Anda di halaman 1dari 16

KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN INDONESIA

“Teori Kepemimpinan Pemerintahan”

Dosen Pengampu : Muhammad Nuur, M.Si.

Disusun Oleh :

Kelompok III

Laras Arnelia Pradina 105220073

Putri Ramayana 105220065

Regio Aji Saputra 105220172

Shella Nutva Permatasari 105220052

Suci Adelia Putri Kusuma 105220246

Kelas : IP 4D

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS SYARIAH

UIN SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2024
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam konteks globalisasi dan kompleksitas tuntutan masyarakat modern,


peran pemimpin dalam pemerintahan menjadi semakin vital. Kepemimpinan
pemerintahan tidak hanya berkaitan dengan kemampuan individu untuk
mengarahkan kebijakan publik, tetapi juga melibatkan aspek-aspek sosial,
politik, dan ekonomi yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan.

Dalam beberapa dekade terakhir, terjadi pergeseran paradigma dalam


memahami kepemimpinan pemerintahan. Dari teori-teori tradisional yang
menekankan otoritas dan kontrol, muncul pendekatan baru yang lebih
menekankan pada kolaborasi, inklusivitas, dan pemberdayaan. Teori
kepemimpinan transformasional, sebagai contoh, menyoroti pentingnya visi,
inspirasi, dan pengaruh positif dalam menciptakan perubahan yang signifikan
dalam organisasi publik.

Tantangan-tantangan kompleks seperti globalisasi, perubahan iklim, dan


ketimpangan sosial ekonomi memperumit peran pemimpin dalam mengelola
kepentingan yang beragam dan seringkali bertentangan. Dalam konteks ini,
pemimpin pemerintahan perlu memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi,
kemampuan untuk berinovasi, dan kemampuan untuk membangun kemitraan
yang efektif dengan berbagai pemangku kepentingan.

Dengan memahami berbagai teori kepemimpinan dan menganalisis


implementasinya dalam konteks nyata, kita dapat memperkuat landasan untuk
memahami peran kunci pemimpin dalam mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat.

1
PEMBAHASAN

A. Teori Otokratis dalam Kepemimpinan Pemerintahan

Teori otokratis dalam kepemimpinan pemerintahan adalah teori bagaimana


seorang pemimpin pemerintahan dalam menjalankan tugasnya bekerja tanpa
menerima saran dari bawahan, peritah diberikan dalam satu arah saja artinya
bawahan tidak diperkenankan membantah, mengkritik, bahkan bertanya.1

Cara ini biasanya terjadi pada organisasi militer terutama dalam keadaan
darurat dan memang berakibat cepat serta efektif namun tidak menutup
kemungkinan timbulnya keresahan di kalangan bawahan. Apabila penyampaian
pesan cukup jelas maka kebijakan (policy) atasan tidak memerlukan
kebijaksanaan (wisdom) bawahan sebagai penjabaran dan inisiatif Tetapi bila
ada yang kurang jelas maka bawahan sudah harus mengerti kebiasaan atasan.

Terdapat beberapa ciri-ciri yang melekat pada teori otokritasi dalam


kepemimpinan pemerintahan antara lain :

1. Otoritas berada di tangan satu orang (pemimpin). Pemimpin membuat


hampir semua keputusan, termasuk tentang tujuan, tugas, proyek, dan proses
kerja. Mereka mendikte semua metode dan proses kerja ke bawahan dan
tidak mempercayakan keputusan kunci kepada bawahan.
2. Pekerjaan cenderung sangat terstruktur dan kaku. Hampir mustahil bagi
bawahan untuk memunculkan kreativitas dan pemikiran out-of-the-box.
Kontrol absolut menghalangi kemampuan mereka untuk berkreasi.
3. Pemimpin menempatkan tuntutan tinggi pada bawahan mereka. Mereka
meminta bawahan untuk patuh atas apa yang mereka putuskan.
4. Pemimpin tidak meminta atau menerima masukan dari bawahan untuk
pengambilan keputusan. Mereka lebih mengandalkan diri sendiri tentang apa
yang baik dan buruk bagi organisasi.

1
nu Kencana Syafiie, Kepemimpinan pemerintahan indonesia, (Bandung, Refika Aditama,
2003) Hlm 15

2
5. Informasi kunci berada di pemimpin. Mereka menyimpan informasi untuk
diri mereka sendiri. Mereka hanya memberitahu bawahan apa yang perlu
mereka ketahui.2

B. Teori Sifat dalam Kepemimpinan Pemerintahan

Teori sifat dalam kepemimpinan pemerintahan adalah teori yang


mengatakan bahwa kepemimpinan tercipta dari seseorang berdasarkan sifat-
sifat yang dimiliki seseorang tersebut berarti yang bersangkutan sudah sejak
lahir memiliki ciri-ciri untuk menjadi pemimpin3

Menurut teori ini seseorang memiliki bawaan bakat turunan antara lain
cukup terampil untuk mengurus orang lain, memiliki kepekaan inisiatif,
mempunyai rangsangan emosional untuk membela teman, dewasa dalam
pemikiran, pandai membujuk dalam rayuan yang menghanyutkan, gampang
berkomunikasi, percaya untuk tampil di depan umum, kreatif dalam
menemukan gagasan baru, mempunyai persepsi positif serta jalan keluar setiap
masalah, dan selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan orang lain.

Teori ini menekankan pacla atribut-atribut pribadi dari para pemimpin.


Dasar dari teori ini adalah asumsi bahwa beberapa orang merupakan pemimpin
alamiah dan dianugerahi beberapa ciri yang tidak dipunyai orang lain seperti
energi yang tiadak habis-habisnya, intuisi yang mendalam, pandangan masa
depan yang luar biasa dan kekuatan persuasife yang tidak tertahankan. Teori
kepemiminan ini menyatakan bahwa keberhasilan manajerial disebabkan oleh
dimilikinya kemampuan-kmampuan luar biasa clari seorang pemimpin.

1. Inteligensia
Satu penemuan yang signifikan adalah aclanya. perbedaan
inteligensia yang ekstrim antara pemimpin clan pengikut yang clapat
menimbulkan gangguan. Sebagai contoh, seorang pemimpin clengan IQ
yang cukup tinggi berusaha untuk mempengaruhi suatu kelompok yang

2
Cerdasco. 2022. Kepemimpinan Otokratis: Karakteristrik, Contoh, Pro, Kontra.
3
nu Kencana Syafiie, Kepemimpinan pemerintahan indonesia, (Bandung, Refika Aditama,
2003) Hlm 17

3
anggotanya memiliki IQ rata-rata kemungkinan tidak akan mengerti
mengapa anggota-anggotanya ticlak memahami persoalannya.
2. Kepribadian
Beberapa hasil penelitian menyiratkan bahwa sifat kepribadian
seperti kesiagaan, keaslian, integritas pribadi, clan percaya diri
diasosiasikan clengan kepemimpinan yang efektif.
3. Karakteristik fisik
Studi mengenai hubungan antara kepemimpinan yang efektif clan
karakteristik fisik seperti usia, tinggi baclan, berat baclan, clan penampilan
memberikan hasil-hasil yang bertolak belakang. Menjadi lebih tinggi clan
lebih berat dari rata-rata kelompoknya tentu saja ticlak menguntungkan
untuk meraih posisi pemimpin.

C. Teori Manusiawi dalam Kepemimpinan Pemerintahan

Teori manusiawi dalam kepemimpinan pemerintahan adalah teori yang


pemimpinnya benar-benar merasakan bawahannya (baik rakyat maupun staf)
sebagai manusia yang dapat dimotivasi kebutuhannya sehingga menimbulkan
kepuasan kerja untuk itu Teori ini berkaitan dengan teori motivasi. Ada tiga
pakar yang populer dengan teori motivasi, yaitu Abrahan Maslow, Douglas Mac
Gregor dan David Mac Clelland.4

Abraham Maslow memotivasi orang lain dengan memenuhi tingkat


kebutuhan dasar (basic needs) yaitu kebutuhann fisik (physiological need),
kebutuhan agar selalu aman (safety need), kebutuhan bermasyarakat (social
need), kebutuhan untuk dihormati (esteem need), serta kebutuhan untuk
mewujudkan diri (self actualization need).

Davic Mac Clelland dan kawan-kawannya memotivasi orang lain dengan


memenuhi tingkat kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berkuasa, dan
kemudian kebutuhan untuk berteman.

4
nu Kencana Syafiie, Kepemimpinan pemerintahan indonesia, (Bandung, Refika Aditama,
2003) Hlm 18

4
Douglas Mac Gregor memotivasi orang lain dengan melihat bakat dasarnya
terlebih dulu yang terkenal dengan teori X dan Y, yaitu adanya manusia yang
pada hakekatnya tidak suka bekerja, tidak berambisi, dan tidak bertanggung
jawab oleh karena itu perlu didorong, kendati di lain pihak ada manusia yang
mampu mengawasi dirinya sendiri, penuh inisiatif, kreatif yang sudah barang
tentu diberi kesempatan.

D. Teori Perilaku Pribadi dalam Kepemimpinan Pemerintahan

Teori perilaku pribadi dalam pemerintahan adalah teori dimana pemimpin


melakukan pendekatan pada bawahan melalui cara-cara non formal yang tidak
resmi, dengan begitu perintah biasanya dilakukan secara lisan dan bukan
tertulis. Jadi jika teori otokratis dinilai cukup efektif hasilnya maka teori
perilaku efisien dalam tenaga dan biaya.5

Tidak menutup kemungkinan pemimpin yang menggunakan teori ini


memberikan perintahnya pada tempat yang tidak resmi misalnya lapangan
olahraga seperti tenis, badminton, golf, bola kaki, dan lain-lain atau pada
berbagai pesta seperti sunatan, pernikahan, pertunangan, ulang tahun dan lain-
lain hal ini melihat ruang tempat memberikan perintah yang tidak resmi.

Di akhir tahun 1940-an para peneliti mulai mengeksplorasi pemikiran


bahwa bagaimana seseorang berperilaku menentukan keefektifan
kepemimpinan seseorang. Daripacla berusaha menemukan sifat-sifat, mereka
meneliti pengaruhnya pada prestasi dan kepuasan dari pengikut-pengikutnya.

1. Studi clari University of Michigan


Telah kepemimpinan yang dilakukan pacla Pusat Riset dan Survei
Universitas Michigan, mempunyai sasaran: melokasi karakteristik perilaku
kepemimpinan yang tampaknya dikaitkan dengan ukuran keefektifan
kinerja. Melalui wawancara dengan pemimpin clan pengikutnya, para
peneliti mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan yang berbecla,

5
nu Kencana Syafiie, Kepemimpinan pemerintahan indonesia, (Bandung, Refika Aditama,
2003) Hlm 19

5
disebut sebagai job-centered / berorientasi pacla pekerjaan clan emplqyee-
centered / berorientasi pada karyawan.
a. Pemimpin yang job-centered (berorientasi pacla tugas) menerapkan
pengawasan ketat sehingga bawahan melakukan tugasnya dengan
menggunakan prosedur yang telah ditentukan. Pemimpin ini
menganclalkan kekuatan paksaan, imbalan, clan hukuman untuk
mempengaruhi sifat-sifat clan prestasi pengikutnya. Perhatian pada
orang dilihat sebagai suatu hal mewah yang tidak dapat selalu dipenuhi
oleh pemimpin.
b. Pemimpin yang berorientasi karyawan percaya dalam mendelegasikan
pengambilan keputusan dan membantu pengikutnya dalam memuaskan
kebutuhannya clengan cara membentuk suatu lingkungan kerja yang
suportif. Pemimpin yang berpusat pada karyawan memiliki perhatian
terhaclap kemajuan, pertumbuhan dan prestasi pribadi pengikutnya.
Tindakan-tinclakan ini diasumsikan dapat memajukan pembentukan
clan perkembangan kelompok.
2. Studi clari Ohio State University
Di antara beberapa program besar penelitian kepemimpinan yang
terbentuk setelah Perang Dunia II, satu yang paling signifikan adalah
penelitian yang dipimpin oleh Fleishman clan rekan-rekannya di Ohio State
University (dikutip dari buku Organisasi).20 Program ini menghasilkan
perkembangan teori dua faktor dari kepemimpinan. Suatu seri penelitian
mengisolasikan dua faktor kepemimpinan, disebut sebagai membentuk
struktur dan konsiclerasi.
a. Membentuk struktur, melibatkan perilaku di mana pemunpin
mengorganisasikan clan mendefinisikan hubungan-hubungan di clalam
kelompok, cenclerung membangun pola clan saluran komunikasi yang
jelas, clan menjelaskan cara-cara mengerjakan tugas yang benar.
Pemimpin yang memiliki kecenderungan membentuk struktur yang
tinggi, akan memfokuskan pada tujuan clan hasil.
b. Konsiderasi, melibatkan perilaku yang menunjukkan persahabatan,
saling percaya, menghargai, kehangatan, dan komunikasi antara

6
pemimpin dan pengikutnya. Pemimpin yang memiliki konsiderasi tinggi
menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan partisipasi. 6

E. Teori Lingkungan dalam Kepemimpinan Pemerintahan

Teori lingkungan dalam kepemimpinan pemerintahan adalah teori yang


memperhitungkan ruang dan waktu berbeda dengan teori sifat yang mengatakan
bahwa pemimpin itu dilahirkan (Leader is born) maka dalam teori ini pemimpin
dapat dibentuk.7

Yang dimaksud dengan ruang adalah tempat lokasi pembentukan pemimpin


itu berada misalnya di waktu kecelakaan pesawat maka pilot begitu dibutuhkan
di suatu lokasi kerumunan massa maka seseorang yang bersuara keras akan
dapat lebih didengar.

Yang dimaksud dengan waktu adalah saat yang tepat ketika pembentukan
pemimpin pemerintahan itu terjadi atau dipertahankan misalnya di Irak yang
sering melakukan invasi atau di serbu pihak lain maka rakyat membutuhkan
seorang pemberani seperti Sadam Husain untuk cukup lama menjadi presiden.

Teori lingkungan dalam kepemimpinan pemerintahan adalah konsep yang


menekankan pentingnya memperhitungkan faktor-faktor eksternal atau
lingkungan dalam praktik kepemimpinan pemerintahan. Teori ini mengakui
bahwa lingkungan eksternal, termasuk kondisi politik, sosial, ekonomi, dan
budaya, dapat memengaruhi cara seorang pemimpin memimpin dan mengambil
keputusan.

Dalam konteks pemerintahan, teori lingkungan menyoroti pentingnya


pemimpin untuk memahami dan merespons perubahan-perubahan dalam
lingkungan eksternal yang dapat memengaruhi kebijakan dan strategi
pemerintah. Pemimpin yang memperhatikan lingkungan eksternal dengan baik
dapat lebih adaptif dan responsif terhadap tuntutan dan dinamika yang ada,

6
Syarifudin, E. (2004). Teori Kepemimpinan. Al Qalam, 21(102), 459-477.
7
nu Kencana Syafiie, Kepemimpinan pemerintahan indonesia, (Bandung, Refika Aditama,
2003) Hlm 18

7
sehingga mampu mengarahkan pemerintahan menuju pencapaian tujuan yang
lebih efektif dan efisien.

Dengan memperhitungkan teori lingkungan dalam kepemimpinan


pemerintahan, pemimpin dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan kondisi
lingkungan yang berubah dan mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan
konteks yang ada. Teori ini memberikan pemahaman yang lebih holistik tentang
peran pemimpin dalam mengelola pemerintahan secara efektif dalam dinamika
lingkungan yang kompleks.

F. Teori Situasi dalam Kepemimpinan Pemerintahan

Teori situasi dalam kepemimpinan pemerintahan adalah teori di mana


pemimpin memanfaatkan situasi dan kondisi bawahannya dalam
kepemimpinannya yaitu dengan memperhatikan dukungan (supportif) dan
pengarahan (directif) sebagai berikut :

1. Bila kepada seorang bawahan tidak terlalu banyak diberikan dukungan dan
pegarahan, maka berarti bawahan tersebut sudah matang, artinya bawahan
tersebut memang mampu bekerja dan yakin akan menyelesaikannya, oleh
karenanya pimpinan dapat mendelegasikan wewenangnya, jadi disebut
dengan delegating.
2. Bila kepada seorang bawahan pimpinan harus banyak memberikan
dukungan tetapi sedikit memberikan pengarahan, hal tersebut adalah
karena bawahan tersebut mampu bekerja tetapi tidak mau melakukannya.
Jadi pada keadaan seperti ini kita harus berpartisipasi sepenuhnya disebut
dengan participating.
3. Bila kepada seorang bawahan pimpinanharus banyak memberikan
dukungan dan banyak pula memberikan pengarahan, hal tersebut adalah
karena bawahan tersebut sebenarnya tidak mampu tetapi mau bekerja, pada
kelompok ini biasanya pimpinan harus menjual programnya maka dikenal
dengan istilah selling.
4. Bila kepada seorang bawahan pimpinan harus banyak memberikan
pengarahan tetapi sedikit memberikan dukungan, hal tersebut adalah
karena bawahan tersebut tidak matang, tidak mampu, tidak mau dan tidak

8
mantap, jadi tidak perlu didukumng tetapi perlu diarahkan disebut dengan
istilah telling.

Teori Kepemimpinan Situasional Suatu pendekatan terhadap


kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya,
sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum mengunakan suatu gaya
kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini mensyaratkan pemimpin untuk
memiliki keterampilan diagnostik dalam perilaku manusia.

Teori situasi dalam kepemimpinan pemerintahan adalah pendekatan yang


menekankan pentingnya mempertimbangkan situasi atau konteks spesifik di
mana seorang pemimpin beroperasi dalam mengambil keputusan dan
mengarahkan organisasi atau pemerintahan. Teori ini mengakui bahwa tidak
ada pendekatan kepemimpinan yang satu ukuran cocok untuk semua situasi,
dan bahwa pemimpin harus mampu menyesuaikan gaya kepemimpinan
mereka sesuai dengan kondisi dan tuntutan yang ada.

Dalam konteks pemerintahan, teori situasi menekankan bahwa pemimpin


harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti kompleksitas masalah,
kebutuhan masyarakat, dukungan politik, dan kondisi ekonomi dalam
mengambil keputusan dan merumuskan kebijakan. Pemimpin yang mampu
membaca situasi dengan baik dan menyesuaikan strategi kepemimpinan
mereka sesuai dengan konteks yang ada cenderung lebih sukses dalam
mencapai tujuan yang diinginkan.

Teori situasi dalam kepemimpinan pemerintahan menekankan


fleksibilitas dan adaptabilitas pemimpin dalam menghadapi berbagai situasi
yang beragam. Dengan memahami dan merespons situasi dengan tepat,
pemimpin dapat memimpin pemerintahan secara efektif dan efisien sesuai
dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi. Teori ini memberikan
kerangka kerja yang berguna bagi pemimpin pemerintahan untuk
mengembangkan kemampuan kepemimpinan yang responsif dan adaptif
dalam menghadapi dinamika lingkungan yang kompleks.

9
G. Teori Pertukaran dalam Kepemimpinan Pemerintahan

Teori pertukaran dalam kepemimpinan pemerintahan adalah teori dimana


pemimpin pemerintahan dalam mempengaruhi bawahannya memakai strategi
take and give yaitu sebagai berikut :

Ketika atasan hendak memberikan perintah maka selalu diutarakan bahwa


bila berhasil akan dinaikkan gaji, atau sebaliknya sebelum penerimaan suatu
honor lalu pimpinan mengutarakan bahwa selayaknya bawahan bekerja lebih
rajin, dengan demikian akan menjadi bawahan yang tahu diri.

Dengan begitu pimpinan yang memakai teori ini senantiasa dalam setiap
penggajian, penghonoran, dan pemberian apa pun dijadikan semacam jasa yang
ditanamkan organisasi yang saat itu sedang dipimpin oleh yang bersangkutan.

Teori pertukaran dalam kepemimpinan pemerintahan, juga dikenal sebagai


teori pertukaran pemimpin-bawahan, adalah pendekatan yang menyoroti
hubungan antara pemimpin dan bawahan dalam konteks organisasi atau
pemerintahan. Teori ini menekankan bahwa hubungan antara pemimpin dan
bawahan dapat dipahami melalui pertukaran sumber daya, dukungan, dan
komitmen di antara keduanya.8

Menurut teori pertukaran, ada dua jenis pertukaran yang terjadi antara
pemimpin dan bawahan: pertukaran pemimpin-bawahan dalam (in-group
exchange) dan pertukaran pemimpin-bawahan luar (out-group exchange).
Dalam pertukaran dalam, hubungan antara pemimpin dan bawahan didasarkan
pada saling percaya, saling mendukung, dan pertukaran sumber daya yang
positif. Sementara itu, dalam pertukaran luar, hubungan cenderung lebih formal
dan transaksional tanpa adanya ikatan emosional yang kuat.

Teori pertukaran dalam kepemimpinan pemerintahan menyoroti


pentingnya pemimpin untuk membangun hubungan yang baik dengan bawahan,
memperhatikan kebutuhan mereka, dan memfasilitasi pertukaran yang saling
menguntungkan. Pemimpin yang mampu menjalankan pertukaran yang positif

8
nu Kencana Syafiie, Kepemimpinan pemerintahan indonesia, (Bandung, Refika Aditama,
2003) Hlm 23

10
dengan bawahan cenderung memperoleh dukungan, loyalitas, dan kinerja yang
lebih baik dari tim mereka. Dengan demikian, teori pertukaran memberikan
wawasan yang berharga bagi pemimpin pemerintahan dalam membangun
hubungan yang efektif dengan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi
secara optimal.

H. Teori Kontingensi dalam Kepemimpinan Pemerintahan

Teori kontingensi dalam kepemimpinan pemerintahan adalah teori yang


berpatokan pada tiga hal yaitu hubungan atasan dengan bawahan (Leader
member relations), Sstruktur/orientasi tugas (task structure) dan posisi/wibawa
pemimpin (Leader position power) yang dikemukakan oleh Fred Fiedler (1976)
dalam bukunya A Theory of Leadership Effective.

Dari keterangan tersebut diatas ditemukan delapan kondisi kepemimpinan


yaitu :

1. Hubungan atasan dan bawahan baik, struktur tugas berpola, dan wibawa
pimpinan yang kuat.
2. Hubungan atasan dan bawahan baik, struktur berpola, tetapi wibawa
pimpinan yang lemah.
3. Hubungan atasan dan bawahan baik, struktur tugas tidak berpola, wibawa
pimpinan yang kuat.
4. Hubungan atasan dan bawahan baik, struktur tugas tidak berpola, wibawa
pimpinan yang lemah.
5. Hubungan atasan dan bawahan buruk, struktur tugas berpola, wibawa
pimpinan yang kuat
6. Hubungan atasan dan bawahan buruk, struktur bawahan berpola, wibawa
pimpinan yang lemah.
7. Hubungan atasan dan bawahan buruk, struktur tugas tidak berpola, wibawa
pimpinan yang kuat.

11
8. Hubungan atasandan bawahan buruk, struktur tugas tidak berpola, wibawa
pimpinan yang lemah.9

Teoari Konsistensi ini ialah apabila individu beranggapan bahwa berbagai


perilaku individu lainnya memiliki respon yang sama dari waktu ke waktu.
Dengan demikian maka perilaku konsisten ini akan dinilai sebagai sebab
internal dan jika konsistensi melemah maka dinilai sebagai sebab eksternal.10

9
nu Kencana Syafiie, Kepemimpinan pemerintahan indonesia, (Bandung, Refika Aditama,
2003) Hlm 23-24
10
Kasingku, F. J. (2023). BAB 4 TEORI KONTINGENSI. Psikologi Kepemimpinan, 65.

12
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam rangka memahami teori kepemimpinan pemerintahan, penting untuk


memahami berbagai pendekatan yang digunakan dalam konteks
kepemimpinan.

1. Teori Otokratis dalam Kepemimpinan Pemerintahan, teori otokratis


menggambarkan pemimpin yang bekerja tanpa menerima saran dari
bawahan. Ciri-ciri teori otokratis termasuk otoritas tunggal, struktur kerja
yang kaku, tuntutan tinggi pada bawahan, ketidakmenerimaan masukan dari
bawahan, dan informasi kunci yang dipegang oleh pemimpin.
2. Teori Sifat dalam Kepemimpinan Pemerintahan, teori sifat menyatakan
bahwa kepemimpinan terbentuk dari sifat-sifat bawaan individu yang
mengarah pada kemampuan kepemimpinan alami. Sifat-sifat seperti
kecerdasan, kepribadian, dan karakteristik fisik dipercaya mempengaruhi
kemampuan seorang pemimpin.
3. Teori Manusiawi dalam Kepemimpinan Pemerintahan, teori manusiawi
menekankan pada pemahaman dan motivasi terhadap bawahan sebagai
manusia dengan kebutuhan yang dapat dimotivasi. Teori ini berhubungan
dengan teori motivasi, seperti teori kebutuhan Abraham Maslow, Douglas
Mac Gregor, dan David McClelland.
4. Teori Perilaku Pribadi dalam Kepemimpinan Pemerintahan, teori perilaku
pribadi melibatkan pendekatan non formal dan tidak resmi dalam
berinteraksi dengan bawahan. Pemimpin menggunakan cara-cara informal
untuk memberikan perintah dan komunikasi.
5. Teori Lingkungan dalam Kepemimpinan Pemerintahan, teori lingkungan
menekankan pentingnya mempertimbangkan faktor eksternal dalam praktik
kepemimpinan. Lingkungan eksternal, termasuk kondisi politik, sosial, dan
ekonomi, dapat memengaruhi cara seorang pemimpin memimpin dan
mengambil keputusan.
6. Teori Situasi dalam Kepemimpinan Pemerintahan, teori situasi menekankan
pentingnya pemimpin untuk menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka

13
dengan situasi dan kondisi bawahan. Pemimpin harus mampu membaca
situasi dengan baik dan menyesuaikan strategi kepemimpinan sesuai dengan
konteks yang ada.
7. Teori Pertukaran dalam Kepemimpinan Pemerintahan, tori pertukaran
membahas hubungan antara pemimpin dan bawahan melalui pertukaran
sumber daya, dukungan, dan komitmen. Penting bagi pemimpin untuk
membangun hubungan yang baik dengan bawahan untuk mencapai tujuan
organisasi secara optimal.
8. Teori Kontingensi dalam Kepemimpinan Pemerintahan, teori kontingensi
menekankan bahwa kepemimpinan dipengaruhi oleh hubungan atasan-
bawahan, struktur tugas, dan wibawa pemimpin. Kondisi kepemimpinan
dapat berbeda tergantung pada faktor-faktor tersebut.

14
DAFTAR PUATAKA

Kencana, Syafi’ie. 2003. Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia. Bandung:


Refika Aditama.

Cerdasco. 2022. Kepemimpinan Otokratis: Karakteristrik, Contoh, Pro, Kontra.


https://cerdasco.com/pemimpin-otokratis/. Diakes tanggal 01 Mei 2024
puku 20:51 WIB.

Syarifudin, E. (2004). Teori Kepemimpinan. Al Qalam, 21(102), 459-477.

Kasingku, F. J. (2023). BAB 4 TEORI KONTINGENSI. Psikologi Kepemimpinan,


65.

15

Anda mungkin juga menyukai