Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MODIFIKASI PERILAKU

LAPORAN ANALISA FILM “AT ETERNITY’S GATE”


Dosen Pengampu: Alucyana, M. Psi., Psikolog

OLEH:
MUHAMMAD FERDY
178110176

PROGRAM STUDI ILMU PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Swt., karena senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, kepada penulis, sehingga laporan ini dapat
terselesaikan tepat waktu. Laporan analisa film ini disusun dalam rangka memenuhi
tugas mata kuliah Modifikasi Perilaku.

Penulis dalam menulis laporan ini tidak terlepas dari bantuan beberapa
pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Alucyana, M. Psi., Psikolog, selaku Dosen Mata Kuliah Modifikasi


Perilaku, yang senantiasa memberikan pembelajaran sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini.

2. Orangtua yang senantiasa mendukung penulis.


Penulis telah berusaha dengan maksimal dalam menyelesaikan laporan ini.
Namun, apabila masih terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi
penyusunan maupun dari segi isi, penulis memohon maaf dan mengharapkan kritik
serta saran agar dapat lebih baik kedepannya.

Pekanbaru, Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Gambaran Singkat Film .................................................................... 1


B. Analisa Film ...................................................................................... 2
1. Pengukuran Perilaku ................................................................... 2
2. Pendekatan Modifikasi Perilaku ................................................. 2
3. Teknik Penerapan Modifikasi Perilaku ....................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 5

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 7

A. Kesimpulan ....................................................................................... 7
B. Saran.................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Gambaran Singkat Film


Film At Eternity’s Gate adalah film biografi yang menceritakan
tentang kisah nyata kehidupan pelukis legendaris Vincent Van Gogh di
Arles beberapa tahun sebelum meninggal. Van Gogh adalah pelukis yang
pada masa hidupnya dianggap sebagai seniman gagal, karena ia melukis
dengan cara yang berbeda dan dianggap aneh pada zamannya, lukisannya
pun tidak laku. Ia pun dikucilkan oleh masyarakat di sekitarnya dan
dianggap gila, sering kali berbagai kekerasan fisik maupun verbal ia terima
dari masyarakat. Oleh sebab itu, ia mengidap berbagai gangguan mental
seperti kecemasan, depresi, dan skizofrenia.
Hanya beberapa orang yang tidak mengucilkannya, diantaranya
adalah adiknya, Theo, dan rekan pelukisnya, Paul Gauguin. Gauguin adalah
teman yang sangat berarti bagi Van Gogh, ia pun sangat senang ketika
Gauguin memutuskan untuk tinggal bersama Van Gogh di Arles dan bekerja
bersama saat melukis. Namun ketika Gauguin memutuskan untuk kembali
ke Paris, Van Gogh mengalami kecemasan yang berlebihan dan melakukan
hal yang tidak sewajarnya, seperti memotong telinganya sendiri.
Setelah kejadian tersebut, ia dimasukkan ke rumah sakit jiwa Saint-
Remy. Hal tersebut tidak membuatnya berhenti berkarya. Bahkan sangat
banyak karya yang ia hasilkan di rumah sakit jiwa. Setelah menjalani masa
perawatan, ia disarankan oleh adiknya untuk tinggal di desa kecil bernama
Auvers-sur-Oise, karena disana terdapat seorang dokter yang menyukai seni.
Beberapa saat setelah ia pindah ke sana, ia ditembak mati oleh seorang
remaja di desa tersebut. Ia tidak langsung meninggal, ia sempat sadar selama
30 jam namun ia tidak menyalahkan siapapun ataupun mengadukan anak
yang menembaknya, bahkan hingga kematiannya. Ia dianggap mati bunuh
diri. Setelah ia meninggal, karya-karyanya mulai terkenal hingga akhirnya
ia dianggap sebagai salah satu seniman terbaik sepanjang sejarah manusia.

1
B. Analisa Film
1. Pengukuran Perilaku
a. Anteseden
Anteseden adalah peristiwa lingkungan yang membentuk
tahap atau pemicu perilaku. Anteseden yang secara reliabel
mengisyaratkan waktu untuk menjalankan sebuah perilaku dapat
meningkatkan kecenderungan terjadinya suatu perilaku pada saat
dan tempat yang tepat (Graeff dalam Syaaf, 2008). Anteseden pada
Van Gogh di film ini adalah pengucilan yang dilakukan masyarakat
dan teman yang meninggalkannya.
b. Behavior
Behavior atau perilaku mengacu pada tindakan individu
yang dapat diamati oleh orang lain (Geller dalam Syaaf, 2008).
Perilaku yang tampak pada Van Gogh adalah kecemasan yang
berlebihan.
c. Konsekuensi
Konsekuensi adalah perstiwa lingkungan yang mengikuti
sebuah perilaku, yang juga menguatkan, melemahkan atau
menghentikan suatu perilaku. Secara umum, orang cenderung
mengulangi perilaku-perilaku yang membawa hasil-hasil positif dan
menghindari perilaku-perilaku yang memberikan hasil-hasil negatif
(Graeff dalam Syaaf, 2008). Konsekuensi yang dihadapi Van Gogh
adalah masyarakat yang semakin menolaknya dan ia dimasukkan ke
rumah sakit jiwa.
2. Pendekatan Modifikasi Perilaku
a. Desensitisasi Sistematik
Desensitisasi sistematis adalah salah satu teknik yang paling
luas digunakan dalam terapi tingkah laku. Desensitisasi sistematis
digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara
negatif dan menyertakan pemunculan tingkah laku atau respons
yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan.

2
Desensitisasi sistematis diarahkan pada mengajar klien untuk
menampilkan suatu respons yang tidak konsisten dengan kecemasan.
(Yanti, 2016)
b. Flooding
Flooding adalah teknik yang digunakan konselor untuk
membantu konseli mengatasi kecemasan dan ketakutan terhadap
sesuatu hal dengan cara menghadapkan konseli tersebut dengan
situasi yang menimbulkan kecemasan tersebut secara berulang-
ulang sehingga berkurang kecamasannya terhadap situasi tersebut.
(Agus & Wahyudi, 2017)
3. Teknik Penerapan
a. Desensitisasi Sistematik
Teknik penerapan pada desensitisasi sistematik adalah
dengan cara memberi lawan dari kecemasan itu sendiri, yaitu
relaksasi. Dalam kasus Van Gogh, ia diberi rileksasi dengan cara
diperintahkan untuk memejamkan mata, lalu membayangkan hal-
hal yang menyenangkan. Karena ia senang melukis alam, ia diberi
sugesti dengan membayangkan ia sedang berada di alam yang indah
dan melukisnya. Setelah ia dalam kondisi rileks, diberikan stimulus
pembangkit kecemasannya, dalam hal ini orang-orang yang
mengucilkan dan meninggalkannya.
Proses ini dilakukan secara hierarkis atau sistematis,
sehingga pada tahap awal ia membayangkan pembangkit kecemasan
dengan tingkat rendah, yaitu membayangkan kenalan pelukisnya di
komunitas pelukis mengucilkannya. Jika muncul respon yang
menunjukkan rasa cemas, ia disugestikan untuk membayangkan hal-
hal yang menyenangkan tadi hingga ia rileks kembali. Jika sudah
rileks, ia diberi stimulus pembangkit kecemasan dengan tingkat
yang lebih tinggi, yaitu membayangkan sahabatnya, Gauguin,
mengucilkannya. Lalu jika muncul kegelisahan lagi, ia diberi sugesti
yang menyenangkan kembali hingga ia rileks. Jika sudah, diberi

3
stimulus pembangkit kecemasan yang lebih tinggi lagi, yaitu
keluarga dan orang yang paling disayanginya, Theo,
meninggalkannya, lalu diberi sugesti membayangkan ia berada di
alam pada malam yang sangat indah dan sedang melukis untuk
membuatnya rileks kembali. Hal ini dilakukan secara berulang dan
tersistematis.
b. Flooding
Teknik penerapan pada Flooding adalah dengan cara
membanjiri klien dengan stimulus atau sumber kecemasan. Pada
kasus Van Gogh, penerapan teknik ini bisa dengan menggunakan
dengan cara imajeri, dimana ia diminta untuk membayangkan semua
orang yang ia kenal meninggalkan dan mengucilkannya. Sehingga
ia beradaptasi dengan sumber kecemasannya, dan siap untuk
menghadapi jika situasi tersebut terjadi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

Pada analisis ini, teknik yang digunakan dalam memodifikasi perilaku Van
Gogh di film At Eternity’s Gate adalah dengan menggunakan pendekatan
Desensitisasi Sistematik dan Flooding. Kedua teknik ini dipilih karena cocok
dengan kasus Van Gogh yang mengalami kecemasan yang luar biasa. Setelah
dilakukan pengukuran, dapat diketahui bahwa anteseden pada kasus ini ialah karena
pengucilan yang dilakukan masyarakat dan teman yang meninggalkannya, sehingga
memunculkan perilaku kecemasan yang berlebihan bahkan hingga ia memotong
telinganya sendiri, dan menimbulkan konsekuensi berupa ia semakin dikucilkan
dan dimasukkan ke rumah sakit jiwa.

Menurut Willis (dalam Yanti, 2016), desensitisasi sistematis adalah suatu


teknik untuk mengurangi respon emosional yang menakutkan, mencemaskan atau
tidak menyenangkan melalui aktivitas-aktivitas yang bertentangan dengan respon-
respon yang menakutkan dan menimbulkan cemas. Desensitisasi sistematis
melibatkan teknik relaksasi. Klien dilatih untuk santai dan mengasosiasikan
keadaan santai dengan pengalaman-pengalaman pembangkit kecemasan yang
dibayangkan atau divisualisasi. Tingkatan stimulus penghasil kecemasan
dipasangkan secara berulang-ulang dengan stimulus penghasil keadaan santai
sampai kaitan antara stimulus penghasil kecemasan dan respon kecemasan itu akan
terputus. Pada kasus ini, kecemasan Van Gogh akan pengucilan dikaitkan dengan
stimulus menyenangkan berupa membayangkan ia berada di alam yang indah dan
melukisnya.

Wolpe (dalam Yanti, 2016) menyatakan ada tiga penyebab kegagalan dalam
pelaksanaan desensitisasi sistematis, oleh karena itu ketiga hal ini harus
diperhatikan:

1. Kesulitan-kesulitan dalam relaksasi yang bisa jadi menunjuk kepada


kesulitan dalam berkomunikasi antara terapis dengan klien atau kepada
keterhambatan yang ekstrem yang dialami klien.

5
2. Tingkatan-tingkatan yang menyesatkan klien atau tidak relevan yang ada
kemungkinan melibatkan penanganan tingkatan yang keliru. Pada kasus ini
tingkatan yang diberikan memiliki urutan hierarkis yaitu pemicu kecemasan
dengan tingkatan terendah yaitu kenalan pelukisnya di komunitas, hingga
tingkatan tertinggi yaitu keluarga dan orang yang paling disayanginya yaitu
adiknya, Theo.
3. Ketidakmemadai dalam membayangkan atau imajinasinya kurang memadai.
Dalam kasus ini tidak mungkin, karena Van Gogh adalah seorang pelukis
legendaris yang handal dan beraliran seni impresionisme sehingga ia
memiliki daya imajinasi yang sangat tinggi.

Flooding menurut Martin (dalam Lindawati, Haryanti, & Febrianty, 2018)


adalah teknik penyembuhan kecemasan dengan tujuan utama menghilangkan rasa
takut dengan cara menghadirkan secara langsung sumber ketakutan atau stimulus
seperti objek, situasi benda dan lain- lain untuk periode waktu tertentu, sampai si
penderita menyadari bahwa ketakutannya tidak terjadi. Terapi ini sesuai untuk
menangani masalah kecemasan. Penanganan flooding melibatkan pemunculan rasa
takut atau cemas di taraf sepenuhnya atau mendekati penuh. Namun, prosedur
flooding ini dapat menurunkan taraf persentuhan si penderita dengan stimulus
apabila tekanan yang dialaminya terlalu banyak hingga menenggelamkannya.

Terdapat dua cara dalam Flooding, yaitu teknik invivo dan imajeri. Pada
cara invivo, penderita dihadirkan langsung kepada sumber kecemasannya dengan
pengawasan. Cara ini tidak dipilih dengan pertimbangan keselamatan Van Gogh,
karena masyarakat di sekitar Van Gogh melakukan kekerasan fisik dan verbal
kepadanya. Cara kedua adalah dengan cara imajeri, yaitu dengan menghadirkan
stimulus kecemasan klien dengan cara membayangkan situasi yang meningkatkan
kecemasan klien. Dalam kasus Van Gogh, ia diminta untuk membayangkan semua
orang yang ia kenal meninggalkan dan mengucilkannya. Sehingga ia beradaptasi
dengan sumber kecemasannya, dan siap untuk menghadapi jika situasi tersebut
terjadi.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Film ini mengisahkan tentang pelukis legendaris Van Gogh yang
selama hidupnya dikucilkan oleh masyarakat, dan orang-orang belum siap
dengan karyanya yang unik dan akan menjadi legendaris di masa depan.
Pengucilan tersebut menyebabkan ia menderita kecemasan yang berlebihan
dan takut orang-orang di dekatnya menjauhinya. Perilaku kecemasan yang
berlebihan inilah yang ini penulis ubah dengan menggunakan pendekatan
Desensitisasi Sistematik dan Flooding.
B. Saran
Gangguan mental merupakan hal serius dan membutuhkan
penanganan profesional. Penderita gangguan mental harusnya diberi
bantuan dan kasih sayang, bukan pengucilan bahkan permusuhan. Untuk
penderita gangguan mental baiknya untuk melawan stigma dan tidak
menyerah seperti Van Gogh yang tetap berkarya walaupun dengan
kondisinya yang seperti itu. Film ini diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran akan kesehatan mental, baik untuk masyarakat maupun
penderitanya sendiri.

7
DAFTAR PUSTAKA

Agus, M., & Wahyudi, S. (2017). Teknik Behavior Dalam Menangani Perilaku
Indisipliner Siswa Pada Korban Perceraian Di Smp Diponegoro Sleman
Yogyakarta. Jurnal Cendekia, 15(1).

Lindawati, I., Haryanti, P., & Febrianty, F. (2018). Teknik Flooding Dalam
Penyembuhan Fobia Pada Tokoh Utama Dalam Novel’shinderera Tiisu’
Karya Sakaki Tsukasa. Jurnal Unikom.

Syaaf, F. M. (2008). Analisis Perilaku Berisiko (At-Risk Behavior) pada Pekerja


Unit Usaha Las Sektor Informal di Kota X Tahun 2008. U.

Yanti, T. D. A. (2016). Penggunaan Teknik Desensitisasisistematis Untuk


Mengurangi Kecemasan Pesrta Didik Kelas Viii Saat Presentasi Di SMPN
11 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017. Institut Agama Islam Negeri
Raden Intan Lampung.

Anda mungkin juga menyukai