersifat
kumulatif
6. Berbalik atau tidak TP Dampak ini tidak bersifat
berbaliknya dampak berbalik
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Tidak ada kriteria lain
perkembangan ilmu terkait perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pengetahuan dan
teknologi.
Sifat Dampak Positif Penting
75
Berdasarkan hasil evaluasi kepentingan dampak memiliki ΣP = 4,
maka dampak ini bersifat penting.
2. Hilangnya pendapatan
Mata pencarian masyarakat yang menempati lahan recana
penambangan batu bara merupakan petani. Dengan adanya
pembebasan lahan, maka akan menghilangkan pendapatan
masyarakat tersebut. Hilangnya pendapatan terjadi akibat perubahan
pekerjaan masyarakat yang terkena pembebasan lahan. Penentuan
sifat penting dampak dilakukan dengan mendasarkan pada 7 kriteria
penentu tingkat kepentingan dampak disajikan pada tabel berikut :
76
komponen sosial
ekonomi berupa hilang
pendapatan masyarakat.
5. Sifat kumulatif dampak TP Dampak ini tidak bersifat
kumulatif.
6. Berbalik atau tidak TP Dampak ini tidak bersifat
berbaliknya dampak berbalik.
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Tidak ada kriteria lain
perkembangan ilmu terkait perkembangan
pengetahuan dan teknologi ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Sifat Dampak Positif Penting
Berdasarkan hasil evaluasi kepentingan dampak memiliki ΣP = 4,
maka dampak ini bersifat penting.
77
kerja dan indikator ketenagakerjaan lainnya pada kondisi tanpa
kegaiatan adalah sebagai berikut :
- Penduduk usia kerja = 4904 orang
- Penduduk bekerja = 1043 orang
- TKK TP-2020 = (penduduk kerja : penduduk usia
kerja) x 100%
= (1043 : 4904) x 100%
= 21,27%
Berdasarkan rincian di atas diketahui bahwa dengan TPAK
21,27% artinya dari 100 penduduk, sebanyak 22 orang
tersedia/telah bekerja di berbagai sektor.
• Kondisi lingkungan dengan kegiatan
Kondisi lingkungan dengan kegiatan ini menggambarkan
kondisi tingkat kesempatan kerja dengan adanya kegiatan
rekrutmen tenaga kerja kontruksi. Pada kegiatan pengembangan
akan meningkatkan kesempatan tenaga kerja sejumlah 300
orang untuk beberapa posisi pekerjaan dalam kegiatan kontruksi
dan tak hanya itu namun kegiatan penambangan berikutnya.
Peluang kerja sebagai tenaga kerja kontruksi tersebut akan
menambah jumlah penduduk yang bekerja dan meningkatkan
persentase tingkat kesempatan kerja. Apabila diperkirakan
sebanyak 1000 orang penduduk Blambangan Umpu direkrut
menjadi tenaga kontruksi dan kegiatan penambangan maka
kondisi tingkat kesempatan kerja dan indikator ketenagakerjaan
lainnya pada saat adanya kegiatan rekrutmen tenaga kerja
kontruksi adalah sebagai berikut :
- Penduduk usia kerja = 4904 orang
- Penduduk bekerja = 1043 orang + 1000 orang
= 2043 orang
- TKK TP-2020 = (penduduk kerja : penduduk usia
kerja) x 100%
78
= (2043 : 4904) x 100%
= 41,66%
Adanya rekrutmen tenaga kerja kontruksi dan penambangan
telah mempengaruhi tingkat partisipasi angkatan kerja menjadi
41,66%. Besarnya perubahan tingkat kesempatan kerja pada
tahap kontruksi tersebut adalah :
∆ TKK 2020 = TKK DP – TKK TP
= 41,66 % - 21,27%
= 20,39%
Berdasarkan uraian di atas, maka besar perubahan tingkat partisipasi
angkatan kerja adalah 20,39%. Dampak penyerapan tenaga kerja
kontruksi ini akan meningkatkan pendapatan para pekerja dan
membuka peluang besar kesempatan kerja bagi warga Blambangan
Umpu, Way Kanan. Penentuan sifat penting dampak dilakukan
dengan mendasarkan pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan
dampak disajikan pada tabel berikut :
Tabel 3.4 Penilaian Sifat Penting Dampak
Meningkatnya Kesempatan Kerja
No. Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan
1. Jumlah manusia terkena P Jumlah manusia
dampak terkena dampak adalah
akibat adanya
penambangan di
Blambangan Umpu,
Way Kanan, Provinsi
Lampung.
2. Luas wilayah persebaran P Sebaran dampak
dampak diperkirakan akan
meliputi wilayah
penambangan yaitu
79
Blambangan Umpu,
Way Kanan, Provinsi
Lampung.
3. Intensitas dan lamanya P Intensitas dampak
dampak berlangsung akan terjadi pada
mulai awal kontruksi
hingga akhir masa
kontruksi.
4. Jumlah komponen P Komponen lingkungan
lingkungan lain yang lain yang akan terkena
terkena dampak turunan adalah
komponen sosial
ekonomi berupa
tingkat pendapatan
pekerja.
5. Sifat kumulatif dampak TP Dampak ini tidak
bersifat kumulatif.
6. Berbalik atau tidak TP Dampak itidak bersifat
berbaliknya dampak berbalik.
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Tidak ada kriteria lain
perkembangan ilmu terkait perkembangan
pengetahuan dan teknologi ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Sifat Dampak Positif Penting
80
2. Penurunan kualitas air permukaan
Pada tahap kontruksi terjadi penurunan kualitas air permukaan akibat
kegiatan penambangan. Untuk air buangan di aout let settling pond
mengacu pada KepMenLH 51/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Industri yaitu TSS = maks. 300 mg/l. Penentuan sifat penting
dampak dilakukan dengan mendasarkan pada 7 kriteria penentu
tingkat kepentingan dampak disajikan pada tabel berikut :
81
penambangan
berlangsung.
4. Jumlah komponen P Komponen lingkungan
lingkungan lain yang lain yang terkena
terkena dampak turunan adalah
kesehatan masyarakat
serta sikap dan
persepsi masyarakat.
5. Sifat kumulatif dampak P Dampak ini dapat
terakumulasi dengan
dampak keresahan
masyarakat sehingga
dapat memicu dampak
yang lebih besar.
6. Berbalik atau tidak TP Dampak dapat
berbaliknya dampak dipulihkan dengan
cara melakukan
penyiraman secara
rutin untuk
mengurangi paparan
debu.
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Tidak memerlukan
perkembangan ilmu penerapan teknologi
pengetahuan dan teknologi tinggi, cukup
menyiapkan alat
penyiraman.
Sifat Dampak Positif Penting
82
3. Penurunan Kualitas Udara
Pengangkutan material keperluan penambangan dengan jumlah truk
pengangkut sekitar 200 truk yang berlangsung selama 321 hari (5
unit/hari). Selain itu akibat untuk pembuatan jalan akses juga.
Sehingga sumber dampak adanya CO, SO2, dan NO2 disebabkan
oleh emisi gas buang kendaraan. Kegiatan pembangunan jalan
tambang diperkirakan akan menimbulkan debu. Mobil tersebut
mengeluarkan asap kendaraan, sehingga menyebabkan polusi udara
yang bertambah banyak dan hal tersebut membuat masayarakat
menjadi tidak nyaman. Hal tersebut juga meningkatkan suhu di
daerah sekitar, hal itu disebabkan oleh asap dan mesin dari mobil
alat berat tersebut.
• Proses kontruksi ini akan mengakibatkan terjadniya paparan
debu ke lingkungan sekitar. Volume material bongkar dihitung
berdasarkan as built drawing diperkirakan sekitar 200.000 m3.
Kondisi rona awal kualitas udara parameter debu pada saat
sebelum adanya kegiatan penambangan adalah sebesar 100
μg/Nm3 . Pada saat kegiatan penambangan berlangsung
diperkirakan akan ada peningkatan parameter debu.
• Kecepatan partikel jatuh ke permukaan tanah ditentukan dengan
persamaan :
V = gpp(dp)2/18 μa
Dimana :
Dp = Diameter partikel debu = 40 μm
g = Percepatan gravitasi = 9,8 m/det2
pp = Densitas partikel debu = 144,14 lb/ft3
μa = Viskositas udara = 0,0000121 lb/ft-det
Dengan menggunakan data dan persamaan di atas, maka
kecepatan partikel jatuh adalah 0,3665 ft/det. Waktu yang
diperlukan untuk partikel jatuh dengan beda ketinggian
83
bangunan yang dibongkar dengan permukaan tanah adalah 4
meter (13,12 ft) adalah:
t = (13,12ft):0,3665 ft/det = 35,79 det
Maka, jarak horizontal partikel jatuh adalah:
S = (lamanya waktu partikel jatuh) x (kecepatan angin)
= 35,79 det x 5,33 m/det
= 190 m
Penentuan sifat penting dampak dilakukan dengan mendasarkan
pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak disajikan pada
tabel berikut :
84
berlangsung.
4. Jumlah komponen P Komponen lingkungan
lingkungan lain yang lain yang terkena
terkena dampak turunan adalah
kesehatan masyarakat
serta sikap dan
persepsi masyarakat.
5. Sifat kumulatif dampak P Dampak ini dapat
terakumulasi dengan
dampak keresahan
masyarakat sehingga
dapat memicu dampak
yang lebih besar.
6. Berbalik atau tidak TP Dampak dapat
berbaliknya dampak dipulihkan dengan
cara melakukan
penyiraman secara
rutin untuk
mengurangi paparan
debu.
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Tidak memerlukan
perkembangan ilmu penerapan teknologi
pengetahuan dan teknologi tinggi, cukup
menyiapkan alat
penyiraman.
Sifat Dampak Positif Penting
85
4. Terganggunya biota air
Pada tahap kontruksi, terdapat proses pembersihan lahan dan
pembangunan sarana dan prasarana penunjang pembangunan jalan
tambang. Pada tahap ini terjadi penurunan keanekaragaman jenis dan
kelimpahan biota air. Penentuan sifat penting dampak dilakukan
dengan mendasarkan pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan
dampak disajikan pada tabel berikut :
86
pembangunan jalan
tambang.
4. Jumlah komponen P Komponen lingkungan
lingkungan lain yang lain yang akan terkena
terkena dampak turunan adalah
komponen ekosistem
berupa berkurangnya
biota air.
5. Sifat kumulatif dampak TP Dampak ini tidak
bersifat kumulatif.
6. Berbalik atau tidak TP Dampak itidak bersifat
berbaliknya dampak berbalik.
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Tidak ada kriteria lain
perkembangan ilmu terkait perkembangan
pengetahuan dan teknologi ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Sifat Dampak Negatif Penting
Berdasarkan hasil evaluasi kepentingan dampak memiliki ΣP = 3,
maka dampak ini bersifat tidak penting.
87
masayarakat menjadi tidak nyaman. Hal tersebut juga meningkatkan
suhu di daerah sekitar.
• Proses kontruksi ini akan mengakibatkan terjadniya paparan
debu ke lingkungan sekitar. Volume material alat dihitung
berdasarkan as built drawing diperkirakan sekitar 200.000 m3.
Kondisi rona awal kualitas udara parameter debu pada saat
sebelum adanya kegiatan penambangan adalah sebesar 100
μg/Nm3 . Pada saat kegiatan penambangan berlangsung
diperkirakan akan ada peningkatan parameter debu.
• Kecepatan partikel jatuh ke permukaan tanah ditentukan dengan
persamaan :
V = gpp(dp)2/18 μa
Dimana :
Dp = Diameter partikel debu = 40 μm
g = Percepatan gravitasi = 9,8 m/det2
pp = Densitas partikel debu = 144,14 lb/ft3
μa = Viskositas udara = 0,0000121 lb/ft-det
Dengan menggunakan data dan persamaan di atas, maka
kecepatan partikel jatuh adalah 0,3665 ft/det. Waktu yang
diperlukan untuk partikel jatuh dengan beda ketinggian
bangunan yang dibongkar dengan permukaan tanah adalah 4
meter (13,12 ft) adalah:
t = (13,12ft):0,3665 ft/det = 35,79 det
Maka, jarak horizontal partikel jatuh adalah:
S = (lamanya waktu partikel jatuh) x (kecepatan angin)
= 35,79 det x 5,33 m/det
= 190 m
Kualitas udara ambient yang mengacu pada PP No. 41/1999 yaitu
SO2 sebesar 0,9 mg/l, NO2 sebesar 0,4 mg/l, CO sebesar 30 mg/l dan
Debu (TSP) sebesar 0,23 mg/l. Untuk mengurangi kadar debu, emisi
gas SO2, NO2, dan CO di udara ambient agar tidak melampaui baku
88
mutu lingkungan yang telah ditetapkan. Sehingga untuk menghindari
hal tersebut dilakukan pengoperasian peralatan sesuai umur standar
dan melakukan preventive maintenance terhadap mesin/alat yang
digunakan secara periodik. Namun hal itu masih perlu adanya
pemantauan. Penentuan sifat penting dampak dilakukan dengan
mendasarkan pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak
disajikan pada tabel berikut :
89
tahap kontruksi
penambangan
berlangsung.
4. Jumlah komponen P Komponen lingkungan
lingkungan lain yang lain yang terkena
terkena dampak turunan adalah
kesehatan masyarakat
serta sikap dan
persepsi masyarakat.
5. Sifat kumulatif dampak P Dampak ini dapat
terakumulasi dengan
dampak keresahan
masyarakat sehingga
dapat memicu dampak
yang lebih besar.
6. Berbalik atau tidak TP Dampak dapat
berbaliknya dampak dipulihkan dengan
cara melakukan
penyiraman secara
rutin untuk
mengurangi paparan
debu.
7. Kriteria lain sesuai dengan P Tidak memerlukan
perkembangan ilmu penerapan teknologi
pengetahuan dan teknologi tinggi, cukup
menyiapkan alat
penyiraman.
Sifat Dampak Positif Penting
90
Berdasarkan hasil evaluasi kepentingan dampak memiliki ΣP = 5,
maka dampak ini bersifat penting.
91
3. Intensitas dan lamanya P Intensitas dampak
dampak berlangsung terjadi pada saat tahap
operasi penambangan
berlangsung.
4. Jumlah komponen P Komponen lingkungan
lingkungan lain yang lain yang terkena
terkena dampak turunan adalah
kesehatan masyarakat
serta sikap dan
persepsi masyarakat.
5. Sifat kumulatif dampak TP Dampak ini dapat
terakumulasi dengan
dampak keresahan
masyarakat sehingga
dapat memicu dampak
yang lebih besar.
6. Berbalik atau tidak TP Dampak dapat
berbaliknya dampak dipulihkan dengan
cara melakukan pada
saat tidak hujan dan
dilakukan secara
bertahap.
7. Kriteria lain sesuai dengan P Tidak ada kriteria lain
perkembangan ilmu terkait perkembangan
pengetahuan dan teknologi ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Sifat Dampak Positif Penting
92
3. Penurunan kualitas air permukaan
Kegiatan operasional penambangan menyebabkan kualitas air
permukaan menjadi menurun. Dimana dilihat dari kondisi fisik yang
mengalami perubahan warna pada air permukaan. Sehingga untuk air
buangan di aout let settling pond mengacu pada KepMenLH 51/1995
tentang Baku Mutu Limbah Cair Industri yaitu TSS = maks. 300
mg/l. Oleh karena itu adanya pemantauan dan penangan secara
berkala. Penentuan sifat penting dampak dilakukan dengan
mendasarkan pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak
disajikan pada tabel berikut :
93
dapat belanjut jika
tidak ditangani.
4. Jumlah komponen P Komponen lingkungan
lingkungan lain yang lain yang terkena
terkena dampak turunan adalah
kesehatan masyarakat
serta sikap dan
persepsi masyarakat.
5. Sifat kumulatif dampak TP Dampak ini dapat
terakumulasi dengan
dampak keresahan
masyarakat sehingga
dapat memicu dampak
yang lebih besar.
6. Berbalik atau tidak TP Dampak dapat
berbaliknya dampak dipulihkan dengan
cara melakukan
penyiraman secara
rutin untuk
mengurangi paparan
debu.
7. Kriteria lain sesuai dengan P Tidak memerlukan
perkembangan ilmu penerapan teknologi
pengetahuan dan teknologi tinggi, cukup
menyiapkan alat
penyiraman.
Sifat Dampak Positif Penting
94
4. Terganggunya biota air
Pada tahap operasi, terdapat proses pembersihan lahan . Dimana
pada tahap ini terjadi penurunan keanekaragaman jenis dan
kelimpahan biota air. Penentuan sifat penting dampak dilakukan
dengan mendasarkan pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan
dampak disajikan pada tabel berikut :
95
5. Sifat kumulatif dampak TP Dampak ini tidak bersifat
kumulatif.
6. Berbalik atau tidak TP Dampak itidak bersifat
berbaliknya dampak berbalik.
7. Kriteria lain sesuai TP Tidak ada kriteria lain
dengan perkembangan terkait perkembangan ilmu
ilmu pengetahuan dan pengetahuan dan
teknologi teknologi.
Sifat Dampak Negatif Penting
Berdasarkan hasil evaluasi kepentingan dampak memiliki ΣP = 3,
maka dampak ini bersifat tidak penting.
5. Peningkatan kebisingan
Kegiatan penambangan ini menyebabkan terjadi peningkatan
kebisingan. Hal itu muncul dari kegiatan operasi dari alat-alat yang
digunakan di kegiatan penambangan. Sehingga akibat pengumpasan
dan penimbunan puncak dan lapisan batuan penutup terjadilah
peningkatan kebisingan. Peningkatan kebisingan ini akan berdampak
pada kesehatan masyarakat sekitar dan para karyawan di lokasi
penambangan. Sehingga mewajibkan karyawan menggunakan APD
lengkap dan melakukan penanaman pohon. Serta pengoperasian alat
sesuai umur standar. Namun hal itu tentu masih perlu pemantauan.
Penentuan sifat penting dampak dilakukan dengan mendasarkan
pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak disajikan pada
tabel berikut :
96
terkena dampak dampak yaitu orang yang
berada di daerah
pertambangan batu bara di
Blambanngan Umpu, Way
Kanan, Provinsi Lampung.
2. Luas wilayah P Sebaran dampak adalah
persebaran dampak seluas area yang dilalui
akibat pengumpasan dan
penimbunan puncak dan
lapisan batuan penutup
pada tahap operasi.
3. Intensitas dan lamanya TP Intensitas dampak terjadi
dampak berlangsung pada saat tahap
pengumpasan dan
penimbunan puncak dan
lapisan batuan penutup
pada tahap operasi.
4. Jumlah komponen P Komponen lingkungan
lingkungan lain yang lain yang terkena turunan
terkena dampak adalah kesehatan
masyarakat serta sikap dan
persepsi masyarakat.
5. Sifat kumulatif dampak P Dampak ini dapat
terakumulasi dengan
dampak keresahan
masyarakat sehingga dapat
memicu dampak yang
lebih besar.
6. Berbalik atau tidak TP Dampak dapat dipulihkan
berbaliknya dampak dengan cara melakukan
97
penurunan alat dengan
hati-hati dan memberi
pembatas agar kedap udara
untuk mengurangi
kebisingan.
7. Kriteria lain sesuai TP Tidak memerlukan
dengan perkembangan penerapan teknologi
ilmu pengetahuan dan tinggi, cukup menyiapkan
teknologi alat pembatas dengan seng
daerah yang akan
dijadikan penambangan.
Sifat Dampak Positif Penting
Berdasarkan hasil evaluasi kepentingan dampak memiliki ΣP = 4,
maka dampak ini bersifat penting.
98
kegiatan pelepasan tenaga kerja di tahap pasca operasi ini. Namun
hal itu dilakukan secara bertahap.
Penentuan sifat penting dampak dilakukan dengan mendasarkan
pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak disajikan pada
tabel berikut :
99
5. Sifat kumulatif TP Dampak ini tidak bersifat
dampak kumulatif.
6. Berbalik atau tidak TP Dampak itidak bersifat
berbaliknya dampak berbalik.
7. Kriteria lain sesuai TP Tidak ada kriteria lain
dengan perkembangan terkait perkembangan ilmu
ilmu pengetahuan dan pengetahuan dan
teknologi teknologi.
Sifat Dampak Positif Penting
Berdasarkan hasil evaluasi kepentingan dampak memiliki ΣP = 4,
maka dampak ini bersifat penting.
100
1. Jumlah manusia P Jumlah manusia terkena
terkena dampak dampak adalah masyarakat
yang berada di daerah
penambangan.
2. Luas wilayah P Sebaran dampak
persebaran dampak diperkirakan akan meliputi
daerah Blambangan
Umpu, Way Kanan,
Provinsi Lampung.
Dimana akibat
pembebasan lahan.
3. Intensitas dan lamanya P Intensitas dampak terjadi
dampak berlangsung pada pelepasan tenaga
kerja dan dilakukannya
remediasi akibat
berhentinya kegiatan
penambangan.
4. Jumlah komponen P Komponen lingkungan
lingkungan lain yang lain yang akan terkena
terkena dampak turunan adalah komponen
sosial ekonomi berupa
hilang pendapatan
masyarakat.
5. Sifat kumulatif TP Dampak ini tidak bersifat
dampak kumulatif
6. Berbalik atau tidak TP Dampak ini tidak bersifat
berbaliknya dampak berbalik
7. Kriteria lain sesuai TP Dilakukan remediasi
dengan perkembangan akibat berhentinya
ilmu pengetahuan dan kegiatan penambangan
101
teknologi untuk memulihkan kondisi
lingkungan.
Sifat Dampak Positif Penting
102
BAB IV
EVALUASI SECARA HOLISTIK
TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN
103
setelah ada kegiatan. Lalu hasil besaran dampak digunak untuk
mengevaluasi tingkat kepentingan dampak.
b) Untuk mengukur apakah dampak masuk kategor dampak Penting (P)
atau Tidak Penting (TP) dilakukan dengan mnggunakan 7 kriteria
penting dampak sesuai pasal 22 ayat (2) tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan dijabarkan dalam
penjelasan pasl 3 ayat (1) PP 27 Tahun 2012 tentang Izin lingkunngan.
3) Diluar kriteria no.1 dan 2, tetapi hasil prakiraan besar dampak melebihi
baku mutu, maka termasuk kategori dampak besar dan penting.
104
Bila dampak yang disimpulkan merupakan dampak penting maka dampak-
dampak tersebu dijadikan dasar dalam penyusunan Rencana Pengelolaan
Lingkungan hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan hidup
(RPL).
105
Tabel 4.1 Matrik Evaluasi Dampak Penting
Operas
Komponen Pra Kontruksi Kontruksi Pra Operasi
i Keterangan
Lingkungan
1 2 3 4 1 2 3 1 2 1 2 3
Komponen Geo
Tahap Pra Kontruksi
Fisik Kimia
✓ 1. Sosialisasi/Konsultasi
Kualitas Udara P P P
Publik
✓
Kebisingan P 2. Pembebasan Lahan
Transportasi Darat/ ✓ 3. Penerimaan Tenaga
Lalu Lintas Umum Kerja
Debit Air Limpasan 4. Mobilisasi Peralatan
✓ ✓
✓
Peningkatan Erosi Tahap Kontruksi
Kualitas Air
P P P P 1. Pembersihan Lahan
Permukaan ✓
2. Pembangunan Sarana
Erosi Tanah P P
✓ dan Prasarana Penunjang
✓ 3. Pembangunan Jalan
Getaran
Tambang
✓
Erosi dan Sedimentasi Tahap Operasi
Laju Limpasan Air 1. Pembersihan Lahan
✓
Permukaan Tambang
2. Pengumpasan dan
Komponen Biologi Penimbunan Puncak dan
Lapisan Batuan Penutup
✓
Flora Darat Tahap Pra Operasi
✓ ✓
✓ ✓
Fauna Darat 1. Rehabilitasi
✓
✓ 2. Pelepasan Tenaga
Biota Air P P P P
Kerja
Komponen Sosial 3. Remediasi
Sikap dan Persepsi ✓ ✓
✓
Masyarakat
✓
Konflik Sosial
✓
✓ ✓
Kesempatan Kerja P
Pendapatan ✓
P ✓ P
Masyarakat ✓
Persepsi Masyarakat P P P P
✓
Komponen
Kesehatan
Masyarakat
Kesehatan ✓ ✓
Masyarakat ✓ ✓ ✓
P = Dampak Penting
Hipotetik
✓ = Dampak Penting
Kosong = Dampak Tidak
Penting
106
sikap dan persepsi positif masyarakat khususnya masyarakat kecamatan
Blambangan Umpu. Disanmping itu ada harapan dari masyarakat
diantaran menyangkut peluang pekerjaan yang tercipta, Kegiatan
sosialisasi ini akan berdampak positif pada sikap dan persepsi
masyarakatterhadap proyek. Selain itu, sosialisasi ini juga menjadi media
antara pemrakarsa dan masyarakat untuk mencapai kesepakatan dan
mendapat informasi yang jelas.
107
menyebabkan penurunan kualitas air di tapak proyek. Dampak lain yang
diperkirakan terjadi adalah lebih terbukanya peluang berusaha bagi
warga masyarakat, baik secara formal maupun non-formal.
1) Pendekatan Teknologi
Pendekatan ini ditempuh berkenaan denngan dampak penting yang
ditimbulkan membutuhkan peran teknologi untuk meminimalisasi
potensi keberlanjutan dampak menjadi semakin besar dan penting.
Aktifitas konstruksi diperkirakan perlu mendapat perhatian penting
108
dalam upaya pengendalian dampak penting yang berlanjut, karean pada
aktifitas konstruksi kebutuhan terhadap peralatan dan teknologi
konstruksi dibutuhkan dalam skala yang besar.
3) Pendekatan Institusi
Pendekatan Institusi ditempuh dalam pengelolaan lingkungan hidup
dengan mempertimbangkan kemampuan dan ketersediaan sumber daya
manusia.Pendekatan institusi ditempuh khususnya terkait dengan
perangkat kelurahan dan instansi pemerintah terkait.
109
ini memenuhi kriteria berdasarkan hasil evaluasi dampak penting dengan
memperhatikan arahan pengelolaan dan pemantuan lingkungan hidup.
110
1. Pemanfaatan lahan tidak melanggar ketentuan peruntukan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Lampung.
3. Tidak ada alternatif lain yang ditempuh karena lokasi, dan pendekatan
sosial ekonomi dan institusi yang diterapkan secara jelas terjabarkan
dalam kerangka kajian/ telaahan;
111
7. Komitmen pemrakarsa untuk melaksanakan arahan pengelolan
lingkungan dan tertuang dalam dokumen rencana pengelolaan
lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup.
8. Kelayakan lingkungan hidup ini sebagai satu satu kesatuan yang tidak
terpisahkan sebagai pernyataan yang jelas dan lugas terhadap kelayakan
Pembangunan Komplek Pertokoan dan Pergudangan PT. Bumi Siger
terhadap lingkungan hidup. Dengan kata lain kesimpulan kelayakan
lingkungan hidup ini akan diformulasikan dan ditetapkan berdasarkan
hasil evaluasi dampak dan arahan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup yang direkomendasikan.
112
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Way Kanan
Kecamatan Blambangan Umpu Tahun 2018.
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Aprillia Magdalena 118250040
Muhammad Fadillah 118250036
Octria Grace 118250034
Rahmah 118250039
Yuliana Daulay 118250032
4.1.2 Tahap Kontruksi Untuk Kegiatan Penambangan Batu Bara .............. 134
4.1.3 Tahap Operasi Untuk Kegiatan Penambangan Batu Bara .................. 134
4.2.4 Tahap Pra Operasi Untuk Kegiatan Penambangan Batu Bara ............ 134
DAFTAR PUSTAKA
i
DAFTAR TABEL
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Batu bara telah menempati posisi yang strategis sebagai komoditi dan
sumber energi, pemanfaatannya semakin beragam dan meluas seiring dengan
herga minyak bumi yang melambung tinggi. Peningkstsn produksi pada lahan
yang telah mengantongi ijin eksploitasi serta eksplorasi pada lahan potensi baru
merupakan jawaban terhadap kebutuhan permintaan batu bara yang semakin
meningkat, baik dari pasar intenasional maupun domestik. Perkembangan
teknologi mesin pembangkit juga telah mengalami kemajuan sebagai jawaban
tantangan terhadap spesifikasi kualitas batu bara yang beragam.
Isu perubahan iklim merupakan fenomena global yang sudah mulai terasa
dampaknya bagi umat manusia. Diperlukan beberapa upaya untuk mengurangi
laju perubahan iklim, dimana bukan hanya penurunan gas rumah kaca namun
penting adalah upaya untuk berapdatasi terhadap perubahan perubahan iklim yang
harus dilakukan secara terintegritas oleh pemerintah, pihak industri dan
masyarakat umum. Upaya mitigasi yang dilakukan antara lain sektor energi,
transportasi, dan industri dengan cara mengganti bahan bakar dengan yang lebih
bersih dan ramah lingkungan, menghemat penggunaan bahan bakar, serta
menggunakan peralatan atau mesin yang lebh hemat. Selain itu upaya adaptasi
juga harus dilakukan di sektor pertanian, perikanan, infrastruktur, kehutanan, serta
kesehatan yang rentan terhadap perubahan iklim.
113
Sektor pertambangan yang dalam aktivitas menggunakan alat transportasi
dan adanya bukaan lahan yang cukup luas memberikan dampak terhadap isu
perubahan secara terus menerus selama berlangsungnya kegiatan dan akan
berdampak terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya.
114
dalam pelaksanaan kegiatan penambangan batu bara yang berwawasan
lingkungan.
1.2.1 Maksud
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) meruapakan rencana
tindak lanjut untuk mengelola dampak penting yang ditimbulkan oleh aktivitas
proyek, sedangkan encana Peemantauan Lingkungan Hidup (RPL) merupakan
piranti untum memantau hasil pengelolaan lingkungan tersebut. Dengan demikian
penyusunan RKL dan RPL ini dimaksudkan untuk :
1.2.2 Tujuan
Maksud penyusunan RKL-RPL adalah mengendalikan dampak penting
agar sesuai dengan noma, standar, prosedur, dan kriteria yang berlaku Oleh karena
115
itu sesuai dengan maksud penyusunan RKL dan RPL Maka tujuan penyusunan
rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup tersebut adalah sebagai
berikut :
116
1.3 Kebijakan Lingkungan
PT. Bhumi Siger memiliki komitmen yang tinggi terhadap program K3LL
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lindungan Lingkungan). Perusahaan
menetapkan standar yang tinggi dalam penerapkan program K3LL untuk
memastikan bahwa semua area operasi adalah tempat yang proaktif dan aman bagi
para pemangku kepentingan (stakeholder). Perusahaan berkomitmen secara
proaktif untuk melindungi keselamatan dan kesehatan manusia serta lindungan
lingkungan. Untuk terus meningkatkan kinerja program K3LL, perusahaan
secara rutin meninjau secara berkala terhadap kebijakan, program, prosedur,
melakukan audit maupun inspeksi terhadap kegiatan serta melakukan identifikasi
potensi bahaya sehingga bahaya dapat dicegah dan diminimalisasi untuk
mengurangi kecelakaan serta meningkatkan kepatuhan kerja.
117
• Berkomunikasi secara terbuka dengan karyawan, persediaan dan
semua pemangku kepentingan untuk terus meningkatkan standar K3LL.
• Mengikuti prosedur tertulis untuk risiko tinggi atau situasi yang tidak
biasa.
• Melibatkan orang yang tepat dalam keputusan yang mempengaruhi
prosedur K3LL dan peralatan.
• Memastikan bahwa setiap karyawan memahami bahwa memiliki tugas
untuk mencegah kecelakaan dan memberikan tempat yang aman dan
sehat dalam setiap area kegiatan.
118
dengan lingkungan sosial di sekitarnya melalui hubungan timbal balik
yang saling menguntungkan.
• Mendapatkan informasi lingkungan yang lengkap dari hasil
pelaksanaan program K3LL, dalam upaya meminimalkan kerusakan/
kerugian terhadap kerusakan/ hilangnya peralatan maupun material serta
penurunan kualitas lingkungan hidup sehingga dapat lebih menjamin
kelangsungan hidup proyek secara berkelanjutan.
• Mendapatkan informasi lingkungan yang lengkap dari hasil
pembinaan hubungan yang selaras dan serasi antara kegiatan proyek
dengan lingkungan hidup sekitarnya dan secara khusus antara proyek
dengan lingkungan sosial di sekitarnya melalui hubungan timbal balik
yang saling menguntungkan.
119
• Mendapatkan informasi lingkungan yang lengkap yang dapat menjadi
acuan penyusunan perencanaan pembangunan daerah dan penataan tata
ruang kawasan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan kawasan,
sehingga selain mendapatkan manfaat ekonomi, tetapi juga mendapatkan
tata kehidupan masyarakat yang serasi dengan lingkungan hidupnya.
Pemerintah daerah tetap dapat menyelenggarakan fungsi pemerintahan dan
pembangunan secara optimal, yang menjamin keamanan, keselamatan dan
kenyamanan masyarakat di Panjang, Kota Bandar Lampung.
120
BAB II
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL)
121
persepsi membayar Kanan dan
negatif kompensasi Kecamatan
terhadap 3. Menindaklanjuti Blambangan
pembebasan aspirasi Umpu,
lahan dan masyarakat adat Pemerintah
penerimaan terkait dengan Blambangan
tenaga kerja pembebasan Umpu.
lahan serta 3. Instansi
penerimaan Penerima
tenaga kerja Laporan: Dinas
4. Penyampaian Pertambangan
informasi dan Energi dan
tentang Badan
keberadaan Lingkungan
lowongan kerja Hiudp Daerah
dan kualifikasi Kab. Way
kebutuhan Kanan, Dinas
tenaga kerja Pertambangan
untuk dan Energi
pelaskanaan Provinsi
proyek Lampung dan
penambangan Badan
batu bara. Lingkungan
Hidup Provinsi
Lampung.
2. Hilangnya Pembebasan Sumber 1. Penetapan Desa Selama tahap 1. Instansi
Pendapatan Lahan pendapatan tingkat upah/ Blambangan pra-konstruksi Pelaksana: PT.
yang berasal gaji sesuai Umpu, yaitu selama 2 Bhumi Siger
dari sektor dengan KHL Kecamatan bulan. 2. Instansi
pertanian (Kebutuhan Blambangan Pengawas:
akibat Hidup Layak) Umpu, Dinas
pembebasan 2. Melakukan Kabupaten Pertambangan
lahan kegiatan Way Kanan. dan Energi
pemberdayaan Kabupaten Way
ekonomi Kanan, Badan
masyarakat Lingkungan
Hidup Daerah
kabupaten Way
Kanan dan
Kecamatan
Blambangan
Umpu, serta
Pemerintah
Blambangan
Umpu.
3. Instansi
Penerima
Laporan: Dinas
Pertambangan
dan Energi dan
Badan
Lingkungan
Hidup Daerah
122
Kab. Way
Kanan, Dinas
Pertambangan
dan Energi
Provinsi
Lampung dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Lampung
Tahap Konstruksi
1. Meningkatny Pembangun Jumlah tenaga 1. Memberikan Desa Selama tahap 1. Instansi
a Kesempatan an Sarana kerja lokal informasi Blambangan konstruksi yaitu Pelaksana: PT.
Kerja dan yang dapat tentang peluang Umpu, selama 1 tahun. Bhumi Siger
Prasarana diserap dalam kerja secara Kecamatan 2. Instansi
Penunjang pelaksanaan transparan Blambangan Pengawas: Dinas
konstruksi kepada Umpu, Pertambangan
masyarakat Kabupaten dan Energi
2. Memprioritaska Way Kanan. Kabupaten Way
n tenaga kerja Kanan, Dinas
lokal Tenaga Kerja dan
3. Memberikan Transmigrasi
upah/gaji Kab. Way Kanan,
minimal sebesar Dinas Sosial Kab.
upah minimum Way Kanan dan
kerja provinsi Kec. Blambangan
Lampung yang Umpu.
berlaku 3. Instansi Penerima
4. Mengikutsertaka Laporan: Dinas
n semua pekerja Pertambangan
dalam asuransi dan Energi dan
tenaga kerja dan Badan
memberikan Lingkungan
hak-hak pekerja Hiudp Daerah
sesuai aturan Kab. Way Kanan,
peraturan tenaga Dinas
kerja yang Pertambangan
berlaku dan Energi
5. Melakukan Provinsi
kordinasi/ Lampung dan
kerjasama Badan
dengan Dinas Lingkungan
Tenaga Kerja Hidup Provinsi
dan Lampung.
Transmigrasi
setempat, aparat
desa, dan
kecamatan
2. Penurunan Pembersiha Untuk air 1. Pelaksanaan Desa Selama tahap 1. Instansi
kualitas air n lahan buangan di kagiatan secara Blambangan konstruksi yaitu Pelaksana: PT.
Pembangun out let settling terancana, Umpu, selama 1 tahun. Bhumi Siger
an sarana pond mengacu selektif dan Kecamatan 2. Instansi
dan pada bertahap Blambangan Pengawas: Dinas
123
prasarana KepMenLH 2. Pembuatan Umpu, Pertambangan
penunjang 51/1995 saluran drainase Kabupaten dan Energi
Pembangun tentang Baku 3. Pada saat Way Kanan. Kabupaten Way
an jalan Mutu Limbah melakukan Kanan, Badan
tambang Cair Industri kegiatan land Lingkungan
yaitu TSS = clearing juga Hidup Daerah
maks. 300 disiapkan parit Kab. Way Kanan
mg/l. dan tanggul agar dan Dinas
limpasan Kesehatan Kab.
permukaan dapat Way Kanan.
mengarah ke 3. Instansi Penerima
kolam Laporan: Dinas
pengendap Pertambangan
4. Pembuatan dan Energi dan
kolam Badan
pengendapan di Lingkungan
lokasi bukaan Hiudp Daerah
lahan non Kab. Way Kanan,
tambang Dinas
5. Melakukan Pertambangan
pengelolaan air dan Energi
di lokasi kolam Provinsi
pengendap Lampung dan
sesuai SOP Badan
6. Melibatkan Lingkungan
instansi terkait Hidup Provinsi
dalam Lampung.
pengawasan
pengelolaan
lingkungan
3. Penurunan Pembangun Kualitas udara 1. Mengoperasikan Pada lokasi Selama kegiatan 1. Instansi
Kualitas an jalan ambient yang peralatan kegiatan pembangunan Pelaksana: PT.
Udara tambang mengacu pada operasional pembangunan jalan tambang Bhumi Siger
peraturan
sesuai umur jalan tambang yaitu selama 6 2. Instansi
pemerintah
No. 41 Tahun standarnya. Semua bulan. Pengawas: Dinas
1999 yaitu 2. Mewajibkan kendaraan dan Pertambangan
SO2 sebesar pekerja untuk peralatan yang dan Energi
0,9 mg/l, NO2 menggunakan berpotensi Kabupaten Way
sebesar 0,4 alat pelindung sebagai Kanan, Badan
mg/l, CO mata, mulut, dan sumber Lingkungan
sebesar 30
hidung. dampak pada Hidup Daerah
mg/l dan debu
(TSP) sebesar 3. Melakukan kegiatan ini. Kab. Way Kanan
0,23 mg/l preventive dan Kecamatan
maintenance Blambangan
terhadap mesin/ Umpu, Dinas
alat yang Kesehatan Kab.
digunakan Way Kanan.
secara periodik. 3. Instansi Penerima
4. Penanaman Laporan: Dinas
pohon cepat Pertambangan
tumbuh dengan dan Energi dan
kanopi yang Badan
rapat berfungsi Lingkungan
124
untuk pelindung Hiudp Daerah
dan sebagai Kab. Way Kanan,
wind break agar Dinas
partikel debu Pertambangan
dan gas-gas dan Energi
pencemar yang Provinsi
terbang dapat Lampung dan
tertahan dengan Badan
jarak tertentu di Lingkungan
sekitar lokasi Hidup Provinsi
kegiatan. Jenis Lampung.
pohonnya yaitu
katapang,
bungur. Jarak
tanaman bisa
5x5 m, 3x3 m
tergantung
kecukupan
lahan.
5. Melibatkan
instansi terkait
dala pengawasan
pengelolaan
lingkungan.
4. Tergangguny Pembersiha Penurunan 1. Menjaga Desa Selama tahap 1. Instansi
a Biota Air n lahan keanekaragam kestabilan Blambangan konstruksi yaitu Pelaksana: PT.
Pembangun an jenis dan ekosistem Umpu, selama 1 tahun. Bhumi Siger
kelimpahan
an sarana perairan Kecamatan 2. Instansi
biota air
dan 2. Melakukan Blambangan Pengawas: Dinas
prasarana kegiatan Umpu, Pertambangan
penunjang pembersihan Kabupaten dan Energi
Pembangun lahan secara Way Kanan. Kabupaten Way
an jalan selektif, sesuai Kanan, Badan
tambang kebutuhan Lingkungan
3. Pada saat Hidup Daerah
melakukan Kab. Way Kanan
kegiatan land dan Kecamatan
clearning Blambangan
disiapkan parit Umpu, Dinas
dan tanggul agar Perikanan Kab.
limpasan Way Kanan.
permukaan dapat 3. Instansi Penerima
mengarah ke Laporan: Dinas
kolam Pertambangan
pengendapan. dan Energi dan
4. Pembuatan Badan
kolam Lingkungan
pengendap di Hiudp Daerah
lokasi bukaan Kab. Way Kanan,
lahan non Dinas
tambang. Pertambangan
5. Melakukan dan Energi
pengelolaan air Provinsi
125
di lokasi kolam Lampung dan
pengendap Badan
sesuai SOP. Lingkungan
6. Melibatkan Hidup Provinsi
instansi terkait Lampung.
dalam
pengawasan
pengelolaan
lingkungan.
Tahap Operasi
1. Penurunan Pembersiha Kualitas udara 1. Mengoperasikan Pada lokasi Selama 1. Instansi
kualitas udara n lahan ambient yang peralatan kegiatan tahapoperasi Pelaksana: PT.
Pengumpasa mengacu pada operasional pembersihan yaitu selama 5 Bhumi Siger
peraturan sesuai umur lahan tambang
n dan tahun dengan 2. Instansi
pemerintah standarnya. Semua
penimbunan No. 41 Tahun 2. Mewajibkan dilakukan Pengawas: Dinas
kendaraan dan
puncak dan 1999 yaitu pekerja untuk pemantauan 6 Pertambangan dan
peralatan yang
lapisan SO2 sebesar menggunakan bulan sekali. Energi Kabupaten
berpotensi Way Kanan, Badan
batuan 0,9 mg/l, NO2 alat pelindung
sebesar 0,4 mata, mulut, dan sebagai Lingkungan Hidup
penutup
mg/l, CO hidung. sumber Daerah Kab. Way
sebesar 30 3. Melakukan dampak pada Kanan dan
mg/l dan debu preventive kegiatan ini. Kecamatan
(TSP) sebesar Blambangan Umpu,
maintenance
0,23 mg/l Dinas Kesehatan
terhadap mesin/ Kab. Way Kanan.
alat yang
digunakan 3. Instansi Penerima
secara periodik. Laporan: Dinas
Pertambangan dan
4. Penanaman
Energi dan Badan
pohon cepat Lingkungan Hidup
tumbuh dengan Daerah Kab. Way
kanopi yang Kanan, Dinas
rapat berfungsi Pertambangan dan
untuk pelindung Energi Provinsi
dan sebagai Lampung dan
Badan Lingkungan
wind break agar
Hidup Provinsi
partikel debu Lampung.
dan gas-gas
pencemar yang
terbang dapat
tertahan dengan
jarak tertentu di
sekitar lokasi
kegiatan. Jenis
pohonnya yaitu
katapang,
bungur. Jarak
tanaman bisa
5x5 m, 3x3 m
tergantung
kecukupan
lahan.
5. Melibatkan
instansi terkait
dala pengawasan
126
pengelolaan
lingkungan.
2. Peningkatan Pembersiha Kenaikan laju 1. Melakukan Pada lokasi Selama 1. Instansi
erosi tanah n lahan erosi tanah kegiatan pembersihan pembersihan tahapoperasi Pelaksana: PT.
Pengumpasa Terbentuk lahan tambang secara lahan tambang yaitu selama 5 Bhumi Siger
n dan alur dan parit bertahap sesuai dan kolam tahun dengan
penimbunan di lokasi dengan rencana pengendap dilakukan 2. Instansi
puncak dan pembersihan kegiatan. (sedimen pemantauan 6 Pengawas: Dinas
lapisan lahan dan 2. Melakukan pond) bulan sekali. Pertambangan dan
batuan pengumpasan kegiatan pada saat Energi Kabupaten
penutup dan hari tidak hujan. Way Kanan, Badan
penimbunan 3. Menumpuk batang Lingkungan Hidup
puncak serta pohon dan cacahan Daerah Kab. Way
lapisan batuan tumbuhan (sisa Kanan dan
penutup pembersihan lahan) Kecamatan
pada daerah yang Blambangan Umpu,
rawan erosi tanah Dinas Kesehatan
untuk dapat menekan Kab. Way Kanan.
laju erosi tanah.
3. Instansi Penerima
3. Membuat saluran
Laporan: Dinas
drainase atau parit di
Pertambangan dan
sekeliling lokasi
Energi dan Badan
kegiatan.
Lingkungan Hidup
4. Melibatkan instansi
Daerah Kab. Way
terkait dalam
Kanan, Dinas
pengawasan
Pertambangan dan
pengelolaan
Energi Provinsi
lingkungan.
Lampung dan
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
Lampung.
3. Penurunan Pembersiha Untuk air 1. Pelaksanaan Desa Selama 1. Instansi
kualitas air n lahan buangan di kagiatan secara Blambangan tahapoperasi Pelaksana: PT.
permukaan out let settling terancana, Umpu, yaitu selama 5 Bhumi Siger
selektif dan Kecamatan tahun dengan 2. Instansi
pond mengacu
bertahap Blambangan dilakukan Pengawas: Dinas
pada 2. Pembuatan Umpu, pemantauan 6 Pertambangan dan
KepMenLH saluran drainase Kabupaten bulan sekali. Energi Kabupaten
51/1995 3. Pada saat Way Kanan. Way Kanan, Badan
tentang Baku Lingkungan Hidup
melakukan
Mutu Limbah Daerah Kab. Way
kegiatan land Kanan dan Dinas
Cair Industri clearing juga Kesehatan Kab.
yaitu TSS = disiapkan parit Way Kanan.
maks. 300 dan tanggul agar 3. Instansi Penerima
mg/l. limpasan Laporan: Dinas
permukaan dapat Pertambangan dan
Energi dan Badan
mengarah ke
Lingkungan Hiudp
kolam Daerah Kab. Way
pengendap Kanan, Dinas
4. Pembuatan Pertambangan dan
kolam Energi Provinsi
pengendapan di Lampung dan
lokasi bukaan Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
lahan non
Lampung.
tambang
5. Melakukan
pengelolaan air
127
di lokasi kolam
pengendap
sesuai SOP
6. Melibatkan
instansi terkait
dalam
pengawasan
pengelolaan
lingkungan
4. Tergangguny Pembersiha Penurunan 1. Menjaga Desa Selama 1. Instansi
a biota air n lahan keanekaragam kestabilan Blambangan tahapoperasi Pelaksana: PT.
an jenis dan ekosistem Umpu, yaitu selama 3 Bhumi Siger
kelimpahan perairan Kecamatan tahun dengan 2. Instansi
biota air 2. Melakukan Blambangan dilakukan Pengawas: Dinas
kegiatan Umpu, pemantauan 6 Pertambangan dan
pembersihan Kabupaten bulan sekali. Energi Kabupaten
Way Kanan. Way Kanan, Badan
lahan secara
Lingkungan Hidup
selektif, sesuai Daerah Kab. Way
kebutuhan Kanan dan
3. Pada saat Kecamatan
melakukan Blambangan Umpu,
kegiatan land Dinas Perikanan
clearning Kab. Way Kanan.
3. Instansi Penerima
disiapkan parit
Laporan: Dinas
dan tanggul agar Pertambangan dan
limpasan Energi dan Badan
permukaan dapat Lingkungan Hiudp
mengarah ke Daerah Kab. Way
kolam Kanan, Dinas
pengendapan. Pertambangan dan
Energi Provinsi
4. Pembuatan
Lampung dan
kolam Badan Lingkungan
pengendap di Hidup Provinsi
lokasi bukaan Lampung.
lahan non
tambang.
5. Melakukan
pengelolaan air
di lokasi kolam
pengendap
sesuai SOP.
6. Melibatkan
instansi terkait
dalam
pengawasan
pengelolaan
lingkungan.
5. Peningkatan Pengumpasa Tingkat 1. Mengoperasikan Lokasi Selama 1. Instansi
kebisingan n dan kebisingan peralatan operasional penambangan tahapoperasi Pelaksana: PT.
penimbunan memenuhi sesuai umur batu bara desa yaitu selama 5 Bhumi Siger
puncak dan baku mutu standarnya. Blambangan tahun dengan
lapisan permukiman 2. Mewajibkan Umpu, dilakukan 2. Instansi
batuan penduduk <55 pekerja untuk Kecamatan pemantauan 6 Pengawas: Dinas
penutup dB (A) dan menggunakan alat Blambangan bulan sekali. Pertambangan dan
industri <70 pelindung telinga, Umpu, Energi Kabupaten
128
dB (A) mata, mulut atau Kabupaten Way Kanan, Badan
berdasarkan hidung. Way Kanan. Lingkungan Hidup
KepMenLH 3. Melakukan Daerah Kab. Way
No. 48 Tahun preventive Kanan dan
1996 maintenance terhadap Kecamatan
Serta mesin/ alat yang Blambangan Umpu,
memenuhi digunakan secara Dinas Kesehatan
nilai ambang periodik. Kab. Way Kanan.
batas (NAB) 4. Penanaman pohon
lingkungan cepat tumbuh. 3. Instansi Penerima
kerja sesuai 5. Melibatkan instansi Laporan: Dinas
SE Menaker terkait dalam Pertambangan dan
No. 01/97 pengawasan Energi dan Badan
NAB pengelolaan Lingkungan Hidup
lingkungan lingkungan. Daerah Kab. Way
kerja < 85 dB Kanan, Dinas
(A) Pertambangan dan
Energi Provinsi
Lampung dan
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
Lampung.
Tahap Pra Operasi
1. Perubahan Pelepasan Sumber 1. Penuruna tingkat Desa Selama tahap 1. Instansi
pendapatan tenaga kerja pendapatan upah/ gaji yang Blambangan pra operasi yaitu Pelaksana: PT.
masyarakat yang berasal didapatkan para Umpu, selama 6 bulan. Bhumi Siger
dari sektor pekerja.
Kecamatan
pertambangan 2. Melakukan 2. Instansi
akibat kegiatan Blambangan Pengawas: Dinas
pelepasan pemberdayaan Umpu, Pertambangan dan
tenaga kerja ekonomi masyarakat Kabupaten Energi Kabupaten
Way Kanan. Way Kanan, Badan
Lingkungan Hidup
Daerah kabupaten
Way Kanan dan
Kecamatan
Blambangan Umpu,
serta Pemerintah
Blambangan Umpu.
3. Instansi Penerima
Laporan: Dinas
Pertambangan dan
Energi dan Badan
Lingkungan Hidup
Daerah Kab. Way
Kanan, Dinas
Pertambangan dan
Energi Provinsi
Lampung dan
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
Lampung
129
batu bara 2. Menindaklanjuti Way Kanan. Energi Kabupaten
akibat aspirasi Way Kanan, Badan
pelepasan masyarakat adat Lingkungan Hidup
tenaga kerja Daerah kabupaten
terkait dengan
serta Way Kanan dan
dilakukannya pelepasan tenaga Kecamatan
remediasi kerja serta Blambangan Umpu,
lahan bekas remediasi. Pemerintah
tambang. 3. Penyampaian Blambangan Umpu.
informasi
tentang 3. Instansi Penerima
Laporan: Dinas
keberadaan
Pertambangan dan
lowongan kerja Energi dan Badan
selanjutnya. Lingkungan Hiudp
Daerah Kab. Way
Kanan, Dinas
Pertambangan dan
Energi Provinsi
Lampung dan
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
Lampung.
130
BAB III
RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL)
131
Penurunan KepMenLH Pembersihan Sampling TSS Desa Selama 1 PT. Dinas Dinas
kualitas air 51/1995 tentang lahan Blambangan tahun Bhumi pertambangan pertambangan
baku mutu Pembangunan Umpu dengan Siger dan energi dan energi
limbah cair sarana dan frekuensi Kab. Way Kab. Way
2.
industri yaitu prasarana 2 minggu Kanan, Dinas Kanan, Dinas
TSS maks. 300 penunjang sekali. Lingkungan Lingkungan
mg/l Pembangunan Hidup Kab. Hidup Kab.
jalan tambang Way Kanan. Way Kanan.
Penurunan PP No. 41 Tahun Pembangunan Pengukuran Kegiatan Selama 6 PT. Dinas Dinas
kualitas udara 1999 yaitu SO2 jalan tambang udara ambien pembangunan bulan Bhumi pertambangan pertambangan
sebesar 0,9 dengan sampling jalan tambang dengan Siger dan energi dan energi
mg/l, NO2 dengan high Semua frekuensi Kab. Way Kab. Way
sebesar 0,4 volume sampler, kendaraan 1 minggu Kanan, Dinas Kanan, Dinas
mg/l, CO sebesar analisis, serta dan peralatan sekali. Lingkungan Lingkungan
mg/l dan debu pengukuran H2S Hidup Kab. Hidup Kab.
3. sebesar 0,23 Way Kanan. Way Kanan.
mg/l
Terganggunya Penurunan Pembersihan Analisis jumlah, Desa Selama 1 PT. Dinas Dinas
biota air keanekaragaman lahan jenis, Blambangan tahun Bhumi pertambangan pertambangan
jenis dan Pembangunan kelimpahan, Umpu dengan Siger dan energi dan energi
kelimpahan sarana dan serta frekuensi Kab. Way Kab. Way
biota air prasarana keanekaragaman 2 minggu Kanan, Dinas Kanan, Dinas
4. penunjang jenis plankton sekali. Lingkungan Lingkungan
Pembangunan dan bentos. Hidup Kab. Hidup Kab.
jalan tambang Way Kanan. Way Kanan.
Tahap Operasi
Penurunan PP No. 41 Pembersihan Pengukuran Kegiatan Selama 5 PT. Dinas Dinas
kualitas udara Tahun 1999 lahan udara ambien pembangunan tahun Bhumi pertambangan pertambangan
yaitu SO2 Pengumpasan dengan sampling jalan tambang dengan Siger dan energi dan energi
sebesar 0,9 dan dengan high Semua frekuensi Kab. Way Kab. Way
mg/l, NO2 penimbunan volume sampler, kendaraan 6 bulan Kanan, Dinas Kanan, Dinas
1.
sebesar 0,4 puncak dan analisis, serta dan peralatan sekali. Lingkungan Lingkungan
mg/l, CO sebesar lapisan batuan pengukuran H2S. Hidup Kab. Hidup Kab.
mg/l dan debu penutup Way Kanan. Way Kanan.
sebesar 0,23
mg/l
Penigkatan Kenaikan laju Pembersihan Diukur dengan Lokasi Selama 5 PT. Dinas Dinas
erosi tanah erosi tanah lahan metode petak pembersihan tahun Bhumi pertambangan pertambangan
Pengumpasan kecil dan analisis lahan dengan Siger dan energi dan energi
dan tambang dan frekuensi Kab. Way Kab. Way
2.
penimbunan kolam 6 bulan Kanan, Dinas Kanan, Dinas
puncak dan pengendapan sekali. Lingkungan Lingkungan
lapisan batuan Hidup Kab. Hidup Kab.
penutup Way Kanan. Way Kanan.
Penurunan KepMenLH Pembersihan Sampling TSS Desa Selama 5 PT. Dinas Dinas
kualitas air 51/1995 tentang lahan Blambangan tahun Bhumi pertambangan pertambangan
permukaan baku mutu Umpu dengan Siger dan energi dan energi
limbah cair frekuensi Kab. Way Kab. Way
3.
industri yaitu 6 bulan Kanan, Dinas Kanan, Dinas
TSS maks. 300 sekali. Lingkungan Lingkungan
mg/l Hidup Kab. Hidup Kab.
Way Kanan. Way Kanan.
Terganggunya Pembersihan Pembersihan Analisis jumlah, Desa Selama 3 PT. Dinas Dinas
biota air lahan lahan jenis, Blambangan tahun Bhumi pertambangan pertambangan
4.
kelimpahan, Umpu dengan Siger dan energi dan energi
serta frekuensi Kab. Way Kab. Way
132
keanekaragaman 6 bulan Kanan, Dinas Kanan, Dinas
jenis plankton sekali. Lingkungan Lingkungan
dan bentos. Hidup Kab. Hidup Kab.
Way Kanan. Way Kanan.
Peningkatan Baku mutu Pengumpasan Diukur dengan Lokasi Selama 5 PT. Dinas Dinas
kebisingan permukiman dan sound level penambangan tahun Bhumi pertambangan pertambangan
penduduk <55 penimbunan meter dan batu bara di dengan Siger dan energi dan energi
dB (A) dan puncak dan analisis Blambangan frekuensi Kab. Way Kab. Way
industri <70 dB lapisan batuan Umpu 6 bulan Kanan, Dinas Kanan, Dinas
(A) berdasarkan penutup sekali. Lingkungan Lingkungan
KepMenLH No. Hidup Kab. Hidup Kab.
48 Tahun 1996, Way Kanan. Way Kanan.
5. Serta memenuhi
nilai ambang
batas (NAB)
lingkungan kerja
sesuai SE
Menaker No.
01/97 NAB
lingkungan kerja
< 85 dB (A)
Tahap Pra Operasi
Perubahan Pendapatan Pelepasan Pengumpulan Desa Selama 6 PT. Dinas Dinas
pendapatan dari tenaga kerja data sekunder Blambangan bulan Bhumi Pertambangan Pertambangan
masyarakat pertambangan HRD, serta Umpu dengan Siger dan energi dan energi
1. analisis secara frekuensi Kab. Way Kab. Way
komparatif dan 2 buln Kanan Kanan
deskriptif sekali.
kualitatif
Perubahan Penolakan dan Pelepasan Pengumpulan Desa Selama 6 PT. Dinas Dinas
persepsi protes dari tenaga kerja data sekunder Blambangan bulan Bhumi Pertambangan Pertambangan
masyarakat masyarakat Remediasi HRD, serta Umpu dengan Siger dan energi dan energi
2. analisis secara frekuensi Kab. Way Kab. Way
komparatif dan 2 buln Kanan Kanan
deskriptif sekali.
kualitatif.
133
BAB IV
JUMLAH DAN JENIS IZIN PPLH
4.1 Umum
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.27 tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan, terkait dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
dengan penambahan berbagai pengaturan dan ketentuan perihal izin lingkungan,
peraturan pemerintah ini merupakan perpaduan rancangan PP Izin Lingkungan
dan rancangan PP AMDAL yang disusun sebagai amanat UU No. 32/2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Dalam
peraturan meletakkan kelayakan lingkungan sebagai dasar izin lingkungan
sehingga bisa dilaksanakan dengan sanksi yang jelas dan tegas.
134
BAB V
SURAT PERNYATAAN KOMITMEN PELAKSANAAN RKL-RPL
135
Andal dan RKL-RPL Rencana Kegiatan Pembangunan Tambang Batubara PT.
Bhumi Siger Blambangan Umpu, Way Kanan, Lampung.
3. Apabila kami tidak melaksanakan RKL-RPL sebagaimana yang dimaksud di
atas, dan apabila terjadi kasus pencemaran yang disebabkan oleh kegiatan
tersebut, maka kami bersedia bertanggung jawab, menghentikan kegiatan dan
ditindak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian pernyataan dan komitmen yang kami buat dalam pelaksanaa
pengelolaan dan pemantauan ling kungan hidup sesuai dengan Dokumen Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Rahmah
Direktur Utama
136
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Way Kanan
Kecamatan Blambangan Umpu Tahun 2018.