Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia
Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia
Disusun Oleh :
Kelompok III
Kelas : IP 4D
FAKULTAS SYARIAH
2024
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
PEMBAHASAN
Cara ini biasanya terjadi pada organisasi militer terutama dalam keadaan
darurat dan memang berakibat cepat serta efektif namun tidak menutup
kemungkinan timbulnya keresahan di kalangan bawahan. Apabila penyampaian
pesan cukup jelas maka kebijakan (policy) atasan tidak memerlukan
kebijaksanaan (wisdom) bawahan sebagai penjabaran dan inisiatif Tetapi bila
ada yang kurang jelas maka bawahan sudah harus mengerti kebiasaan atasan.
1
nu Kencana Syafiie, Kepemimpinan pemerintahan indonesia, (Bandung, Refika Aditama,
2003) Hlm 15
2
5. Informasi kunci berada di pemimpin. Mereka menyimpan informasi untuk
diri mereka sendiri. Mereka hanya memberitahu bawahan apa yang perlu
mereka ketahui.2
Menurut teori ini seseorang memiliki bawaan bakat turunan antara lain
cukup terampil untuk mengurus orang lain, memiliki kepekaan inisiatif,
mempunyai rangsangan emosional untuk membela teman, dewasa dalam
pemikiran, pandai membujuk dalam rayuan yang menghanyutkan, gampang
berkomunikasi, percaya untuk tampil di depan umum, kreatif dalam
menemukan gagasan baru, mempunyai persepsi positif serta jalan keluar setiap
masalah, dan selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan orang lain.
1. Inteligensia
Satu penemuan yang signifikan adalah aclanya. perbedaan
inteligensia yang ekstrim antara pemimpin clan pengikut yang clapat
menimbulkan gangguan. Sebagai contoh, seorang pemimpin clengan IQ
yang cukup tinggi berusaha untuk mempengaruhi suatu kelompok yang
2
Cerdasco. 2022. Kepemimpinan Otokratis: Karakteristrik, Contoh, Pro, Kontra.
3
nu Kencana Syafiie, Kepemimpinan pemerintahan indonesia, (Bandung, Refika Aditama,
2003) Hlm 17
3
anggotanya memiliki IQ rata-rata kemungkinan tidak akan mengerti
mengapa anggota-anggotanya ticlak memahami persoalannya.
2. Kepribadian
Beberapa hasil penelitian menyiratkan bahwa sifat kepribadian
seperti kesiagaan, keaslian, integritas pribadi, clan percaya diri
diasosiasikan clengan kepemimpinan yang efektif.
3. Karakteristik fisik
Studi mengenai hubungan antara kepemimpinan yang efektif clan
karakteristik fisik seperti usia, tinggi baclan, berat baclan, clan penampilan
memberikan hasil-hasil yang bertolak belakang. Menjadi lebih tinggi clan
lebih berat dari rata-rata kelompoknya tentu saja ticlak menguntungkan
untuk meraih posisi pemimpin.
4
nu Kencana Syafiie, Kepemimpinan pemerintahan indonesia, (Bandung, Refika Aditama,
2003) Hlm 18
4
Douglas Mac Gregor memotivasi orang lain dengan melihat bakat dasarnya
terlebih dulu yang terkenal dengan teori X dan Y, yaitu adanya manusia yang
pada hakekatnya tidak suka bekerja, tidak berambisi, dan tidak bertanggung
jawab oleh karena itu perlu didorong, kendati di lain pihak ada manusia yang
mampu mengawasi dirinya sendiri, penuh inisiatif, kreatif yang sudah barang
tentu diberi kesempatan.
5
nu Kencana Syafiie, Kepemimpinan pemerintahan indonesia, (Bandung, Refika Aditama,
2003) Hlm 19
5
disebut sebagai job-centered / berorientasi pacla pekerjaan clan emplqyee-
centered / berorientasi pada karyawan.
a. Pemimpin yang job-centered (berorientasi pacla tugas) menerapkan
pengawasan ketat sehingga bawahan melakukan tugasnya dengan
menggunakan prosedur yang telah ditentukan. Pemimpin ini
menganclalkan kekuatan paksaan, imbalan, clan hukuman untuk
mempengaruhi sifat-sifat clan prestasi pengikutnya. Perhatian pada
orang dilihat sebagai suatu hal mewah yang tidak dapat selalu dipenuhi
oleh pemimpin.
b. Pemimpin yang berorientasi karyawan percaya dalam mendelegasikan
pengambilan keputusan dan membantu pengikutnya dalam memuaskan
kebutuhannya clengan cara membentuk suatu lingkungan kerja yang
suportif. Pemimpin yang berpusat pada karyawan memiliki perhatian
terhaclap kemajuan, pertumbuhan dan prestasi pribadi pengikutnya.
Tindakan-tinclakan ini diasumsikan dapat memajukan pembentukan
clan perkembangan kelompok.
2. Studi clari Ohio State University
Di antara beberapa program besar penelitian kepemimpinan yang
terbentuk setelah Perang Dunia II, satu yang paling signifikan adalah
penelitian yang dipimpin oleh Fleishman clan rekan-rekannya di Ohio State
University (dikutip dari buku Organisasi).20 Program ini menghasilkan
perkembangan teori dua faktor dari kepemimpinan. Suatu seri penelitian
mengisolasikan dua faktor kepemimpinan, disebut sebagai membentuk
struktur dan konsiclerasi.
a. Membentuk struktur, melibatkan perilaku di mana pemunpin
mengorganisasikan clan mendefinisikan hubungan-hubungan di clalam
kelompok, cenclerung membangun pola clan saluran komunikasi yang
jelas, clan menjelaskan cara-cara mengerjakan tugas yang benar.
Pemimpin yang memiliki kecenderungan membentuk struktur yang
tinggi, akan memfokuskan pada tujuan clan hasil.
b. Konsiderasi, melibatkan perilaku yang menunjukkan persahabatan,
saling percaya, menghargai, kehangatan, dan komunikasi antara
6
pemimpin dan pengikutnya. Pemimpin yang memiliki konsiderasi tinggi
menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan partisipasi. 6
Yang dimaksud dengan waktu adalah saat yang tepat ketika pembentukan
pemimpin pemerintahan itu terjadi atau dipertahankan misalnya di Irak yang
sering melakukan invasi atau di serbu pihak lain maka rakyat membutuhkan
seorang pemberani seperti Sadam Husain untuk cukup lama menjadi presiden.
6
Syarifudin, E. (2004). Teori Kepemimpinan. Al Qalam, 21(102), 459-477.
7
nu Kencana Syafiie, Kepemimpinan pemerintahan indonesia, (Bandung, Refika Aditama,
2003) Hlm 18
7
sehingga mampu mengarahkan pemerintahan menuju pencapaian tujuan yang
lebih efektif dan efisien.
1. Bila kepada seorang bawahan tidak terlalu banyak diberikan dukungan dan
pegarahan, maka berarti bawahan tersebut sudah matang, artinya bawahan
tersebut memang mampu bekerja dan yakin akan menyelesaikannya, oleh
karenanya pimpinan dapat mendelegasikan wewenangnya, jadi disebut
dengan delegating.
2. Bila kepada seorang bawahan pimpinan harus banyak memberikan
dukungan tetapi sedikit memberikan pengarahan, hal tersebut adalah
karena bawahan tersebut mampu bekerja tetapi tidak mau melakukannya.
Jadi pada keadaan seperti ini kita harus berpartisipasi sepenuhnya disebut
dengan participating.
3. Bila kepada seorang bawahan pimpinanharus banyak memberikan
dukungan dan banyak pula memberikan pengarahan, hal tersebut adalah
karena bawahan tersebut sebenarnya tidak mampu tetapi mau bekerja, pada
kelompok ini biasanya pimpinan harus menjual programnya maka dikenal
dengan istilah selling.
4. Bila kepada seorang bawahan pimpinan harus banyak memberikan
pengarahan tetapi sedikit memberikan dukungan, hal tersebut adalah
karena bawahan tersebut tidak matang, tidak mampu, tidak mau dan tidak
8
mantap, jadi tidak perlu didukumng tetapi perlu diarahkan disebut dengan
istilah telling.
9
G. Teori Pertukaran dalam Kepemimpinan Pemerintahan
Dengan begitu pimpinan yang memakai teori ini senantiasa dalam setiap
penggajian, penghonoran, dan pemberian apa pun dijadikan semacam jasa yang
ditanamkan organisasi yang saat itu sedang dipimpin oleh yang bersangkutan.
Menurut teori pertukaran, ada dua jenis pertukaran yang terjadi antara
pemimpin dan bawahan: pertukaran pemimpin-bawahan dalam (in-group
exchange) dan pertukaran pemimpin-bawahan luar (out-group exchange).
Dalam pertukaran dalam, hubungan antara pemimpin dan bawahan didasarkan
pada saling percaya, saling mendukung, dan pertukaran sumber daya yang
positif. Sementara itu, dalam pertukaran luar, hubungan cenderung lebih formal
dan transaksional tanpa adanya ikatan emosional yang kuat.
8
nu Kencana Syafiie, Kepemimpinan pemerintahan indonesia, (Bandung, Refika Aditama,
2003) Hlm 23
10
dengan bawahan cenderung memperoleh dukungan, loyalitas, dan kinerja yang
lebih baik dari tim mereka. Dengan demikian, teori pertukaran memberikan
wawasan yang berharga bagi pemimpin pemerintahan dalam membangun
hubungan yang efektif dengan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi
secara optimal.
1. Hubungan atasan dan bawahan baik, struktur tugas berpola, dan wibawa
pimpinan yang kuat.
2. Hubungan atasan dan bawahan baik, struktur berpola, tetapi wibawa
pimpinan yang lemah.
3. Hubungan atasan dan bawahan baik, struktur tugas tidak berpola, wibawa
pimpinan yang kuat.
4. Hubungan atasan dan bawahan baik, struktur tugas tidak berpola, wibawa
pimpinan yang lemah.
5. Hubungan atasan dan bawahan buruk, struktur tugas berpola, wibawa
pimpinan yang kuat
6. Hubungan atasan dan bawahan buruk, struktur bawahan berpola, wibawa
pimpinan yang lemah.
7. Hubungan atasan dan bawahan buruk, struktur tugas tidak berpola, wibawa
pimpinan yang kuat.
11
8. Hubungan atasandan bawahan buruk, struktur tugas tidak berpola, wibawa
pimpinan yang lemah.9
9
nu Kencana Syafiie, Kepemimpinan pemerintahan indonesia, (Bandung, Refika Aditama,
2003) Hlm 23-24
10
Kasingku, F. J. (2023). BAB 4 TEORI KONTINGENSI. Psikologi Kepemimpinan, 65.
12
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
dengan situasi dan kondisi bawahan. Pemimpin harus mampu membaca
situasi dengan baik dan menyesuaikan strategi kepemimpinan sesuai dengan
konteks yang ada.
7. Teori Pertukaran dalam Kepemimpinan Pemerintahan, tori pertukaran
membahas hubungan antara pemimpin dan bawahan melalui pertukaran
sumber daya, dukungan, dan komitmen. Penting bagi pemimpin untuk
membangun hubungan yang baik dengan bawahan untuk mencapai tujuan
organisasi secara optimal.
8. Teori Kontingensi dalam Kepemimpinan Pemerintahan, teori kontingensi
menekankan bahwa kepemimpinan dipengaruhi oleh hubungan atasan-
bawahan, struktur tugas, dan wibawa pemimpin. Kondisi kepemimpinan
dapat berbeda tergantung pada faktor-faktor tersebut.
14
DAFTAR PUATAKA
15