Askep Dispepsia Candra
Askep Dispepsia Candra
Disusun Oleh
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN DISPEPSIA DI RUANG TULIP LANTAI 2 RSUD SIDOARJO
PERIODE PRAKTIK: 21 JUNI-04 JULI 2021
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Ners Departemen Keperawatan Medikal
Bedah Di RSUD Kabupaten Sidoarjo
Di Susun Oleh :
CANDRA APRILIA KARTIKA
2007.14901.292
Disetujui Pada :
Hari :…………...
Tanggal :……………
Kepala Ruangan
(..............................................)
A. Definisi Dispepsia
Dispepsia adalah rasa nyeri atau tidak nyaman di bagian ulu hati. Kondisi ini
dianggap gangguan di dalam tubuh yang diakibatkan reaksi tubuh terhadap
lingkungan sekeliling. Reaksi ini menimbulkan gangguan ketidakseimbangan
metabolisme, dan sering kali menyerang individu usia produktif, yakni usia 30-50
tahun (Arif dan Sari, 2011). Dispepsia suatu gejala yang ditandai dengan nyeri ulu
hati, rasa mual, dan kembung. Gejala ini bisa berhubungan / tidak ada hubungan
dengan makanan (Nugroho,2011).
Dispepsia adalah ketidaknyamanan perut bagian atas yang terkait dengan makan
(biasa disebut gangguan pencernaan), adalah gejala yang paling umum dari pasien
dengan disfungsi gastrointestinal. Biasanya, makanan berlemak menyebabkan
ketidaknyamanan karena membutuhkan proses pencernaan lebih lama dari pada
protein atau karbohidrat. Salad dan sayuran hijau serta makanan berbumbu tinggi
juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan (Kardiyudiani, 2019).
Gejala-gejala yang timbul disebabkan oleh berbagai faktor seperti gaya hidup
merokok, alkohol, berat badan berlebih, stress, kecemasan, dan depresi yang relevan
dengan terjadinya dispepsia. (Abdullah dan Gunawan, 2012).
B. Etiologi Dispepsia
Berdasarkan penyebabnya, dispepsia dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu dispepsia
organik dan dispepsia fungsional.
1. Dispepsia organik
a) Dispepsia tukak. Gejala yang ditemukan biasanya nyeri ulu hati pada waktu
tidak makan / perut kosong.
b) Dispepsia tidak tukak. Gejalanya sama dengan dispepsia tukak, bisa pada
pasien gastritis, deudenis, tetapi pada pemeriksaan tidak di temukan tanda-
tanda tukak.
c) Rufluks gastroesofagus. Gejala berupa rasa panas di dada dan
regurgitasi terutama setelah makan.
d) Penyakit saluran empedu. Keluhan berupa nyeri mulai dari perut kanan
atas atau ulu hati yang menjalar ke bahu kanan dan punggung.
e) Karsinoma. Kanker esofagus, kanker lambung, kanker pankreas,
kanker hepar.
f) Pankreatitis. Keluhan berupa nyeri mendadak yang menjalar ke
punggung, perut terasa makin tegang dan kencang.
g) Sindrom malabsorpsi. Keluhan berupa nyeri perut, nausea, anoreksia, sering
flatus, dan perut kembung.
h) Gangguan metabolisme. Sebagai contoh diabetes dengan neuropatisering
timbul komplikasi pengosongan lambung yang lambat sehingga
menimbulkan nausea, perasaan lekas kenyang. Hipertiroid menimbulka rasa
nyeri di perut, nausea, dan anoreksia.
2. Dispepsia fungsional
a) Faktor asam lambung pasien. Pasien biasanya sensitif terhadap kenaikan
produksi asam lambung dan hal tersebut menimbulkan nyeri.
b) Kelainan psikis, stres, dan faktor lingkungan. Stres dan faktor lingkungan
diduga berperan pada kelainan fungsional saluran cerna, menimbulkan
gangguan sirkulasi, motilitas, dan vaskularisasi.
c) Gangguan motilitas. Mekanisme timbulnya gejala dyspepsia mungkin di
pengaruhi oleh susunan saraf pusat, gangguan motilitas di antaranya
pengosongan lambung lambat, abnormalitas kontraktif, refluks
gastroduodenal.
d) Penyebab lain-lain, seperti adanya kuman helicobacterpylori, gangguan
motilitas atau gerak mukosa lambung, konsumsi banyak makanan berlemak,
kopi, alkohol, rokok, perubahan pola makan dan pngaruh obat-obatan yang
dimakan secara berlebihan dan dalam waktu lama ( Arif dan Sari, 2011).
D. Pathofisiologi Dispepsia
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat - obatan yang tidak jelas, zat – zat
seperti nikotin, alcohol serta adanya kondisi yang stres, pemasukan makanan menjadi
kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan
erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding lambung, kondisi demikian akan
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi
asam pada lambung sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls
muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan. (Rudi Haryono,
2012)
1. Sekresi asam lambung dan keasaman duodenum Pada dyspepsia fungsional
hanya sedikit yang terkena hipersekresi asam lambung dari ringan sampai
sedang, beberapa hanya menujukkan gangguan bersihan asam dari duodenum
dan meningkatnya sensitivitas terhadap asam.
2. Infeksi Helicobacter pylori
3. Perlambatan pengosongan lambung. 20 - 40% pada dyspepsia fungsional
mempunyai perlambatan pengosongan lambung yang signifikan karena
pengosongan lambung dengan perasaan perut penuh setelah makan, mual, dan
muntah.
4. Gangguan akomodasi lambung Menimbulkan rasa cepat kenyang dan mengalami
penurunan berat badan, karena pada keadaan normal
makanan yang masuk lambung akan terjadi relaksasi fundus dan korpus gaster
tanpa meningkatkan tekanan dalam lambung.
5. Hipersensitivitas lambung dapat menimbulkan rasa nyeri abdomen,
bersendawa, penurunan berat badan, rasa cepat kenyang.
6. Intoleransi lipid intra duodenal Mengeluh intoleransi terhadap makanan yang
berlemak dan dapat meningkatnya hipersensitivitasnya terhadap lambung yang
menimbulkan gejala mual dan kembung.
7. Psikologi Adanya stress akut dapat mempengaruhi gastrointestinal
kemudian munculnya rasa mual setelah stimulus stress.
E. Pathway Dispepsia
Dyspepsia
Nyeri akut
Muntah
Kelelahan
Intoleransi aktivitas
F. Pemeriksaan Penunjang Dispepsia
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya
pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala
dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk
memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain
pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi,
USG, dan lain-lain.
1. Laboratorium. Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak
ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis
kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil
laboratorium dalam batas normal.
2. Radiologis. Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di
saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis
terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
3. Endoskopi. (Esofago-Gastro-Duodenoskopi) Sesuai dengan definisi bahwa pada
dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
4. USG (ultrasonografi) Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini
makin faatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit,
apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan
pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan
5. Waktu Pengosongan Lambung Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan
pellet radioopak. Pada dispepsia fungsional terdapat pengosongan lambung pada
30 – 40 % kasus.
G. Penatalaksanaan Dispepsia
1. Penatalaksanaan non farmakologis
a) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
b) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-
obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
c) Atur pola makan.
2. Penatalaksanaan farmakologis
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam
mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross
patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus
DF reponsif terhadap placebo. Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid
(menetralkan asam lambung) golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran
asam lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah).
2. Diagnosa
a) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri, tampak
meringis, (SDKI, D.0077)
b) Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien d.d BB
menurun, nafsu makan menurun (SDKI, D.0019)
c) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d mengeluh lelah, merasa
lemah, (SDKI, D. 0056)
3. Intervensi
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Nyeri akut (SDKI, D.0077) setelah dilakukan intervensi keperawatan Intervensi Utama :
selama 2x2 jam maka tingkat nyeri Manajemen Nyeri (I.08238)
menurun SLKI. L.08066 dengan kriteria Observasi
hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik durasi,
1. Keluhan nyeri menurun (5) frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Meringis menurun (5) 2. Identifikasi skala nyeri
3. Gelisah menurun (5) 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
4. Kesulitan tidur menurun (5) memperingan nyeri
5. Nafsu makan membaik (5)
6. Pola tidur membaik (5) Terapeutik
1. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (misalnya : terapi
relaksasi napas dalam)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitas istirahat dan tidur
Eduka si
1. Jelaskan penyebab, periode dan pe micu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredahkan nyeri
3. Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
Terapeutik
1. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
2. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
3. Berikan suplemen makanan, jika perlu
4. Berikan makanan pengganti karbohidrat
seperti roti
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (Mis,
pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Energi (SIKI, I.05178)
(SDKI, D 0056) selama 2x2 jam maka toleransi aktivitas Observasi
meningkat SLKI L.05047 dengan kriteria 1. Identifikasi gangguan fungsih tubuh yang
hasil: mengakibatkan kelelahan
1. Frekuensi nadi meningkat (5) 2. Monitor kelebihan fisik dan kelemahan
2. Keluhan lelah menurun (5) 3. Monitor pola dan jam tidur
3. Perasaan lemah menurun (5) 4. monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (suara)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan
atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. & Gunawan, J., 2012. Dispepsia dalam Cermin Dunia Kedokteran. Vol. 39 no.
9.
Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medical Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen
Publisher
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.
Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah Dan Paenyakit Dalam.
Yogyakarta : Nuha Medika
PPNI (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
RSUD SIDOARJO
Oleh
CANDRA APRILIA KARTIKA
2007.14901.292
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Ners Departemen Keperawatan Medikal Bedah Di
RSUD Kabupaten Sidoarjo
Di Susun Oleh :
CANDRA APRILIA KARTIKA
2007.14901.292
Disetujui Pada :
Hari :…………...
Tanggal :……………
Kepala Ruangan
(……………………………………………….)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI
NERS STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
A. Identitas Klien
Nama : Ny. S No. RM 1802218
Usia : 38 Tahun Tgl. Masuk : 20-06-2021
Jenis kelamin : Perempuan Tgl. Pengkaji an : 21 Juni 2021
Alamat : Gedangan Sidoarjo Sumber informasi : Pasien
No. telepon :- Nama klg.dekat yg bisa dihubungi:
Tn.S Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam Status : Suami
Suku : Jawa Alamat : Sidoarjo
Pendidikan : Tamat SLTA No. telepon 081333518818
Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan : SMK
Lama berkerja :- Pekerjaan :
wiraswasta
D. Riwayat Keluarga
Klien mengatakan bahwa keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit kronis
GENOGRAM
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
X
= Pasien
E. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
Kebersihan Bersih, disapu dan dipel 1x/hari Tidak Bekerja
Bahaya jauh dari bahaya kecelakaan Tidak Bekerja
kecelakaan
Polusi jauh dari pabrik Tidak Bekerja
Ventilasi Baik, jendela dibuka setiap hari Tidak Bekerja
Pencahayaan Baik, jendela dibuka setiap pagi Tidak Bekerja
F. Pola Aktifitas-Latihan
Jenis Rumah Rumah Sakit
Makan/minum 0 0
Mandi 0 0
Berpakaian/berdandan 0 0
Toileting 0 0
Mobilitas di tempat tidur 0 0
Berpindah 0 0
Berjalan 0 0
Naik tangga 0 0
0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang lain, 4 = tidak
mampu
I. Pola Tidur-Istirahat
Jenis Rumah Rumah Sakit
Tidur siang
Lamanya 2 jam Klien tidak sulit untuk tidur
siang
Jam .... s/d .... 12.00 – 14.00 Kadang-kadang klien tidur
kurang lebih 1 ½ jam
Kenyamanan setelah tidur Nyaman Kurang nyaman
Tidur malam
Lamanya 8 jam 7 jam
Jam .... s/d .... 21.00 – 05.00 22.00-06.00 jam
N. Pola Komunikasi
1. Bicara: ( √) Normal () Bahasa utama: jawa
( ) Tidak jelas () Bahasa daerah: Jawa
( ) Bicara berputar-putar () Rentang perhatian: Baik ()
(√ ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain Afek: ada feedback
2. Tempat tinggal:
( ) Sendiri
( ) Kos/asrama
(√) Bersama orang lain, yaitu: bersama suami.
3. Kehidupan keluarga
a. Adat istiadat yg dianut: Jawa
b. Pantangan & agama yg dianut: Tidak ada
c. Penghasilan keluarga: ( ) < Rp. 250.000 ( )Rp. 1 juta – 1.5 juta
() Rp. 250.000 – 500.000 () Rp. 1.5 juta – 2 juta
( ) Rp. 500.000 – 1 juta ( ) > 2 juta (Tidak Terkaji)
Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: (√) tidak ada ( ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan: tidak terkaji
( ) perhatian ( ) sentuhan ( ) lain-lain, seperti,
O. Pola Nilai & Kepercayaan
1. Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting untuk Anda, Ya/Tidak
2. Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi): Mengaji
3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS: Klien tidak bisa sholat
berjemaah bersama keluarga
4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya: Bisa sholat
berjemaah bersama keluarga
P. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: cukup
a. Kesadaran: GCS E4,V5,M6 (compos mentis)
b. Tanda-tanda vital: Suhu : 36,2oC
Nadi : 88x/menit
TD : 109/60 mmHg
RR : 18x/menit
2. Kepala & Leher
a. Kepala:
- Inspeksi: Persebaran rambut merata dan semua berwarna hitam
- Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan edema
b. Mata:
- Inspeksi: Pupil mata kanan dan kiri berespon terhadap cahaya, konjungtiva tidak anemis,
dan tidak ada ikterik,
c. Hidung:
- Inspeksi: Napas spontan, tidak ada perdarahan, tidak ada benjolan pada hidung, Mulut &
tenggorokan:
- Inspeksi: Mukosa bibir kering, tidak terdapat stomatitis pada bibir, lidah dan gigi
tampak bersih, dan indra pengecap dapat merasakan manis dan pedas.
d. Telinga:
- Inspeksi: Tidak ada serumen ditelinga, tidak terdapat adanya benjolan, dan fungsi
pendengaran telinga kanan dan kiri normal
- Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada telinga kanan dan kiri
e. Leher:
- Inspeksi: Tidak ada pembesaran JVP, tidak ada kekakuan, dan tidak ada deviasi trakea
- Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan ada nyeri tekan
-
3. Thorak & Dada:
Jantung
- Inspeksi: Tidak terlihat pulsasi ictus kordis
- Palpasi: Tidak teraba pulsasi ictus kordis
- Perkusi: Suara dullness
Auskultasi: BJ S1 dan S2 normal
Paru
- Inspeksi: Tidak ada perdarahan, tidak tampak penggunaan otot bantu napas
- Palpasi: retraksi dinding dada kanan dan kiri simetris
- Perkusi: bunyi resonan
Auskultasi: -
tidak
terdengar
bunyi
ronkhi -/- -
- -
4. Payudara & Ketiak
Tidak ada benjolan, tidak ada bengkak
6. Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen flat
Palpasi : Nyeri tekan (+) pada ulu hati
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) 15x/m
8. Ekstermitas
Ekstermitas Atas:
Kanan
- CRT <2 detik
- Tidak ada edema
Kiri
- Tidak ada edema
- CRT <2 detik
Ekstermitas Bawah:
Kanan
- Edema (-)
- CRT <2detik
Kiri
- Edema (-)
- CRT <2 detik
9. Sistem Neorologi
Reflek fisiologis
- Tidak ada kaku kuduk
Reflek patologis
- Tidak ada Babinski
- Tidak ada reflek hofman
- Tidak ada choddock
R. Terapi pasien
Cairan RL 14 tpm IV
: Santagesik 3x1 IV :
OMZ 2x40mg
IV : Ondan 3x4mg OAT
1X3 Tabs
S. Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya
Klien mengatakan semua yang terjadi kepadanya adalah kehendak Allah SWT dan
menerima semuanya dengan hati ikhlas dan sabar
T. Kesimpulan
Klien dengan diagnosa Dispepsia sehingga klien mengalami masalah nyeri akut dan Defisit
Nutrisi.
U. Perencanaan Pulang
Tujuan pulang: Jika kondisi klien telah membaik pulang ke rumah
Transportasi pulang: Kendaraan umum
Dukungan keluarga:anak
Antisipasi bantuan biaya setelah pulang: Pasien dengan BPJS
Antisipasi masalah perawatan diri setalah pulang: Pembatasan aktivitas, asupan cairan dan
makanan
Pengobatan: Mengkonsumsi obat yang sudah diresepkan dan mematuhi semua anjuran
tim medis
Rawat jalan ke: Poli Penyakit Dalam
Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah: Pembatasan aktivitas sehari-hari klien, konsumsi
air minum, perhatikan asupan makanan, tetap melakukan aktivitas tetapi
jangan sampai pasien merasa lelah.
Keterangan lain: Klien harus meningkatkan asupan makanan sedikit tetapi sering.
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. Data subjektif: Dispepsia Nyeri akut
berhubungan degan agen
pasien mengatakan nyeri ulu hati seperti pencedera
di tusuk-tusuk, skala nyeri 3, nyeri hilang fisiologis di tandai dengan
timbul nyeri tidak menajlar dan semakin Respon mukosa lambung tanda dan gejala
terasa jika di buat duduk atau bangun dari :
tempat tidur. 1. Tampak meringis
2. Proses berpikir
Data Objektif: vasodilatasi mukosa gaster terganggu.
1. Keadaan umum cukup 3. Nafsu makan
2. Kesadaran: compos mentis berubah (menurun).
(GCS E4 V5 M6) cairan mukosa lambung
3. Pasien Tampak Meringis
4. TTV:
- TD: 109/60 mmhg Hcl kontak dengan mukosa gaster
- Nadi 88x/menit
- RR 18x/menit
- Suhu 36,2oC Nyeri Akut (SDKI.0077)
5. Pengkajian nyeri PQRST:
- P: Nyeri ulu hati
- Q: nyeri seperti ditusuk-
tusuk
- R: rasa sakit berfokus
pada satu titik (ulu hati)
- S: skala 3
- T: nyeri ulu hati semakin
terasa jika di buat duduk
atau bangun dari tempat
tidur (beraktivitas).
6. Terpasang infus PZ14 tpm
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. Data subjektif: Dispepsia Defisit Nutrisi
Pasien mengeluh nyeri ulu hati di sertai Berhubungan Dengan
mual, dan muntah sejak 2 hari sebelum ketidakmampuan
masuk rumah sakit. Pasien mengatakan mengabsorbsi nutrien di
nyeri timbul karena pasien terlambat Respon mukosa lambung tandai dengan :
makan, nafsu makan pasien menurun 1. Nyeri Abdomen
karena merasa mual setiap kali 2. Nafsu makan
makan, menurun
makan hanya 1x sehari. vasodilatasi mukosa gaster 3. Membran
Data Objektif: mukosa pucat
1. Keadaan umum cukup 4. Mual-muntah.
2. Kesadaran: compos mentis cairan mukosa lambung
(GCS E4 V5 M6)
3. Pasien hanya menghabiskan
setengah porsi dari diet yang Hcl kontak dengan mukosa gaster
sudah disediakan Rs (50%).
4. TTV:
- TD: 109/60 mmhg
a. Nadi 88x/menit Mual
b. RR 18x/menit
c. Suhu 36,2oC
5. Terpasang infus PZ 14 tpm
muntah
2 21-06-2021 23-06-2021
Defisit Nutrisi Berhubungan Dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.
2 21 Juni 2021 Defisit Nutrisi Berhubungan Dengan Setelah Dilakukan Intervensi MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien Keperawatan 2x24 Jam di harapkan nafsu
Observasi
makan pasien membaik, dengan kriteria hasil :
Nafsu Makan L.03024 o Identifikasi status nutrisi
o Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Keinginan akan Meningkat (5)
o Identifikasi makanan yang disukai
Asupan makanan Meningkat (5) o Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
o Identifikasi perlunya penggunaan selang
Asupan cairan Meningkat (5) nasogastrik
Energi untuk makan Meningkat (5) o Monitor asupan makanan
o Monitor berat badan
Asupan Nutrisi Meningkat (5) Stimulus o Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
untuk makan Meningkat (5)
Terapeutik
Status Nutrisi L.03030 o Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Porsi makanan yang di habiskan o Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
Meningkat (5) o Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Vebalisasi keinginan untuk meningkat o Berikan makan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
nutrisi Meningkat (5) o Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Nyeri abdomen Menurun (5) o Berikan suplemen makanan, jika perlu
o Hentikan pemberian makan melalui selang
Frekuensi makan Membaik (5) nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Nafsu makan Membaik (5)
Edukasi
Membran mukosa Membaik (5)
o Anjurkan posisi duduk, jika mampu
o Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
EVALUASI KEPERAWATAN
kemarin
O:
1. Kesadaran compos mentis E4 V5 M6
2. Keadaan umum cukup
3. TTV:
- TD: 111/80 mmhg
- Nadi 80x/menit
- RR 20x/menit
- Suhu 36,3C
4. Pasien berespon dengan baik saat diberikan tindakan keperawaran
5. Pasien mampu melakukan relaksasi nafas dalam
6. Pasien mampu menjelaskan saat diberikan pertanyaan oleh perawat
7. Pengkajian nyeri PQRST:
- P: Nyeri ulu hati
- Q: seperti ditusuk-tusuk
- R: rasa sakit berfokus pada satu titik (ulu hati)
- S: skala 2
- T: nyeri muncul saat beraktivitas
P: Lanjutkan intervensi:
INTERVENSI UTAMA
A. MANAJEMEN NYERI (SIKI: I. 08238)
1. Observasi
a. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
i. Monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
b. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
NAMA KLIEN : Ny. S TANGGAL : 22 juni 2021
DX. KEPERAWATAN : Defisit Nutrisi RUANG : Tulip II / E1
EVALUASI KEPERAWATAN
O:
1. Kesadaran compos mentis E4 V5 M6
2. Keadaan umum cukup
3. TTV:
- TD: 111/80 mmhg
- Nadi 80x/menit
- RR 20x/menit
- Suhu 36,3C
4. Pasien berespon dengan baik saat diberikan tindakan keperawaran
5. Pasien mampu menjelaskan saat diberikan pertanyaan oleh perawat
P: Lanjutkan intervensi:
INTERVENSI UTAMA
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika
perlu
o Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu
CATATAN PERKEMBANGAN