Anda di halaman 1dari 160

LAPORAN AKHIR

TUGAS BESAR AMDAL

“RENCANA PENAMBANGAN BATU BARA OLEH PT. BHUMI SIGER”

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Aprillia Magdalena 118250040
Muhammad Fadillah 118250036
Octria Grace 118250034
Rahmah 118250039
Yuliana Daulay 118250032

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya
kami dapa menyelesaikan Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak
Lingkungan Hidup (KA-ANDAL), Analisis Dampak Lingkungan Hidup
(ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulisan KA-
ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL ini menjadi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Dokumen AMDAL mata kuliah AMDAL Program Studi Teknik
Lingkungan Jurusan Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan Institut Teknologi
Sumatera.

Kami menyadari bahwa KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL ini sangat sulit
terwujud apabila tidak ada do’a, bimbingan, dan bantuan serta tersedianya
fasilitas-fasilitas dari berbagai pihak. Oleh karena iu kami ingin menyampaikan
rasa hormat dan terimakasih kepada semua pihak-pihak yang telah mendukung
dan membantu selama menyusun KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang harus disempurnakan dari
KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL ini. Oleh karena itu, kami meminta maaf
yang sebesar-besarnya dan membuka diri untuk segala kritikan dan masukan yang
dapa membangun dan meningkatkan kualitas pada KA-ANDAL, ANDAL, RKL
dan RPL ini. Semoga KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL ini dapat bermanfaat
dan dapat terselesaikan menjadi Dokumen AMDAL yang seutuhnya serta bisa
menjadi ilmu di masa yang akan datang.

Lampung Selatan, Desember 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR DOKUMEN

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR DOKUMEN ........................................................................................... ii
RINGKASAN EKSKLUSIF.................................................................................. iii
KA - ANDAL.......................................................................................................... 1
ANDAL ................................................................................................................. 51
RKL - RPL ......................................................................................................... 113
LAMPIRAN

ii
RINGKASAN EKSKLUSIF

PT. Bhumi Siger memiliki luas 300 Ha dan berlokasi di Kecamatan


Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan, Lampung. Rencana kegiatan yang
akan dilaksanakan yaitu penambangan batu bara oleh perushaan PT. Bhumi Siger,
penambangan batu bara akan dilaksanakan dengan empat tahapan, yaitu: Tahap
Pra-Konstruksi, Tahap Konstruksi, Tahap Operasi dan Tahap Pasca Operasi.
Kegiatan penambangan batu bara ini memiliki dampak terhadap lingkungan.
Dampak yang akan timbul yaitu pada komponen sosialekonomi budaya,
komponen fisik-kimia, komponen biologi, serta komponen kesehatan masyarakat.
Besaran Dampak dan Sifat Penting yang telah dikaji antara lain:

Tahap Pra Kontruksi:

1. Sosialisasi/ konsultasi publik terhadap peizinan dan survei


pendahuluan ,berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
2. Pembebasan lahan dan penerimaan tenaga kerja terhadap
perubahan persepsi masyarakat, berdampak kecil hingga besar dan
bersifat positif.
3. Pembebasan lahan dan penerimaan tenaga kerja terhadap terjadinya
konflik sosial ,berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
4. Pembebasan lahan terhadap hilangnya pendapatan, berdampak
kecil hingga besar dan bersifat positif.
5. Pembebasan lahan terhadap gangguan keamanan masyarakat,
berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
6. Penerimaan tenaga kerja terhadap meningkatkan kesempatan kerja,
berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
7. Penerimaan tenaga kerja terhadap meningkatkan pendapatan
masyarakat, berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
8. Mobilisasi peralatan terhadap penurunan kualitas udara,
berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
9. Mobilisasi peralatan terhadap peningkatan kebisingan, berdampak
kecil hingga besar dan bersifat negatif.
10. Mobilisasi peralatan terhadap terganggunya transportasi
darat/lalulintas umum, berdampak kecil hingga besar dan bersifat
negatif.
11. Mobilisasi peralatan terhadap terganggunya kesehatan masyarakat,
berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
Tahap Konstruksi:

1. Pembersihan lahan terhadap peningkatan debit air limpasan,


berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.

iii
2. Pembersihan lahan, Pembangunan sarana dan prasarana penunjang,
dan Pembangunan jalan tambang terhadap peningkatan erosi
tanah, berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
3. Pembersihan lahan, Pembangunan sarana dan prasarana penunjang,
dan Pembangunan jalan tambang terhadap penurunan kualitas air
permukaan, berdampak kecil hingga besar dan bersifat positif.
4. Pembersihan lahan terhadap hilangnya flora darat, berdampak
kecil hingga besar dan bersifat negatif.
5. Pembersihan lahan terhadap terjadinya migrasi fauna darat,
berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
6. Pembersihan lahan, Pembangunan sarana dan prasarana penunjang,
dan Pembangunan jalan tambang terhadap terganggunya biota air,
berdampak kecil hingga besar dan bersifat positif.
7. Pembersihan lahan, Pembangunan sarana dan prasarana penunjang,
dan Pembangunan jalan tambang terhadap gangguan kesehatan,
berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
8. Pembangunan sarana dan prasarana penunjang terhadap
meningkatnya kesempatan kerja, berdampak kecil hingga besar dan
bersifat positif.
9. Pembangunan sarana dan prasarana penunjang terhadap
meningkatnya pendapatan masyarakat, berdampak kecil hingga
besar dan bersifat positif.
10. Pembangunan jalan tambang terhadap penurunan kualitas udara,
berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
Tahap Operasi:

1. Pembersihan lahan tambang, Pengumpasan dan penimbunan


puncak dan lapisan batuan penutup terhadap penurunan kualitas
udara, berdampak kecil hingga besar dan bersifat positif.
2. Pembersihan lahan tambang terhadap meningkatnya debit air
limpasan, berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
3. Pembersihan lahan tambang, Pengumpasan dan penimbunan
puncak dan lapisan batuan penutup terhadap peningkatkan erosi
tanah, berdampak kecil hingga besar dan bersifat positif.
4. Pembersihan lahan tambang terhadap penurunan kualitas air
permukaan, berdampak kecil hingga besar dan bersifat positif.
5. Pembersihan lahan tambang terhadap hilangnya flora darat,
berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
6. Pembersihan lahan tambang terhadap terjadinya migrasi fauna
darat, berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
7. Pembersihan lahan tambang terhadap terganggunya biota air,
berdampak kecil hingga besar dan bersifat positif.

iv
8. Pembersihan lahan tambang terhadap terganggunya kesehatan
masyarakat, berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
9. Pengumpasan dan penimbunan puncak dan lapisan batuan penutup
terhadap peningkatan kebisingan, berdampak kecil hingga besar
dan bersifat positif.
10. Pengumpasan dan penimbunan puncak dan lapisan batuan penutup
terhadap terjadinya getaran, berdampak kecil hingga besar dan
bersifat negatif.
Tahap Pasca Operasi:

1. Rehabilitasi terhadap Perubahan erosi dan sedimentasi, berdampak


kecil hingga besar dan bersifat negatif.
2. Rehabilitasi terhadap Perubahan laju limpasan air permukaan,
berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
3. Rehabilitasi terhadap Perubahan kualitas air permukaan,
berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
4. Rehabilitasi terhadap Gangguan terhadap flora dan fauna darat,
berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
5. Rehabilitasi terhadap Gangguan terhadap biota air, berdampak
kecil hingga besar dan bersifat negatif.
6. Pelepasan tenaga kerja terhadap Berkurangnya kesempatan kerja,
berdampak kecil hingga besar dan bersifat negatif.
7. Pelepasan tenaga kerja terhadap Perubahan pendapatan
masyarakat, berdampak kecil hingga besar dan bersifat Positif.
8. Pelepasan tenaga kerja dan Remediasi terhadap Perubahan persepsi
masyarakat, berdampak kecil hingga besar dan bersifat Positif.

Adapun upaya upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang


akan dilakukan untuk mengelola dampak dampak yang timbul,antara lain:

Tahap Pra Konstruksi:

1. Melakukan identifikasi kepemilikan lahan dan pembebasan lahan


secara langsung.
2. Penetapan tingkat gaji sesuai dengan KHL daerah setempat, serta
melakukan kegiatan pemberdaya ekonomi masyarakat.
Tahap Konstruksi:

1. Memprioritaskan tenaga kerja lokal, serta memberikan upah yang


sesuai dengan upah kerja provinsi lampung.

v
2. Pelaksanaan kerja secara terencana, selektif, dan bertahap, serta
pembuatan saluran drainase, kolam pengendapan, dan melakukan
pengelolaan air.
3. Pengoperasian alat sesuai umur standar dan melakukan penanaman
pohon .
4. Menjaga kestabilan ekosistem dan melakukan pengelolaan air.
Tahap Operasi:

1. Pengoperasian alat sesuai umur standar, melakukan preventive


maintenance mesin, dan melakukan penanaman pohon .
2. Melakukan pembersihan lahan dan membuat saluran drainase.
3. Pelaksanaan kerja secara terencana, selektif, dan bertahap, serta
pembuatan saluran drainase, kolam pengendapan, dan melakukan
pengelolaan air.
4. Menjaga kestabilan ekosistem dan melakukan pengelolaan air.
5. Mewajibkan pekerja menggunakan APD dan melakukan
penanaman pohon .
Tahap Pra Konstruksi:

1. Melakukan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat.


2. Menindaklanjuti aspirasi masyarakat terkait dengan pelepasan
tenaga kerja, seta melakukan remediasi untuk perbaikan lahan.

vi
DOKUMEN KA-ANDAL
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

“RENCANA PENAMBANGAN BATU BARA OLEH PT. BHUMI SIGER”

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Aprillia Magdalena 118250040
Muhammad Fadillah 118250036
Octria Grace 118250034
Rahmah 118250039
Yuliana Daulay 118250032

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1


1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.3 Pelaksana Studi.............................................................................................. 2
1.3.1 Pemrakarsa .............................................................................................. 2

1.3.2 Tim Penyusun ......................................................................................... 2

BAB II PELINGKUPAN ................................................................................................ 4

2.1 Deskripsi Rencana Kegiatan ......................................................................... 4


2.1.1 Status Studi AMDAL.............................................................................. 4

2.1.2 Kesesuaian Lokasi Dengan Rencana Tata Ruang................................... 5

2.1.3 Rencana Kegiatan Yang Berpotensi Menimbulkan Dampak ................. 6

2.1.3.1 Gambaran Umum Rencana Kegiatan .............................................. 6

2.1.3.2 Tahapan Rencana Kegiatan Yang Menimbulkan Dampak ............. 7

2.1.3.3 Kajian Alternatif.............................................................................. 8

2.1.3.4 Pengelolaan Lingkungan Yang Telah Direncanakan ...................... 8

2.2 Rona Lingkungan Hidup Awal .................................................................... 11


2.2.1 Komponen lingkungan yang terkena dampak ...................................... 11

2.2.1 Kegiatan lain yang ada di sekitar dilokasi rencana kegiatan ................ 12

2.3 Hasil Pelibatan Masyarakat ......................................................................... 13


2.4 Dampak Penting Hipotetik .......................................................................... 13

i
2.4.1 Identifikasi Dampak Potensial .............................................................. 13

2.4.2 Evaluasi Dampak Potensial .................................................................. 18

2.4.3 Hasil Proses Pelingkupan...................................................................... 40

2.5 Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian ............................................ 41


2.5.1 Batas Wilayah Studi.............................................................................. 41

2.5.2 Batas Wilayah Kajian ........................................................................... 41

BAB III METODE STUDI .......................................................................................... 46

3.1 Metode Pengumpulan dan Analisis Data .................................................... 46


3.1.1 Pengumpulan Data ................................................................................ 46

3.1.2 Metode analisis data.............................................................................. 47

3.2 Metode Prakiraan Dampak Penting ............................................................. 48


3.3 Metode Evaluasi Secara Holistik Terhadap Dampak Lingkungan.............. 49
3.2 Telaah Sebagai Dasar Pengolahan Lingkungan .......................................... 49

DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Susunan dan Anggota Tim Studi ............................................................ 4

Tabel 2.2 Matrik Identifikasi Dampak .................................................................. 15

Tabel 2.3 Identifikasi Dampak Potensial .............................................................. 17

Tabel 2.4 Evaluasi Dampak Potensial Menjadi Dampak Penting Hipotetik ........ 19

Tabel 2.5 Hasil Evaluasi Dampak Potensial Menjadi Dampak Penting

Hipotetik............................................................................................... 40

Tabel 2.6 Batas Waktu Kajian .............................................................................. 42

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Lokasi Tambang .......................................................................... 5

Gambar 2.2 Peta Lokasi Penambangan Batu Bara.................................................. 6

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batu bara merupakan salah satu tambang yang berpotensi untuk
dimanfaatkan lebih lanjut oleh pemerintah selain minyak dan gas bumi.
Berdasarkan perhitungan cadangan batu bara Indonesia diperkirakan sebesar 42,6
milyar ton dan masih berpotensi untuk diproduksi 80 tahun mendatang.
Produksi batu bara di Indonesia mulai meningkat sejak tahun 1993 dan
diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan semakin berkurangnya
produksi minyak bumi di Indonesia. Batu bara pada saat ini lebih banyak
digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik walaupun sebenarnya batu bara
bermanfaat juga bagi sektor rumah tangga, industri, dan transportasi. Untuk sektor
rumah tangga manfaat batu bara sebagai bahan bakar dibentuk briket batu bara.
Dalam dunia industri dan transportasi batu bara diubah dalam bentuk cair atau
berupa batu bara yang bermanfaat sebagai pengganti bahan bakar minyak.
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi
peneyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang. Kekayaan alam yang terkandung didalamnya bumi dan air yang
biasa disebut dengan bahan - bahan galian, dimana terkandung dalam Undang -
Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 yang berbunyi “bahwa bumi, air, dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan sebesar - besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Amanat UUD 1945
ini merupakan landasan pembangunan pertambangan dan energi untuk
memanfaatkan potensi kekayaan sumber daya alam, mineral, dan energi yang
dimiliki secara optimal dalam mendukung pembangunan nasional yang
berkelanjutan.
Indonesia sangat kaya akan sumber daya alamnya yang sangat melimpah
sehingga pertambangan merupakan salah satu usaha industri yang dapat

1
diandalkan untuk mendatangkan devisa negara bagi Indonesia. Selain itu, industri
pertambangan juga menciptakan lapangan kerja di kabupaten dan kota dimana
merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Adanya lingkungan
pertambangan ini masyarakat Indonesia selalu berlomba - lomba untuk berada
didalamnya, karena pertambangan merupakan perindustrian yang mendunia dan
bagi masyarakat Indonesia ini adalah suatu keberuntungan tersendiri.

1.2 Tujuan
a. Untuk mengidentifikasi rencana kegiatan dan/atau yang akan dilakukan
menimbulkan dampak penambangan bagi masyarakat.
b. Untuk mengidentifikasi rona lingkungan hidup awal pada pembangunan
pertambangan yang terkena dampak di sekitar lokasi rencana kegiatan.
c. Untuk mengidentifikasi prakiraan dampak penting dan evaluasi secara
holistic terhadap dampak lingkungan.

1.3 Pelaksana Studi

1.3.1 Pemrakarsa
Pemrakarsa Kegiatan Studi Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL) Penambangan Batu Bara di Kecamatan
Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung oleh PT
Bhumi Siger

1.3.2 Tim Penyusun


Tim peneyusun dari studi AMDAL Penambangan Batu Bara di
Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan Provinsi
Lampung oleh PT Bhumi Siger terdiri dari beberapa bagian yaitu
ketua/leader, ahli teknik pertambangan, ahli teknik lingkungan, ahli
geologi, dan drafter. Susunan tim penyusun adalah sebagai berikut:

2
a. Ketua/Leader : Rahmah
(118250039)

b. Ahli Teknik Muhammad


Pertambangan : Fadillah
(118250036)

c. Ahli Teknik Octria Grace


Lingkungan : Holy
Finesia Purba
(118250034)

d. Ahli Geologi : Yuliana Daulay


(118250032)

e. Drafter : Aprillia
Magdalena
Hasugian
(118250040)

3
BAB II
PELINGKUPAN

2.1 Deskripsi Rencana Kegiatan

2.1.1 Status Studi AMDAL


Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI
Nomor 5 tahun 2012, Pembangunan tambang batubara PT. Bhumi Siger,
merupakan kegiatan yang wajib menyusun Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL). Sebagai langkah awal, maka disusunlah
Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL).
Pelaksanaan penyusunan dokumen KA-ANDAL ini dilakukan untuk
memperoleh hasil evaluasi dampak penting terhadap lingkungan,
sehingga uraian pembuatan dokumen KA-ANDAL ini akan mengacu
pada studi tersebut.

Studi AMDAL kegiatan pertambangan batubara PT. Bhumi Siger


disusun oleh Tim Konsultan Penyusun AMDAL yang profesional
dibidangnya yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu sesuai dengan
kompetensi yang diperlukan dan lingkup studi serta metodologi yang
digunakan. Susunan dan anggota tim studi dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut :

Tabel 2.1 Susunan dan Anggota Tim Studi


No. Nama Bidang Keahlian Jabatan
1. Rahmah Tanah (AMDAL A, B, C) Ketua Tim
2. Muhammad Fadillah Geologi/ Tambang Ahli Teknik
Pertambangan
3. Octria Grace Udara/Air Ahli Teknik
Lingkungan
4. Yuliana Daulay Tanah Ahli Geologi
5. Aprilia Magdalena Kehutanan Drafter

4
2.1.2 Kesesuaian Lokasi Dengan Rencana Tata Ruang
Kegiatan Pembangunan tambang batu bara ini terletak di wilayah
kecamatan Blambangan Umpu , kabupaten Way Kanan, provinsi
Lampung, Dengan luas wilayah 300 ha, dan letak wilayah berada pada
koordinat 104˚21’30” Bujur Timur dan 4˚30’0” Lintang Selatan.
Kegiatan ini memiliki batas lokasi sebagai berikut :

Sebelah Utara : Bumi Agung

Sebelah Timur : Baradatu

Sebelah Selatan : Kasui

Sebelah Barat : Way Tuba

Rencana kegiatan pembangunan tambang batubara telah sesuai


dengan tata ruang provinsi Lampung karena wilyah yang digunakan tidak
merusak tata ruang pemerintah provinsi Lampung dan cocok sebagai
wilayah pertambangan.

Gambar 2.1 Peta Lokasi Tambang

5
Gambar 2.2 Peta Lokasi Penambangan Batu Bara

2.1.3 Rencana Kegiatan Yang Berpotensi Menimbulkan Dampak


Pada rencana kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak lingkupan
dimaksudkan untuk mengetahui tahapan-tahapan kegiatan yang
berpotensi menimbulkan dampak serta metode penanganannya.

2.1.3.1 Gambaran Umum Rencana Kegiatan


Gambaran umum rencana kegiatan dibagi menjadi empat tahapan
yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Pra Kontruksi


Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap pra konstruksi
adalah pengurusan perizinan pembangunan tambang, di mana
kajian lingkungan berupa dokumen AMDAL ini adalah salah
satu prasyarat perizinan tersebut. Selain itu juga akan
dilakukan pembebasan lahan berupa ganti rugi tanah dan ganti
rugi tanaman kebun masyarakat, penerimaan tenaga kerja
lokal, mobilisasi penggunaan jalan untuk akses pemindahan
peralatan dan bahan.

6
2. Tahap Kontruksi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap konstruksi adalah
pembersihan lahan kegiatan non tambang, pembangunan
seluruh sarana dan prasarana penunjang kegiatan produksi
seperti kantor gudang, dan sebagainya, serta pembangunan
jalan akses menuju tambang.
3. Tahap Operasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap operasi adalah
pembersihan lahan utama tambang, pengupasan dan
penimbunan puncak dan lapisan batuan penutup serta proses
kegiatan produksi tambang.
4. Tahap Pasca Operasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pasca operasi adalah
melakukan pemeliharaan dan reklamasi lahan bekas tambang ,
serta monitoring atau pemantauan secara berkala terhadap
lahan tambang setelah penambangan berakhir.

2.1.3.2 Tahapan Rencana Kegiatan Yang Menimbulkan Dampak


Pada kegiatan Pra Kontruksi tahapan rencana yang menimbulkan
dampak adalah sebagai berikut :
1. Sosialisasi atau Konsultasi Publik
2. Pembebasan Lahan
3. Penerimaan Tenaga Kerja
4. Mobilisasi Peralatan

Pada kegiatan Kontruksi tahapan rencana yang menimbulkan


dampak adalah sebagai berikut :
1. Pembersihan Lahan
2. Pembangunan Sarana dan Prasarana Penunjang
3. Pembangunan Jalan Tambang

7
Pada tahap Operasi tahapanrencana yang menimbulkan dampak
adalah sebagai berikut:
1. Pembersihan Lahan Tambang
2. Pengupasan dan Penimbunan Puncak dan Lapisan Batuan
Penutup

Pada tahap Pasca Operasi rencana menimbulkan dampak sebagai


berikut:
1. Pemeliharaan dan Reklamasi Lahan Bekas Tambang
2. Monitoring Lahan Tambang Pasca Operasi

2.1.3.3 Kajian Alternatif


Berdasarkan Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No. 8 Tahun
2006 bahwa dalam studi AMDAL ada kajian alternatif terhadap
lokasi, desain, proses dan tata letak bangunan. Selanjutnya dari hasil
analisis terhadap kegiatan pertambangan batubara PT. Bumi Siger,
baik terhadap lokasi, desain pembangunan sarana dan prasarana
pendukung, proses pengolahan batubara, maupun tata letak dan jalan
angkut batubara, sesuai dengan hasil kajian teknis, ekonomis dan
ekologis maka ditetapkan tidak ada kajian alternatif, karena telah
layak secara teknis, ekonomis dan ekologis.

2.1.3.4 Pengelolaan Lingkungan Yang Telah Direncanakan


Pengelolaan dampak yang dihasilkan kegiatan sosialisasi atau
Konsultasi Publik
1. Melaksanakan sosialisasi mengenai rencana kegiatan secara
transparan sesuai dengan keputusan kepala Bapedal tentang
keterlibatan masyarakat dan keterbukaan informasi dalam proses
AMDAL
2. Melakukan komunikasi kepada masyarakat mengenairencana
penambangan dan pengolahan dampak dan menerima saran serta
masukan yang disampaikan oleh penduduk diwilayah studi

8
3. Menyampaikan mekanisme prosedur pengolahan program terkait
masukan atau permintaan dari masyarakat

Pengelolaan dampak yang dihasilkan kegiatan Pembebasan Lahan


1. Melakukan pembebasan lahan secara bijak terutama proses ganti
rugi dan tanaman produktif masyarakat
2. Mempertimbangkan aspirasi masyarakat adat terkait pembebasan
lahan dengan pemilik lahan dan pemerintah kecamatan
3. Pembebasan lahan kepada pemilik lahan secara langsung melalui
proses negoisasi dengan membayar kompensasi

Pengelolaan dampak yang dihasilkan kegiatan Penerimaan Tenaga


Kerja
1. Memberikan informasi secara lengkap tentang tenaga kerja yang
dibutuhkan dan kualifikasinya kepada masyarakat
2. Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja dari penduduk lokal,
namun tetap memperhatikan kualitas yang dibutuhkan
3. Bekerjasama dengan dinas tenaga kerja dan instansi terkait dalam
penerimaan kariawan

Pengelolaan dampak yang dihasilkan kegiatan Mobilisasi Peralatan


1. Pengaturan jadwal mobilisasi peralatan disaat jalur jalan yang
dilewati tidak dalam keadaan padat lalu lintas.
2. Tidak melakukan mobilitas pada malam untuk lokasi yang
berdekatan dengan perumahan penduduk
3. Melengkapi alat pelindung diri (APD) dan mewajibkan
pemakaiannya bagi kariawan atau pekerja

9
Pengelolaan dampak yang dihasilkan kegiatan pembersihan lahan
non tambang
1. Melakukan kegiatan pembersihan lahan non tambang secara
bertahap sesuai dengan rencana kegiatan dan mematuhi SOP.
2. Mengurangi erosi tanah dan mencegah longsor melalui
pembentukan alur-alur dan parit-parit dilokasi pembersihan non
tambang.
3. Melibatkan instansi lingkungan terkait dalam pengawasan
kegiatan pengolahan lahan non tambang

Pengelolaan dampak yang dihasilkan kegiatan Pembangunan Sarana


dan Prasarana Penunjang
1. Melakukan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana
penunjang secara bertahap sesuai dengan rencana kegiatan dan
mematuhi SOP.
2. Melakukan kegiatan pembangunan sarana dan prasaran secara
selektif dan sesuai kebutuhan tambang.
3. Bekerjasama dengan pihak yang terkait dengan kegiatan
pembangunan sarana dan prasarana dan pengawasan dari pihak
lingkungan.

Pengelolaan dampak yang dihasilkan kegiatan Pembangunan Jalan


Tambang
1. Melakukan kegiatan pembangunan jalan tambang secara
bertahap, selektif dan sesuai dengan rencana kegiatan serta
mematuhi SOP.
2. Mengoperasikan peralatan operasional sesuai standard dan
melakukan pengecekan mesin secara bertahap.
3. Bekerjasama dengan pihak terkait dalam pembangunan jalan
tambang dan pengawasan dari pihak lingkungan.

10
Pengelolaan dampak yang dihasilkan kegiatan Pembersihan Lahan
Tambang
1. Melakukan kegiatan pembersihan lahan tambang secara bertahap
sesuai dengan rencana kegiatan dan mematuhi SOP.
2. Mengurangi erosi tanah dan mencegah longsor melalui
pembentukan alur-alur dan parit-parit dilokasi pembersihan non
tambang.
3. Melibatkan instansi lingkungan terkait dalam pengawasan
kegiatan pengolahan lahan tambang.

Pengelolaan dampak yang dihasilkan kegiatan Pengupasan dan


Penimbunan Puncak dan Lapisan Batuan Penutup.
1. Melakukan kegiatan Pengupasan dan Penimbunan Puncak dan
Lapisan Batuan Penutupsecara bertahap dan selektif serta
mematuhi SOP.
2. Mengurangi erosi tanah dan mencegah longsor melalui
pembentukan alur-alur dan parit-parit dilokasi Pengupasan dan
Penimbunan Puncak dan Lapisan batuan penutup.
3. Melibatkan instansi lingkungan terkait dalam pengawasan
kegiatan pengolahan lahan tambang.

2.2 Rona Lingkungan Hidup Awal

2.2.1 Komponen lingkungan yang terkena dampak


Komponen geo fisik-kimia
1. Iklim
Terbagi menjadi dua iklim yaitu musim hujan dan musim kemarau,
dimana pada lokasi tambang musim hujan terjadi pada November -
Februari, musim kemarau terjadi pada Mei - Agustus.
2. Topografi
Daerah Blambangan Umpu sebagian besar memiliki topografi
bergelombang dan dataran tinggi.

11
3. Geologi
Endapan mineral belum banyak ditemukan sehingga besarnya
endapan bahan tambang belumbanyak diketahui secara pasti.
4. Tanah
Tekstur tanah daerah Blambangan Umpu yaitu beragam (halus,
lempung, kasar) umumnya perbukitan sedang jauh dari pantai dan
tidak berpotensi longsor karena pergerakan tanah yang minim
5. Kegempaan
Kawasan Blambangan Umpu tidak berpotensi gempa karena tercatan
belum ada titik lokasi gempa berdekatan dengan lokasi tersebut.

Komponen Biologi
1. Flora Darat
Kawasan Blambangan Umpu merupakan kawasan pertanian dan
perkebunan besar dan dikenal dengan kawasan agraris.
2. Fauna Darat
Tidak adanya fauna yang dilindungi pada wilayah Blambangan
Umpu

Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya


Komponen sosial ekonomi dan budaya yang terpengaruhi yaitu:
1. Norma - norma
2. Kesehatan
3. Mata Pencaharian

2.2.2 Kegiatan lain yang ada di sekitar dilokasi rencana kegiatan


Berdasarkan rona lingkungan hidup awal, tidak ditemukan adanya
kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi rencana kegiatan.

12
2.3 Hasil Pelibatan Masyarakat
Dalam proses pelingkupan telah dilakukan pelibatan dari masyarakat.
Masyarakat memberikan saran, pendapat, dan tanggapan. Kami menerima
setiap saran, pendapat, dan tanggapan dari masyarakat, akan tetapi kami
menyaringnya terlebih dahulu sebelum ditetapkan pada tahap kegiatan
penambangan tersebut. Hal ini kami lakukan karena saran, pendapat, dan
tanggapan tersebut mungkin jumlahnya banyak dan beragam jenisnya serta
belum tentu relevan untuk dikaji dalam Andal. Masyarakat juga
memberikan informasi deskriptif tentang keadaan lingkungan sekitar, nilai-
nilai lokal terikat dengan rencana kegiatan penambangan, kebiasaan adat
setempat terkait dengan rencana kegiatan penambangan, dan juga
menyampaikan aspirasinya terkait dengan rencana kegiatan penambangan
batu bara tersebut.

2.4 Dampak Penting Hipotetik

2.4.1 Identifikasi Dampak Potensial


Pada tahap ini kegiatan pelingkungan dimaksudkan untuk
mengidentifikasi segenap dampak lingkungan hidup (primer, sekunder
dan seterusnya) yang secara potensial akan timbul sebagai akibat
adanya rencana kegiatan penambangan batu bara di Blambangan Umpu
Way Kanan. Pada tahapan ini hanya diinventarisasi dampak potensial
yang mngkin akan timbul tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak,
atau penting tidaknya dampak. Dengan demikian pada tahapini belum
ada upaya untuk menilai apakah dampak potensial tersebut merupakan
dampak penting.

Jika dikawasan tersebut dibangun sebuah penambangan, maka terdapat


beberapa dampak diantaranya, dampak secara aspek fisik dan aspek non
fisik. Pada dampak aspek fisik (mengarah pada lingkungand an alam)
sekitar diantaranya meliputi perubahan iklim, kerusakan tanah,
hilangnya fungsi hutan sebagai pengatur tata air, pengendali erosi,
banjir, penyerap karbon, pemasok oksigen, dan pengatur suhu. Ditinjau

13
dari aspek non fisik yang mengarah pada sosial, yaitu perubahan sosial
ekonomi masayarakat disekitar penambangan batu bara seperti
pergeseran budaya lokal dan perubahan pola pikir.

• Aspek Geomorfologi (Bentuk Lahan)


Bentuk lahan harus ditinjau dan dianalisis, dimana lokasi
penambangan adalah deerah lahan endapan mineral. Maka dari itu
perlu menganalisa lahan endapan mineral tersebut kaya akan
sumber bahan tambang, namun endapan mineral banyak belum
ditemukan. Selain itu, perlu menganalisa tanahnyadimana sebagian
besar bergelombang dan dataran tinggi. Sehingga tanahnya
perbukitan karena letaknya sangat jauh dari pantai tetapi belum
termasuk daerah pegunungan. Hal itu tidak terjadi rawan longsor
dan tidak berpotensi terjadi pergerakan tanah.

• Aspek Hidrologi Saluran


Aspek hidrologi membahas masalah banjir otomatis bencana
tersebut akan terjadi jika tidak ditanggulangi secara baik dan
efisien. Karena adanya penambangan batu bara maka daya serap
air berkurang. Akibat pengali fungsian lahan perkebunan menjadi
lahan tambang. Banjir dapat dirumuskan sebagai berikut:

Konsep banjir = Lintasan air (air yang mengalir) – Kapasitas Saluran (debit selokan)

Diharapkan agar pembangunannya berjalan lancar dan tidak


berdampak banjir, maka pembanguna tersebut harus diminimalisasi
sebaik mungkin agar daya penyerapan dioptimalkan, seperti
pembangunan selokan yang sesuai kapasitas limpahan air di daerah
penabangan tersebut. Kapasitasnya selokan dengan lintas air harus
seimbang, jika tidak maka air yang mengalir tidak sesuai dengan
debit selokan sehingga air meluap.

14
• Aspek Kualitas Udara

Polusi pun akan berdampak akibat adanya penambangan batu bara


diantaranya polusi udara. Setelah adanya penambangan batu bara
otomatis wilayah tersebut akan lebih berpotensi karena akibat
kendaraan lalu-lalang di daerah tersebut dan emisi alat yang
diguanakan pada proses penambangan. Akibatnya banyak asap
yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor dan alat penambangan
hal tersebut tentunya menyebabkan terjadinya polusi udara.

• Aspek Sosial Masyarakat


Ditinjau dari aspek non fisik yang mengarah pada sosial, yaitu
perubahan sosial ekonomi masayarakat disekitar penambangan batu
bara seperti pergeseran budaya lokal dan perubahan pola pikir.
Disamping pola hidup masyarakat, tentunya muncul persepsi
negatif masyarakat pada tahap pra-konstruksi karena
memungkinkan adanya konflik pembebasan lahan untuk
penambangan batu bara. Serta berubahnya mata pencarian
masyarakat yang awalnya berkebun menjadi penambangan.
Sehingga dari aspek geomorfologi, aspek hidrologi, aspek kualitas
udara, dan aspek sosial masyarakat muncul mantrik identifikasi
dampak. Berikut maatrik identifikasi dampak :

Tabel 2.2 Matrik Identifikasi Dampak


Operas
Komponen Pra Kontruksi Kontruksi Pra Operasi
i Keterangan
Lingkungan
1 2 3 4 1 2 3 1 2 1 2 3
Komponen Geo Fisik
Tahap Pra Kontruksi
Kimia
✓ ✓ 1. Sosialisasi/Konsultasi
Kualitas Udara
✓ Publik
✓ ✓
Kebisingan 2. Pembebasan Lahan
Transportasi Darat/ ✓ 3. Penerimaan Tenaga
Lalu Lintas Umum Kerja
Debit Air Limpasan 4. Mobilisasi Peralatan
✓ ✓

Peningkatan Erosi Tahap Kontruksi
Kualitas Air ✓ ✓
1. Pembersihan Lahan
Permukaan ✓ ✓ ✓
2. Pembangunan Sarana
Erosi Tanah
✓ ✓ dan Prasarana Penunjang
✓ 3. Pembangunan Jalan
Getaran
Tambang

Erosi dan Sedimentasi Tahap Operasi

Laju Limpasan Air ✓ 1. Pembersihan Lahan

15
Permukaan Tambang
2. Pengumpasan dan
Komponen Biologi Penimbunan Puncak dan
Lapisan Batuan Penutup

Flora Darat Tahap Pra Operasi
✓ ✓
✓ ✓
Fauna Darat 1. Rehabilitasi

✓ ✓ 2. Pelepasan Tenaga
Biota Air
✓ ✓ ✓ Kerja
Komponen Sosial 3. Remediasi
Sikap dan Persepsi ✓ ✓

Masyarakat

Konflik Sosial

✓ ✓
Kesempatan Kerja

Pendapatan ✓ ✓
✓ ✓
Masyarakat ✓

Persepsi Masyarakat
✓ ✓ ✓ ✓
Komponen
Kesehatan
Masyarakat
✓ ✓
Kesehatan Masyarakat
✓ ✓ ✓

✓ = Dampak Penting
Kosong = Dampak Tidak
Penting

• Konsultasi Publik
Kegiatan konsultasi publik dilakukan kepada masyarakat setempat,
bsik mengani rencana kegaiatan maupun studi AMDAL. Kegiatan
konsultasi 16ublic kepada masyarakat setempat secara langsung
bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai rencana
kegiatan, tujuan dan manfaat kegiatan, sehingga masyarakat dapat
memberikan masukan, pendapat, dan saran terhadap rencana
kegiatan penambangan batu bara di Blambangan Umpu Way Kanan,
agar menjadi masukan konsultan untuk melakukan pelingkupan
dampak penting hipotesi.

16
Berdasarkan matrik identitas maka dapat di identifikasi Dampak
Potensial Penambangan Batu Bara Blambangan Umpu Way Kanan
berikut :

Tabel 2.3 Identifikasi Dampak Potensial


No. Dampak Potensial Sumber
Tahap Pra Konstruksi
1. Perizinan dan Survei Pendahuluan Sosialisasi/Konsultasi Publik
2. Perubahan persepsi masyarakat Pembebasan lahan
Penerimaan tenaga kerja
3. Terjadi konflik sosial Pembabasan lahan
Penerimaan tenaga kerja
4. Hilangnya pendapatan Pembebasan lahan
5. Gangguan keamanan masyarakat Pembebasan lahan
6. Meningkatkan kesempatan kerja Penerimaan tenaga kerja
7. Meningkatkan pendapatan masayarakat Penerimaan tenaga kerja
8. Penurunan kualitas udara Mobilisasi peralatan
9. Peningkatan kebisingan Mobilisasi peralatan
10. Terganggunya transportasi Mobilisasi peralatan
darat/lalulintas umum
11. Terganggunya kesehatan masyarakat Mobilisasi peralatan
Tahap Kontruksi
1. Peningkatan debit air limpasan Pembersihan lahan
2. Peningkatan erosi tanah Pembersihan lahan
Pembangunan sarana dan
prasarana penunjang
Pembangunan jalan tambang
3. Penurunan kualitas air permukaan Pembersihan lahan
Pembangunan sarana dan
prasarana penunjang
Pembangunan jalan tambang
4. Hilangnya flora darat Pembersihan lahan
5. Terjadinya migrasi fauna darat Pembersihan lahan
6. Terganggunya biota air Pembersihan lahan
Pembangunan sarana dan
prasarana penunjang
Pembangunan jalan tambang
7. Gangguan kesehatan Pembersihan lahan
Pembangunan sarana dan
prasarana penunjang
Pembangunan jalan tambang
8. Meningkatnya kesempatan kerja Pembangunan sarana dan
prasarana penunjang
9. Meningkatnya pendapatan masyarakat Pembangunan sarana dan

17
prasarana penunjang
10. Penurunan kualitas udara Pembangunan jalan tambang
Tahap Operasi
1. Penurunan kualitas udara Pembersihan lahan tambang
Pengumpasan dan
penimbunan puncak dan
lapisan batuan penutup
2. Meningkatnya debit air limpasan Pembersihan lahan tambang
3. Peningkatan erosi tanah Pembersihan lahan tambang
Pengumpasan dan
penimbunan puncak dan
lapisan batuan penutup
4. Penurunan kualitas air permukaan Pembersihan lahan tambang
5. Hilangnya flora darat Pembersihan lahan tambang
6. Terjadinya migrasi fauna darat Pembersihan lahan tambang
7. Terganggunya biota air Pembersihan lahan tambang
8. Terganggunya kesehatan masyarakat Pembersihan lahan tambang
9. Peningkatan kebisingan Pengumpasan dan
penimbunan puncak dan
lapisan batuan penutup
10. Terjadinya getaran Pengumpasan dan
penimbunan puncak dan
lapisan batuan penutup
Tahap Pasca Operasi
1. Perubahan erosi dan sedimentasi Rehabilitasi
2. Perubahan laju limpasan air permukaan Rehabilitasi
3. Perubahan kualitas air permukaan Rehabilitasi
4. Gangguan terhadap flora dan fauna darat Rehabilitasi
5. Gangguan terhadap biota air Rehabilitasi
6. Berkurangnya kesempatan kerja Pelepasan tenaga kerja
7. Perubahan pendapatan masyarakat Pelepasan tenaga kerja
8. Perubahan persepsi masyarakat Pelepasan tenaga kerja
Remediasi

2.4.2. Evaluasi Dampak Potensial


Pelingkupan pada tahap ini bertujuan untuk menghlangkan/meniadakan
dampak potensial yang dianggap tidak relevan atau tidak penting,
sehingga diperoleh daftar prioritas dampak penting yang dipandang
perlu dan relevan untuk ditelaah secara mendalam dalam studi
ANDAL. Daftar dampak penting potensial ini disusun berdasarkan
pertimbangan atas hal-hal yang dianggap penting oleh masyarakat di
sekitar rencana kegiatan, instansi yang bertanggung jawab dan tim

18
studi. Pada tahap ini daftar dampak penting yang dihasilkan belum
tertera secara sistematis.

Metoda yang digunakan pada tahap ini adalah diskusi antar tenaga ahli.
Kegiatan identifikasi dampak penting ini dilakukan oleh pemrakarsa
rencana kegiatan (bersama dengan tim konsultan penyusun AMDAL),
dengan mempertimbangkan rencana kegiatan, rona lingkungan awal,
hasil konsultasi, diskusi dengan instansi yang bertanggung jawab serta
masyarakat yang berkepentingan, dan kegiatan sekitar. Berikut adalah
evaluasi dampak penting hipotetik :

Tabel 2.4 Evaluasi Dampak Potensial Menjadi Dampak Penting Hipotetik


No. Dampak Sumber Evaluasi Dampak Dampak
Potensial Penting Hipotetik Penting
Hipotetik
Tahap Pra
Konstruksi
1. Perizinan dan Sosialisasi/Kon- Kondisi saat ini -
Survei sultasi Publik pada lokasi rencana
Pendahuluan penambangan batu
bara sebagai
pengembangan dan
pemanfaatan
sumber daya.
Berdasarkan hal
tersebut kantor
dinas lingkungan
hidup way kanan
dan dinas energi
dan sumber daya
mineral provinsi
lampung bersama-
sama dengan PT.
Bhumi Siger telah
melakukan
pengurusan
perizinan yang
terkait dengan
kegiatan
penambangan batu
bara Blambangan
Umpu Way Kanan,
baik tingkat
nasional, provinsi,
maupun di tingkat

19
kabupaten. Hasil
dari konsultasi
publik, masyarakat
pada umumnya
setuju dengan
adanya rencana
penambangan batu
bara. Survei
pendahuluan telah
dilakukan untuk
menyusun studi-
studi yang
diperlukan. Selama
survey tersebut,
tidak ada gangguan
dari pihak pihak
yang tidak setuju
dengan kegiatan
penambangan batu
bara tersebut,
sehingga dampak
perubahan persepsi
masyarakat dari
kegiatan perizinan
dan survei
pendahuluan tidak
menjadi dampak
penting hipotetik.
2. Perubahan Pembebasan Lahan yang akan Perubahan
persepsi lahan digunakan untuk Persepsi
masyarakat Penerimaan penambangan batu Masyarak
tenaga kerja bara adalah wilayah at
perkebunan warga.
Dimana secara
administrasi
wilayah tersebut
termasuk dalam
desa Blambangan
Umpu. Untuk itu
PT. Bhumi Siger
akan melakukan
pembebasan lahan
terhadap wilayah
tersebut.
Diperkirakan
jumlah perkebunan

20
yang kena
pembebasan sekitar
300. Proses
penetapan harga
dan pembayaran
dilakukan
berdasarkan hasil
appraisal dari
konsultan
pembebasan lahan,
pertimbangan
permintaan warga,
NJOP, harga
pasaran dan
peraturan yang
berlaku. PT. Bhumi
Siger berencana
akan melakukan
pembayaran secara
langsung ganti rugi
lahan sesuai
kesepakatan. Jika
pemilik lahan
menolak
dibebaskan atau
belum ada
kesepakatan, maka
PT. Bhumi Siger
tidak akan
melakukan
pembebasan lahan
secara paksa.
Lokasi perkebunan
terkena dampak
selanjutnya
diserahkan pada
masing-masing
pemilik kebun.
Pada saat
konsultasi publik
terdapat banyak
masukan terkait
dengan
pembebasan lahan
ini antara lain
:kesepakatan nilai

21
harga ganti rugi
lahan, waktu
pelaksanaan
pembebasan lahan,
dan tidak
melibatkan pihak
ketiga dalam
melakukan
pembebasan lahan.
Dampak terhadap
persepsi
masyarakat juga
merupakan dampak
penerimaan tenaga
kerja. Sehingga
dengan
mempriotaskan
tenaga kerja lokal
dan melakukan
sosialisasi dan
penerapan sistem
scoring untuk
memberi
kesempatan kepada
tenaga kerja lokal.
3. Terjadi Pembabasan Belum adanya -
konflik sosial lahan kesepakatan
Penerimaan masyarakat
tenaga kerja mengenai prosedur
dan tata cara
pembayaran ganti
rugi. Sehingga
terjadi demo dan
protes. Oleh karena
itu PT. Bhumi
Siger
mengidentifikasi
dan memberikan
solusi terhadap
konflik yang akan
terjadi. Dengan
demikian terjadi
konflik sosial
seperti pembebasan
lahan dan
penerimaan tenaga

22
kerja tidak menjadi
dampak penting
hipotetik karena
PT. Bhumi Siger
mengidentifikasi
dan mencari solusi
sebelum hal-hal
tersebut berlanjut.
4. Hilangnya Pembebasan Mata pencarian Hilangnya
pendapatan lahan masyarakat yang pendapata
menempati lahan n
recana
penambangan batu
bara merupakan
petani. Dengan
adanya
pembebasan lahan,
maka akan
menghilangkan
pendapatan
masyarakat
tersebut. Hilangnya
pendapatan terjadi
akibat perubahan
pekerjaan
masyarakat yang
terkena
pembebasan lahan,
dampak ini terjadi
sementara sebelum
masyarakat
menemukan
sumber
pendapatannya
kembali. Dengan
demikian dampak
hilangnya
pendapatan akibat
pembebasan lahan
merupakan dampak
penting hipotetik.
5. Gangguan Pembebasan Dampak gangguan -
keamanan lahan ketertiban
masyarakat masyarakat akibat
pembebasan lahan
merupakan dampak

23
turunan dari
persepsi negatif
masyarakat dan
hilangnya
pendapatan, namun
pada prinsipnya
kedua belah pihak
mempunyai itikad
baik untuk
menghindari
adanya gangguan
keamanan
masyarakat
tersebut, untuk itu
dampak gangguan
keamanan
masyarakat akibat
pembebasan lahan
tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
6. Meningkatkan Penerimaan Dengan -
kesempatan tenaga kerja memberikan
kerja kesempatan tenaga
kerja lokal yang
dapat diserap dalam
operasional
perusahaan
Sehingga dapat
memberikan
peluang bagi warga
sekitar kegiatan
penambangan
tersebut. Dengan
demikian kegiatan
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
7. Meningkatkan Penerimaan Memberikan -
pendapatan tenaga kerja kesempatan kerja
masayarakat kepada masyarakat
lokal sehingga
dapat memberikan
peningkatan
pendapatan
masyarakat sesuai

24
dengan
pekerjaannya.
Dengan demikian
kegiatan ini tidak
menjadi dampak
penting hipotetik.
8. Penurunan Mobilisasi Pengangkutan -
kualitas udara peralatan material keperluan
penambangan
dengan jumlah truk
pengangkut sekitar
200 truk yang
berlangsung selama
321 hari (5
unit/hari). Selain
itu akibat untuk
pembuatan jalan
akses juga.
Sehingga sumber
dampak adanya
CO, SO2, dan NO2
disebabkan oleh
emisi gas buang
kendaraan.
Kegiatan mobilisasi
alat diperkirakan
akan menimbulkan
debu. Berdasarkan
hasil pemantauan
kualitas debu saat
ini masih
memenuhi baku
mutu. Dengan
mempertimbangkan
bahwa pada
umumnya pemilik
akan menggunakan
kembali material
melakukan
mobilisasi
peralatan dengan
hati-hati, sehingga
tingkat timbulnya
debu dapat
diminimalisasi dan
dampak ini

25
terlokalisir di areal
perencanaan, maka
dampak ini tidak
menjadi dampak
penting hipotetik.
9. Peningkatan Mobilisasi Mobilisasi alat -
kebisingan peralatan akibat dari
pembokaran alat
secara manual
setelah
mendapatkan
penggantian,
sehingga
kebisingan yang
ditimbulkan relatif
rendah. Saat ini
tingkat kebisingan
di wilayah
perencanaan masih
memenuhi baku
mutu yang
ditetapkan. Dengan
mempertimbangkan
jarak dan pekerjaan
dilakukan pada
siang hari.
Sehingga dampak
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
10. Terganggunya Mobilisasi Adanya mobilisasi -
transportasi peralatan alat memperlambat
darat/lalulintas lalu lintas. Walau
umum kondisi lalu lintas
tidak menyebabkan
macet. Dengan
demikian dampak
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
11. Terganggunya Mobilisasi Kegiatan mobilisasi -
kesehatan peralatan peralatan yang
masyarakat menyebabkan
meningkatnya
kadar debu dan
kebisingan. Namun

26
hal itu tidak
signifikan dan
masih memenuhi
baku mutu yang
ditetapkan.
Sehingga dampak
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
Tahap
Kontruksi
1. Peningkatan Pembersihan Meningkatnya -
debit air lahan debit air limpasan
limpasan tidak jauh melebihi
debit limpasan
sesuai kondisi rona
awal.Sehingga hal
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
2. Peningkatan Pembersihan Terjadinya -
erosi tanah lahan kenaikan laju erosi
Pembangunan tanah pada saat
sarana dan pembersihan lahan.
prasarana Selain itu terbentuk
penunjang alur dan parit di
Pembangunan lokasi pembersihan
jalan tambang lahan. Namun
karena dilakukan
secara bertahap
sesuai rencana
kegiatan dan
dilakukan pada saat
hari tidak hujan.
Begitupun pada
saat pembangunan
sarana dan
prasarana
penunjang
pembangunan jalan
tambang. Sehingga
dampak ini tidak
menjadi dampak
penting hipotetik.
3. Penurunan Pembersihan Untuk air buangan Penurunan
kualitas air lahan di aout let settling Kualitas

27
permukaan Pembangunan pond mengacu pada Air
sarana dan KepMenLH
prasarana 51/1995 tentang
penunjang Baku Mutu Limbah
Pembangunan Cair Industri yaitu
jalan tambang TSS = maks. 300
mg/l. Untuk
mengendalikan
debit limpasan
permukaan dan
erosi sehingga tidak
terlalu
meningkatkan
kekeruhan air
sungai yang
terdapat di daerah
PT. Bhumi Siger.
Namun masih perlu
dilakukan
pengujian. Dengan
demikian dampak
ini menjadi dampak
penting hipotetik.
4. Hilangnya Pembersihan Akibat -
flora darat lahan pembersihan lahan
hilangnya flora
darat. Namun hal
ini karena di lokasi
perencanaan hanya
perkebunan dan
bukan flora yang
dilindungin.
Sehingga dampak
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
5. Terjadinya Pembersihan Dengan -
migrasi fauna lahan pembersihan lahan
darat terjadinya migrasi
fauna. Namun hal
ini karena di
lokasiperencanaan
hanya perkebunan
dan bukan hutan
lindung. Maka
faunanya hanya

28
yang biasa dan
tidak yang jenis
fauna langkah.
Sehingga dampak
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
6. Terganggunya Pembersihan Penurunan Terganggu
biota air lahan keanekaragaman nya biota
Pembangunan jenis dan air
sarana dan kelimpahan biota
prasarana air akibat
penunjang pembersihan lahan
Pembangunan dan pembangunan
jalan tambang sarana dan
prasarana
penunjang
pembangunan jalan
tambang. Sehingga
perlu menjaga
kestabilan
ekosistem perairan
dan melakukan
pengelolaan air di
lokasi
penambangan.
Sehingga dampak
ini menjadi dampak
penting hipotetik.
7. Gangguan Pembersihan Muncul gangguan -
kesehatan lahan kesehatan yang
Pembangunan dialami
sarana dan masyarakat.
prasarana Sehingga untuk
penunjang meminimalkan hal
Pembangunan tersebut dengan
jalan tambang melakukan
pengelolaan
berbagai sumber
dampak yang
mengakibatkan
terjadinya penyakit
yaitu dengan
pengelolaan
kualitas air.
Dengan demikian

29
dampak ini tidak
menjadi dampak
penting hipotetik.
8. Meningkatnya Pembangunan Dengan -
kesempatan sarana dan memberikan
kerja prasarana kesempatan tenaga
penunjang kerja lokal yang
dapat diserap dalam
operasional
perusahaan
Sehingga dapat
memberikan
peluang bagi warga
sekitar kegiatan
penambangan
tersebut. Dengan
demikian kegiatan
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
9. Meningkatnya Pembangunan Memberikan -
pendapatan sarana dan kesempatan kerja
masyarakat prasarana kepada masyarakat
penunjang lokal sehingga
dapat memberikan
peningkatan
pendapatan
masyarakat sesuai
dengan
pekerjaannya.
Dengan demikian
kegiatan ini tidak
menjadi dampak
penting hipotetik.
10. Penurunan Pembangunan Pengangkutan -
kualitas udara jalan tambang material keperluan
penambangan
dengan jumlah truk
pengangkut sekitar
200 truk yang
berlangsung selama
321 hari (5
unit/hari). Selain
itu akibat untuk
pembuatan jalan
akses juga.

30
Sehingga sumber
dampak adanya
CO, SO2, dan NO2
disebabkan oleh
emisi gas buang
kendaraan.
Kegiatan
pembangunan jalan
tambang
diperkirakan akan
menimbulkan debu.
Berdasarkan hasil
pemantauan
kualitas debu saat
ini masih
memenuhi baku
mutu. Dengan
mempertimbangkan
bahwa pada
umumnya pemilik
akan menggunakan
kembali material
melakukan
pembangunan jalan
tambang dengan
hati-hati, sehingga
tingkat timbulnya
debu dapat
diminimalisasi dan
dampak ini
terlokalisir di areal
perencanaan, maka
dampak ini tidak
menjadi dampak
penting hipotetik.
Tahap
Operasi
1. Penurunan Pembersihan Kualitas udara Penurunan
kualitas udara lahan tambang ambient yang kualitas
Pengumpasan mengacu pada PP udara
dan penimbunan No. 41/1999 yaitu
puncak dan SO2 sebesar 0,9
lapisan batuan mg/l, NO2 sebesar
penutup 0,4 mg/l, CO
sebesar 30 mg/l dan
Debu (TSP) sebesar

31
0,23 mg/l. Untuk
mengurangi kadar
debu, emisi gas
SO2, NO2, dan CO
di udara ambient
agar tidak
melampaui baku
mutu lingkungan
yang telah
ditetapkan.
Sehingga untuk
menghindari hal
tersebut dilakukan
pengoperasian
peralatan sesuai
umur standar dan
melakukan
preventive
maintenance
terhadap mesin/alat
yang digunakan
secara periodik.
Namun hal itu
masih perlu adanya
pemantauan.
Dengan demikian
dampak ini menjadi
dampak penting
hipotetik.
2. Meningkatnya Pembersihan Meningkatnya -
debit air lahan tambang debit air limpasan
limpasan tidak jauh melebihi
debit limpasan
sesuai kondisi rona
awal. Hal tersebut
terjadi akibat
pembersihan lahan
tambang. Sehingga
hal ini tidak
menjadi dampak
penting hipotetik.
3. Pengingkatan Pembersihan Terjadinya Peningkat
erosi tanah lahan tambang kenaikan laju erosi an erosi
Pengumpasan tanah pada saat tanah
dan penimbunan pembersihan lahan.
puncak dan Selain itu terbentuk

32
lapisan batuan alur dan parit di
penutup lokasi pembersihan
lahan. Namun
karena dilakukan
secara bertahap
sesuai rencana
kegiatan dan
dilakukan pada saat
hari tidak hujan.
Begitupun pada
saat pembangunan
sarana dan
prasarana
penunjang
pembangunan jalan
tambang. Namun
hal ini masih perlu
pemantauan.
Sehingga dampak
ini menjadi dampak
penting hipotetik.
4. Penurunan Pembersihan Untuk air buangan Penurunan
kualitas air lahan tambang di aout let settling kualitas
permukaan pond mengacu pada air
KepMenLH
51/1995 tentang
Baku Mutu Limbah
Cair Industri yaitu
TSS = maks. 300
mg/l. Untuk
mengendalikan
debit limpasan
permukaan dan
erosi sehingga tidak
terlalu
meningkatkan
kekeruhan air
sungai yang
terdapat di daerah
PT. Bhumi Siger.
Namun masih perlu
pemantauan.
Dengan demikian
dampak ini menjadi
dampak penting
hipotetik.

33
5. Hilangnya Pembersihan Akibat -
flora darat lahan tambang pembersihan lahan
hilangnya flora
darat. Namun hal
ini karena di lokasi
perencanaan hanya
perkebunan dan
bukan flora yang
dilindungin.
Sehingga dampak
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
6. Terjadinya Pembersihan Dengan -
migrasi fauna lahan tambang pembersihan lahan
darat terjadinya migrasi
fauna. Namun hal
ini karena di
lokasiperencanaan
hanya perkebunan
dan bukan hutan
lindung. Maka
faunanya hanya
yang biasa dan
tidak yang jenis
fauna langkah.
Sehingga dampak
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
7. Terganggunya Pembersihan Penurunan Terganggu
biota air lahan tambang keanekaragaman nya biota
jenis dan air
kelimpahan biota
air akibat
pembersihan lahan
dan pembangunan
sarana dan
prasarana
penunjang
pembangunan jalan
tambang. Sehingga
perlu menjaga
kestabilan
ekosistem perairan
dan melakukan

34
pengelolaan air di
lokasi
penambangan.
Sehingga dampak
ini menjadi dampak
penting hipotetik.
8. Terganggunya Pembersihan Pembersihan lahan -
kesehatan lahan tambang tambang yang
masyarakat menyebabkan
meningkatnya
kadar debu dan
kebisingan. Namun
hal itu tidak
signifikan dan
masih memenuhi
baku mutu yang
ditetapkan. Serta
akibat dari lahan
pertambanagn jauh
dari permukiman.
Sehingga dampak
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
9. Peningkatan Pengumpasan Akibat Peningkat
kebisingan dan penimbunan pengumpasan dan an
puncak dan penimbunan kebisingan
lapisan batuan puncak dan lapisan
penutup batuan penutup
terjadi peningkatan
kebisingan.
Sehingga
mewajibkan
karyawan
menggunakan APD
lengkap dan
melakukan
penanaman pohon.
Serta
pengoperasian alat
sesuai umur
standar. Namun hal
itu tentu masih
perlu pemantauan.
Dengan demikian
dampak ini tidak

35
menjadi dampak
penting hipotetik.
10. Terjadinya Pengumpasan Akibat -
getaran dan penimbunan pengumpasan dan
puncak dan penimbunan
lapisan batuan puncak dan lapisan
penutup batuan penutup
terjadi getaran.
Sehingga
mewajibkan
karyawan
menggunakan APD
lengkap dan
melakukan
penanaman pohon,
pengoperasian alat
sesuai umur
standar. Serta
melaksanakan
kegiatan peledakan
sesuai SOP dan
memasang papan
pengumuman
rencana peledakan.
Dengan demikian
dampak ini tidak
menjadi dampak
penting hipotetik.
Tahap Pasca
Operasi
1. Perubahan Rehabilitasi Laju erosi -
erosi dan terkendali sesuai
sedimentasi Keputusan Direktur
Jenderal Reboisasi
dan Rehabilitasi
Kementerian
Kehutanan No.
041/Kpts/V/1998
(<15 ton/ha/tahun).
Dimana dilakukan
pemantauan di area
rawan erosi seperti
di jalan akses,
tapak sumur, dan
PLPTP. Sehingga
ini tidak menjadi

36
dampak penting
hipotetik.
2. Perubahan Rehabilitasi Terkendalinya -
laju limpasan muatan sedimen
air permukaan yang masuk ke
sungai sesuai PP
No. 82 Tahun 2001
(<50 mg/L). Hal itu
dengan dikelola
dengan baik.
Sehingga ini tidak
menjadi dampak
penting hipotetik.
3. Perubahan Rehabilitasi Terkendalinya -
kualitas air kadar TSS di
permukaan sungai dekat area
penambangan yaitu
4 mg/Ldan
maksimum <
50mg/L sehingga
hal itu sesuai
dengan PP No. 82
Tahun 2001 dan
masih memenuhi
baku mutu. Dengan
demikian dampak
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
4. Gangguan Rehabilitasi Dengan rehabilitasi -
terhadap flora sehingga
dan fauna melakukan
darat penanaman
kembali flora
sehingga
mengembalikan
kondisi keberadaan
flora tersebut.
Dengan
bertumbuhnya flora
maka fauna akan
bermigrasi kembali
ke tempat asal.
Sehingga ini tidak
menjadi dampak
penting hipotetik.

37
5. Gangguan Rehabilitasi Penurunan -
terhadap biota keanekaragaman
air jenis dan
kelimpahan biota
air akibat kegiatan
penambangan.
Sehingga perlu
menjaga kestabilan
ekosistem perairan
dan melakukan
pengelolaan air di
lokasi
penambangan yaitu
dengan rehabilitasi.
Sehingga dampak
ini menjadi dampak
penting hipotetik.
6. Berkurangnya Pelepasan tenaga Dengan pelepasan -
kesempatan kerja tenaga kerja tentu
kerja menyebabkan
hilangnya
pekerjaan akibat
berhentinya
kegiatan
penambangan.
Sehingga perlu
dibuat strategi baru.
Dengan itu PT.
Bhumi Siger
melakukan
pemanfaatan tanah
galian menjadi
danau, maka itu
dapat menjadi
objek wisata.
Sehingga
memberikan
peluang bagi warga
sekitar dari
kegiatan
penambangan
tersebut. Dengan
demikian kegiatan
ini tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.

38
7. Perubahan Pelepasan tenaga Berkurangnya Perubahan
pendapatan kerja pendapatan pendapat
masyarakat masyarakat lokal masyaraka
terhadap kegiatan t
pelepasan tenaga
kerja. Namun hal
itu terjadi sebentar
karena PT. Bhumi
Siger melakukan
pemanfaatan tanah
galian menjadi
danau, maka itu
dapat menjadi
objek wisata..
Sehingga hal itu
menjadi
pendapatan baru
bagi masyarakat.
Akan tetapi
beberapa
masyarakat belum
menerima hal
tersebut. Dengan
demikian dampak
ini menjadi dampak
penting hipotetik.
8. Perubahan Pelepasan tenaga PT. Bhumi Siger Perubahan
persepsi kerja melakukan persepsi
masyarakat Remediasi remediasi tanah masyaraka
akibat dari t
kegaiatan
penambangan
tersebut. Sehingga
hal itu
menyebabkan
berkurangnya
persepsi negatif
dari kegiatan
pertambangan batu
bara dan persepsi
kegiatan pelepasan
tenaga kerja di
tahap pasca operasi
ini. Namun hal itu
dilakukan secara
bertahap. Dengan

39
demikian dampak
ini menjadi dampak
penting hipotetik.

2.4.3 Hasil Proses Pelingkupan


Berikut hasil pelingkupan dari proses evaluasi dampak :

Tabel 2.5. Hasil Evaluasi Dampak Potensial Menjadi Dampak


Penting Hipotetik
No. Dampak Penting Hipotetik Sumber
Tahap Pra Kontruksi
1. Perubahan persepsi masyarakat Pembebasan lahan
Penerimaan tenaga kerja
2. Hilangnya pendapatan Pembebasan lahan
Tahap Kontruksi
1. Meningkatnya Kesempatan Kerja Pembangunan sarana dan
prasarana penunjang
2. Penurunan kualitas air Pembersihan lahan
Pembangunan sarana dan
prasarana penunjang
pembangunan jalan tambang
3. Penurunan Kualitas Udara Pembangunan jalan tambang
4. Terganggunya biota air Pembersihan lahan
Pembangunan sarana dan
prasarana penunjang
pembangunan jalan tambang
Tahap Operasi
1. Penurunan kualitas udara Pembersihan lahan
Pengumpasan dan penimbunan
puncak dan lapisan batuan
penutup
2. Peningkatan erosi tanah Pembersihan lahan
Pengumpasan dan penimbunan
puncak dan lapisan batuan
penutup
3. Penurunan kualitas air permukaan Pembersihan lahan
4. Terganggunya biota air Pembersihan lahan
5. Peningkatan kebisingan Pengumpasan dan penimbunan
puncak dan lapisan batuan
penutup
Tahap Pasca Operasi
1. Perubahan pendapatan masyarakat Pelepasan tenaga kerja
2. Perubahan persepsi masyarakat Pelepasan tenaga kerja

40
Remediasi

2.5. Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian

2.5.1 Batas Wilayah Studi


Penentuan batas wilayah studi analisis Dampak Lingkungan
Pertambangan Batu Bara Blambangan Umpu Way Kanan ditekankan
pada pertimbangan luas daerah yang terkena dampak kegiatan
penambangan pada setiap tahap kegiatan.

2.5.2. Batas Wilayah Kajian


Batas wilayah studi merupakan resultante dari batas kegiatan
pertambangan, batas ekologis, batas sosial dan batas administrasi
dengan memperhatikan batas teknis yang meliputi keterbatasan
sumberdaya, waktu, dana, teknik, dan metoda telaahan. Dasar
penentuan wilayah studi secara rinci dapat dikemukakan sebagai
berikut :

• Batas Pertambangan
Batas kegiatan pertambangan mencakup seluruh areal yang
diperuntukan kegiatan pertambangan di Blambangan Umpu Way
Kanan, provinsi Lampung seluas 300 Ha dengan titik koordinat
wilayah yaitu 104˚21’30” Bujur Timur dan 4˚30’0” Lintang
Selatan.

• Batas Ekologis
Batas ekologis adalah ruang pesebaran area penambangan batu bara
di Blambangan Umpu Way Kanan dan perkiraan sebaran dampak
suatu rencana kegiatan yang akan terjadi. Sebaran dampak
diperkirakan bersumber dari perubahan kualitas tanah. Hal itu
terjadi karena hilangnya struktur dari tanah. Maka hal tersebut juga
berpotensi mempengaruhi air tanah.
• Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang disekitar rencana kegiatan pertambangan
yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial
yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan
(termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan proses
dinamika sosial masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami
perubahan mendasar akibat pertambangan batu bara Blambangan
Umpu Way Kanan. Mengingat dampak lingkungan yang akan

41
terjadi. Batas sosial meliputi wilayah perkebunan masyarakat
Blambangan Umpu Way Kanan.

• Batas Administratif
Batas administratif dimasukkan sebagai ruang dimana masyarakat
dapat secara leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial
budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Batas ruang dimaksud berupa batas ruang secara administratif yaitu
batas administrasi Blambangan Umpu Way Kanan.

• Batas Waktu Kajian


Batas waktu kajian dalam KA-ANDAL merupakan tingkat
kemampuan dalam proses analisis dampak penting dan kemampuan
pelaksanaan dalam mengelola dan memantau lingkungan. Batas
dalam proses ANDAL adalah:
a. Kekurangan data dan pengukuran parameter lingkungan
b. Perubahan dinamika sosial ekonomi yang sangat cepat di
wilayah Way Kanan, khususnya di sekitar kawasan
Blambangan Umpu.

Sedangkan keterbatasan dalam pengelolaan dan pemantauan


lingkungan dipengaruhi oleh akurasi peralatan laboratorium dan
perkembangan teknologi, sehingga mempengaruhi biaya
pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Berdasarkan
keterbatasan-keterbatasan tersebut serta melihat dampak dari
kegiatan pra kontruksi, kontruksi, operasi, dan pasca operasi, maka
batas waktu kajian dapat dipenuhi dengan asumsi :
1. Perubahan rona lingkungan hidup tanpa ada kegiatan
2. Kebijakan pemerintah tidak berubah
3. Sistem dan intensitas kegiatan tidak berubah

Tabel 2.6 Batas Waktu Kajian


No Dampak Penting Sumber Batas Alasan
. Hipotetik Waktu Penentuan
Kajian Batas Waktu
Kajian
Tahap Pra
Kontruksi
1. Perubahan persepsi Pembebasan 2 bulan Pembebasan
masyarakat lahan lahan dan
Penerimaan penerimaan
tenaga kerja tenaga kerja

42
direncanakan
akan
dilakukan
selama 2
bulan.
2. Hilangnya Pembebasan 2 Bulan Pembebasan
pendapatan lahan lahan
direncanakan
akan
dilakukan
selama 2
bulan.
Tahap Kontruksi
1. Meningkatnya Pembangunan 1 tahun Pembanguna
kesempatan kerja sarana dan n sarana dan
prasarana prasarana
penunjang penunjang
dilakukan
selama 1
tahun.
2. Penurunan kualitas Pembersihan 1 tahun Pemantauan
air lahan dilakukan
Pembangunan dengan
sarana dan frekuensi 1
prasarana bulan sekali.
penunjang Dengan
pembangunan direncanakan
jalan tambang akan
dilakukan
selama 1
tahun.
3. Penurunan kualitas Pembangunan 6 bulan Pemantauan
udara jalan tambang dilakukan
dengan
frekuensi 1
bulan sekali.
Dengan
direncanakan
akan
dilakukan
selama 6
bulan.
2. Terganggunya biota Pembersihan 1 tahun Pemantauan
air lahan dilakukan
Pembangunan dengan
sarana dan frekuensi 2

43
prasarana bulan sekali.
penunjang Dengan
pembangunan direncanakan
jalan tambang akan
dilakukan
selama 1
tahun
Tahap Operasi
1. Penurunan kualitas Pembersihan 5 tahun Pemantauan
udara lahan dilakukan
Pengumpasan dengan
dan frekuensi 6
penimbunan bulan sekali.
puncak dan Dengan
lapisan batuan direncanakan
penutup akan
dilakukan
selama 5
tahun.
2. Peningkatan erosi Pembersihan 5 tahun Pemantauan
tanah lahan dilakukan
Pengumpasan dengan
dan frekuensi 6
penimbunan bulan sekali.
puncak dan Dengan
lapisan batuan direncanakan
penutup akan
dilakukan
selama 5
tahun.
3. Penurunan kualitas Pembersihan 5 tahun Pemantauan
air permukaan lahan dilakukan
dengan
frekuensi 6
bulan sekali.
Dengan
direncanakan
akan
dilakukan
selama 5
tahun.
4. Terganggunya biota Pembersihan 3 tahun Pemantauan
air lahan dilakukan
dengan
frekuensi 6
bulan sekali.

44
Dengan
direncanakan
akan
dilakukan
selama 3
tahun.
5. Peningkatan Pengumpasan 5 tahun Pemantauan
kebisingan dan dilakukan
penimbunan dengan
puncak dan frekuensi 6
lapisan batuan bulan sekali.
penutup Dengan
direncanakan
akan
dilakukan
selama 5
tahun.
Tahap Pasca
Operasi
1. Perubahan Pelepasan 6 bulan Perubahan
pendapatan tenaga kerja pendapatan
masyarakat masyarakat
akibat
berhentinya
kegiatan
penambangan
akan ditinjau
selama 6
bulan.
2. Perubahan persepsi Pelepasan 6 bulan Perubahan
masyarakat tenaga kerja persepsi
Remediasi masyarakat
akibat
berhentinya
kegiatan
penambangan
dan remediasi
tanah.
Sehingga
akan ditinjau
selama 6
bulan.

45
BAB III
METODE STUDI

3.1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

3.1.1. Pengumpulan Data


• Wawancara
Proses pengambilan data yang dilakukan dengan tatap muka secara
langsung (tatap muka) maupun secara tidak langsung dengan jenis
pertanyaan bisa terstruktur maupun tidak terstruktur.
mendefinisikan interview sebagai berikut Wawancara adalah
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu. Wawancara disini dilakukan terhadap subjek
yang berkompeten terkait dengan data yang ingin penelitian Kepala
Badan Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Wilayah blambangan
, Bapak Ir. Achmad Gunawan, M.T. Kepala Bidang Geologi
Mineral dan Batubara Balai ESDM Wilayah blambangan umpuh
way kanan, Bapak Sodik staf lapangan Bidang Geologi Mineral
dan Batubara Balai ESDM Wilayah blambangan umpu way kanan,
Bapak Suratno Kasi Perlindungan Lahan dan Irigasi Dinas
Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, Bapak Iskandar Kepala
Balai Taman Nasional Gunung Merapi, Bapak Haryono Kepala
Desa blambangan , Bapak Slamet Mendut Kontraktor Tambang PT
Bhumi Siger. Dalam melakukan wawancara tidak hanya sekali
saja, tetapi berkali-kali sampai menghasilkan data jenuh.

• Observasi
Teknik observasi digunakan untuk mengamati kondisi secara
langsung di lapangan. Observasi dilakukan untuk mengetahui
kebenaran yang berhubungan dengan aspek yang dikembangkan
peneliti. Tujuan teknik ini untuk mencatat hal-hal, permasalahan,

46
perilaku yang terkait dengan Implementasi Peraturan Daerah
blambangan Nomor 10 tahun 2011 tentang Pertambangan Mineral
Bukan Logam dan Batuan di Desa blambang yaitu terkait dengan
kegiatan pertambangan yang dilakukan, kondisi tempat
pertambangan, ketersediaan fasilitas sarana prasarana pendukung
kegiatan pengelolaan pertambangan, pengelolaan dan pemanfaatan
lahan pertambangan dan bentuk pelestarian lingkungan yang
dilakukan di area bekas pertambangan.

• Dokumentasi
Teknik observasi digunakan untuk mengamati kondisi secara
langsung di lapangan. Observasi dilakukan untuk mengetahui
kebenaran yang berhubungan dengan aspek yang dikembangkan
peneliti. Tujuan teknik ini untuk mencatat hal-hal, permasalahan,
perilaku yang terkait dengan Implementasi Peraturan Daerah
blambangan Nomor 10 tahun 2011 tentang Pertambangan Mineral
Bukan Logam dan Batuan di Desa blambang yaitu terkait dengan
kegiatan pertambangan yang dilakukan, kondisi tempat
pertambangan, ketersediaan fasilitas sarana prasarana pendukung
kegiatan pengelolaan pertambangan, pengelolaan dan pemanfaatan
lahan pertambangan dan bentuk pelestarian lingkungan yang
dilakukan di area bekas pertambangan.

3.1.2 Metode analisis data


Metode analisis data merupakan tahapan yang dilakukan untuk
memprakirakan dampak penting yang berlaku pada studi ANDAL
1. Kualitas Udara
2. Geologi
3. Hidrogeologi
4. Kualitas Air
5. Ruang Dan Lahan

47
6. Sitem Transportasi
7. Flora
8. Fauna
9. Sosial, Ekonomi Dan Budaya
10. Kesehatan Masyarakat

3.2. Metode Prakiraan Dampak Penting


Metode prakiraan dampak penting merupakan metode yang menjelaskan
sikap yang dilakukan untuk memprakiraan dari dampak penting sifat dan
besarannya studi ANDAL.

1. Metode Prakiraan Besaran Dampak


a. Metode perhitungan matematis
Dampak – dampak penting yang bisa diukur menggunakan metode ini
adalah kualitas udara ambien, peningkatan kebisingan, peningkatan aliran
permukaan, penurunan kualitas air.

b. Metode analogi
Prakiraan nilai dampak ditetapkan oleh ahli atau pakar. Digunakan bila
data yang diperoleh terbatas dan kurang dipahami gejala yang
diprakirakan terjadi. Terlebih dahulu ditentukan skala kualitas lingkungan
hidup dari skal 5 sangat baik sampai 1 sangat buruk. Parameter yang biasa
digunakan adalah debu, erosi, run off, kualitas air, sanitasi lingkungan,
vegetasi, sikap dan profesi masyarakat, lapangan kerja, lalu lintas umum,
kesehatan dan keselamatan kerja. (Azis Pangestu,2003)

c. Metode Prakiraan Sifat Dampak Penting


Penetuan prakiraan mengacu pada PP No 27 tahun 1999 mengenai
AMDAL. Dimana suatu dampak dikatakan penting ditinjau dari:
a. Jumlah manusia yang akan terkena dampak
b. Luas wilayah persebaran dampak
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

48
d. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak
e. Sifat kumulatif dampak
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.

3.3. Metode Evaluasi Secara Holistik Terhadap Dampak Lingkungan


Tahap akhir rangkaian ANDAL yang bertujuan mengevaluasi secara
holistic (komprehensif) berbagai komponen lingkungan yang terkena
dampak penting, sebagai dasar untuk menilai kelayakan lingkungan
(alternative) rencana kegiatan/usaha. Dalam evaluasi dampak dampak
lingkungan, aspek social dianalisis sebagai bagian yang integral dengan
aspek fisik, kimia dan biologi. Evaluasi dampak lingkungan dlandasi oleh
keputusan kelayakan lingkungan proyek pembangunan PP no. 27 Tahun
1999 pasal 22 ayat 1 yang menyiratkan bahwa hampir tidak ada proyek
pembangunan yang ditolak kelayakannya dari segi lingkungan dan
keputusan yang diambil dengan menilai alternative kegiatan proyek
(lokasi, teknologi, dan bahan baku) terlebih dahulu.

3.4. Telaah Sebagai Dasar Pengolahan Lingkungan


1. Kausatif
Hubungan sebab akibat antara rencana kegiatan dengan rona
lingkungan hidup serta dampak positif dan negatif yang di timbulkan.
Contohnya adanya dampak penting yang muncul yang disebabkan
pandangan masyarakat terhadap pembangunan proyek.

2. Ciri Dampak
Penggolongan dampak penting bersifat negatif atau positif, yang
berlangsung terus selama rencana kegiatan dan adakah hubungan timbal
balik antar dampak yang terjadi. Jika ada maka perlu penjabaran
spesifik rencana kegiatan pembangunan tersebut.

49
3. Kelompok Masyarakat
Identifikasi kelompok masyarakat yang terkena dampak positif dan
negatif dari tahap prakontruksi sampai pascakontruksi kegiatan
pembangunan.

4. Rekomendasi Kelayakan Lingkungan


Dokumen rekomendasi Kelayakan Lingkungan Hidup berdasarkan
uraian rencana kegiatan lingkungan dan hubungannya dengan rona
lingkungan hidup awal dan mengaitkan dengan prakiraan dampak dan
evaluasi dampak penting secara holistik akibat kegiatan pembangunan
TPA. Sehingga dampak – dampak negatif masih bisa di tanggulangi dan
dampak positif dapat lebih dikembangkan. Maka kegiatan tersebut
layak secara aspek lingkungan hidup untuk dilakukan dengan syarat
melaksanakan pengelolaan lingkungan dan peantauan lingkungan hidup
sesuai dengan dokumen Recana Pengelolaan Lingkungan Hidup
(RKL) dan Rencana
Pemantauan Hidup (RPL).

50
DAFTAR PUSTAKA

Badan pusat statistik (BPS) Kabupaten Way Kanan Kecamatan Blambangan


Umpu Dalam Angka 2020.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2005. Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan


pembangunan di daerah. Asdep Urusan Kajian Dampak Lingkungan -
Kementerian Lingkungan Hidup : Jakarta. 70p.

Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Way Kanan
Kecamatan Blambangan Umpu Tahun 2018.

Peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan Republik Indonesia Nomor


38/menlhk/setjen/kum.1/7/2019 Tentang Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
yang wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup.

PPLH-LP IPB, BK-PSL, and BAPEDAL. 1992. Metodologi prakiraan dampak


dalam analisis mengenai dampak lingkungan. [kumpulan makalah seminar
nasional]. Institut PertanianBogor:Bogor.
DOKUMEN ANDAL
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

“RENCANA PENAMBANGAN BATU BARA OLEH PT. BHUMI SIGER”

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Aprillia Magdalena 118250040
Muhammad Fadillah 118250036
Octria Grace 118250034
Rahmah 118250039
Yuliana Daulay 118250032

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 51

1.1 Ringkasan Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan ............................ 51


1.1.1 Tahap Prakonstruksi ............................................................................. 53

1.1.2 Tahap Konstruksi .................................................................................. 54

1.1.3 Tahap Operasi ....................................................................................... 55

1.1.4 Tahap Pasca Operasi ............................................................................. 55

1.2 Ringkasan Dampak Penting Hipotetik Yang Ditelaah/Dikaji ..................... 56


1.3 Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian ............................................ 62
1.3.1 Batas Wilayah Studi.............................................................................. 62

1.3.2 Batas Waktu Kajian .............................................................................. 62

BAB II DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL ............... 68

2.1 Komponen Lingkungan Yang Terkena Dampak ......................................... 68


2.2 Kegiatan Lain Yang ada di Sekitar Lokasi Rencana ................................... 70

BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING ..................................................... 71

3.1 Prakiraan Dampak ....................................................................................... 71


3.1.1 Tahap Pra Kontruksi ............................................................................. 74

3.1.2 Tahap Kontruksi ................................................................................... 77

3.1.3 Tahap Operasi ....................................................................................... 87

3.1.4 Tahap Pasca Operasi ............................................................................. 98

i
BAB IV EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK

LINGKUNGAN ................................................................................... 103

4.1 Telaahan Secara Keseluruhan dan Keterkaitan ......................................... 103


4.2 Evaluasi secara Holistik ............................................................................ 105
4.2.1 Tahap Prakonstruksi ........................................................................... 106

4.2.2 Tahap Konstruksi ................................................................................ 107

4.2.3 Tahap Operasi ..................................................................................... 108

4.2.4 Tahap Pasca Operasi ........................................................................... 108

4.3 Arahan Pengelolaan Dampak Lingkungan ................................................ 108


4.4 Kesimpulan Kelayakan Lingkungan ......................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Dampak Penting Hipotetik .................................................................... 56

Tabel 1.2 Batas Waktu Kajian .............................................................................. 64

Tabel 3.1 Kriteria Penetapan Dampak Penting ..................................................... 72

Tabel 3.2 Penilaian Sifat Penting Dampak Perubahan Persepsi Masyarakat........ 74

Tabel 3.3 Penilaian Sifat Penting Dampak Hilangnya Pendapatan ...................... 76

Tabel 3.4 Penilaian Sifat Penting Dampak Meningkatnya Kesempatan Kerja ..... 79

Tabel 3.5 Penilaian Sifat Penting Dampak Penurunan Kualitas Air Permukaan .. 81

Tabel 3.6 Penilaian Sifat Penting Dampak Penurunan Kualitas Udara ................ 84

Tabel 3.7 Penilaian Sifat Penting Dampak Terganggunya Biota Air ................... 86

Tabel 3.8 Penilaian Sifat Penting Dampak Penurunan Kualitas Udara ................ 89

Tabel 3.9 Penilaian Sifat Penting Dampak Peningkatan Erosi Tanah .................. 91

Tabel 3.10 Penilaian Sifat Penting Dampak Penurunan Kualitas Air Permukaan 93

Tabel 3.11 Penilaian Sifat Penting Dampak Terganggunya Biota Air ................. 95

Tabel 3.12 Penilaian Sifat Penting Dampak Peningkatan Kebisingan ................. 96

Tabel 3.13 Penilaian Sifat Penting Dampak Perubahan Pendapatan Masyarakat 99

Tabel 3.14 Penilaian Sifat Penting Dampak Perubahan Persepsi Masyarakat.... 100

Tabel 4.1 Matrik Evaluasi Dampak Penting ....................................................... 106

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Lokasi Tambang Batu Bara ....................................................... 52

Gambar 1.2 Peta Lokasi Perencanaan Penambangan Batu Bara .......................... 52

Gambar 4.1 Bagan Alir Dampak Penting ........................................................... 105

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Ringkasan Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


Penyusunan Dokumen AMDAL penambangan batu bara PT. Bhumi Siger
di Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan, Provinsi
Lampung ini sebagai upaya untuk memenuhi ketentuan penambangan di
Provinsi Lampung yang berwawasan lingkungan.

• Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Akan Dikaji


Kegiatan penambangan batu bara PT. Bhumi Siger berlokasi di :
Kecamatan : Blambangan Umpu
Kabupaten : Way Kanan
Provinsi : Lampung

Titik koordinat pendekat


Garis Lintang : 4˚30’0” LS
Garis Bujur : 104˚21’30” BT

Lokasi tapak proyek Penambangan Batu Bara PT. Bhumi Siger


Provinsi Lampung berbatasan langsung dengan:
Sebelah utara : Bumi Agung
Sebelah Timur : Baradatu
Sebelah Selatan : Kasui
Sebelah Barat : Way Tuba

51
Gambar 1.1 Peta Lokasi Tambang Batu Bara

Gambar 1.2 Peta Lokasi Perencanaan Penambangan Batu Bara

• Status Studi Amdal


Penambangan batu bara PT. Bhumi Siger di Kecamatan
Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung
didasarkan pada izin lokasi melalui Peraturan Daerah Nomor 4
Tahun 2013 seluas 300 ha. Studi AMDAL ini dilakukan secara
terintegrasi dengan kegiatan lainnya seperti studi kelayakan
(kelayakan teknis, ekonomis dan sosial) sehingga diharapkan
dengan studi yang terintegrasi ini akan memperdalam dan

52
mempertajam kajian dalam studi AMDAL Penambangan Batu
Bara PT. Bhumi Siger.
• Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan
Rencana Tata Ruang
Berdasarkan Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang dan mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten
Way Kanan Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Way Kanan Tahun 2011 – 2031 lokasi
penambangan batu bara oleh PT. Bhumi Siger di Kecamatan
Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung
termasuk ke dalam Kawasan Budidaya Non Kehutanan/KBNK
artinya lahan tersebut sesuai dengan peruntukannya.

1.1.1. Tahap Prakonstruksi


Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap pra konstruksi adalah
pengurusan perizinan pembangunan tambang, di mana kajian
lingkungan berupa dokumen AMDAL ini adalah salah satu prasyarat
perizinan tersebut. Selain itu juga akan dilakukan pembebasan lahan
berupa ganti rugi tanah dan ganti rugi tanaman kebun masyarakat,
penerimaan tenaga kerja lokal, mobilisasi penggunaan jalan untuk
akses pemindahan peralatan dan bahan.

3 Komponen pada tahap prakonstruksi :


1. Komponen sosial
• Sikap dan persepsi masyarakat
• Konflik sosial
• Kesempatan kerja
• Pendapatan masyarakat

2. Komponen Geo-Fisik-Kimia
• Kualitas udara

53
• Kebisingan
• Transportasi darat / lalu lintas umum
3. Komponen Kesehatan Masyarakat
• Kesehatan masyarakat

1.1.2. Tahap Konstruksi


Kegiatan yang dilakukan pada tahap konstruksi adalah pembersihan
lahan kegiatan non tambang, pembangunan seluruh sarana dan
prasarana penunjang kegiatan produksi seperti kantor gudang, dan
sebagainya, serta pembangunan jalan akses menuju tambang.

4 Komponen pada tahap konstruksi


1. Komponen Geo-Fisik-Kimia
• Debit limpasan
• Peningkatan erosi
• Kualitas air permukaan
• Erosi tanah
• Kualitas udara

2. Komponen Biologi
• Flora darat
• Fauna darat
• Biota air

3. Komponen sosial
• Kesempatan kerja
• Pendapatan masyarakat

4. Komponen kesehatan masyarakat


• Kesehatan masyarakat

54
1.1.3. Tahap Operasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap operasi adalah pembersihan lahan
utama tambang, pengupasan dan penimbunan puncak dan lapisan
batuan penutup serta proses kegiatan produksi tambang.

3 Komponen pada tahap operasi :

1. Komponen Geo-Fisik-Kimia
• Kualitas udara
• Debit air limpasan
• Erosi tanah
• Kualitas air permukaan
• Kebisingan
• Getaran

2. Komponen Biologi
• Flora darat
• Fauna dara
• Biota air

3. Komponen kesehatan masyarakat


• Kesehatan masyarakat

1.1.4. Tahap Pasca Operasi


Kegiatan yang dilakukan pada tahap pasca operasi adalah melakukan
pemeliharaan dan reklamasi lahan bekas tambang , serta monitoring
atau pemantauan secara berkala terhadap lahan tambang setelah
penambangan berakhir.

3 Komponen pada tahap pasca operasi


1. Komponen Geo-Fisik-Kimia
• Erosi dan sedimentasi

55
• Laju limpasan air permukaan
• Kualitas permukaan

2. Komponen Biologi
• Flora darat
• Fauna darat
• Biota air

3. Komponen Sosial
• Kesempatan kerja
• Pendapatan masyarakat
• Persepsi masyarakat

1.2. Ringkasan Dampak Penting Hipotetik Yang Ditelaah/Dikaji


Evaluasi Dampak Potensial adalah Memisahkan dampak – dampak yang
dianggap relevan atau dampak yang secara dugaan (Hipotesa) perlu dikaji
lebih lanjut dari dampak yang tidak perlu di kaji dalam studi ANDAL.
Hasil dari Evaluasi ini akan menghasilkan Dampak Penting Hipotetik
(DPH). Berikut adalah ringkasan dampak penting hipotetik yang telah
dikaji dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1 Dampak Penting Hipotetik

No. Rencana Pengelolaan Komponen Pelingkupan


Kegiatan Lingkungan Lingkungan Dampak Evaluasi Dampak
yang Potensial Dampak Penting
Terkena Hipotetik
Dampak
I. Tahap Prakontruksi
Sosialisasi Melaksanakan Sikap dan Perizinan dan Kondisi saat ini Perubahan
sosialisasi persepsi survey pada lokasi persepsi

56
mengenai masyarakat, pendahuluan, rencana masyarakat
rencana konflik perubahan penambangan
kegiatan sosial, persepsi batu bara sebagai
secara kesempatan masyarakat pengembangan
transparan kerja, dan pemanfaatan
sesuai dengan pendapatan sumber daya.
keputusan masyarakat Berdasarkan hal
kepala tersebut kantor
Bapedal dinas lingkungan
hidup way kanan
dan dinas energi
dan sumber daya
mineral provinsi
lampung
bersama-sama
dengan PT.
Bhumi Siger
telah melakukan
pengurusan
perizinan yang
terkait dengan
kegiatan
penambangan
batu bara
Blambangan
Umpu Way
Kanan, baik
tingkat nasional,
provinsi,
maupun di
tingkat

57
kabupaten. Hasil
dari konsultasi
publik,
masyarakat pada
umumnya setuju
dengan adanya
rencana
penambangan
batu bara. Survei
pendahuluan
telah dilakukan
untuk menyusun
studi-studi yang
diperlukan.
Selama survey
tersebut, tidak
ada gangguan
dari pihak pihak
yang tidak setuju
dengan kegiatan
penambangan
batu bara
tersebut,
sehingga
dampak
perubahan
persepsi
masyarakat dari
kegiatan
perizinan dan
survei

58
pendahuluan
tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.
II. Tahap Kontruksi
Pembersihan Melakukan Debit air, Peningkatan Meningkatnya Penurunan
lahan kegiatan peningkatan debit air debit air Kualitas
pembersihan erosi, limpasan, limpasan tidak Air
lahan non kualitas air peningkatan jauh melebihi
tambang permukaan, erosi tanah, debit limpasan
secara erosi tanah, penurunan sesuai kondisi
bertahap kualitas kualitas air rona awal.
sesuai udara permukaan Sehingga hal ini
dengan tidak menjadi
rencana dampak penting
kegiatan dan hipotetik.
mematuhi
SOP
III. Tahap Operasi
Pembersihan Melakukan Kualitas Penurunan Kualitas udara Penurunan
lahan kegiatan udara, debit kualitas ambient yang kualitas
tambang pembersihan air limpasan, udara, mengacu pada udara,
lahan erosi tanah, meningkatnya PP No. 41/1999 peningkatan
tambang kualitas air debit air yaitu SO2 erosi tanah
secara permukaan, limpasan, sebesar 0,9 mg/l,
bertahap kebisingan, peningkatan NO2 sebesar 0,4
sesuai getaran erosi tanah, mg/l, CO sebesar
dengan penurunan 30 mg/l dan
rencana kualitas air Debu (TSP)
kegiatan dan permukaan sebesar 0,23

59
mematuhi mg/l. Untuk
SOP mengurangi
kadar debu,
emisi gas SO2,
NO2, dan CO di
udara ambient
agar tidak
melampaui baku
mutu lingkungan
yang telah
ditetapkan.
Sehingga untuk
menghindari hal
tersebut
dilakukan
pengoperasian
peralatan sesuai
umur standar dan
melakukan
preventive
maintenance
terhadap
mesin/alat yang
digunakan secara
periodik. Namun
hal itu masih
perlu adanya
pemantauan.
Dengan
demikian
dampak ini

60
menjadi dampak
penting
hipotetik.
IV. Tahap Pasca Operasi
Pemeliharaan Melakukan Erosi dan Perubahan Laju erosi
dan kegiatan sedimentasi, erosi dan terkendali sesuai
reklamasi pemeliharaan laju sedimentasi, Keputusan
lahan bekas dan limpasan air perubahan Direktur
tambang reklamasi permukaan, laju limpasan Jenderal
lahan bekas kualitas air air Reboisasi dan
tambang permukaan permukaan, Rehabilitasi
secara perubahan Kementerian
bertahap dan kualitas air Kehutanan No.
selektif serta permukaan 041/Kpts/V/1998
mematuhi (<15
SOP ton/ha/tahun).
Dimana
dilakukan
pemantauan di
area rawan erosi
seperti di jalan
akses, tapak
sumur, dan
PLPTP.
Sehingga ini
tidak menjadi
dampak penting
hipotetik.

61
1.3 Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian

1.3.1 Batas Wilayah Studi


Penentuan batas wilayah studi analisis Dampak Lingkungan Pertambangan
Batu Bara Blambangan Umpu Way Kanan ditekankan pada pertimbangan
luas daerah yang terkena dampak kegiatan penambangan pada setiap tahap
kegiatan.

1.3.2 Batas Waktu Kajian


Batas wilayah studi merupakan resultante dari batas kegiatan
pertambangan, batas ekologis, batas sosial dan batas administrasi dengan
memperhatikan batas teknis yang meliputi keterbatasan sumberdaya,
waktu, dana, teknik, dan metoda telaahan. Dasar penentuan wilayah studi
secara rinci dapat dikemukakan sebagai berikut :

• Batas Pertambangan
Batas kegiatan pertambangan mencakup seluruh areal yang
diperuntukan kegiatan pertambangan di Blambangan Umpu Way
Kanan, provinsi Lampung seluas 300 Ha dengan titik koordinat wilayah
yaitu 104˚21’30” Bujur Timur dan 4˚30’0” Lintang Selatan.

• Batas Ekologis
Batas ekologis adalah ruang pesebaran area penambangan batu bara di
Blambangan Umpu Way Kanan dan perkiraan sebaran dampak suatu
rencana kegiatan yang akan terjadi. Sebaran dampak diperkirakan
bersumber dari perubahan kualitas tanah. Hal itu terjadi karena
hilangnya struktur dari tanah. Maka hal tersebut juga berpotensi
mempengaruhi air tanah.

• Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang disekitar rencana kegiatan pertambangan yang
merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang

62
mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk
sistem dan struktur sosial), sesuai dengan proses dinamika sosial
masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar
akibat pertambangan batu bara Blambangan Umpu Way Kanan.
Mengingat dampak lingkungan yang akan terjadi. Batas sosial meliputi
wilayah perkebunan masyarakat Blambangan Umpu Way Kanan.

• Batas Administratif
Batas administratif dimasukkan sebagai ruang dimana masyarakat dapat
secara leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Batas
ruang dimaksud berupa batas ruang secara administratif yaitu batas
administrasi Blambangan Umpu Way Kanan.

• Batas Waktu Kajian


Batas waktu kajian dalam KA ANDAL merupakan tingkat kemampuan
dalam proses analisis dampak penting dan kemampuan pelaksanaan
dalam mengelola dan memantau lingkungan. Batas dalam proses
ANDAL adalah:
c. Kekurangan data dan pengukuran parameter lingkungan
d. Perubahan dinamika sosial ekonomi yang sangat cepat di wilayah
Way Kanan, khususnya di sekitar kawasan Blambangan Umpu.

Sedangkan keterbatasan dalam pengelolaan dan pemantauan


lingkungan dipengaruhi oleh akurasi peralatan laboratorium dan
perkembangan teknologi, sehingga mempengaruhi biaya pengelolaan
dan pemantauan lingkungan. Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan
tersebut serta melihat dampak dari kegiatan pra kontruksi, kontruksi,
operasi, dan pasca operasi, maka batas waktu kajian dapat dipenuhi
dengan asumsi :
4. Perubahan rona lingkungan hidup tanpa ada kegiatan

63
5. Kebijakan pemerintah tidak berubah
6. Sistem dan intensitas kegiatan tidak berubah

Tabel 1.2 Batas Waktu Kajian


No. Dampak Penting Sumber Batas Alasan Penentuan Batas
Hipotetik Waktu Waktu Kajian
Kajian
Tahap Pra
Kontruksi
1. Perubahan Pembebasan 2 bulan Pembebasan lahan dan
persepsi lahan penerimaan tenaga kerja
masyarakat Penerimaan direncanakan akan
tenaga kerja dilakukan selama 2 bulan.
2. Hilangnya Pembebasan 2 Bulan Pembebasan lahan
pendapatan lahan direncanakan akan
dilakukan selama 2 bulan.
Tahap Kontruksi
1. Meningkatnya Pembanguna 1 Tahun Pembangunan sarana dan
kesempatan kerja n sarana dan prasarana penunjang
prasarana dilakukan selama 1 tahun.
penunjang
2. Penurunan Pembersihan 1 tahun Pemantauan dilakukan
kualitas air lahan dengan frekuensi 1 bulan
Pembanguna sekali. Dengan
n sarana dan direncanakan akan
prasarana dilakukan selama 1 tahun.
penunjang
pembanguna
n jalan
tambang
3. Penurunan Pembanguna 6 bulan Pemantauan dilakukan

64
kualitas udara n jalan dengan frekuensi 1 bulan
tambang sekali. Dengan
direncanakan akan
dilakukan selama 6 bulan
4. Terganggunya Pembersihan 1 tahun Pemantauan dilakukan
biota air lahan dengan frekuensi 2 bulan
Pembanguna sekali. Dengan
n sarana dan direncanakan akan
prasarana dilakukan selama 1 tahun
penunjang
pembanguna
n jalan
tambang
Tahap Operasi
1. Penurunan Pembersihan 5 tahun Pemantauan dilakukan
kualitas udara lahan dengan frekuensi 6 bulan
Pengumpasa sekali. Dengan
n dan direncanakan akan
penimbunan dilakukan selama 5 tahun.
puncak dan
lapisan
batuan
penutup
2. Peningkatan erosi Pembersihan 5 tahun Pemantauan dilakukan
tanah lahan dengan frekuensi 6 bulan
Pengumpasa sekali. Dengan
n dan direncanakan akan
penimbunan dilakukan selama 5 tahun.
puncak dan
lapisan

65
batuan
penutup
3. Penurunan Pembersihan 5 tahun Pemantauan dilakukan
kualitas air lahan dengan frekuensi 6 bulan
permukaan sekali. Dengan
direncanakan akan
dilakukan selama 5 tahun.
4. Terganggunya Pembersihan 3 tahun Pemantauan dilakukan
biota air lahan dengan frekuensi 6 bulan
sekali. Dengan
direncanakan akan
dilakukan selama 3 tahun.
5. Peningkatan Pengumpasa 5 tahun Pemantauan dilakukan
kebisingan n dan dengan frekuensi 6 bulan
penimbunan sekali. Dengan
puncak dan direncanakan akan
lapisan dilakukan selama 5 tahun.
batuan
penutup
Tahap Pasca
Operasi
1. Perubahan Pelepasan 6 bulan Perubahan pendapatan
pendapatan tenaga kerja masyarakat akibat
masyarakat berhentinya kegiatan
penambangan akan
ditinjau selama 6 bulan.
2. Perubahan Pelepasan 6 bulan Perubahan persepsi
persepsi tenaga kerja masyarakat akibat
masyarakat Remediasi berhentinya kegiatan
penambangan dan

66
remediasi tanah.
Sehingga akan ditinjau
selama 6 bulan.

67
BAB II
DESKRIPSI RINCI
RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

2.1. Komponen Lingkungan Yang Terkena Dampak


1. Komponen geo fisik-kimia
• Iklim
Terbagi menjadi dua iklim yaitu musim hujan dan musim kemarau,
dimana pada lokasi tambang musim hujan terjadi pada bulan
November-Februari, musim kemarau terjadi pada bulan Mei-
Agustus, kegiatan penambangan batubara memiliki emisi yang
menamabah pemanasan global walaupun dalam skala kecil
sehingga mempengaruhi iklim dan perubahan musim pada lokasi
tambang.

• Topografi
Daerah Blambangan Umpu sebagian besar memiliki topografi
bergelombang dan dataran tinggi, dengan adanya pembangunan
tambang batubara sebagian besar wilayah akan diratakan dan
dibersihkan sehingga sebagian kecil topografi Blambangan Umpu
yang bergelombang dan dataran tinggi akan berubah.

• Geologi
Endapan mineral belum banyak ditemukan sehingga besarnya
endapan bahan tambang belumbanyak diketahui secara pasti,
dengan kegiatan penambangan ini sebagian kecil sumber daya
mineral, batubara dan panas bumi provinsi Lampung akan
dipelajari dan dikembangkan.

68
• Tanah
Tekstur tanah daerah Blambangan Umpu yaitu beragam (halus,
lempung, kasar) umumnya perbukitan sedang jauh dari pantai
dan tidak berpotensi longsor karena pergerakan tanah yang
minim, perubahan

• Kegempaan
Kawasan Blambangan Umpu tidak berpotensi gempa karena
tercatan belum ada titik lokasi gempa berdekatan dengan lokasi
tersebut.

2. Komponen Biologi

1. Flora darat
Kawasan Blambangan Umpu merupakan kawasan pertanian dan
perkebunan besar dan dikenal dengan kawasan agraris, kegiatan
penambangan tidak terlalu berpengaruh terhadap flora flora yang
berada pada kawasan tersebut.

2. Fauna Darat
Kawasan Blambangan Umpu memiliki keberagaman fauna yang
sedikit dan juga tidak adanya jenis fauna yang harus dilindungi
pada wilayah Blambangan Umpu, sehingga kegiatan penambangan
dapat dilanjutkan.

3. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya


Pada bagian komponen sosial ekonomi dan budaya pada kawasan
penambangan batubara PT. Bumi siger terkena dampak berupa
pengaruh pada kondisi dan kegiatan keseharian yaitu sebagai berikut:

1. Kondisi kesehatan

69
2. Mata pencaharian
3. Pendapatan
4. Fasilitas perekonomian
5. Norma – norma
6. Pendidikan

2.2. Kegiatan Lain Yang ada di Sekitar Lokasi Rencana


Kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi kegiatan penambangan PT. Bumi
siger yaitu sebagai berikut:

1. Kegiatan perdagangan

2. Kegiatan lalu lintas

3. Kegiatan Bersosialisasi

70
BAB III
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

3.1. Prakiraan Dampak


Pada tahap ini kegiatan prakiraan dampak dimaksudkan untuk
mengidentifikasi segenap dampak lingkungan hidup (primer, sekunder dan
seterusnya) yang secara potensial akan timbul sebagai akibat adanya
rencana kegiatan penambangan batu bara di Blambangan Umpu Way
Kanan. Dalam prakiraan dampak penting, acuan yang digunakan adalah
dampak penting hipotetik (DHP) yang ditelaah/dikaji.

Berikut merupakan kriteria yang digunakan, yaitu :

a. Sifat Dampak

Sifat dampak dibedakan atas dampak positif dan dampak negatif.


Dampak positif merupakan dampak yang ditimbulkan akibat rencana
kegiatan yang sifatnya menguntungkan/meningkatkan kualitas
lingkunganhidup yang ada sebelumnya. Sedangkan dampak negatif
merupakan dampak yang ditimbulkan akibat rencana kegiatan yang
sifatnya dapat merugikan/menurunkan kondisi lingkungan hidup awal.

b. Sifat Penting Dampak

Berikut tujuh faktor penentu dampak penting menurut Peraturan


Pemerintah No. 27 Tahun 2012 :

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak.

2. Luas wilayah penyebaran dampak.

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung.

4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak.

5. Sifat kumulatif dampak.

71
6. Sifat berbalik (Reversible) atau tidak terbaliknya (Irreversible)
sebuah dampak.

7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi.

Sifat penting dampak ditentukan berdasarkan faktor di atas dimana


apabila satu dari tujuh faktor di atas maka sifat tersebut dapat
dinyatakan sebagai dampak penting.

Tabel 3.1 Kriteria Penetapan Dampak Penting


No. Kriteria Dampak P TP Keterangan
Penting
1 Jumlah manusia terkena M1>M2 M1<M2 M1 = Jumlah manusia
dampak dalam wilayah studi yang
terkena dampak tetapi
tidak mendapatkan
manfaat
M2 = Jumlah manusia
yang mendapat manfaat
2 Luas wilayah W1 W2 W1 = Wilayah sebaran
persebaran dampak dampak mengalami
perubahan mendasar
W2 = Wilayah sebaran
dampak tidak mengalami
perubahan mendasar
3 Intensitas dan lamanya I1 I2 I1 = Dampak melampaui
dampak berlangsung baku mutu lingkungan dan
berlangsung lama (lebih
dari satu tahap proyek)
I2 = Dampak tidak
melampaui baku mutu

72
lingkungan dan
berlangsung tidak lama
(hanya pada tahap
prakonstruksi & kontruksi)
4 Jumlah komponen L1 L2 L1 = Komponen
lingkungan lain yang lingkungan terkena
terkena dampak dampak primer
L2 = Komponen
lingkungan terkena
dampak sekunder dan
lanjutannya
5 Sifat kumulatif dampak K1 K2 K1 = Dampak kumulatif
K2 = Dampak tidak
kumulatif
6 Berbalik atau tidak B1 B2 B1 = Dampak tidak dapat
berbaliknya dampak berbalik
B2 = Dampak dapat
berbalik
7 Kriteria lain sesuai T1 T2 T1 = Teknologinya sudah
dengan perkembangan tersedia dan mudah
ilmu pengetahuan dan didapatkan
teknologi T2 = Teknologinya
tersedia tetapi mahal atau
sukar didapatkan atau
belum ada teknologi untuk
mengelolanya
Sifat Dampak Positif Penting

73
3.1.1 Tahap Pra Kontruksi
Berdasarkan uraian rencana kegiatan, maka komponen kegiatan prakiraan
dampak yang akan ditelaah pada tahap pra kontruksi adalah sebagai
berikut :

1. Perubahan Persepsi Masyarakat


Lahan yang akan digunakan untuk penambangan batu bara adalah
wilayah perkebunan warga. Dimana secara administrasi wilayah
tersebut termasuk dalam desa Blambangan Umpu. Untuk itu PT.
Bhumi Siger akan melakukan pembebasan lahan terhadap wilayah
tersebut. Diperkirakan jumlah perkebunan yang kena pembebasan
sekitar 300 Ha. Proses penetapan harga dan pembayaran dilakukan
berdasarkan hasil appraisal dari konsultan pembebasan lahan,
pertimbangan permintaan warga, NJOP, harga pasaran dan peraturan
yang berlaku. PT. Bhumi Siger berencana akan melakukan
pembayaran secara langsung ganti rugi lahan sesuai kesepakatan.
Jika pemilik lahan menolak dibebaskan atau belum ada kesepakatan,
maka PT. Bhumi Siger tidak akan melakukan pembebasan lahan
secara paksa. Lokasi perkebunan terkena dampak selanjutnya
diserahkan pada masing-masing pemilik kebun. Dampak terhadap
persepsi masyarakat juga merupakan dampak penerimaan tenaga
kerja. Sehingga dengan mempriotaskan tenaga kerja lokal dan
melakukan sosialisasi dan penerapan sistem scoring untuk memberi
kesempatan kepada tenaga kerja lokal.

Penentuan sifat penting dampak dilakukan dengan mendasarkan


pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak disajikan pada
tabel berikut :

Tabel 3.2 Penilaian Sifat Penting Dampak Perubahan Persepsi


Masyarakat
No. Kriteria Dampak P TP Keterangan

74
Penting
1. Jumlah manusia terkena P Jumlah manusia terkena
dampak dampak adalah masyarakat
yang berada di daerah
penambangan.
2. Luas wilayah persebaran P Sebaran dampak
dampak diperkirakan akan meliputi
daerah Blambangan Umpu,
Way Kanan, Provinsi
Lampung. Dimana akibat
pembebasan lahan.
3. Intensitas dan lamanya P Intensitas dampak terjadi
dampak berlangsung pada mulai awal hingga
akhir masa pasca kontruksi
selama 2 bulan.
4. Jumlah komponen P Komponen lingkungan lain
lingkungan lain yang yang akan terkena turunan
terkena dampak adalah komponen sosial
ekonomi berupa hilangnya
pendapatan masyarakat.
5. Sifat kumulatif dampak TP Dampak ini tidak bersifat
kumulatif
6. Berbalik atau tidak TP Dampak ini tidak bersifat
berbaliknya dampak berbalik
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Tidak ada kriteria lain
perkembangan ilmu terkait perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pengetahuan dan
teknologi.
Sifat Dampak Positif Penting

75
Berdasarkan hasil evaluasi kepentingan dampak memiliki ΣP = 4,
maka dampak ini bersifat penting.

2. Hilangnya pendapatan
Mata pencarian masyarakat yang menempati lahan recana
penambangan batu bara merupakan petani. Dengan adanya
pembebasan lahan, maka akan menghilangkan pendapatan
masyarakat tersebut. Hilangnya pendapatan terjadi akibat perubahan
pekerjaan masyarakat yang terkena pembebasan lahan. Penentuan
sifat penting dampak dilakukan dengan mendasarkan pada 7 kriteria
penentu tingkat kepentingan dampak disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.3 Penilaian Sifat Penting Dampak Hilangnya Pendapatan


No. Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan
1. Jumlah manusia terkena P Jumlah manusia terkena
dampak dampak adalah
masyarakat yang berada
di daerah penambangan.
2. Luas wilayah persebaran P Sebaran dampak
dampak diperkirakan akan
meliputi daerah
Blambangan Umpu, Way
Kanan, Provinsi
Lampung
3. Intensitas dan lamanya P Intensitas dampak terjadi
dampak berlangsung pada mulai awal survei
lokasi sampai proses
ganti rugi.
4. Jumlah komponen P Komponen lingkungan
lingkungan lain yang lain yang akan terkena
terkena dampak turunan adalah

76
komponen sosial
ekonomi berupa hilang
pendapatan masyarakat.
5. Sifat kumulatif dampak TP Dampak ini tidak bersifat
kumulatif.
6. Berbalik atau tidak TP Dampak ini tidak bersifat
berbaliknya dampak berbalik.
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Tidak ada kriteria lain
perkembangan ilmu terkait perkembangan
pengetahuan dan teknologi ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Sifat Dampak Positif Penting
Berdasarkan hasil evaluasi kepentingan dampak memiliki ΣP = 4,
maka dampak ini bersifat penting.

3.1.2 Tahap Kontruksi


Berdasarkan uraian rencana kegiatan, maka komponen kegiatan prakiraan
dampak yang akan ditelaah pada tahap kontruksi adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya kesempatan kerja


Kegiatan rekrutmen tenaga kerja kontruksi kegiatan penambangan
baru bara di Blambangan Umpu, Way Kanan dalam pelaksanaan
kontruksi proyek, penyelenggara proyek tersebut akan bekerjasama
dengan beberapa kontraktor dan dinas setempat sehingga rekrutmen
akan dilakukan oleh masing-masing kontraktor yang ditunjuk.
Dengan ikut serta penduduk sekitar sebagai tenaga kerja kontruksi
proyek akan mengurangi jumlah pengangguran yang ada.
• Kondisi sebelum kegiatan proyek
Kondisi sebelum kegiatan proyek menggambarkan kondisi
tingkat kesempatan kerja di Blambangan Umpu tanpa adanya
kegiatan rekrutmen tenaga kerja kontruksi. Tingkat kesempatan

77
kerja dan indikator ketenagakerjaan lainnya pada kondisi tanpa
kegaiatan adalah sebagai berikut :
- Penduduk usia kerja = 4904 orang
- Penduduk bekerja = 1043 orang
- TKK TP-2020 = (penduduk kerja : penduduk usia
kerja) x 100%
= (1043 : 4904) x 100%
= 21,27%
Berdasarkan rincian di atas diketahui bahwa dengan TPAK
21,27% artinya dari 100 penduduk, sebanyak 22 orang
tersedia/telah bekerja di berbagai sektor.
• Kondisi lingkungan dengan kegiatan
Kondisi lingkungan dengan kegiatan ini menggambarkan
kondisi tingkat kesempatan kerja dengan adanya kegiatan
rekrutmen tenaga kerja kontruksi. Pada kegiatan pengembangan
akan meningkatkan kesempatan tenaga kerja sejumlah 300
orang untuk beberapa posisi pekerjaan dalam kegiatan kontruksi
dan tak hanya itu namun kegiatan penambangan berikutnya.
Peluang kerja sebagai tenaga kerja kontruksi tersebut akan
menambah jumlah penduduk yang bekerja dan meningkatkan
persentase tingkat kesempatan kerja. Apabila diperkirakan
sebanyak 1000 orang penduduk Blambangan Umpu direkrut
menjadi tenaga kontruksi dan kegiatan penambangan maka
kondisi tingkat kesempatan kerja dan indikator ketenagakerjaan
lainnya pada saat adanya kegiatan rekrutmen tenaga kerja
kontruksi adalah sebagai berikut :
- Penduduk usia kerja = 4904 orang
- Penduduk bekerja = 1043 orang + 1000 orang
= 2043 orang
- TKK TP-2020 = (penduduk kerja : penduduk usia
kerja) x 100%

78
= (2043 : 4904) x 100%
= 41,66%
Adanya rekrutmen tenaga kerja kontruksi dan penambangan
telah mempengaruhi tingkat partisipasi angkatan kerja menjadi
41,66%. Besarnya perubahan tingkat kesempatan kerja pada
tahap kontruksi tersebut adalah :
∆ TKK 2020 = TKK DP – TKK TP
= 41,66 % - 21,27%
= 20,39%
Berdasarkan uraian di atas, maka besar perubahan tingkat partisipasi
angkatan kerja adalah 20,39%. Dampak penyerapan tenaga kerja
kontruksi ini akan meningkatkan pendapatan para pekerja dan
membuka peluang besar kesempatan kerja bagi warga Blambangan
Umpu, Way Kanan. Penentuan sifat penting dampak dilakukan
dengan mendasarkan pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan
dampak disajikan pada tabel berikut :
Tabel 3.4 Penilaian Sifat Penting Dampak
Meningkatnya Kesempatan Kerja
No. Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan
1. Jumlah manusia terkena P Jumlah manusia
dampak terkena dampak adalah
akibat adanya
penambangan di
Blambangan Umpu,
Way Kanan, Provinsi
Lampung.
2. Luas wilayah persebaran P Sebaran dampak
dampak diperkirakan akan
meliputi wilayah
penambangan yaitu

79
Blambangan Umpu,
Way Kanan, Provinsi
Lampung.
3. Intensitas dan lamanya P Intensitas dampak
dampak berlangsung akan terjadi pada
mulai awal kontruksi
hingga akhir masa
kontruksi.
4. Jumlah komponen P Komponen lingkungan
lingkungan lain yang lain yang akan terkena
terkena dampak turunan adalah
komponen sosial
ekonomi berupa
tingkat pendapatan
pekerja.
5. Sifat kumulatif dampak TP Dampak ini tidak
bersifat kumulatif.
6. Berbalik atau tidak TP Dampak itidak bersifat
berbaliknya dampak berbalik.
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Tidak ada kriteria lain
perkembangan ilmu terkait perkembangan
pengetahuan dan teknologi ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Sifat Dampak Positif Penting

Berdasarkan hasil evaluasi kepentingan dampak memiliki ΣP = 4,


maka dampak ini bersifat penting.

80
2. Penurunan kualitas air permukaan
Pada tahap kontruksi terjadi penurunan kualitas air permukaan akibat
kegiatan penambangan. Untuk air buangan di aout let settling pond
mengacu pada KepMenLH 51/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Industri yaitu TSS = maks. 300 mg/l. Penentuan sifat penting
dampak dilakukan dengan mendasarkan pada 7 kriteria penentu
tingkat kepentingan dampak disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.5 Penilaian Sifat Penting Dampak


Penurunan Kualitas Air Permukaan
No. Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan
1. Jumlah manusia terkena P Manusia yang terkena
dampak dampak yaitu orang
yang berada di daerah
pertambangan batu
bara di Blambanngan
Umpu, Way Kanan,
Provinsi Lampung.
2. Luas wilayah persebaran P Sebaran dampak
dampak adalah seluas area
yang dilalui akibat
pembersihan lahan,
pembangunan sarana
dan prasarana
penunjang, serta
pembangunan jalan
tambang.
3. Intensitas dan lamanya TP Intensitas dampak
dampak berlangsung terjadi pada saat tahap
kontruksi

81
penambangan
berlangsung.
4. Jumlah komponen P Komponen lingkungan
lingkungan lain yang lain yang terkena
terkena dampak turunan adalah
kesehatan masyarakat
serta sikap dan
persepsi masyarakat.
5. Sifat kumulatif dampak P Dampak ini dapat
terakumulasi dengan
dampak keresahan
masyarakat sehingga
dapat memicu dampak
yang lebih besar.
6. Berbalik atau tidak TP Dampak dapat
berbaliknya dampak dipulihkan dengan
cara melakukan
penyiraman secara
rutin untuk
mengurangi paparan
debu.
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Tidak memerlukan
perkembangan ilmu penerapan teknologi
pengetahuan dan teknologi tinggi, cukup
menyiapkan alat
penyiraman.
Sifat Dampak Positif Penting

Berdasarkan hasil evaluasi kepentingan dampak memiliki ΣP = 4,


maka dampak ini bersifat tidak penting.

82
3. Penurunan Kualitas Udara
Pengangkutan material keperluan penambangan dengan jumlah truk
pengangkut sekitar 200 truk yang berlangsung selama 321 hari (5
unit/hari). Selain itu akibat untuk pembuatan jalan akses juga.
Sehingga sumber dampak adanya CO, SO2, dan NO2 disebabkan
oleh emisi gas buang kendaraan. Kegiatan pembangunan jalan
tambang diperkirakan akan menimbulkan debu. Mobil tersebut
mengeluarkan asap kendaraan, sehingga menyebabkan polusi udara
yang bertambah banyak dan hal tersebut membuat masayarakat
menjadi tidak nyaman. Hal tersebut juga meningkatkan suhu di
daerah sekitar, hal itu disebabkan oleh asap dan mesin dari mobil
alat berat tersebut.
• Proses kontruksi ini akan mengakibatkan terjadniya paparan
debu ke lingkungan sekitar. Volume material bongkar dihitung
berdasarkan as built drawing diperkirakan sekitar 200.000 m3.
Kondisi rona awal kualitas udara parameter debu pada saat
sebelum adanya kegiatan penambangan adalah sebesar 100
μg/Nm3 . Pada saat kegiatan penambangan berlangsung
diperkirakan akan ada peningkatan parameter debu.
• Kecepatan partikel jatuh ke permukaan tanah ditentukan dengan
persamaan :
V = gpp(dp)2/18 μa
Dimana :
Dp = Diameter partikel debu = 40 μm
g = Percepatan gravitasi = 9,8 m/det2
pp = Densitas partikel debu = 144,14 lb/ft3
μa = Viskositas udara = 0,0000121 lb/ft-det
Dengan menggunakan data dan persamaan di atas, maka
kecepatan partikel jatuh adalah 0,3665 ft/det. Waktu yang
diperlukan untuk partikel jatuh dengan beda ketinggian

83
bangunan yang dibongkar dengan permukaan tanah adalah 4
meter (13,12 ft) adalah:
t = (13,12ft):0,3665 ft/det = 35,79 det
Maka, jarak horizontal partikel jatuh adalah:
S = (lamanya waktu partikel jatuh) x (kecepatan angin)
= 35,79 det x 5,33 m/det
= 190 m
Penentuan sifat penting dampak dilakukan dengan mendasarkan
pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak disajikan pada
tabel berikut :

Tabel 3.6 Penilaian Sifat Penting Dampak Penurunan Kualitas Udara


No. Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan
1. Jumlah manusia terkena P Manusia yang terkena
dampak dampak yaitu orang
yang berada di daerah
pertambangan batu
bara di Blambanngan
Umpu, Way Kanan,
Provinsi Lampung.
2. Luas wilayah persebaran P Sebaran dampak
dampak adalah seluas area
yang dilalui akibat
tahap kontruksi
pertambangan.
3. Intensitas dan lamanya P Intensitas dampak
dampak berlangsung terjadi pada sekitar
321 hari saja saat
tahap kontruksi
penambangan

84
berlangsung.
4. Jumlah komponen P Komponen lingkungan
lingkungan lain yang lain yang terkena
terkena dampak turunan adalah
kesehatan masyarakat
serta sikap dan
persepsi masyarakat.
5. Sifat kumulatif dampak P Dampak ini dapat
terakumulasi dengan
dampak keresahan
masyarakat sehingga
dapat memicu dampak
yang lebih besar.
6. Berbalik atau tidak TP Dampak dapat
berbaliknya dampak dipulihkan dengan
cara melakukan
penyiraman secara
rutin untuk
mengurangi paparan
debu.
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Tidak memerlukan
perkembangan ilmu penerapan teknologi
pengetahuan dan teknologi tinggi, cukup
menyiapkan alat
penyiraman.
Sifat Dampak Positif Penting

Berdasarkan hasil evaluasi kepentingan dampak memiliki ΣP = 5,


maka dampak ini bersifat penting.

85
4. Terganggunya biota air
Pada tahap kontruksi, terdapat proses pembersihan lahan dan
pembangunan sarana dan prasarana penunjang pembangunan jalan
tambang. Pada tahap ini terjadi penurunan keanekaragaman jenis dan
kelimpahan biota air. Penentuan sifat penting dampak dilakukan
dengan mendasarkan pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan
dampak disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.7 Penilaian Sifat Penting Dampak Terganggunya Biota Air


No. Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan
1. Jumlah manusia terkena TP Tidak ada jumlah
dampak manusia terkena
dampak adalah akibat
adanya gangguan biota
air di Blambangan
Umpu, Way Kanan,
Provinsi Lampung.
2. Luas wilayah persebaran P Sebaran dampak
dampak diperkirakan akan
meliputi wilayah
penambangan yaitu
Blambangan Umpu,
Way Kanan, Provinsi
Lampung.
3. Intensitas dan lamanya P Intensitas dampak
dampak berlangsung akan terjadi akibat
pembersihan lahan,
pembangunan sarana
dan prasarana
penunjang, serta

86
pembangunan jalan
tambang.
4. Jumlah komponen P Komponen lingkungan
lingkungan lain yang lain yang akan terkena
terkena dampak turunan adalah
komponen ekosistem
berupa berkurangnya
biota air.
5. Sifat kumulatif dampak TP Dampak ini tidak
bersifat kumulatif.
6. Berbalik atau tidak TP Dampak itidak bersifat
berbaliknya dampak berbalik.
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Tidak ada kriteria lain
perkembangan ilmu terkait perkembangan
pengetahuan dan teknologi ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Sifat Dampak Negatif Penting
Berdasarkan hasil evaluasi kepentingan dampak memiliki ΣP = 3,
maka dampak ini bersifat tidak penting.

3.1.3 Tahap Operasi


Berdasarkan uraian rencana kegiatan, maka komponen kegiatan
prakiraan dampak yang akan ditelaah pada tahap operasi adalah sebagai
berikut :

1. Penurunan kualitas udara


Pada tahap ini terjadi akibat dari pembersihan lahan tambang,
pengumpasan dan penimbunan puncak dan lapisn batuan penutup.
Sehingga sumber dampak adanya CO, SO2, dan NO2 disebabkan
oleh emisi gas buang alat yang digunakan untuk kegiatan tambang
diperkirakan akan menimbulkan debu. Sehingga menyebabkan
polusi udara yang bertambah banyak dan hal tersebut membuat

87
masayarakat menjadi tidak nyaman. Hal tersebut juga meningkatkan
suhu di daerah sekitar.
• Proses kontruksi ini akan mengakibatkan terjadniya paparan
debu ke lingkungan sekitar. Volume material alat dihitung
berdasarkan as built drawing diperkirakan sekitar 200.000 m3.
Kondisi rona awal kualitas udara parameter debu pada saat
sebelum adanya kegiatan penambangan adalah sebesar 100
μg/Nm3 . Pada saat kegiatan penambangan berlangsung
diperkirakan akan ada peningkatan parameter debu.
• Kecepatan partikel jatuh ke permukaan tanah ditentukan dengan
persamaan :
V = gpp(dp)2/18 μa
Dimana :
Dp = Diameter partikel debu = 40 μm
g = Percepatan gravitasi = 9,8 m/det2
pp = Densitas partikel debu = 144,14 lb/ft3
μa = Viskositas udara = 0,0000121 lb/ft-det
Dengan menggunakan data dan persamaan di atas, maka
kecepatan partikel jatuh adalah 0,3665 ft/det. Waktu yang
diperlukan untuk partikel jatuh dengan beda ketinggian
bangunan yang dibongkar dengan permukaan tanah adalah 4
meter (13,12 ft) adalah:
t = (13,12ft):0,3665 ft/det = 35,79 det
Maka, jarak horizontal partikel jatuh adalah:
S = (lamanya waktu partikel jatuh) x (kecepatan angin)
= 35,79 det x 5,33 m/det
= 190 m
Kualitas udara ambient yang mengacu pada PP No. 41/1999 yaitu
SO2 sebesar 0,9 mg/l, NO2 sebesar 0,4 mg/l, CO sebesar 30 mg/l dan
Debu (TSP) sebesar 0,23 mg/l. Untuk mengurangi kadar debu, emisi
gas SO2, NO2, dan CO di udara ambient agar tidak melampaui baku

88
mutu lingkungan yang telah ditetapkan. Sehingga untuk menghindari
hal tersebut dilakukan pengoperasian peralatan sesuai umur standar
dan melakukan preventive maintenance terhadap mesin/alat yang
digunakan secara periodik. Namun hal itu masih perlu adanya
pemantauan. Penentuan sifat penting dampak dilakukan dengan
mendasarkan pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak
disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.8 Penilaian Sifat Penting Dampak Penurunan Kualitas Udara


No. Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan
1. Jumlah manusia terkena P Manusia yang terkena
dampak dampak yaitu orang
yang berada di daerah
pertambangan batu
bara di Blambanngan
Umpu, Way Kanan,
Provinsi Lampung.
2. Luas wilayah persebaran P Sebaran dampak
dampak adalah seluas area
yang dilalui akibat
pembersihan lahan
tambang,
pengumpasan dan
penimbunan puncak
dan lapisan batuan
penutup pada tahap
operasi.
3. Intensitas dan lamanya P Intensitas dampak
dampak berlangsung terjadi pada sekitar
321 hari saja saat

89
tahap kontruksi
penambangan
berlangsung.
4. Jumlah komponen P Komponen lingkungan
lingkungan lain yang lain yang terkena
terkena dampak turunan adalah
kesehatan masyarakat
serta sikap dan
persepsi masyarakat.
5. Sifat kumulatif dampak P Dampak ini dapat
terakumulasi dengan
dampak keresahan
masyarakat sehingga
dapat memicu dampak
yang lebih besar.
6. Berbalik atau tidak TP Dampak dapat
berbaliknya dampak dipulihkan dengan
cara melakukan
penyiraman secara
rutin untuk
mengurangi paparan
debu.
7. Kriteria lain sesuai dengan P Tidak memerlukan
perkembangan ilmu penerapan teknologi
pengetahuan dan teknologi tinggi, cukup
menyiapkan alat
penyiraman.
Sifat Dampak Positif Penting

90
Berdasarkan hasil evaluasi kepentingan dampak memiliki ΣP = 5,
maka dampak ini bersifat penting.

2. Peningkatan erosi tanah


Pada tahap ini terjadinya kenaikan laju erosi tanah pada saat
pembersihan lahan. Selain itu terbentuk alur dan parit di lokasi
pembersihan lahan. Sehingga mengalami perubahan laju erosi tanah
di lokasi penambangan. Begitupun pada saat pembangunan sarana
dan prasarana penunjang pembangunan jalan tambang. Oleh karena
itu perlu pemantauan. Penentuan sifat penting dampak dilakukan
dengan mendasarkan pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan
dampak disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.9 Penilaian Sifat Penting Dampak Peningkatan Erosi Tanah


No. Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan
1. Jumlah manusia terkena P Manusia yang terkena
dampak dampak yaitu orang
yang berada di daerah
pertambangan batu
bara di Blambanngan
Umpu, Way Kanan,
Provinsi Lampung.
2. Luas wilayah persebaran P Sebaran dampak
dampak adalah seluas area
yang dilalui akibat
pembersihan lahan
tambang,
pengumpasan dan
penimbunan puncak
dan lapisan batuan
penutup.

91
3. Intensitas dan lamanya P Intensitas dampak
dampak berlangsung terjadi pada saat tahap
operasi penambangan
berlangsung.
4. Jumlah komponen P Komponen lingkungan
lingkungan lain yang lain yang terkena
terkena dampak turunan adalah
kesehatan masyarakat
serta sikap dan
persepsi masyarakat.
5. Sifat kumulatif dampak TP Dampak ini dapat
terakumulasi dengan
dampak keresahan
masyarakat sehingga
dapat memicu dampak
yang lebih besar.
6. Berbalik atau tidak TP Dampak dapat
berbaliknya dampak dipulihkan dengan
cara melakukan pada
saat tidak hujan dan
dilakukan secara
bertahap.
7. Kriteria lain sesuai dengan P Tidak ada kriteria lain
perkembangan ilmu terkait perkembangan
pengetahuan dan teknologi ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Sifat Dampak Positif Penting

Berdasarkan hasil evaluasi kepentingan dampak memiliki ΣP = 5,


maka dampak ini bersifat penting.

92
3. Penurunan kualitas air permukaan
Kegiatan operasional penambangan menyebabkan kualitas air
permukaan menjadi menurun. Dimana dilihat dari kondisi fisik yang
mengalami perubahan warna pada air permukaan. Sehingga untuk air
buangan di aout let settling pond mengacu pada KepMenLH 51/1995
tentang Baku Mutu Limbah Cair Industri yaitu TSS = maks. 300
mg/l. Oleh karena itu adanya pemantauan dan penangan secara
berkala. Penentuan sifat penting dampak dilakukan dengan
mendasarkan pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak
disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.10 Penilaian Sifat Penting Dampak


Penurunan Kualitas Air Permukaan
No. Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan
1. Jumlah manusia terkena P Manusia yang terkena
dampak dampak yaitu orang
yang berada di daerah
pertambangan batu
bara di Blambanngan
Umpu, Way Kanan,
Provinsi Lampung.
2. Luas wilayah persebaran P Sebaran dampak
dampak adalah seluas area
yang dilalui akibat
pembersihan lahan
tambang.
3. Intensitas dan lamanya P Intensitas dampak
dampak berlangsung terjadi pada saat tahap
operasi penambangan
berlangsung serta

93
dapat belanjut jika
tidak ditangani.
4. Jumlah komponen P Komponen lingkungan
lingkungan lain yang lain yang terkena
terkena dampak turunan adalah
kesehatan masyarakat
serta sikap dan
persepsi masyarakat.
5. Sifat kumulatif dampak TP Dampak ini dapat
terakumulasi dengan
dampak keresahan
masyarakat sehingga
dapat memicu dampak
yang lebih besar.
6. Berbalik atau tidak TP Dampak dapat
berbaliknya dampak dipulihkan dengan
cara melakukan
penyiraman secara
rutin untuk
mengurangi paparan
debu.
7. Kriteria lain sesuai dengan P Tidak memerlukan
perkembangan ilmu penerapan teknologi
pengetahuan dan teknologi tinggi, cukup
menyiapkan alat
penyiraman.
Sifat Dampak Positif Penting

Berdasarkan hasil evaluasi kepentingan dampak memiliki ΣP = 5,


maka dampak ini bersifat penting.

94
4. Terganggunya biota air
Pada tahap operasi, terdapat proses pembersihan lahan . Dimana
pada tahap ini terjadi penurunan keanekaragaman jenis dan
kelimpahan biota air. Penentuan sifat penting dampak dilakukan
dengan mendasarkan pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan
dampak disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.11 Penilaian Sifat Penting Dampak Terganggunya Biota Air


No. Kriteria Dampak P TP Keterangan
Penting
1. Jumlah manusia TP Tidak ada jumlah manusia
terkena dampak terkena dampak adalah
akibat adanya gangguan
biota air di Blambangan
Umpu, Way Kanan,
Provinsi Lampung.
2. Luas wilayah P Sebaran dampak
persebaran dampak diperkirakan akan meliputi
wilayah penambangan
yaitu Blambangan Umpu,
Way Kanan, Provinsi
Lampung.
3. Intensitas dan lamanya P Intensitas dampak akan
dampak berlangsung terjadi akibat pembersihan
lahan tambang.
4. Jumlah komponen P Komponen lingkungan
lingkungan lain yang lain yang akan terkena
terkena dampak turunan adalah komponen
ekosistem berupa
berkurangnya biota air.

95
5. Sifat kumulatif dampak TP Dampak ini tidak bersifat
kumulatif.
6. Berbalik atau tidak TP Dampak itidak bersifat
berbaliknya dampak berbalik.
7. Kriteria lain sesuai TP Tidak ada kriteria lain
dengan perkembangan terkait perkembangan ilmu
ilmu pengetahuan dan pengetahuan dan
teknologi teknologi.
Sifat Dampak Negatif Penting
Berdasarkan hasil evaluasi kepentingan dampak memiliki ΣP = 3,
maka dampak ini bersifat tidak penting.

5. Peningkatan kebisingan
Kegiatan penambangan ini menyebabkan terjadi peningkatan
kebisingan. Hal itu muncul dari kegiatan operasi dari alat-alat yang
digunakan di kegiatan penambangan. Sehingga akibat pengumpasan
dan penimbunan puncak dan lapisan batuan penutup terjadilah
peningkatan kebisingan. Peningkatan kebisingan ini akan berdampak
pada kesehatan masyarakat sekitar dan para karyawan di lokasi
penambangan. Sehingga mewajibkan karyawan menggunakan APD
lengkap dan melakukan penanaman pohon. Serta pengoperasian alat
sesuai umur standar. Namun hal itu tentu masih perlu pemantauan.
Penentuan sifat penting dampak dilakukan dengan mendasarkan
pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak disajikan pada
tabel berikut :

Tabel 3.12 Penilaian Sifat Penting Dampak Peningkatan


Kebisingan
No. Kriteria Dampak P TP Keterangan
Penting
1. Jumlah manusia P Manusia yang terkena

96
terkena dampak dampak yaitu orang yang
berada di daerah
pertambangan batu bara di
Blambanngan Umpu, Way
Kanan, Provinsi Lampung.
2. Luas wilayah P Sebaran dampak adalah
persebaran dampak seluas area yang dilalui
akibat pengumpasan dan
penimbunan puncak dan
lapisan batuan penutup
pada tahap operasi.
3. Intensitas dan lamanya TP Intensitas dampak terjadi
dampak berlangsung pada saat tahap
pengumpasan dan
penimbunan puncak dan
lapisan batuan penutup
pada tahap operasi.
4. Jumlah komponen P Komponen lingkungan
lingkungan lain yang lain yang terkena turunan
terkena dampak adalah kesehatan
masyarakat serta sikap dan
persepsi masyarakat.
5. Sifat kumulatif dampak P Dampak ini dapat
terakumulasi dengan
dampak keresahan
masyarakat sehingga dapat
memicu dampak yang
lebih besar.
6. Berbalik atau tidak TP Dampak dapat dipulihkan
berbaliknya dampak dengan cara melakukan

97
penurunan alat dengan
hati-hati dan memberi
pembatas agar kedap udara
untuk mengurangi
kebisingan.
7. Kriteria lain sesuai TP Tidak memerlukan
dengan perkembangan penerapan teknologi
ilmu pengetahuan dan tinggi, cukup menyiapkan
teknologi alat pembatas dengan seng
daerah yang akan
dijadikan penambangan.
Sifat Dampak Positif Penting
Berdasarkan hasil evaluasi kepentingan dampak memiliki ΣP = 4,
maka dampak ini bersifat penting.

3.1.4. Tahap Pasca Operasi


Berdasarkan uraian rencana kegiatan, maka komponen kegiatan
prakiraan dampak yang akan ditelaah pada tahap pasca operasi adalah
sebagai berikut :

1. Perubahan pendapatan masyarakat


Pada tahap ini terjadi perubahan pendapatan akibat berhentinya
kegiatan penambangan. Mata pencarian masyarakat yang awal
penambang menjadi tidak ada pekerjaan akibat dari tahap pra
operasi. Dengan adanya perubahan pendapatan masyarakat, maka
akan menghilangkan pendapatan masyarakat tersebut. Hilangnya
pendapatan terjadi akibat perubahan pekerjaan masyarakat yang
terkena tahap pra operasi dari kegiatan penambangan. Maka dari itu
PT. Bhumi Siger melakukan remediasi tanah akibat dari kegaiatan
penambangan tersebut. Sehingga hal itu menyebabkan berkurangnya
persepsi negatif dari kegiatan pertambangan batu bara dan persepsi

98
kegiatan pelepasan tenaga kerja di tahap pasca operasi ini. Namun
hal itu dilakukan secara bertahap.
Penentuan sifat penting dampak dilakukan dengan mendasarkan
pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak disajikan pada
tabel berikut :

Tabel 3.13 Penilaian Sifat Penting Dampak


Perubahan Pendapatan Masyarakat
No. Kriteria Dampak P TP Keterangan
Penting
1. Jumlah manusia P Jumlah manusia terkena
terkena dampak dampak adalah akibat
adanya penambangan di
Blambangan Umpu, Way
Kanan, Provinsi Lampung.
2. Luas wilayah P Sebaran dampak
persebaran dampak diperkirakan akan meliputi
wilayah penambangan
yaitu Blambangan Umpu,
Way Kanan, Provinsi
Lampung.
3. Intensitas dan lamanya P Intensitas dampak akan
dampak berlangsung terjadi akibat berhentinya
kegiatan penambangan.
4. Jumlah komponen P Komponen lingkungan
lingkungan lain yang lain yang akan terkena
terkena dampak turunan adalah komponen
sosial ekonomi berupa
tingkat pendapatan
pekerja.

99
5. Sifat kumulatif TP Dampak ini tidak bersifat
dampak kumulatif.
6. Berbalik atau tidak TP Dampak itidak bersifat
berbaliknya dampak berbalik.
7. Kriteria lain sesuai TP Tidak ada kriteria lain
dengan perkembangan terkait perkembangan ilmu
ilmu pengetahuan dan pengetahuan dan
teknologi teknologi.
Sifat Dampak Positif Penting
Berdasarkan hasil evaluasi kepentingan dampak memiliki ΣP = 4,
maka dampak ini bersifat penting.

2. Perubahan persepsi masyarakat


Pada tahap pra operasi ini terjadi pemberhentian pekerjaan
penambangan. Lahan yang awalnya untuk penambangan batu bara
sekarang menjadi lahan yang tak termanfaatkan. Bahkan menjadi
lahan yang telah rusak kondisinya. Hal itu tentu diperkirakan jumlah
lahan yang kena pembebasan sekitar 300 Ha. Namun
mengembalikan kondisi lingkungan maka perlu dilakukan
pengelolaan lingkungan. Seperti melakukan pemanfaatan tanah
galian menjadi danau, maka itu dapat menjadi objek wisata..
Sehingga hal itu menjadi pendapatan baru bagi masyarakat. Akan
tetapi beberapa masyarakat belum menerima hal tersebut.

Penentuan sifat penting dampak dilakukan dengan mendasarkan


pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak disajikan pada
tabel berikut :
Tabel 3.14 Penilaian Sifat Penting Dampak
Perubahan Persepsi Masyarakat
No. Kriteria Dampak P TP Keterangan
Penting

100
1. Jumlah manusia P Jumlah manusia terkena
terkena dampak dampak adalah masyarakat
yang berada di daerah
penambangan.
2. Luas wilayah P Sebaran dampak
persebaran dampak diperkirakan akan meliputi
daerah Blambangan
Umpu, Way Kanan,
Provinsi Lampung.
Dimana akibat
pembebasan lahan.
3. Intensitas dan lamanya P Intensitas dampak terjadi
dampak berlangsung pada pelepasan tenaga
kerja dan dilakukannya
remediasi akibat
berhentinya kegiatan
penambangan.
4. Jumlah komponen P Komponen lingkungan
lingkungan lain yang lain yang akan terkena
terkena dampak turunan adalah komponen
sosial ekonomi berupa
hilang pendapatan
masyarakat.
5. Sifat kumulatif TP Dampak ini tidak bersifat
dampak kumulatif
6. Berbalik atau tidak TP Dampak ini tidak bersifat
berbaliknya dampak berbalik
7. Kriteria lain sesuai TP Dilakukan remediasi
dengan perkembangan akibat berhentinya
ilmu pengetahuan dan kegiatan penambangan

101
teknologi untuk memulihkan kondisi
lingkungan.
Sifat Dampak Positif Penting

Berdasarkan hasil evaluasi kepentingan dampak memiliki ΣP = 4,


maka dampak ini bersifat penting.

102
BAB IV
EVALUASI SECARA HOLISTIK
TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN

4.1. Telaahan Secara Keseluruhan dan Keterkaitan


Berdasarkan hasil prakiraan dampak penting yang mencakup dampa-
dampak yang mungkin terjadi akibat aktifitas pembangunan tambang
batubara, PT. Bumi Siger sesuai rangkaian pentahapan kegiatannya yakni
tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap operasi dan tahap pasca
operasi terhadap interaksi komponen lingkungan hidup baik geofisik-kimia,
biologi, sosial ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat, maka metode
pengambilan keputusan di dasarkan pada parameter besaran dampak dan
tingkat kepentingan dampak serta hasil prakiraan dampak penting sesuai
dengan Permen LH 16 Tahun 2012 dan dijabarkan dalam penjelasan pasal 3
ayat (1) PP 27 Tahun 2012 tentang izin lingkungan.

1. Jumlah Manusia yang akan Terkena Dampak


2. Luas wilayah Persebaran Dampak
3. Intensitas Dampak dan Lamanya Dampak Berlangsung
4. Banyaknya Komponen Lingkungan Lain yang Terkena Dampak
5. Sifat Kumulatif Dampak
6. Berbalik atau Tidak Berbaliknya Dampak
7. Kriteria Lain sesuai perkembanagn ilmu penegetahuan dan teknologi

Evaluasi dampak lingkungan yang telah ditetapkan akan dijadikan acuan


utama dalam penyususnan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan
rencana pemanfaatan lingkunganhidup dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a) Besarnya dampak diperoleh brdasarkan hasil perbedaan kualitas rona
lingkungan hidup awal (RLA) sebelum adanya aktifitas kegiatan
(diidentikkan denagn rona lingkungan awal) dengan kualitas ingkungan

103
setelah ada kegiatan. Lalu hasil besaran dampak digunak untuk
mengevaluasi tingkat kepentingan dampak.
b) Untuk mengukur apakah dampak masuk kategor dampak Penting (P)
atau Tidak Penting (TP) dilakukan dengan mnggunakan 7 kriteria
penting dampak sesuai pasal 22 ayat (2) tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan dijabarkan dalam
penjelasan pasl 3 ayat (1) PP 27 Tahun 2012 tentang Izin lingkunngan.

Selanjutnya dilakukan evaluasi secara holistik dengn menggunakan metode


matrik sederhana. Langkah-langkah yang dilakukan yakni dengan
menginteraksikan antara besaran dampak dengan tingkat kepentingan
dampak seperti berikut ini :

1) Apabila jumlah bobot P = 3 dan P tersebut adalah kriteria no.1 (Jumlah


Manusia yang akan Terkena Dampak), dan besaran dampak adalah
untuk semua besaran baik positif (+) maupun negatif (-) maka
kesimpulannya dampak termasuk kategori dampak besar dan penting.

2) Apabila P ≥ 3 dan besaran angka prakiraan dampak ≥ 2, maka dampak


termasuk kategori dampak besar dan penting.

3) Diluar kriteria no.1 dan 2, tetapi hasil prakiraan besar dampak melebihi
baku mutu, maka termasuk kategori dampak besar dan penting.

4) Apabila P ≥ 2 dan besran angka prakiraan dampak≥2 maka termasuk


kategori dampak tidak besar dan tidak penting.

5) Diluar kriteria no. 1, 2, 3, dan 4, maka termasuk kategori dampak tidak


besar dan tidak penting.

104
Bila dampak yang disimpulkan merupakan dampak penting maka dampak-
dampak tersebu dijadikan dasar dalam penyusunan Rencana Pengelolaan
Lingkungan hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan hidup
(RPL).

4.2. Evaluasi secara Holistik


Dampak ditelaah secara totalitas (holistik) terhadap beragam dampak besar
dan penting pada lingkungan hidup. Melalui evaluasi secara holistik
terhadap seluruh komponen atau parameter lingkungan yang menurut hasil
penilaian yang tergolong mengalami perubahan mendasar (dampak
penting)/baik yang bersifat negatif maupun positif akan digunakan sebagai
dasar untuk pengambilan keputusan untuk menilai kelayakan lingkungan
rencana kegiatan/usaha. Evaluasi dampak lingkungan pada aspek sosial
ekonomi dan budaya dianalisis sebagai bagian yang integral dengan aspek
fisik-kimia dalam suatu kegiatan/usaha.

Gambar 4.1 Bagan Alir Dampak Penting

105
Tabel 4.1 Matrik Evaluasi Dampak Penting
Operas
Komponen Pra Kontruksi Kontruksi Pra Operasi
i Keterangan
Lingkungan
1 2 3 4 1 2 3 1 2 1 2 3
Komponen Geo
Tahap Pra Kontruksi
Fisik Kimia
✓ 1. Sosialisasi/Konsultasi
Kualitas Udara P P P
Publik

Kebisingan P 2. Pembebasan Lahan
Transportasi Darat/ ✓ 3. Penerimaan Tenaga
Lalu Lintas Umum Kerja
Debit Air Limpasan 4. Mobilisasi Peralatan
✓ ✓

Peningkatan Erosi Tahap Kontruksi
Kualitas Air
P P P P 1. Pembersihan Lahan
Permukaan ✓
2. Pembangunan Sarana
Erosi Tanah P P
✓ dan Prasarana Penunjang
✓ 3. Pembangunan Jalan
Getaran
Tambang

Erosi dan Sedimentasi Tahap Operasi
Laju Limpasan Air 1. Pembersihan Lahan

Permukaan Tambang
2. Pengumpasan dan
Komponen Biologi Penimbunan Puncak dan
Lapisan Batuan Penutup

Flora Darat Tahap Pra Operasi
✓ ✓
✓ ✓
Fauna Darat 1. Rehabilitasi

✓ 2. Pelepasan Tenaga
Biota Air P P P P
Kerja
Komponen Sosial 3. Remediasi
Sikap dan Persepsi ✓ ✓

Masyarakat

Konflik Sosial

✓ ✓
Kesempatan Kerja P

Pendapatan ✓
P ✓ P
Masyarakat ✓

Persepsi Masyarakat P P P P

Komponen
Kesehatan
Masyarakat
Kesehatan ✓ ✓
Masyarakat ✓ ✓ ✓
P = Dampak Penting
Hipotetik
✓ = Dampak Penting
Kosong = Dampak Tidak
Penting

4.2.1. Tahap Prakonstruksi


Dampak negatif yang terjadi dari kegiatan sosialisasi rencana
Pembangunan tambang batubara PT. Bumi siger ini adalah munculnya

106
sikap dan persepsi positif masyarakat khususnya masyarakat kecamatan
Blambangan Umpu. Disanmping itu ada harapan dari masyarakat
diantaran menyangkut peluang pekerjaan yang tercipta, Kegiatan
sosialisasi ini akan berdampak positif pada sikap dan persepsi
masyarakatterhadap proyek. Selain itu, sosialisasi ini juga menjadi media
antara pemrakarsa dan masyarakat untuk mencapai kesepakatan dan
mendapat informasi yang jelas.

Dampak positif yang penting muncul dari adanya penerimaan tenaga


kerja adalah terbukanya kesempatan kerja khususnya bagi penduduk
lokal. Sehingga memberikan sikap dan persepsi positif bagi masyarkat
yang selama ini lebih banyak bekerja sebagai petani dan nelayan.

Kegiatan Mobilisasi perlatan dan material dimungkinkan akan


menyebabkan terjadinya penurun kualitas udara. Lalu lalangnya
kendaraan pengangkut material dijalan yang dekat pemukiman penduduk
menyebabkan peningkatan kebisingan kepada penduduk dan
kemungkinan gangguan kelancaran lalu lintas . Hal ini tentunya kan
memunculkan sikap dan prsepsi negatif masyarakat.

4.2.2. Tahap Konstruksi


Pekerjaan dan pematangan lahan akan menyebabkan terganggunya
habitat flora dan fauna. Kondisi ini pada akhirnya dapat menyebabkan
turunnya keanekaragaman dan kelimpahan flora dan fauna . Aktivitas
alat berat saat lahan dibersihkan dapata menimbulkan kebisingan serta
penuruna kualitas lingkungan di sekitar wilayah studi. Disamping itu
juga dengan adanya perubahan tata guna lahan dari lahan pertanian
menjadi lahan pertambangan akan merubah bentang lahan yang
mengakibatkan terjadi genangan pengairan.

Berbagai pekerjaan dalam kegiatan pembangunan lahan tambang serta


sarana dan prasarana penunjang akan berdampak negatif terhadap
kualitas udara dan kebisingan. Adaya pembangunan ini juga

107
menyebabkan penurunan kualitas air di tapak proyek. Dampak lain yang
diperkirakan terjadi adalah lebih terbukanya peluang berusaha bagi
warga masyarakat, baik secara formal maupun non-formal.

4.2.3. Tahap Operasi


Kegiatan operasi pada tambang batubara memberikan dampak positif
yang besar pada perekonomian Provinsi Lampung, tapi kegiatan yang
dilakukan pada operasi tambang batubara seperti pembersihan lahan
utama tambang, pengupasan dan penimbunan puncak dan lapisan batuan
penutup menyebabkan dampak negatif berupa polusi udara. Kegiatan
produksi tambang batubara otomatis wilayah tambang akan lebih
berpotensi karena akibat kendaraan lalu-lalang di daerah tersebut dalam
proses operasi dan emisi alat yang diguanakan pada proses operasi.
Akibatnya banyak asap yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor dan
alat penambangan hal tersebut tentunya menyebabkan dampak negatif.

4.2.4. Tahap Pasca Operasi


Kegiatan yang dilakukan pada tahap pasca operasi adalah melakukan
pemeliharaan dan reklamasi lahan bekas tambang, serta monitoring atau
pemantauan secara berkala terhadap lahan tambang setelah penambangan
berakhir, kegiatan-kegiatan ini merupakan tindakan pengerangan efek
negatif setelah tahap operasi.

4.3. Arahan Pengelolaan Dampak Lingkungan


Pendekatan pengelolaan lingkungan hidup terhadap setiap dampak penting
yang ditelaah dalam ANDAL pembangunan Komplek Pergudangan dan
Pertokoan PT. Bumi Siger ditempuh dengan menggunakn 3 pendekatan,
yaitu :

1) Pendekatan Teknologi
Pendekatan ini ditempuh berkenaan denngan dampak penting yang
ditimbulkan membutuhkan peran teknologi untuk meminimalisasi
potensi keberlanjutan dampak menjadi semakin besar dan penting.
Aktifitas konstruksi diperkirakan perlu mendapat perhatian penting

108
dalam upaya pengendalian dampak penting yang berlanjut, karean pada
aktifitas konstruksi kebutuhan terhadap peralatan dan teknologi
konstruksi dibutuhkan dalam skala yang besar.

2) Pendekatan Sosial Ekonomi


Pendekatan ini ditempuh berkenaandengan interaksi sosial dan
aktifiitasekonomi yang berlangsung baik pada tahap pra kontruksi,
konstruksi, dan operasi pembangunan tambang batubara PT. Bumi
Siger. Interaksi yang timbul lebih dipengaruhi oleh faktor dernografi,
tipologi masyarakat di lokasi tapak proyek. Dengan menimbang kondisi
susunan demografi yang ada di lokasi tapak proyek, dapat
diproyeksikan bahwa di lokasi tapak proyek terjadi proses interaksi
sosial dan ekonomi dengan pergerakan yang relatif cepat. Karakteristik
sosial dan ekonomi dengan strata komunitas yang relatif heterogen di
lokasi menjadikan faktor sensitifitas antar kelompok masyarakat
relative berpotensi kesenjangan. Utamanya terjadi pada kelompok
masyarakat lokal (bukan pendatang). Untuk itu dibutuhkan instrumen-
instrumen pengelolaan berbasis pendekatan sosiai dan ekonomi yang
mempertimbangkan dan bertumpu pada jenis dan model interaksi sosial
dan ekonomi yang ada.

3) Pendekatan Institusi
Pendekatan Institusi ditempuh dalam pengelolaan lingkungan hidup
dengan mempertimbangkan kemampuan dan ketersediaan sumber daya
manusia.Pendekatan institusi ditempuh khususnya terkait dengan
perangkat kelurahan dan instansi pemerintah terkait.

4.4. Kesimpulan Kelayakan Lingkungan


Dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan diatas, hasil kajian dan
telaahan dalam dokumen ANDAL dapat ditarik kesimpulan bahwa Kegiatan

109
ini memenuhi kriteria berdasarkan hasil evaluasi dampak penting dengan
memperhatikan arahan pengelolaan dan pemantuan lingkungan hidup.

Dengan memperhatikan hasil evaluasi dampak penting yang ditelaah


terhadap rencana Pembangunan tambang batubara PT. Bumi Siger, dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan rencana kegiatan Pembangunan
tambang batubara PT. Bumi Siger dapat dinyatakan LAYAK
LINGKUNGAN dengan mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Semua jenis dampak penting negatif yang ditimbulkan sebagai dampak


rencana kegiatan Pembangunan tambang batubara PT. Bumi Siger
masih mungkin diatasi dengan pendekatan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dapat dijangkau dengan biaya yang ekonomis.

2. Kemampuan pembiayaan yang dibutuhkan untuk melakukan upaya


penanggulangan dan penanganan dampak penting negatif yang
ditimbulkan dapat disediakan, faktor ini dapat diupayakan berkenaan
pendekatan teknologi yang ditempuh masih memungkinkan
menggunakan pola teknologi low technologi dan bukan high
technologi. Artinya penggunaan dana untuk penanggulangan dampak
lebih kecil dan akan memberikan manfaat yang lebíh besar terhadap
rencana kegiatan yang dilakukan. Dapat dicontohkan bahwa aktifitas
Pembangunan tambang batubara PT. Bumi Siger kedepan memberikan
multiplier effect terhadap peningkatan pendapatan, penciptaan lapangan
kerja baru bagi masyarakat, memberikan nilai tambah bagi pendapatan
asli daerah bagi Provinsi Lampung, dan meningkatnya iklim investasi
bagi daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan warga,
khususnya masyarakat yang tinggal di dalam cakupan wilayah studi.

Dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan diatas, kesimpulan


kelayakan lingkungan Pembangunan tambang batubara PT. Bumi Siger juga
mendasari hasil kajian dan telaahan sebagai berikut :

110
1. Pemanfaatan lahan tidak melanggar ketentuan peruntukan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Lampung.

2. Dari hasil kajian keterlibatan masyarakat dapat dinyatakan bahwa


masyarakat sebagian besar mendukung Pembangunan tambang
baatubara PT. Bumi Siger ini.

3. Tidak ada alternatif lain yang ditempuh karena lokasi, dan pendekatan
sosial ekonomi dan institusi yang diterapkan secara jelas terjabarkan
dalam kerangka kajian/ telaahan;

4. Dampak-dampak penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan


umumnya tnerupakan dampak penting yang bersifat tunggal dan bukan
dari dampak yang bersifat kumulatif dalam satu ruang dan waktu secara
bersamaan. Dampak turunan tersebut dapat teridentifikasi lebih dini
sehingga langkah-lagkah penanganan yang akan dilakukan untuk
mengendalikan dampak turunan dikemudian hari segera dikenali lebih
dini. Sebagai contoh dampak penurunan kualtias udara yang dapat
menyebabkan penurunan derajat kualitas kesehatan dapat dikenali
dengan menginteraksikan pada matrik dampak yang dikaji.

5. Tingkat kebisingan yang terjadi masih di atas baku mutu lingkunpn


yang dipersyaratkan (55 dBA) untuk kawasan permukiman.

6. Dampak penting tingkat penurunan kualitas udara yang terjadi dapat


ditindaklanjuti penanganannya dengan melakukan pengelolaan fisik
melalui penyiraman secara periodik pada kurun waktu 1-2 jam,
sehingga partikel debu yang ada dapat dikendalikan persebarannya serta
tidak mengganggu aktifitas domestik yang ada baik perkantoran,
permukiman maupun kampus di sekitar lokasi tapak proyek.

111
7. Komitmen pemrakarsa untuk melaksanakan arahan pengelolan
lingkungan dan tertuang dalam dokumen rencana pengelolaan
lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup.

8. Kelayakan lingkungan hidup ini sebagai satu satu kesatuan yang tidak
terpisahkan sebagai pernyataan yang jelas dan lugas terhadap kelayakan
Pembangunan Komplek Pertokoan dan Pergudangan PT. Bumi Siger
terhadap lingkungan hidup. Dengan kata lain kesimpulan kelayakan
lingkungan hidup ini akan diformulasikan dan ditetapkan berdasarkan
hasil evaluasi dampak dan arahan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup yang direkomendasikan.

112
DAFTAR PUSTAKA

Badan pusat statistik (BPS) Kabupaten Way Kanan Kecamatan Blambangan


Umpu Dalam Angka 2020.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2005. Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan


pembangunan di daerah. Asdep Urusan Kajian Dampak Lingkungan -
Kementerian Lingkungan Hidup : Jakarta. 70p.

Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Way Kanan
Kecamatan Blambangan Umpu Tahun 2018.

Peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan Republik Indonesia Nomor


38/menlhk/setjen/kum.1/7/2019 Tentang Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
yang wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup.

PPLH-LP IPB, BK-PSL, and BAPEDAL. 1992. Metodologi prakiraan dampak


dalam analisis mengenai dampak lingkungan. [kumpulan makalah seminar
nasional]. Institut PertanianBogor:Bogor.
DOKUMEN RKL - RPL
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN – RENCANA
PEMANTAUAN LINGKUNGAN

“RENCANA PENAMBANGAN BATU BARA OLEH PT. BHUMI SIGER”

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Aprillia Magdalena 118250040
Muhammad Fadillah 118250036
Octria Grace 118250034
Rahmah 118250039
Yuliana Daulay 118250032

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

DAFTAR TABEL ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 113

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 113


1.2 Maksud dan Tujuan Pelaksanaan RKL-RPL............................................. 115
1.2.1 Maksud................................................................................................ 115

1.2.2 Tujuan ................................................................................................. 115

1.3 Kebijakan Lingkungan .............................................................................. 117


1.4 Kegunaan Dilaksanakannya RKL-RPL ..................................................... 118
1.4.1 Bagi Kepentingan Pemrakarsa ............................................................ 118

1.4.2 Bagi Kepentingan Pemerintah ............................................................ 119

1.4.3 Bagi Kepentingan Masyarakat ............................................................ 120

BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) ......... 121

BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL) .......... 131

BAB IV JUMLAH DAN JENIS IZIN PPLH ..................................................... 134

4.1 Umum ........................................................................................................ 134


4.2 Izin PPLH yang Dibutuhkan PT. Bhumi Siger ......................................... 134
4.1.1 Tahap Pra Kontruksi Untuk Kegiatan Penambangan Batu Bara ........ 134

4.1.2 Tahap Kontruksi Untuk Kegiatan Penambangan Batu Bara .............. 134

4.1.3 Tahap Operasi Untuk Kegiatan Penambangan Batu Bara .................. 134

4.2.4 Tahap Pra Operasi Untuk Kegiatan Penambangan Batu Bara ............ 134

BAB V SURAT PERNYATAAN KOMITMEN PELAKSANAAN RKL-RPL 135

DAFTAR PUSTAKA

i
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) Kegiatan


Penambangan Batu Bara di Blambangan Umpu, Way Kanan ............ 121
Tabel 3.1 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Kegiatan
Penambangan Batu Bara di Blambangan Umpu ................................. 131

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batu bara merupakan bahan galian yang sangat bernilai ekonomis
sehingga diminati oleh investor, dimana batu bara dimanfaatkan sebagai
sumberenergi. Direktorat batu bara Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral telah
mengidentifikasi bahwa terdapat potensi batu bara di 3 lokasi wilayah provinsi
Lampung, yaitu wilayah Way Kanan, Lampung Tengah, dan Tanggamus. Namun
yang terbesar potensinya berada di Way Kanan.

Batu bara telah menempati posisi yang strategis sebagai komoditi dan
sumber energi, pemanfaatannya semakin beragam dan meluas seiring dengan
herga minyak bumi yang melambung tinggi. Peningkstsn produksi pada lahan
yang telah mengantongi ijin eksploitasi serta eksplorasi pada lahan potensi baru
merupakan jawaban terhadap kebutuhan permintaan batu bara yang semakin
meningkat, baik dari pasar intenasional maupun domestik. Perkembangan
teknologi mesin pembangkit juga telah mengalami kemajuan sebagai jawaban
tantangan terhadap spesifikasi kualitas batu bara yang beragam.

Isu perubahan iklim merupakan fenomena global yang sudah mulai terasa
dampaknya bagi umat manusia. Diperlukan beberapa upaya untuk mengurangi
laju perubahan iklim, dimana bukan hanya penurunan gas rumah kaca namun
penting adalah upaya untuk berapdatasi terhadap perubahan perubahan iklim yang
harus dilakukan secara terintegritas oleh pemerintah, pihak industri dan
masyarakat umum. Upaya mitigasi yang dilakukan antara lain sektor energi,
transportasi, dan industri dengan cara mengganti bahan bakar dengan yang lebih
bersih dan ramah lingkungan, menghemat penggunaan bahan bakar, serta
menggunakan peralatan atau mesin yang lebh hemat. Selain itu upaya adaptasi
juga harus dilakukan di sektor pertanian, perikanan, infrastruktur, kehutanan, serta
kesehatan yang rentan terhadap perubahan iklim.

113
Sektor pertambangan yang dalam aktivitas menggunakan alat transportasi
dan adanya bukaan lahan yang cukup luas memberikan dampak terhadap isu
perubahan secara terus menerus selama berlangsungnya kegiatan dan akan
berdampak terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya.

Dampak penting yang timbul pada komponen geo-fisik-kimia adalah


perubahan iklim mikro, peningkatan aliran permukaan, peningkatan erosi,
peningkatan sedimentasi, penurunan kualitas air, penurunan kesuburan tanah.
Peningkatan kebisingan, penurunan kualitas udara, terganggunya siklus hidrologi,
turunnya kapasitas infiltrasi, terbentuknya lubang tambang, terputusnya alur dan
aliran sungai, perubahan pola aliran sungai, kekeringan di bagian hilir sungai,
longsoran pada dinding lubang tambang , dan terjadinya genangan air dalam
lubang tambang.

Dampak pada komponen biologi adalah terganggunya biota perairan dan


terganggunya flora dan fauna yang dilindungi. Sementara itu dampak terhadap
komponen sosial adalah potensi konflik sosial, sikap dan persepsi masyarakat,
terbukanya kesempatan kerja, kesempatan berusaha, kesejahteraan masayarakat,
dan keresahan masyarakat.

Dampak terhadap komponen kesehatan masyarakat berupa adanya


gangguan kesehatan masyarakat.

Berdasarkan hasil evaluasi dampak penting dalam ANDAL, maka


terhadap dampak-dampak penting yang diprakiran muncul tersebut perlu
dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan dampak negatif serta
peningkatan atau pengembangan dampak positif. Upaya ini dituangkan dalam
dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL).

PT. Bhumi Siger selaku pemrakarsa kegiatan mempunyai komitmen untuk


mengelola lingkungan hidup dengan baik sesuai peraturan perundang yang
berlaku. Pemrakarsa juga akan melakukan penyempurnaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup secara berkelanjutan sebagai bentuk partisipasinya

114
dalam pelaksanaan kegiatan penambangan batu bara yang berwawasan
lingkungan.

1.2 Maksud dan Tujuan Pelaksanaan RKL-RPL


Berdasarkan prakiraan dan evaluasi dampak penting maka disusun rencana
tindak lanjut dalam bentuk RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup) dan
RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup) dalam satu kesatuan laporan.
Adapun maksud penyusunan RKL dan RPL tersebut adalah sebagai berikut :

1.2.1 Maksud
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) meruapakan rencana
tindak lanjut untuk mengelola dampak penting yang ditimbulkan oleh aktivitas
proyek, sedangkan encana Peemantauan Lingkungan Hidup (RPL) merupakan
piranti untum memantau hasil pengelolaan lingkungan tersebut. Dengan demikian
penyusunan RKL dan RPL ini dimaksudkan untuk :

• Menyusun rencana pengelolaan dampak penting agar dampak yang


ditimbulkan proyek dapat memenuhi ketentuan baku mutu lingkungan dan
meminimalisasi kerusakan lingkungan sehingga dapat menghindari
kemungkinan timbulnya dampak penting yang akan dapat berkembang
menjadi isu lingkungan atau isu sosial yang merugikan berbagai pihak
yang berkepentingan.
• Menyusun rencana pemantauan dampak penting guna mengetahui
efektivitas hasil pengelolaan lingkungan sehingga dapat menjadi dasar
evaluasi dan penyusunan rencana tindak lanjut untuk menyempurnakan
pengelolaan lingkungan secara terus menerus.
Dengan adanya RKL dan RPL ini maka setiap dampak penting yang
ditimbulkan oleh kegiatan dapat terkendali dan teredam hingga tidak berkembang
menjadi isu lingkungan regional, nasional atau bahkan menjadi isu lingkngan
internasional.

1.2.2 Tujuan
Maksud penyusunan RKL-RPL adalah mengendalikan dampak penting
agar sesuai dengan noma, standar, prosedur, dan kriteria yang berlaku Oleh karena

115
itu sesuai dengan maksud penyusunan RKL dan RPL Maka tujuan penyusunan
rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup tersebut adalah sebagai
berikut :

• Mendorong dan menjaga manfaat positif kegiatan pada manusia dan


lingkungan.
• Memberikan rekomendasi mengenai hal-hal yang harus diperhatikan
guna mengoptimalkan dampak positif dan mengatasi dampak negatif
yang mungkin timbul dari rencana kegiatan dan saran tindak dalam
pengelolaan dan pemantauan lingkungan akibat pelaksanaan kegiatan.
• Mengkaji berbagai dampak yang muncul akibat kegiatan.
• Memberi informasi kepada seluruh stakeholder tentang rencana kegiatan
yang akan dilakukan, dampak yang ditimbulkan serta merumuskan
tindakan pengelolaan dan pemantauan dampak yang mungkin timbul
akibat kegiatan ini.
• Mengelola lingkungan secara terpadu dengan menyediakan dana
sesuai kebutuhan pengelolaan lingkungan dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria
yang berlaku
• Memantau dampak negatif penting dari kegiatan proyek guna
memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan lingkungan telah sesuai
dengan standar baku mutu lingkungan yang ditetapkan oleh pemerintah.
• Menyampaikan informasi hasil pemantauan lingkungan proyek kepada
para pemangku kepentingan sebagai bahan acuan untuk evaluasi dan
pengambilan keputusan serta rencana tindak lanjut terhadap pengelolaan
lingkungan.
Dengan demikian pengelolaan dampak penting akibat kegiatan maupun
pengelolaan dampak yang sudah direncanakan (mitigated impact) senantiasa
terpantau dan terkendali sehingga dapat memenuhi ketentuan baku mutu
lingkungan yang dipersyaratkan oleh pemerintah.

116
1.3 Kebijakan Lingkungan
PT. Bhumi Siger memiliki komitmen yang tinggi terhadap program K3LL
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lindungan Lingkungan). Perusahaan
menetapkan standar yang tinggi dalam penerapkan program K3LL untuk
memastikan bahwa semua area operasi adalah tempat yang proaktif dan aman bagi
para pemangku kepentingan (stakeholder). Perusahaan berkomitmen secara
proaktif untuk melindungi keselamatan dan kesehatan manusia serta lindungan
lingkungan. Untuk terus meningkatkan kinerja program K3LL, perusahaan
secara rutin meninjau secara berkala terhadap kebijakan, program, prosedur,
melakukan audit maupun inspeksi terhadap kegiatan serta melakukan identifikasi
potensi bahaya sehingga bahaya dapat dicegah dan diminimalisasi untuk
mengurangi kecelakaan serta meningkatkan kepatuhan kerja.

Kebijakan perusahaan didasarkan pada prinsip-prinsip dasar sebagai


berikut:

• Mematuhi, meninjau operasi dan menilai potensi terhadap ancaman


keselamatan kerja, risiko kesehatan dan mencegah kerusakan
lingkungan dengan cara melaksanakan rencana untuk mengelola risiko
tersebut secara bijaksana.
• Memiliki komitmen untuk secara efektif meminimalisasi dampak
potensial terhadap operasi perusahaan pada program K3LL dengan cara
mengelola potensi bahaya, pencegahan kecelakaan, mengurangi
limbah, emisi dan pembuangan dan dengan menggunakan energi
secara efisien.
Dalam melaksanakan maksud kebijakan, perusahaan akan:

• Memastikan bahwa sistem yang dikembangkan dan didirikan dapat


mengidentifikasi dan mengendalikan bahaya di sekitar tempat kerja
serta untuk memantau kinerja program K3LL.
• Memotivasi dan mendorong semua karyawan, pemasok (vendor dan
kontraktor) dan stakeholder lainnya untuk mempertahankan standar
kesadaran K3LL yang tinggi.

117
• Berkomunikasi secara terbuka dengan karyawan, persediaan dan
semua pemangku kepentingan untuk terus meningkatkan standar K3LL.
• Mengikuti prosedur tertulis untuk risiko tinggi atau situasi yang tidak
biasa.
• Melibatkan orang yang tepat dalam keputusan yang mempengaruhi
prosedur K3LL dan peralatan.
• Memastikan bahwa setiap karyawan memahami bahwa memiliki tugas
untuk mencegah kecelakaan dan memberikan tempat yang aman dan
sehat dalam setiap area kegiatan.

1.4 Kegunaan Dilaksanakannya RKL-RPL


Pelaksanaan RKL-RPL secara baik, konsisten dan berkesinambungan
dapat memberikan manfaat bagi pemrakarsa, pemerintah maupun masyarakat.
Jadi pelaksanaan RKL yang konsisten perlu dikuti dengan pelaksanaan RPL
secara terus menerus dan berkelanjutan sehingga dapat menjadi bahan acuan
untuk evaluasi dan penyempurnaan RKL. Adapun kegunaan dilaksanakannya
RKL-RPL bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) adalah sebagai
berikut:

1.4.1 Bagi Kepentingan Pemrakarsa


Pelaksanaan RKL-RPL yang baik dan konsisten pada proyek akan dapat
meminimalkan kerugian terhadap manusia, peralatan, material, proses produksi
dan lingkungan hidup. Adapun manfaat dilaksanakannya RKL-RPL bagi
kepentingan Pemrakarsa adalah sebagai berikut:
• Melakukan upaya penyelamatan, pencegahan dan pengendalian
dampak lingkungan dalam upaya meminimalkan kerugian terhadap
manusia, peralatan, material proses produksi dan lingkungan hidup
sehingga lebih menjamin kelangsungan hidup proyek secara
berkelanjutan.
• Terpeliharanya hubungan yang selaras dan serasi antara proyek
dengan lingkungan hidupnya secara khusus dan juga antara proyek

118
dengan lingkungan sosial di sekitarnya melalui hubungan timbal balik
yang saling menguntungkan.
• Mendapatkan informasi lingkungan yang lengkap dari hasil
pelaksanaan program K3LL, dalam upaya meminimalkan kerusakan/
kerugian terhadap kerusakan/ hilangnya peralatan maupun material serta
penurunan kualitas lingkungan hidup sehingga dapat lebih menjamin
kelangsungan hidup proyek secara berkelanjutan.
• Mendapatkan informasi lingkungan yang lengkap dari hasil
pembinaan hubungan yang selaras dan serasi antara kegiatan proyek
dengan lingkungan hidup sekitarnya dan secara khusus antara proyek
dengan lingkungan sosial di sekitarnya melalui hubungan timbal balik
yang saling menguntungkan.

1.4.2 Bagi Kepentingan Pemerintah


Pemerintah berkewajiban menyediakan kualitas lingkungan hidup
yang dapat memberikan keamanan dan kenyamanan bagi kehidupan
masyarakatnya, namun pemerintah juga harus menyelenggarakan
pembangunan yang dibutuhkan dan bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu dengan pelaksanaan RKL-RPL yang baik dan
konsisten secara terus menerus dapat memberikan manfaat bagi pemerintah
sebagai berikut:
• Sebagai alat kendali pemerintah dalam upaya pengelolaan lingkungan
proyek terutama sebagai bagian dari upaya melaksanakan pengelolaan
lingkungan sehingga tercipta suasana lingkungan yang nyaman bagi
masyarakat di sekitar proyek.
• Mendapatkan informasi lingkungan yang lengkap yang dapat
menjadi alat kendali pemerintah dalam upaya pengelolaan lingkungan
proyek terutama sebagai bagian dari upaya melaksanakan pengelolaan
lingkungan kawasan sehingga tercipta suasana lingkungan yang nyaman
bagi masyarakat di sekitar proyek.

119
• Mendapatkan informasi lingkungan yang lengkap yang dapat menjadi
acuan penyusunan perencanaan pembangunan daerah dan penataan tata
ruang kawasan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan kawasan,
sehingga selain mendapatkan manfaat ekonomi, tetapi juga mendapatkan
tata kehidupan masyarakat yang serasi dengan lingkungan hidupnya.
Pemerintah daerah tetap dapat menyelenggarakan fungsi pemerintahan dan
pembangunan secara optimal, yang menjamin keamanan, keselamatan dan
kenyamanan masyarakat di Panjang, Kota Bandar Lampung.

1.4.3 Bagi Kepentingan Masyarakat


Pelaksanaan RKL secara baik, konsisten dan berkesinambungan akan
memberikan manfaat bagi masyarakat sebagai berikut:
• Dengan adanya pengelolaan lingkungan yang baik dan konsisten,
maka masyarakat senantiasa merasa tetap terjamin keselamatan,
kenyamanan dan kualitas lingkungan hidupnya agar dapat melaksanakan
kehidupannya sehari-hari dalam suasana aman dan nyaman.
• Dengan adanya Program CSR (Corporate Social Responsibility),
masyarakat merasa mendapatkan perhatian dari proyek dan sekaligus
memperoleh harapan kehidupan yang lebih baik guna melepaskan diri dari
belenggu kehidupan masyarakat marginal.
• Mendapatkan informasi lingkungan yang lengkap dari hasil pengelolaan
lingkungan yang baik dan konsisten, sehingga masyarakat senantiasa
merasa tetap terjamin keselamatan, kenyaman dan kualitas lingkungan
hidupnya untuk dapat melaksanakan kehidupannya sehari-hari dalam
suasana nyaman.
• Mendapatkan informasi yang lengkap tentang sistem pengelolaan CSR
yang melibatkan perusahaan, masyarakat dan pemerintah, sehingga
masyarakat merasa mendapatkan perhatian dari proyek dan sekaligus
memperoleh harapan kehidupan yang lebih baik.

120
BAB II
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL)

Rencana kegiatan dan komponen kegiatan penambangan batu bara dapat


menimbulkan dampak penting apabila tidak dikelola dengan baik. Untuk
mencegah kemungkinan timbulnya dampak penting tersebut maka perlu dilakukan
pengelolaan lingkungan. Rencana pengelolaan lingkungan PT. Bhumi Siger
dilakukan dengan berbagai pendekatan, antara lain pendekatan teknologi, sosial
ekonomi, institusi atau dengan kombinasi. Perusahaan memiliki komitmen tinggi
dalam pengelolaan lingkungan.

Dalam upaya mencapai kelayakan lingkugan, Perusahaan tetap


memperhatikan kelayakan, teknis, dan ekonomi. Rencana pengelolaan lingkungan
hidup dilaksanakan untuk mencegah dan mengatasi dampak penting terhadap
komponen lingkungan geo fisik kimia, komponen biologi, komponen sosial, dan
komponen kesejahteraan masyarakat. Dampak-dampak yang akan dikelola dalam
RKL dapat dilihat pada matriks sebagai berikut :

Tabel 2.1 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) Kegiatan


Penambangan Batu Bara di Blambangan Umpu, Way Kanan
No Dampak Sumber Indikator Bentuk Pengelolaan Lokasi Periode Institusi
. Lingkungan Dampak Keberhasilan Lingkungan Hidup Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan
yang Pengelolaan Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Dikelola Lingkungan Hidup Hidup
Hidup
Dampak Penting yang Dikelola
Tahap Prakonstruksi
1. Perubahan Pembebasan Tidak tejadi 1. Melakukan Desa Selama tahap 1. Instansi
Persepsi lahan penolakan dan identifikasi Blambangan pra-konstruksi Pelaksana: PT.
Masyarakat Penerimaan protes dari kepemilikan Umpu, yaitu selama 2 Bhumi Siger
tenaga kerja masyarakat lahan yang akan Kecamatan bulan. 2. Instansi
sekitar lokasi akan Blambangan Pengawas:
rencana dibebaskan. Umpu, Dinas
kegiatan 2. Melakukan Kabupaten Pertambangan
terhadap pembebasan Way Kanan. dan Energi
kegiatan lahan kepada Kabupaten Way
investigasi pemilik lahan Kanan, Badan
pendahuluan, secara langsung Lingkungan
sehingga melalui proses Hidup Daerah
berkurangnya negoisasi dengan kabupaten Way

121
persepsi membayar Kanan dan
negatif kompensasi Kecamatan
terhadap 3. Menindaklanjuti Blambangan
pembebasan aspirasi Umpu,
lahan dan masyarakat adat Pemerintah
penerimaan terkait dengan Blambangan
tenaga kerja pembebasan Umpu.
lahan serta 3. Instansi
penerimaan Penerima
tenaga kerja Laporan: Dinas
4. Penyampaian Pertambangan
informasi dan Energi dan
tentang Badan
keberadaan Lingkungan
lowongan kerja Hiudp Daerah
dan kualifikasi Kab. Way
kebutuhan Kanan, Dinas
tenaga kerja Pertambangan
untuk dan Energi
pelaskanaan Provinsi
proyek Lampung dan
penambangan Badan
batu bara. Lingkungan
Hidup Provinsi
Lampung.
2. Hilangnya Pembebasan Sumber 1. Penetapan Desa Selama tahap 1. Instansi
Pendapatan Lahan pendapatan tingkat upah/ Blambangan pra-konstruksi Pelaksana: PT.
yang berasal gaji sesuai Umpu, yaitu selama 2 Bhumi Siger
dari sektor dengan KHL Kecamatan bulan. 2. Instansi
pertanian (Kebutuhan Blambangan Pengawas:
akibat Hidup Layak) Umpu, Dinas
pembebasan 2. Melakukan Kabupaten Pertambangan
lahan kegiatan Way Kanan. dan Energi
pemberdayaan Kabupaten Way
ekonomi Kanan, Badan
masyarakat Lingkungan
Hidup Daerah
kabupaten Way
Kanan dan
Kecamatan
Blambangan
Umpu, serta
Pemerintah
Blambangan
Umpu.
3. Instansi
Penerima
Laporan: Dinas
Pertambangan
dan Energi dan
Badan
Lingkungan
Hidup Daerah

122
Kab. Way
Kanan, Dinas
Pertambangan
dan Energi
Provinsi
Lampung dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Lampung
Tahap Konstruksi
1. Meningkatny Pembangun Jumlah tenaga 1. Memberikan Desa Selama tahap 1. Instansi
a Kesempatan an Sarana kerja lokal informasi Blambangan konstruksi yaitu Pelaksana: PT.
Kerja dan yang dapat tentang peluang Umpu, selama 1 tahun. Bhumi Siger
Prasarana diserap dalam kerja secara Kecamatan 2. Instansi
Penunjang pelaksanaan transparan Blambangan Pengawas: Dinas
konstruksi kepada Umpu, Pertambangan
masyarakat Kabupaten dan Energi
2. Memprioritaska Way Kanan. Kabupaten Way
n tenaga kerja Kanan, Dinas
lokal Tenaga Kerja dan
3. Memberikan Transmigrasi
upah/gaji Kab. Way Kanan,
minimal sebesar Dinas Sosial Kab.
upah minimum Way Kanan dan
kerja provinsi Kec. Blambangan
Lampung yang Umpu.
berlaku 3. Instansi Penerima
4. Mengikutsertaka Laporan: Dinas
n semua pekerja Pertambangan
dalam asuransi dan Energi dan
tenaga kerja dan Badan
memberikan Lingkungan
hak-hak pekerja Hiudp Daerah
sesuai aturan Kab. Way Kanan,
peraturan tenaga Dinas
kerja yang Pertambangan
berlaku dan Energi
5. Melakukan Provinsi
kordinasi/ Lampung dan
kerjasama Badan
dengan Dinas Lingkungan
Tenaga Kerja Hidup Provinsi
dan Lampung.
Transmigrasi
setempat, aparat
desa, dan
kecamatan
2. Penurunan Pembersiha Untuk air 1. Pelaksanaan Desa Selama tahap 1. Instansi
kualitas air n lahan buangan di kagiatan secara Blambangan konstruksi yaitu Pelaksana: PT.
Pembangun out let settling terancana, Umpu, selama 1 tahun. Bhumi Siger
an sarana pond mengacu selektif dan Kecamatan 2. Instansi
dan pada bertahap Blambangan Pengawas: Dinas

123
prasarana KepMenLH 2. Pembuatan Umpu, Pertambangan
penunjang 51/1995 saluran drainase Kabupaten dan Energi
Pembangun tentang Baku 3. Pada saat Way Kanan. Kabupaten Way
an jalan Mutu Limbah melakukan Kanan, Badan
tambang Cair Industri kegiatan land Lingkungan
yaitu TSS = clearing juga Hidup Daerah
maks. 300 disiapkan parit Kab. Way Kanan
mg/l. dan tanggul agar dan Dinas
limpasan Kesehatan Kab.
permukaan dapat Way Kanan.
mengarah ke 3. Instansi Penerima
kolam Laporan: Dinas
pengendap Pertambangan
4. Pembuatan dan Energi dan
kolam Badan
pengendapan di Lingkungan
lokasi bukaan Hiudp Daerah
lahan non Kab. Way Kanan,
tambang Dinas
5. Melakukan Pertambangan
pengelolaan air dan Energi
di lokasi kolam Provinsi
pengendap Lampung dan
sesuai SOP Badan
6. Melibatkan Lingkungan
instansi terkait Hidup Provinsi
dalam Lampung.
pengawasan
pengelolaan
lingkungan
3. Penurunan Pembangun Kualitas udara 1. Mengoperasikan Pada lokasi Selama kegiatan 1. Instansi
Kualitas an jalan ambient yang peralatan kegiatan pembangunan Pelaksana: PT.
Udara tambang mengacu pada operasional pembangunan jalan tambang Bhumi Siger
peraturan
sesuai umur jalan tambang yaitu selama 6 2. Instansi
pemerintah
No. 41 Tahun standarnya. Semua bulan. Pengawas: Dinas
1999 yaitu 2. Mewajibkan kendaraan dan Pertambangan
SO2 sebesar pekerja untuk peralatan yang dan Energi
0,9 mg/l, NO2 menggunakan berpotensi Kabupaten Way
sebesar 0,4 alat pelindung sebagai Kanan, Badan
mg/l, CO mata, mulut, dan sumber Lingkungan
sebesar 30
hidung. dampak pada Hidup Daerah
mg/l dan debu
(TSP) sebesar 3. Melakukan kegiatan ini. Kab. Way Kanan
0,23 mg/l preventive dan Kecamatan
maintenance Blambangan
terhadap mesin/ Umpu, Dinas
alat yang Kesehatan Kab.
digunakan Way Kanan.
secara periodik. 3. Instansi Penerima
4. Penanaman Laporan: Dinas
pohon cepat Pertambangan
tumbuh dengan dan Energi dan
kanopi yang Badan
rapat berfungsi Lingkungan

124
untuk pelindung Hiudp Daerah
dan sebagai Kab. Way Kanan,
wind break agar Dinas
partikel debu Pertambangan
dan gas-gas dan Energi
pencemar yang Provinsi
terbang dapat Lampung dan
tertahan dengan Badan
jarak tertentu di Lingkungan
sekitar lokasi Hidup Provinsi
kegiatan. Jenis Lampung.
pohonnya yaitu
katapang,
bungur. Jarak
tanaman bisa
5x5 m, 3x3 m
tergantung
kecukupan
lahan.
5. Melibatkan
instansi terkait
dala pengawasan
pengelolaan
lingkungan.
4. Tergangguny Pembersiha Penurunan 1. Menjaga Desa Selama tahap 1. Instansi
a Biota Air n lahan keanekaragam kestabilan Blambangan konstruksi yaitu Pelaksana: PT.
Pembangun an jenis dan ekosistem Umpu, selama 1 tahun. Bhumi Siger
kelimpahan
an sarana perairan Kecamatan 2. Instansi
biota air
dan 2. Melakukan Blambangan Pengawas: Dinas
prasarana kegiatan Umpu, Pertambangan
penunjang pembersihan Kabupaten dan Energi
Pembangun lahan secara Way Kanan. Kabupaten Way
an jalan selektif, sesuai Kanan, Badan
tambang kebutuhan Lingkungan
3. Pada saat Hidup Daerah
melakukan Kab. Way Kanan
kegiatan land dan Kecamatan
clearning Blambangan
disiapkan parit Umpu, Dinas
dan tanggul agar Perikanan Kab.
limpasan Way Kanan.
permukaan dapat 3. Instansi Penerima
mengarah ke Laporan: Dinas
kolam Pertambangan
pengendapan. dan Energi dan
4. Pembuatan Badan
kolam Lingkungan
pengendap di Hiudp Daerah
lokasi bukaan Kab. Way Kanan,
lahan non Dinas
tambang. Pertambangan
5. Melakukan dan Energi
pengelolaan air Provinsi

125
di lokasi kolam Lampung dan
pengendap Badan
sesuai SOP. Lingkungan
6. Melibatkan Hidup Provinsi
instansi terkait Lampung.
dalam
pengawasan
pengelolaan
lingkungan.
Tahap Operasi
1. Penurunan Pembersiha Kualitas udara 1. Mengoperasikan Pada lokasi Selama 1. Instansi
kualitas udara n lahan ambient yang peralatan kegiatan tahapoperasi Pelaksana: PT.
Pengumpasa mengacu pada operasional pembersihan yaitu selama 5 Bhumi Siger
peraturan sesuai umur lahan tambang
n dan tahun dengan 2. Instansi
pemerintah standarnya. Semua
penimbunan No. 41 Tahun 2. Mewajibkan dilakukan Pengawas: Dinas
kendaraan dan
puncak dan 1999 yaitu pekerja untuk pemantauan 6 Pertambangan dan
peralatan yang
lapisan SO2 sebesar menggunakan bulan sekali. Energi Kabupaten
berpotensi Way Kanan, Badan
batuan 0,9 mg/l, NO2 alat pelindung
sebesar 0,4 mata, mulut, dan sebagai Lingkungan Hidup
penutup
mg/l, CO hidung. sumber Daerah Kab. Way
sebesar 30 3. Melakukan dampak pada Kanan dan
mg/l dan debu preventive kegiatan ini. Kecamatan
(TSP) sebesar Blambangan Umpu,
maintenance
0,23 mg/l Dinas Kesehatan
terhadap mesin/ Kab. Way Kanan.
alat yang
digunakan 3. Instansi Penerima
secara periodik. Laporan: Dinas
Pertambangan dan
4. Penanaman
Energi dan Badan
pohon cepat Lingkungan Hidup
tumbuh dengan Daerah Kab. Way
kanopi yang Kanan, Dinas
rapat berfungsi Pertambangan dan
untuk pelindung Energi Provinsi
dan sebagai Lampung dan
Badan Lingkungan
wind break agar
Hidup Provinsi
partikel debu Lampung.
dan gas-gas
pencemar yang
terbang dapat
tertahan dengan
jarak tertentu di
sekitar lokasi
kegiatan. Jenis
pohonnya yaitu
katapang,
bungur. Jarak
tanaman bisa
5x5 m, 3x3 m
tergantung
kecukupan
lahan.
5. Melibatkan
instansi terkait
dala pengawasan

126
pengelolaan
lingkungan.
2. Peningkatan Pembersiha Kenaikan laju 1. Melakukan Pada lokasi Selama 1. Instansi
erosi tanah n lahan erosi tanah kegiatan pembersihan pembersihan tahapoperasi Pelaksana: PT.
Pengumpasa Terbentuk lahan tambang secara lahan tambang yaitu selama 5 Bhumi Siger
n dan alur dan parit bertahap sesuai dan kolam tahun dengan
penimbunan di lokasi dengan rencana pengendap dilakukan 2. Instansi
puncak dan pembersihan kegiatan. (sedimen pemantauan 6 Pengawas: Dinas
lapisan lahan dan 2. Melakukan pond) bulan sekali. Pertambangan dan
batuan pengumpasan kegiatan pada saat Energi Kabupaten
penutup dan hari tidak hujan. Way Kanan, Badan
penimbunan 3. Menumpuk batang Lingkungan Hidup
puncak serta pohon dan cacahan Daerah Kab. Way
lapisan batuan tumbuhan (sisa Kanan dan
penutup pembersihan lahan) Kecamatan
pada daerah yang Blambangan Umpu,
rawan erosi tanah Dinas Kesehatan
untuk dapat menekan Kab. Way Kanan.
laju erosi tanah.
3. Instansi Penerima
3. Membuat saluran
Laporan: Dinas
drainase atau parit di
Pertambangan dan
sekeliling lokasi
Energi dan Badan
kegiatan.
Lingkungan Hidup
4. Melibatkan instansi
Daerah Kab. Way
terkait dalam
Kanan, Dinas
pengawasan
Pertambangan dan
pengelolaan
Energi Provinsi
lingkungan.
Lampung dan
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
Lampung.
3. Penurunan Pembersiha Untuk air 1. Pelaksanaan Desa Selama 1. Instansi
kualitas air n lahan buangan di kagiatan secara Blambangan tahapoperasi Pelaksana: PT.
permukaan out let settling terancana, Umpu, yaitu selama 5 Bhumi Siger
selektif dan Kecamatan tahun dengan 2. Instansi
pond mengacu
bertahap Blambangan dilakukan Pengawas: Dinas
pada 2. Pembuatan Umpu, pemantauan 6 Pertambangan dan
KepMenLH saluran drainase Kabupaten bulan sekali. Energi Kabupaten
51/1995 3. Pada saat Way Kanan. Way Kanan, Badan
tentang Baku Lingkungan Hidup
melakukan
Mutu Limbah Daerah Kab. Way
kegiatan land Kanan dan Dinas
Cair Industri clearing juga Kesehatan Kab.
yaitu TSS = disiapkan parit Way Kanan.
maks. 300 dan tanggul agar 3. Instansi Penerima
mg/l. limpasan Laporan: Dinas
permukaan dapat Pertambangan dan
Energi dan Badan
mengarah ke
Lingkungan Hiudp
kolam Daerah Kab. Way
pengendap Kanan, Dinas
4. Pembuatan Pertambangan dan
kolam Energi Provinsi
pengendapan di Lampung dan
lokasi bukaan Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
lahan non
Lampung.
tambang
5. Melakukan
pengelolaan air

127
di lokasi kolam
pengendap
sesuai SOP
6. Melibatkan
instansi terkait
dalam
pengawasan
pengelolaan
lingkungan
4. Tergangguny Pembersiha Penurunan 1. Menjaga Desa Selama 1. Instansi
a biota air n lahan keanekaragam kestabilan Blambangan tahapoperasi Pelaksana: PT.
an jenis dan ekosistem Umpu, yaitu selama 3 Bhumi Siger
kelimpahan perairan Kecamatan tahun dengan 2. Instansi
biota air 2. Melakukan Blambangan dilakukan Pengawas: Dinas
kegiatan Umpu, pemantauan 6 Pertambangan dan
pembersihan Kabupaten bulan sekali. Energi Kabupaten
Way Kanan. Way Kanan, Badan
lahan secara
Lingkungan Hidup
selektif, sesuai Daerah Kab. Way
kebutuhan Kanan dan
3. Pada saat Kecamatan
melakukan Blambangan Umpu,
kegiatan land Dinas Perikanan
clearning Kab. Way Kanan.
3. Instansi Penerima
disiapkan parit
Laporan: Dinas
dan tanggul agar Pertambangan dan
limpasan Energi dan Badan
permukaan dapat Lingkungan Hiudp
mengarah ke Daerah Kab. Way
kolam Kanan, Dinas
pengendapan. Pertambangan dan
Energi Provinsi
4. Pembuatan
Lampung dan
kolam Badan Lingkungan
pengendap di Hidup Provinsi
lokasi bukaan Lampung.
lahan non
tambang.
5. Melakukan
pengelolaan air
di lokasi kolam
pengendap
sesuai SOP.
6. Melibatkan
instansi terkait
dalam
pengawasan
pengelolaan
lingkungan.
5. Peningkatan Pengumpasa Tingkat 1. Mengoperasikan Lokasi Selama 1. Instansi
kebisingan n dan kebisingan peralatan operasional penambangan tahapoperasi Pelaksana: PT.
penimbunan memenuhi sesuai umur batu bara desa yaitu selama 5 Bhumi Siger
puncak dan baku mutu standarnya. Blambangan tahun dengan
lapisan permukiman 2. Mewajibkan Umpu, dilakukan 2. Instansi
batuan penduduk <55 pekerja untuk Kecamatan pemantauan 6 Pengawas: Dinas
penutup dB (A) dan menggunakan alat Blambangan bulan sekali. Pertambangan dan
industri <70 pelindung telinga, Umpu, Energi Kabupaten

128
dB (A) mata, mulut atau Kabupaten Way Kanan, Badan
berdasarkan hidung. Way Kanan. Lingkungan Hidup
KepMenLH 3. Melakukan Daerah Kab. Way
No. 48 Tahun preventive Kanan dan
1996 maintenance terhadap Kecamatan
Serta mesin/ alat yang Blambangan Umpu,
memenuhi digunakan secara Dinas Kesehatan
nilai ambang periodik. Kab. Way Kanan.
batas (NAB) 4. Penanaman pohon
lingkungan cepat tumbuh. 3. Instansi Penerima
kerja sesuai 5. Melibatkan instansi Laporan: Dinas
SE Menaker terkait dalam Pertambangan dan
No. 01/97 pengawasan Energi dan Badan
NAB pengelolaan Lingkungan Hidup
lingkungan lingkungan. Daerah Kab. Way
kerja < 85 dB Kanan, Dinas
(A) Pertambangan dan
Energi Provinsi
Lampung dan
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
Lampung.
Tahap Pra Operasi
1. Perubahan Pelepasan Sumber 1. Penuruna tingkat Desa Selama tahap 1. Instansi
pendapatan tenaga kerja pendapatan upah/ gaji yang Blambangan pra operasi yaitu Pelaksana: PT.
masyarakat yang berasal didapatkan para Umpu, selama 6 bulan. Bhumi Siger
dari sektor pekerja.
Kecamatan
pertambangan 2. Melakukan 2. Instansi
akibat kegiatan Blambangan Pengawas: Dinas
pelepasan pemberdayaan Umpu, Pertambangan dan
tenaga kerja ekonomi masyarakat Kabupaten Energi Kabupaten
Way Kanan. Way Kanan, Badan
Lingkungan Hidup
Daerah kabupaten
Way Kanan dan
Kecamatan
Blambangan Umpu,
serta Pemerintah
Blambangan Umpu.

3. Instansi Penerima
Laporan: Dinas
Pertambangan dan
Energi dan Badan
Lingkungan Hidup
Daerah Kab. Way
Kanan, Dinas
Pertambangan dan
Energi Provinsi
Lampung dan
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
Lampung

2. Perubahan Pelepasan Terjadi 1. Melakukan Desa Selama tahap 1. Instansi


persepsi tenaga kerja penolakan dan pelepasan tenaga Blambangan pra operasi yaitu Pelaksana: PT.
masyarakat Remediasi protes dari kerja akibat Umpu, selama 6 bulan. Bhumi Siger
masyarakat Kecamatan
berhentinya
sekitar lokasi Blambangan 2. Instansi
kegiatan kegiatan Umpu, Pengawas: Dinas
penambangan penambangan. Kabupaten Pertambangan dan

129
batu bara 2. Menindaklanjuti Way Kanan. Energi Kabupaten
akibat aspirasi Way Kanan, Badan
pelepasan masyarakat adat Lingkungan Hidup
tenaga kerja Daerah kabupaten
terkait dengan
serta Way Kanan dan
dilakukannya pelepasan tenaga Kecamatan
remediasi kerja serta Blambangan Umpu,
lahan bekas remediasi. Pemerintah
tambang. 3. Penyampaian Blambangan Umpu.
informasi
tentang 3. Instansi Penerima
Laporan: Dinas
keberadaan
Pertambangan dan
lowongan kerja Energi dan Badan
selanjutnya. Lingkungan Hiudp
Daerah Kab. Way
Kanan, Dinas
Pertambangan dan
Energi Provinsi
Lampung dan
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
Lampung.

130
BAB III
RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL)

Berdasarkan hasil telaahn terhadap dampak penting yang dilingkup dalam


dokumen ANDAL, maka sudah seharusnya dampak yang dikelola harus dipantau
agar pengelolaan lingkungan berjalan secara efisien dan efektif.
DimanaPemantauan lingkungan tertuang dalam dokumen Rencana Pemantauan
Lingkungan Hidup (RPL) kegiatan penambangan batu bara di Blambangan Umpu,
Way Kanan. Hal itu dimaksudkan sebagai arahan dalam memantau langkah-
langkah yang telah dilakukan dalam mengelola lingkungan serta memberikan
gambaran yang jelas mengenai batas kewenangan dan kemampuan PT. Bhumi
Siger dalam membuat kebijakan lingkungan. Untuk RPL mulai dari tahap pra
kontruksi, tahap kontruksi, tahap operasi, dan tahap pasca operasi. Berikut adalah
dampak yang akan dikelola dalam RPL dapat dilihat pada matris sebagai berikut :

Tabel 3.1 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Kegiatan


Penambangan Batu Bara di Blambangan Umpu
Dampak Lingkungan Yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi Pemantau
No. Metode Waktu
Jenis Dampak Indikator/ Sumber
Pengumpulan Lokasi Pantau dan Pelaksana Pengawas Pelaporan
Yang Timbul Parameter Dampak
Analisis Data Frekuensi
Tahap Pra Kontruksi
Perubahan Tidak terjadi Pembebasan Observasi dan Desa Selama 2 PT. Dinas Dinas
persepsi penolakan dan lahan wawancara, Blambangan bulan Bhumi Pertambangan Pertambangan
masyarakat protes dari Penerimaan serta analisis Umpu dengan Siger dan Energi dan Energi
masyarakat tenaga kerja secara kompratif frekuensi Kab. Way Kab. Way
1.
dan deskriptif 1 minggu Kanan, Badan Kanan, Badan
kualitatif sekali. Lingkungan Lingkungan
Hidup Kab. Hidup Kab.
Way Kanan Way Kanan
Hilangnya Penetapan Pembebasan Observasi dan Desa Selama 2 PT. Dinas Dinas
pendapatan uapah/ gaji lahan wawancara, Blambangan bulan Bhumi Pertambangan Pertambangan
sesuai KHL serta analisis Umpu dengan Siger dan Energi dan Energi
secara kompratif frekuensi Kab. Way Kab. Way
2.
dan deskriptif 1 minggu Kanan, Badan Kanan, Badan
kualitatif sekali. Lingkungan Lingkungan
Hidup Kab. Hidup Kab.
Way Kanan Way Kanan
Tahap Kontruksi
Meningkatnya Tenaga kerja Pembangunan Pengumpulan Desa Selama PT. Dinas Tenaga Dinas Tenaga
kesempatan lokal yang dapat sarana dan data sekunder, Blambangan 1 tahun Bhumi Kerja dan Kerja dan
kerja diserap prasarana serta analisis Umpu dengan Siger Transmigrasi Transmigrasi
penunjang secara kompratif frekuensi Kab. Way Kab. Way
dan deskriptif 2 minggu Kanan, Dinas Kanan, Dinas
kualitatif sekali. Sosial Sosial
1. Blambangan Blambangan
Umpu Umpu

131
Penurunan KepMenLH Pembersihan Sampling TSS Desa Selama 1 PT. Dinas Dinas
kualitas air 51/1995 tentang lahan Blambangan tahun Bhumi pertambangan pertambangan
baku mutu Pembangunan Umpu dengan Siger dan energi dan energi
limbah cair sarana dan frekuensi Kab. Way Kab. Way
2.
industri yaitu prasarana 2 minggu Kanan, Dinas Kanan, Dinas
TSS maks. 300 penunjang sekali. Lingkungan Lingkungan
mg/l Pembangunan Hidup Kab. Hidup Kab.
jalan tambang Way Kanan. Way Kanan.
Penurunan PP No. 41 Tahun Pembangunan Pengukuran Kegiatan Selama 6 PT. Dinas Dinas
kualitas udara 1999 yaitu SO2 jalan tambang udara ambien pembangunan bulan Bhumi pertambangan pertambangan
sebesar 0,9 dengan sampling jalan tambang dengan Siger dan energi dan energi
mg/l, NO2 dengan high Semua frekuensi Kab. Way Kab. Way
sebesar 0,4 volume sampler, kendaraan 1 minggu Kanan, Dinas Kanan, Dinas
mg/l, CO sebesar analisis, serta dan peralatan sekali. Lingkungan Lingkungan
mg/l dan debu pengukuran H2S Hidup Kab. Hidup Kab.
3. sebesar 0,23 Way Kanan. Way Kanan.
mg/l

Terganggunya Penurunan Pembersihan Analisis jumlah, Desa Selama 1 PT. Dinas Dinas
biota air keanekaragaman lahan jenis, Blambangan tahun Bhumi pertambangan pertambangan
jenis dan Pembangunan kelimpahan, Umpu dengan Siger dan energi dan energi
kelimpahan sarana dan serta frekuensi Kab. Way Kab. Way
biota air prasarana keanekaragaman 2 minggu Kanan, Dinas Kanan, Dinas
4. penunjang jenis plankton sekali. Lingkungan Lingkungan
Pembangunan dan bentos. Hidup Kab. Hidup Kab.
jalan tambang Way Kanan. Way Kanan.

Tahap Operasi
Penurunan PP No. 41 Pembersihan Pengukuran Kegiatan Selama 5 PT. Dinas Dinas
kualitas udara Tahun 1999 lahan udara ambien pembangunan tahun Bhumi pertambangan pertambangan
yaitu SO2 Pengumpasan dengan sampling jalan tambang dengan Siger dan energi dan energi
sebesar 0,9 dan dengan high Semua frekuensi Kab. Way Kab. Way
mg/l, NO2 penimbunan volume sampler, kendaraan 6 bulan Kanan, Dinas Kanan, Dinas
1.
sebesar 0,4 puncak dan analisis, serta dan peralatan sekali. Lingkungan Lingkungan
mg/l, CO sebesar lapisan batuan pengukuran H2S. Hidup Kab. Hidup Kab.
mg/l dan debu penutup Way Kanan. Way Kanan.
sebesar 0,23
mg/l
Penigkatan Kenaikan laju Pembersihan Diukur dengan Lokasi Selama 5 PT. Dinas Dinas
erosi tanah erosi tanah lahan metode petak pembersihan tahun Bhumi pertambangan pertambangan
Pengumpasan kecil dan analisis lahan dengan Siger dan energi dan energi
dan tambang dan frekuensi Kab. Way Kab. Way
2.
penimbunan kolam 6 bulan Kanan, Dinas Kanan, Dinas
puncak dan pengendapan sekali. Lingkungan Lingkungan
lapisan batuan Hidup Kab. Hidup Kab.
penutup Way Kanan. Way Kanan.
Penurunan KepMenLH Pembersihan Sampling TSS Desa Selama 5 PT. Dinas Dinas
kualitas air 51/1995 tentang lahan Blambangan tahun Bhumi pertambangan pertambangan
permukaan baku mutu Umpu dengan Siger dan energi dan energi
limbah cair frekuensi Kab. Way Kab. Way
3.
industri yaitu 6 bulan Kanan, Dinas Kanan, Dinas
TSS maks. 300 sekali. Lingkungan Lingkungan
mg/l Hidup Kab. Hidup Kab.
Way Kanan. Way Kanan.
Terganggunya Pembersihan Pembersihan Analisis jumlah, Desa Selama 3 PT. Dinas Dinas
biota air lahan lahan jenis, Blambangan tahun Bhumi pertambangan pertambangan
4.
kelimpahan, Umpu dengan Siger dan energi dan energi
serta frekuensi Kab. Way Kab. Way

132
keanekaragaman 6 bulan Kanan, Dinas Kanan, Dinas
jenis plankton sekali. Lingkungan Lingkungan
dan bentos. Hidup Kab. Hidup Kab.
Way Kanan. Way Kanan.

Peningkatan Baku mutu Pengumpasan Diukur dengan Lokasi Selama 5 PT. Dinas Dinas
kebisingan permukiman dan sound level penambangan tahun Bhumi pertambangan pertambangan
penduduk <55 penimbunan meter dan batu bara di dengan Siger dan energi dan energi
dB (A) dan puncak dan analisis Blambangan frekuensi Kab. Way Kab. Way
industri <70 dB lapisan batuan Umpu 6 bulan Kanan, Dinas Kanan, Dinas
(A) berdasarkan penutup sekali. Lingkungan Lingkungan
KepMenLH No. Hidup Kab. Hidup Kab.
48 Tahun 1996, Way Kanan. Way Kanan.
5. Serta memenuhi
nilai ambang
batas (NAB)
lingkungan kerja
sesuai SE
Menaker No.
01/97 NAB
lingkungan kerja
< 85 dB (A)
Tahap Pra Operasi
Perubahan Pendapatan Pelepasan Pengumpulan Desa Selama 6 PT. Dinas Dinas
pendapatan dari tenaga kerja data sekunder Blambangan bulan Bhumi Pertambangan Pertambangan
masyarakat pertambangan HRD, serta Umpu dengan Siger dan energi dan energi
1. analisis secara frekuensi Kab. Way Kab. Way
komparatif dan 2 buln Kanan Kanan
deskriptif sekali.
kualitatif
Perubahan Penolakan dan Pelepasan Pengumpulan Desa Selama 6 PT. Dinas Dinas
persepsi protes dari tenaga kerja data sekunder Blambangan bulan Bhumi Pertambangan Pertambangan
masyarakat masyarakat Remediasi HRD, serta Umpu dengan Siger dan energi dan energi
2. analisis secara frekuensi Kab. Way Kab. Way
komparatif dan 2 buln Kanan Kanan
deskriptif sekali.
kualitatif.

133
BAB IV
JUMLAH DAN JENIS IZIN PPLH

4.1 Umum
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.27 tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan, terkait dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
dengan penambahan berbagai pengaturan dan ketentuan perihal izin lingkungan,
peraturan pemerintah ini merupakan perpaduan rancangan PP Izin Lingkungan
dan rancangan PP AMDAL yang disusun sebagai amanat UU No. 32/2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Dalam
peraturan meletakkan kelayakan lingkungan sebagai dasar izin lingkungan
sehingga bisa dilaksanakan dengan sanksi yang jelas dan tegas.

AMDAL diperlukan sebagai syarat mendapat izin lingkungan, sehingga


kegiatan usaha yang menghasilkan limbah wajib termasuk kegiatan yang
dilakukan oleh PT. Bhumi Siger wajib mendapatkan izin PPLH.

4.2 Izin PPLH yang Dibutuhkan PT. Bhumi Siger


Izin-izin yang dibutuhkan oleh PT. Bhumi Siger, diantaranya adalah :

4.1.1 Tahap Pra Kontruksi Untuk Kegiatan Penambangan Batu Bara


• Izin Pembebasan Lahan
• Izin Penerimaan Tenaga Kerja

4.1.2 Tahap Kontruksi Untuk Kegiatan Penambangan Batu Bara


• Izin Pembangunan Sarana dan Prasarana Penunjang
• Izin Pembangunan Jalan Tambang
• Izin Penurunan Kualitas Air
• Izin Penurunan Kualitas Udara
• Izin Terganggunya Biota Air

4.1.3 Tahap Operasi Untuk Kegiatan Penambangan Batu Bara


• Izin Penurunan Kualitas Udara
• Izin Peningkatan Erosi Tanah
• Izin Penurunan Kualitas Air Permukaan
• Izin Terganggunya Biota Air
• Izin Peningkatan Kebisingan

4.2.4 Tahap Pra Operasi Untuk Kegiatan Penambangan Batu Bara


• Izin Perubahan Pendapatan Masyarakat
• Izin Perubahan Persepsi Masyarakat

134
BAB V
SURAT PERNYATAAN KOMITMEN PELAKSANAAN RKL-RPL

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Rahmah
Jabatan : Direktur
Alamat Kantor : Jl. Jalur Dua Korpri No. 17 Sukarame, Bandar Lampung,
Lampung, Indonesia
Telephone/Fax : 62-53-6700-0620/ 62-31-7942-0533

Bertindak dalam kapasitas tersebut di atas, selaku penanggung jawab kegiatan


penambangan baru bara Blambangan Umpu, Way Kanan termasuk pengelolaan
lingkungan dengan data sebagai berikut :
Nama Perusahaan : PT. Bhumi Siger
Alamat Kantor : Jl. Jalur Dua Korpri No. 17 Sukarame, Bandar
Lampung, Lampung, Indonesia
Telephone/Fax : 62-53-6700-0620/ 62-31-7942-0533
Lokasi Kegiatan : Blambangan Umpu, Kecamatan Blambangan Umpu,
Kabupaten Way Kanan, Lampung, Indonesia

Dengan ini menyatakan bahwa sehubung dengan rencana kegiatan penambangan


batu bara di Blambangan Umpu, Way Kanan saya :

1. Bersedia melakasanakan Rencana Pengolahan Lingkungan Hidup dan Rencana


Pemantauan Lingkungan Hidup (RKL-RPL) yang telah disetujui dan bersedia
dipantau oleh petugas dari Dinas atau Instansi yang berwenang sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Bersedia untuk menyampaikan laporan pelaksanaan Izin Lingkungan
Hidupsecara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD atau Instansi terkait terhitung sejak
diterbitkannya surat Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup (SKKLH)

135
Andal dan RKL-RPL Rencana Kegiatan Pembangunan Tambang Batubara PT.
Bhumi Siger Blambangan Umpu, Way Kanan, Lampung.
3. Apabila kami tidak melaksanakan RKL-RPL sebagaimana yang dimaksud di
atas, dan apabila terjadi kasus pencemaran yang disebabkan oleh kegiatan
tersebut, maka kami bersedia bertanggung jawab, menghentikan kegiatan dan
ditindak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian pernyataan dan komitmen yang kami buat dalam pelaksanaa
pengelolaan dan pemantauan ling kungan hidup sesuai dengan Dokumen Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

Way Kanan, Desember 2020

Rahmah
Direktur Utama

136
DAFTAR PUSTAKA

Badan pusat statistik (BPS) Kabupaten Way Kanan Kecamatan Blambangan


Umpu Dalam Angka 2020.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2005. Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan


pembangunan di daerah. Asdep Urusan Kajian Dampak Lingkungan -
Kementerian Lingkungan Hidup : Jakarta. 70p.

Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Way Kanan
Kecamatan Blambangan Umpu Tahun 2018.

Peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan Republik Indonesia Nomor


38/menlhk/setjen/kum.1/7/2019 Tentang Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
yang wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup.

PPLH-LP IPB, BK-PSL, and BAPEDAL. 1992. Metodologi prakiraan dampak


dalam analisis mengenai dampak lingkungan. [kumpulan makalah seminar
nasional]. Institut PertanianBogor:Bogor.

Supremeenergy. 2013. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana


Pemantauan Lingkungan Hidup (RKL-RPL). PT. Supreme Energy Muara Laboh :
Sumatera Barat.
LAMPIRAN

KARTU ASISTENSI TUGAS


BESAR

Nama Mahasiswa/Kelompok : Kelompok 4


AMDAL C
Dosen Pengampu : Yuni Lisafitri, S.P., M.Si., Dr. Endro P.
Wahono, S.T., M.Sc., Mutiara Fajar, S.T., M.T
Nama Dosen/Asisten : Yuni Lisafitri, S.P., M.Si.
Topik/judul/Studi Kasus : Rencana Penambangan Batu Bara oleh PT.
Bhumi Siger Blambangan Umpu, Kabupaten
Way Kanan, Provinsi Lampung

No. Hari,Tanggal Keterangan Paraf


1 Senin,16 Detail kegiatan dan matrik penentuan dampak ditambahkan ꞌʻƴ
November 2020

2 Senin, 24 Peta lokasi pertambangan di lingkari, batas wilayah dan ꞌʻƴ


November 2020 penjelasan Bab 3 ditambah

3 Selasa, 2 Bab 3 Belum ada prakiraan besaran dampak, Besaran ꞌʻƴ


Desember 2020 bertambahnya kualitas udara, serta tambahkan diagram alir
dan matrik telaah dampak penting hipotetik
4 Selasa, 14 Bab 2 dokumen RKL-RPL dijadikan tabel ꞌʻƴ
Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai