Anda di halaman 1dari 10

LEADERSHIP BINGKAI P5

Oleh:
KELOMPOK 2
Nama : Anggi Nur Febriani (2232111004)
Erika Cyntia P. Silitonga (2233111093)
Mieke Angelika Siburian (2231111030)
Muhammad Ripai (2232111001)
Sri Syaputri (2231113046)
Sani Hutabarat (2232411006)
Safira Ayesha Ismaidini (2231111045)
Tasya Amelia Saragi (2233111004)
Yulisin Nazra (2231111029)
Kelas : PBSI B 2023
Mata Kuliah : Literasi Bahasa Indonesia

PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
JURNAL 1
“Meningkatkan Mutu Peserta Didik Melalui Pengimplementasian Nilai-nilai Pancasila
Dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika”
Dalam Pancasila mengandung berbagai nilai-nilai pengajaran mulia, yang didalamnya
mengandung kearifan lokal kedaerahan, kebudayaan, suku, adat dan agama di Indonesia. Untuk
melestarikannya dan menerima nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat pengikutnya,
menentukan baik dan buruknya, pantas dan tidaknya dengan melalui proses menimbang. Dan
dalam masyarakat Indonesia mempunyai perbedaan yang sangat menonjol baik dari segi agama,
bahasa, adat, suku, kebudayaan, sehingga tidak heran jika masyarakat Indonesia terdapat banyak
sekali perbedaan tentang tata nilai yang terdapat dalam masyarakat,dan juga nilai sosial dapat
diidentifikasi denga memperhatikan berdasarkan nilai sosial (Wahyono, 2018)
Problematika Penanaman Nilai-nilai Pancasila
Menurut Khosiah (2020), kehidupan berbangsa dan bernegara tentu akan ada berbagai
persoalan yang akan terjadi dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara, karena semua
bangsa pasti akan mengalaminya sebab itu sudah merupakan takdir dari Sang Pencipta. Bangsa
yang besar adalah bangsa harus siap menyambut dan menjalani semua persoalan dan tantangan
zaman di era kemajuan ini. Untuk itu kita harus mempersiapkan peserta didik kita sejak awal
agar kokoh dengan pendiriannya sebagai masyarakat Indonesia yang penuh dengan adat
ketimuran nya, yang terkenal dengan keramah- tamahannya dan kita harus melestarikan warisan
leluhur bangsa Indonesia. Kita harus siap dengan kemajuan zaman yang ada tentunya dengan
berbagai cara agar tidak menjadi bangsa yang masyarakatnya suka mengadopsi sesuatu pun dari
negara lain. Salah satu caranya dengan mengimplementasikan nilai-nilai pancasila dalam
bermasyarakat dan bernegara. Adapun problematika dalam implementasi nilai-nilai Pancasila di
sekolah antara lain apabila lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga maupun lingkungan
tempat tinggal anak di rumah kurang mendukung dan kurang membimbing serta kurang
memberikan contoh yang baik tentu penanaman nilai-nilai pancasila sulit diterapkan. Warga
sekolah sudah berusaha maksimal membiasakan dan memberikan serta menanamkan nilai-nilai
Pancasila di lingkungan sekolah namun jikalau anak di rumah, lingkungan keluarga dan
masyarakat kurang mendapatkan contoh yang baik, tentu hal ini akan berpengaruh pada anak
berkaitan dengan keberhasilan penanaman nilai-nilai Pancasila. Karena banyak sekali faktor
dapat memengaruhi perkembangan anak antar lain; polah asuh orang tua, perhatian dan kasih
sayang orang tua dan lain sebagainya. Seorang anak dapat terbentuk karakternya dan tertanam
nilai-nilai pancasila dapat dipengaruhi oleh pembiasaan yang di terapkan dalam keluarganya dan
lingkungan tempat tinggalnya.
Usaha untuk mencapai dan mewujudkan masyarakat Indonesia yang dapat menghargai
perbedaan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Maka dari itu dibutuhkan upaya
sistematis, programatis, integrated dan berkesinambungan. Selain itu, untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia supaya bisa sejajar dengan negara-negara lain, pendidikan harus dapat
memberi pengetahuan agar masyarakat dapat menghargai perbedaan di antara komunitas kultural
atau kelompok di masyarakat yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda agar rasa
kesatuan dan persatuan terhadap bangsa dan negara semakin meningkat. Pendidikan sebagai
usaha sadar yang dibutuhkan untuk menyiapkan generasi muda penerus bangsa demi menunjang
perannya di masa yang akan datang karena pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan
kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan manusia. Saat ini, hampir tidak ada
manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan
kualitas hidupnya (Puspita, 2014). Pada jurnal ini menggunakan pendekatan literatur
(kepustakaan) baik berupa buku, jurnal, maupun laporan hasil penelitian terdahulu yang relevan
serta kegiatan observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Palembang. Keberagaman dalam
lingkungan sekolah mempunyai banyak perbedaan, baik dari segi agama, ras, budaya, gender,
maupun status sosial. Maka peran Bhineka Tunggal Ika sangat diperlukan agar tidak terjadi
kesenjangan antara peserta didik maupun warga sekolah. Pada sekolah tempat saya melakukan
PPL yaknidi SMA Negeri 1 Palembang memiliki banyak keragaman, namun dapat terakomodir
dengan adanya kebijakan sekolah yang menerapkan sistem Bhineka Tunggal Ika. Semua peserta
didik mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk memperoleh Pendidikan serta mempererat
tali persaudaraan sesama warga sekolah. Adapun bentuk Implementasi perwujudan Bhineka
Tunggal Ika di sekolah diantaranya adalah :
1. Pembiasaan apel pagi setiap hari
2. Pelaksanaan mengaji sebelum kegiatan pembelajaran
3. Peringatan hari pahlawan dengan mengenakan pakaian adat
4. Kesetaraan gender dalam pemilihan kades di sekolah (kegiatan panen karya-kurikulum
merdeka)
5. Mengenakan seragam sekolah

JUNAL 2
“Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka”
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengalaman aktivitas implementasi projek
penguatan profil pelajar Pancasila fase A pada tema Bhineka Tunggal Ika. Metode penelitian
yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi dan
dokumentasi. Penelitian dilakukan di SD Avicenna Cinere kelas 1 dan 2 dari November hingga
Desember 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik memahami nilai-nilai
Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika serta mampu bekerja sama dan bersikap kreatif dalam
kegiatan projek.
Implementasi projek penguatan profil pelajar Pancasila melalui beberapa tahap, mulai
dari perencanaan, identifikasi kesiapan sekolah, pemilihan dimensi dan tema, penyusunan modul,
hingga strategi pelaporan. Pelaksanaan projek dilakukan di luar jam pelajaran dengan tahap
pengenalan, kontekstualisasi, aksi, dan refleksi. Peserta didik diajak untuk mengenal diri sendiri,
keberagaman teman-temannya, hobi, cita-cita, dan profesi. Tahap akhir adalah Talentshow
sebagai puncak acara projek. Implementasi projek penguatan profil pelajar Pancasila pada tema
Bhinneka Tunggal Ika dilakukan di SD Avicenna Cinere. Peserta didik mengenal berbagai
profesi, melakukan hobi dan praktik profesi, serta menampilkan talent show. Hasil observasi
menunjukkan antusiasme peserta didik dalam kegiatan tersebut. Tahap refleksi dan tindak lanjut
dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan. Implementasi dimensi profil pelajar Pancasila seperti
beriman, berkebhinekaan global, bergotong royong, dan kreatif juga dilakukan. Kolaborasi
antara guru, peserta didik, dan orang tua sangat penting dalam keberhasilan kegiatan ini.
Kesimpulan dan saran dari penelitian ini adalah bahwa kegiatan ini memberikan penguatan yang
baik bagi siswa dalam memahami nilai-nilai Pancasila. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi bagi guru sekolah dasar dalam mengembangkan tema yang relevan.
Artikel-artikel yang dibahas dalam daftar ini mencakup berbagai topik terkait pendidikan,
pengembangan kurikulum, dan pendidikan karakter di Indonesia. Topik-topik tersebut meliputi
implementasi nilai-nilai Pancasila, moderasi keagamaan, program pembelajaran gabungan,
kegiatan komunikasi pemasaran dalam pariwisata, dan konsep kurikulum pembelajaran mandiri.

JURNAL 3
“PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEWUJUDKAN PROJEK
PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5) DI SDN SIDOTOPO I/48
SURABAYA”
Permasalahan Pertama:
Bagaimana peran kepemimpinan kepala sekolah sebagai penggerak dalam mewujudkan
P5 di SDN Sidotopo I/48 Surabaya?
Solusi:
Kepala sekolah berperan sangat penting dalam mewujudkan Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila (P5). Kepala sekolah sebagai penggerak bertanggung jawab untuk
menggerakkan pendidik, peserta didik, dan juga tim fasilitator P5. Gerakan yang dilakukan
kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan P5. Menurut wawancara tatap muka,
Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam menggerakkan guru yaitu dengan memberikan
nasihat dan arahan untuk melaksanakan pembelajaran yang baik dan mengajar yang sesuai
dengan modul P5. Selain itu, kepala sekolah juga berperan untuk membentuk tim projek,
merencanakan projek, dan mengawasi pelaksanaannya. Kepala sekolah selalu memberikan
perhatian dan dukungan kepada siswa, dalam menggerakkan peserta didik, kepala sekolah sering
masuk ke kelas-kelas untuk memberikan motivasi berupa wejangan kepada anak-anak untuk
rajin belajar. Kemudian dalam kegiatan P5 ini kepala sekolah juga turut memantau rangkaian
kegiatan P5. Koordinator P5 ditentukan oleh kepala sekolah dan salah satu guru kelas 4. Setelah
terbentuk koordinator P5, kepala sekolah bersama dengan koordinator P5 bekerja sama untuk
melakukan pemetaan dan menentukan tim fasilitator P5. Peran kepemimpinan kepala sekolah
dalam menggerakkan tim fasilitator P5 yaitu dengan melakukan rapat dan berdiskusi untuk
membahas pelaksanaan P5. Kepala sekolah selalu berusaha untuk membangun komunikasi yang
terbuka dengan cara saling diskusi dan berbagi informasi dalam rapat jika terdapat kendala yang
dialami. Tim fasilitator P5 terdiri dari semua guru, dan tim ini dipimpin oleh 2 guru yang
menjadi koordinator P5 yaitu Bu Dimas untuk memfasilitasi Fase A (kelas 1 dan 2) dan Pak
Riski untuk Fase B (kelas 3 dan 4).
Permasalahan Kedua:
Bagaimana peran kepemimpinan kepala sekolah sebagai penentu arah kebijakan dan
tujuan dalam mewujudkan P5 di SDN Sidotopo I/48 Surabaya?
Solusi:
Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam menentukan kebijakan P5 yaitu membuat tim
fasilitator P5 terlebih dahulu, kemudian menjadi pengawas, pembangun komunikasi, dan
memberikan pelatihan P5 kepada pendidik secara berkala. Masyarakat di sekitar sekolah tidak
terlibat dalam menetapkan kebijakan P5, ini merupakan salah satu kekurangan SDN Sidotopo
I/48 Surabaya karena ruang lingkup pelaksanaan P5 belum terlalu luas, untuk semester
selanjutnya kepala sekolah berencana untuk melibatkan masyarakat sekitar dalam pengambilan
kebijakan P5. Sedangkan untuk orang tua dari peserta didik, terlibat secara langsung dalam
pembuatan projek karena orang tua peserta didik bertanggung jawab untuk memantau pembuatan
projek peserta didik di rumah masing-masing. Selain itu orang tua peserta didik juga dan terlibat
pada saat gelar karya siswa karena acara ini bersamaan dengan pengambilan rapot siswa.
Pengawas terlibat dalam pengambilan kebijakan dan tujuan P5 karena pengawas berperan
sebagai stakeholder. Kepala sekolah dan pengawas memiliki tanggung jawab untuk mengawasi
pengambilan kebijakan dan tujuan dalam P5.Dalam menentukan tujuan P5, kepala sekolah
melakukan koordinasi dengan tim fasilitator P5 untuk. Jadi kepala sekolah bekerja sama dengan
tim fasilitator P5 dalam menentukan tema dan merumuskan tujuan. Dalam melakukan kerjasama
dengan tim, kepala sekolah seringsering mengajak tim berkomunikasi dan berdiskusi untuk
membangun komunikasi yang baik dengan para guru. Projek daur ulang sampah yang dibuat
peserta didik juga sudah berhasil dan sudah dipamerkan pada gelar karya siswa. Tujuan P5
sendiri yaitu untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas peserta didik, menghasilkan
lulusan yang kompeten dan memiliki karakter yang baik sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Permasalahan Ketiga:
Bagaimana pelaksanaan P5 di SDN Sidotopo I/48 Surabaya?
Solusi:
Modul P5 yang digunakan SDN Sidotopo I/48 Surabaya merupakan hasil modifikasi dari
modul kurikulum merdeka. Jadi tim fasilitator P5 menyusun modul dari awal dengan dengan
mencontoh modul yang ada pada kurikulum merdeka kemudian dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi sekolah untuk menjadi modul P5 SDN Sidotopo I/48 Surabaya. Alokasi
waktu yang digunakan yaitu dengan system blok (pembelajaran P5 dilaksanakan pada akhir
semester) setelah melakukan pembelajaran intrakurikuler. Kemudian tema yang digunakan yaitu
gaya hidup berkelanjutan. Pengambilan tema yang dilakukan SDN Sidotopo I/48 Surabaya itu
berdasarkan capaian pembelajaran, kebutuhan dan keterbatasan sekolah, lingkungan sekitar
sekolah, dan kondisi sekolah. Kemudian yang terlibat dalam pengambilan tema yaitu Kepala
sekolah, guru, komite pembelajar, dan peserta didik. Pelaksanaan P5 di SDN Sidotopo I/48
Surabaya mengambil tema gaya hidup berkelanjutan dengan membuat projek daur ulang sampah.
Karakter peserta didik setelah melakukan P5 menjadi lebih baik dan kreativitasnya juga
meningkat. Kendala yang dialami dalam pelaksanaan P5 yang pertama yaitu persoalan dana,
untuk mengatasi persoalan ini biasanya guru memberikan saran kepada peserta didik untuk
membuat projek yang sederhana sehingga tidak menghabiskan banyak biaya. Yang kedua yaitu
pembuatan projek yang dilakukan di rumah dan motivasi peserta didik yang masih rendah, untuk
mengatasi permsalahan ini bisa dengan memantau perkembangan projek peserta didik melalui
wali murid. Evaluasi keseluruhan dari pelaksanaan P5 yaitu pembuatan projek yang masih
dibantu orang tua, sehingga bukan karya siswa 100%. Kemudian untuk evaluasi yang dilakukan
yaitu ada di evaluasi awal, tengah, dan akhir.

JURNAL 4
Latar Belakang
Pembentukan karakter peserta didik menjadi salah satu tujuan utama dalam pendidikan. Program
P5 (Pendidikan Karakter dan Pendidikan Kewarganegaraan) di Kota Surakarta telah
dikembangkan untuk membantu mencapai tujuan ini. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut,
perlu dilakukan adaptasi strategis agar program ini lebih efektif dan efisien dalam membentuk
karakter peserta didik.
Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan strategi adaptasi Program P5 yang
efektif dan efisien dalam membentuk karakter peserta didik di Kota Surakarta. Sasaran penelitian
ini adalah guru, siswa, dan orang tua siswa yang terlibat dalam program P5 di Kota Surakarta.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif-analisis. Data
dikumpulkan melalui wawancara terstruktur dan observasi langsung di sekolah-sekolah di Kota
Surakarta. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis tema dan analisis konten
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi adaptasi Program P5 yang efektif dan efisien dalam
membentuk karakter peserta didik di Kota Surakarta adalah sebagai berikut:
1. Keterlibatan Guru: Guru memiliki peran penting dalam mengembangkan karakter peserta
didik. Guru harus memiliki kemampuan dalam mengembangkan materi pelajaran yang relevan
dengan tujuan program P5 dan memiliki kemampuan dalam mengembangkan strategi
pembelajaran yang efektif.
2. Partisipasi Siswa: Siswa harus memiliki peran aktif dalam mengembangkan karakter mereka
sendiri. Siswa harus memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang
terkait dengan program P5 dan memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan-
kemampuan yang diperlukan dalam program P5.
3. Keterlibatan Orang Tua: Orang tua memiliki peran penting dalam mengembangkan karakter
peserta didik. Orang tua harus memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-
kegiatan yang terkait dengan program P5 dan memiliki kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam program P5.
4. Penggunaan Media: Penggunaan media dalam program P5 dapat membantu meningkatkan
efektifitas program. Media dapat digunakan untuk mengembangkan materi pelajaran yang
relevan dengan tujuan program P5 dan dapat digunakan untuk mengembangkan strategi
pembelajaran yang efektif.
5. Evaluasi: Evaluasi adalah tahap yang penting dalam program P5. Evaluasi dapat membantu
mengetahui sejauh mana program P5 telah mencapai tujuan dan dapat membantu dalam
mengembangkan strategi adaptasi yang lebih efektif.
Kesimpulan
Strategi adaptasi Program P5 yang efektif dan efisien dalam membentuk karakter peserta didik di
Kota Surakarta adalah melibatkan guru, siswa, dan orang tua dalam program P5, menggunakan
media dalam program P5, dan melakukan evaluasi yang efektif. Dengan demikian, program P5
dapat lebih efektif dan efisien dalam membentuk karakter peserta didik di Kota Surakarta.
Beberapa masalah yang teridentifikasi adalah:
1. Kurangnya profesionalitas guru: Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan profesionalitas
guru sangat diperlukan agar proses adaptasi dan tujuan program P5 dapat tercapai dengan
maksimal.
2. Keterbatasan sarana prasarana pendidikan: Keterbatasan sarana prasarana pendidikan yang
relevan dapat menghambat proses adaptasi dan tujuan program P5.
3. Perlu penyesuaian modul ajar dan aktualisasi program: Penelitian menunjukkan bahwa
penyesuaian modul ajar dan aktualisasi program P5 diperlukan agar program ini lebih efektif
dalam membentuk karakter peserta didik.
4. Kurangnya kesadaran dan partisipasi warga sekolah: Kurangnya kesadaran dan partisipasi
warga sekolah dalam program P5 dapat menghambat proses adaptasi dan tujuan program.
5. Keterbatasan komunikasi dan kerjasama dengan lingkungan sekitar: Keterbatasan komunikasi
dan kerjasama dengan lingkungan sekitar dapat menghambat proses adaptasi dan tujuan program
P5.
6. Kurangnya karakter disiplin yang tertanam dalam diri siswa: Kurangnya karakter disiplin yang
tertanam dalam diri siswa dapat menghambat pembentukan karakter disiplin, yang penting dalam
program P5.
7. Keterbatasan kemampuan siswa dalam beradaptasi dengan lingkungan: Keterbatasan
kemampuan siswa dalam beradaptasi dengan lingkungan dapat menghambat proses adaptasi dan
tujuan program P5.
8. Kurangnya kesadaran dan partisipasi siswa dalam program P5: Kurangnya kesadaran dan
partisipasi siswa dalam program P5 dapat menghambat proses adaptasi dan tujuan program.
9. Keterbatasan kemampuan guru dalam mengembangkan materi pelajaran yang relevan:
Keterbatasan kemampuan guru dalam mengembangkan materi pelajaran yang relevan dapat
menghambat proses adaptasi dan tujuan program P5.
10. Keterbatasan kemampuan siswa dalam mengikuti peraturan yang ada: Keterbatasan
kemampuan siswa dalam mengikuti peraturan yang ada dapat menghambat proses adaptasi dan
tujuan program P5.
Beberapa solusi yang teridentifikasi adalah:
1. Peningkatan profesionalitas guru: Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan profesionalitas
guru sangat diperlukan agar proses adaptasi dan tujuan program P5 dapat tercapai dengan
maksimal.
2. Penyesuaian modul ajar dan aktualisasi program: Penelitian menunjukkan bahwa penyesuaian
modul ajar dan aktualisasi program P5 diperlukan agar program ini lebih efektif dalam
membentuk karakter peserta didik.
3. Peningkatan sarana prasarana pendidikan yang relevan: Penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan sarana prasarana pendidikan yang relevan sangat diperlukan agar proses adaptasi
dan tujuan program P5 dapat tercapai dengan maksimal.
4. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi warga sekolah: Meningkatkan kesadaran dan
partisipasi warga sekolah dalam program P5 dapat membantu mengatasi beberapa masalah yang
timbul dalam proses adaptasi.
5. Meningkatkan kemampuan siswa dalam beradaptasi dengan lingkungan: Meningkatkan
kemampuan siswa dalam beradaptasi dengan lingkungan dapat membantu mengatasi beberapa
masalah yang timbul dalam proses adaptasi.
6. Meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan materi pelajaran yang relevan:
Meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan materi pelajaran yang relevan dapat
membantu mengatasi beberapa masalah yang timbul dalam proses adaptasi.
7. Meningkatkan komunikasi dan kerjasama dengan lingkungan sekitar: Meningkatkan
komunikasi dan kerjasama dengan lingkungan sekitar dapat membantu mengatasi beberapa
masalah yang timbul dalam proses adaptasi.
8. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi siswa dalam program P5: Meningkatkan kesadaran
dan partisipasi siswa dalam program P5 dapat membantu mengatasi beberapa masalah yang
timbul dalam proses adaptasi.
9. Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengikuti peraturan yang ada: Meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengikuti peraturan yang ada dapat membantu mengatasi beberapa
masalah yang timbul dalam proses adaptasi.
10. Meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif:
Meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif
dapat membantu mengatasi beberapa masalah yang timbul dalam proses adaptasi.

JURNAL 5
“AKTUALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEGIATAN P5 PADA
KURIKULUM MERDEKA”
Di dunia yang saling terhubung dan mengglobal saat ini, pendidikan memainkan peran
penting dalam meningkatkan pemahaman antar budaya, toleransi, dan rasa hormat. Rohmah,
dkk. dalam Astuti dan Putro (2024:356) menyatakan mengenai hakikat dari pendidikan itu
mendatangkan pribadi pelajar yang mempunyai perilaku dan karakter mulia manusiawi.
Kurangnya kesadaran dan perhatian dari keluarga serta masyarakat dalam mengimplementasikan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan seharihari menyebabkan rendahnya pemahaman dan
penghayatan siswa terhadap Pancasila. Untuk menanggulangi persoalan ini, diperlukan upaya
kolaboratif antara pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat melalui Pendidikan Pancasila.
Lisa & Kurnia dalam Astuti & Putro (2024:356) mengemukakan bahwa sebagai ideologi negara,
Pancasila memuat nilai-nilai luhur yang mampu membimbing atau mengarahkan fondasi akhlak
dan kepribadian nasional.
Ananda & Hudaidah dalam Astuti & Putro (2024:357) mengemukakan bahawa
kurikulum pada pendidikan mempunyai peran yang begitu penting sebagai penentu
berkembangnya satu pendidikan, mulai dari elemen proses sampai penerapan atau pelaksanaan di
lapangan. Kurikulum Merdeka pada aktivitas kokurikuler berbasis projek pada Projek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila (P5) bermaksud menjadikan siswa mampu mempunyai kecakapan dan
ciri khas selaras dengan Profil Pelajar Pancasila. Kegiatan P5 mencakup berbagai disiplin ilmu,
seperti seni, sains, teknologi, dan pendidikan jasmani, yang memungkinkan siswa untuk
mengembangkan serangkaian keterampilan dan pengetahuan yang menyeluruh.
Dengan melaksanakan aktualisasi kegiatan P5, dapat membekali siswa kompetensi yang
diperlukan untuk perkembangannya di abad ke-21. Yosi & Oktavian dalam Asturi & Putro
(2024: 359) mengemukakan bahwa kompetensi Profil Pelajar Pancasila tersebut memikirkan
dengan baik segi aktualisasi diri, paham, dan tujuan yang hendak dicapai bangsa serta tantangan
di abad-21 sebagai perubahan industri 4.0 dan pengurangan keekerasan beragama. Hal tersebut
selaras dengan visi misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2020 mengenai rancangan fundamental
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2020-2024.

DAFTAR PUSTAKA
Astuti, A.W. & Putro, A.A.Y. (2024). Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Kegiatan P5 Pada
Kurikulum Merdeka. Jurnal Pendidikan Dasar Perkhasa, 10(1): 355-366.
file:///C:/Users/Acer/AppData/Local/Microsoft/Windows/INetCache/IE/RW99PZ2H/
3136-11118-1-PB[1].pdfnp
Dewi, W. S., & Nawawi, E. (2023). Penanaman Nilai Bhinneka Tunggal Ika dan Nilai Pancasila
di SMA Negeri 2 Palembang. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 9(1), 84 – 93.
Fitriyah, C. Z., & Wardani, R. P. (2022). Paradigma Kurikulum Merdeka Bagi Guru Sekolah
Dasar. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 12(3), 236 – 243.
Maula, A., Ainur, R. (2023). PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM
MEWUJUDKAN PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5) DI
SDN SIDOTOPO I/48 SURABAYA. Journal Edu Learning, 2(1), 73-84.
Melilinda, dkk. 2023. Meningkatkan Mutu Peserta Didik Melalui Pengimplementasian Nilai-
nilai Pancasila Dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Jurnal Adijaya. 1(1), 64-75.
Mery, M., Martono, M., Halidjah, S., & Hartoyo, A. (2022). Sinergi Peserta Didik dalam Proyek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Jurnal Basicedu, 6(5), 7840 – 7849.
Sari, I. K., Isdaryanti, B., & Ellianawati, E. (2022). The Development of Local Wisdom-Based
Blended Learning Programs to Improve Students’ Learning Outcomes and
Communication Skills. Jurnal Pendidikan Progresif, 12(1), 336 – 347.
Utami, D., Susanti, R., & Meilinda. (2023). Implementasi Bhinneka Tunggal Ika Dan Nilai-Nilai
Pancasila Sebagai Identitas Manusia Indonesia Di Sekolah. Jurnal Pengabdian West
Science, 2(01), 14 – 24.

Anda mungkin juga menyukai