Anda di halaman 1dari 21

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERSARAFAN PADA MANUSIA

MAKALAH

Dosen Pengampu :
Prof Mulyadi, dr.,Sp.P(K)

Disusun Oleh :
1. Qurotul Aini (1150022001)
2. Nurus Saadah (1150022009)
3. Amelia Eka M. (1150022034)

PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang, atas karunia taufik dan hidayah-Nya yang tak ternilai besarnya,
sehingga makalah “Anatomi dan Fisiologi Sistem Persyarafan” dapat diselesaikan
tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini supaya bermanfaat. Dengan segala
upaya yang telah kami usahakan makalah ini kami susun dengan maksimal. Garis
besar dari makalah ini yaitu Sistem saraf manusia merupakan jalinan jaringan
saraf yang saling berhubungan, sangat khusus, dan kompleks. Sistem saraf ini
mengoordinasikan, mengatur, dan mengendalikan interaksi antara seorang
individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga
mengatur aktivitas sebagin besar sistem tubuh lainnya.
Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan
memberi masukan sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya. Meski
penulis telah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak menutup
kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik
dan saran yang konstruktif dari pembaca sekalian. Akhir kata, saya berharap
makalah ini dapat menambah referensi keilmuan masyarakat.

Surabaya, 18 Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian Sistem Saraf.............................................................................3
2.2 Penyusun Sistem Saraf...............................................................................3
2.3 Fungsi Sistem Saraf...................................................................................5
2.4 Klasifikasi Sistem Saraf.............................................................................6
2.5 Mekanisme Penghantar Impuls.................................................................9
2.6 Penyakit Dan Kelainan Pada Sistem Saraf..............................................13
BAB 3 PENUTUP................................................................................................17
3.1 Kesimpulan..............................................................................................17
3.2 Saran.......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan
serta terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan
internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Sistem saraf mengkoordinasi,
menafsirkan, dan mengontrol interaksi antara individu dan lingkungan sekitarnya.
Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem
tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara
berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang
harmonis. Dalam sistem inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran,
ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan.
Sistem saraf juga berperan dalam iritabilitas atau kemampuan untuk
menanggapi rangsangan. Kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitivitas
terhadap stimulus, dan konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu
proses terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama. Pertama,
input sensorik yaitu sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui reseptor
yang terletak di tubuh baik eksternal maupun internal. Kedua, aktivitas integratif
yaitu reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik yang menjalar
disepanjang saraf sampai ke otak dan medula spinalis. Ketiga, outpur motorik
yaitu impuls dari otak dan medula spinalis memperoleh respon yang sesuai dari
otot dan kelenjar tubuh, yang disebut sebagai efektor.
Susunan saraf dibagi atas dua bagian penting yaitu susunan saraf pusat atau
sistem serebrospinal dan susunan saraf otonom yang mencakup susunan saraf
simpatik dan susunan saraf parasimpatik. Susunan saraf pusat terdiri atas otak,
sumsum tulang belakang dan urat-urat saraf atau saraf cabang yang tumbuh dari
otak dan sumsum tulang belakang yang disebut urat saraf perifer (urat saraf tepi).
Tubuh manusia terdiri atas berbagai organ tubuh yang memiliki fungsi-fungsi
tertentu yang berbeda. Pengaturan atau koordinasi sangat penting untuk mengatur
organ-organ tubuh tersbut agar dapat bekerja sama dengan baik, sehingga dalam
makalah ini akan dibahas tentang anatomi dan fisiologi sistem saraf.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan sistem saraf ?
2) Apa saja penyusun sistem saraf ?
3) Apa saja fungsi sistem saraf ?
4) Apa saja klasifikasi sistem saraf ?
5) Bagaimana mekanisme penghantar impuls ?
6) Apa saja penyakit dan kelainan pada sistem saraf ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem saraf ;
2. Mengetahui apa saja penyusun sitem saraf ;
3. Mengetahui fungsi dari sistem saraf ;

1
4. Mengetahui apa saja klasifikasi sistem saraf ;
5. Mengetahui mekanisme penghantar impuls ;
6. Mengetahui penyakit dan kelainan yang ada pada sistem saraf.

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Saraf
Sistem saraf manusia merupakan jalinan jaringan saraf yang saling
berhubungan, sangat khusus, dan kompleks. Sistem saraf ini mengoordinasikan,
mengatur, dan mengendalikan interaksi antara seorang individu dengan
lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur aktivitas
sebagin besar sistem tubuh lainnya. Tubuh mampu berfungsi sebagai satu
kesatuan yang harmonis karena pengaturan hubungan saraf diantara berbagai
system (Francisco, 2019).
Sistem saraf terdiri dari berjuta-juta sel saraf yang bentuknya
bervariasi.Sistem ini terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem
saraf adalah salah satu sistem koordinasi yang berfungsi untuk menyampaikan
rangsangan dari reseptor yang akan dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem
saraf memungkinkan makhluk hidup dapat menanggapi perubahan-perubahan
yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam secara cepat.
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf yang sering disebut dengan neuron .
Neuron berfungsi dalam mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsangan
ataupun tanggapan. Untuk menanggapi rangsangan tersebut, ada 3 komponen
yang harus dimiliki oleh sistem saraf, antara lain:
1. Reseptor
Reseptor adalah sel yang memberikan respon terhadap ransangan terhadap
lingkungan eksternal maupun internal kemudian reseptor akan mengubah
rangsangan yang diterima menjadi suatu impuls saraf yang akan di teruskan
melalui neuron. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor adalah alat
indera.
2. Penghantar impuls
Penghantar impuls dikerjakan oleh saraf itu sendiri tanpa bantuan organ –
organ lain. Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung (akson). Pada
serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas.
3 Efektor
Efektor adalah sel atau organ yang di gunakan untuk beraksi terhadap
rangsangan baik dari dalam maupun dari luar tubuh dapat diartikan sebagai
bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar
impuls. Bagian utama efektor pada manusia adalah otot dan kelenjar.
2.2 Penyusun Sistem Saraf
Sistem saraf tersusun atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron
merupakan unit struktural dan fungsional dari sistem saraf. Neuron memiliki
kemampuan mersepon rangsangan yang cukup kuat. Neuron tidak bisa mengalami
pembelahan sehingga tidak dapat diganti jika sudah rusak. Neuron bersatu
membentuk jaringan untuk mengantarkan suatu impuls (rangsangan).

3
1. Berdasarkan Bentuknya
Satu sel saraf (neuron) terdiri dari Badan Sel, Dendrit, dan Akson.
A. Badan Sel
Badan sel saraf adalah bagian yang terbesar dari sel saraf. Badan sel
dapat berfungsi sebagai penerima rangsangan dari dendrit dan kemudian
diteruskannya menuju ke akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel,
sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan
nisel. Badan nisel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat
transportasi sintesis protein.
B. Dendrit
Dendrit merupakan serabut sel saraf pendek, bercabang-cabang dan
perluasan dari badan sel. Dendrit memiliki fungsi sebagai penerima dan
pengantarkan rangsangan ke badan sel. Dendrit mengandung badan Nissl
dan organel. Pada umumnya neuron terdiri dari beberapa dendrit. Dendrit
tidak mengandung selubung myelin maupun neurolema.
C. Akson
Akson sering disebut juga neurit. Bagian ini merupakan tonjolan
sitoplasma yang panjang dan berfungsi untuk meneruskan impuls saraf
yang berupa informasi berita dari badan sel. Akson memiliki bagian-
bagian yang spesifik ,yaitu sebagai berikut:
1) Neurofibril
Neurofibril merupakan bagian terdalam dari akson yang berupa
serabut-serabut halus. Bagian-bagian inilah yang memilik tugas
pokok untuk meneruskan impuls.
2) Selubung Mielin
Bagian ini tersusun oleh sel-sel pipih yang disebut schwan. Selubung
mielin merupakan bagian paling luar dari akson yang berfungsi
untuk melindungi akson. Selain itu, bagian ini pulalah yang
memberikan nutrisi dan bahan-bahan yang diperlukan untuk
mempertahankan kegiatan dari akson.
3) Nodus Ranvier
Nodus ranvier merupakan bagian akson yang menyempit dan tidak
dilapisi selubung mielin. Bagian ini tersusun dari sel-sel pipih.
Dengan bagian ini, terlihat bagian akson tampak berbuku-buku. Agar
lebih dapat memahami tentang struktur dan bentuk neuron.

Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam


satu selubung dan membentuk urat saraf.Sedangkan badan sel saraf
berkumpul membentuk ganglion atau simpul saraf (Siloam, 2023).

4
2. Berdasarkan Struktur dan Fungsinya
Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf (neuron) dapat dibagi menjadi 3
macam, yaitu sel saraf sensorik, sel saraf motorik, dan sel saraf intermediet
(asosiasi).
A. Sel saraf sensorik (aferen)
Sel saraf sensorik merupakan neuron yang badan selnya bergerombol
membentuk ganglia, aksonnya pendek tetapi dendritnya panjang. Neuron
sensorik berhubungan dengan alat indra untuk menerima rangsangan.
Fungsi sel saraf sensorik sebagai penghantar impuls dari reseptor ke
sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula
spinalis). Ujung akson dari saraf sensorik berhubungan dengan saraf
asosiasi (intermediet).
B. Sel saraf motorik (eferen)
Sel saraf motorik merupakan neuron yang memiliki dendrit yang pendek
dan akson yang panjang. Dendrit berhubungan dengan akson lain,
sedangkan akson berhubungan dengan efektor yang berupa otot atau
kelenjar. Fungsi sel saraf motorik sebagai pengirim impuls dari sistem
saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan dari
tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motorik berada di sistem
saraf pusat.
C. Sel saraf asosiasi
Sel saraf asosiasi dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan
berfungsi menghubungkan sel saraf motorik dengan sel saraf sensorik
atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf
pusat. Sel saraf asosiasi menerima impuls dari reseptor sensorik atau sel
saraf asosiasi lainnya (Belizza, 2023).
2.3 Fungsi Sistem Saraf
Sistem saraf mempunyai beberapa fungsi, diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. Menerima berbagai sensasi dari dalam dan luar tubuh.
2. Bereaksi pada sensasi dan menghadapinya secara otomatis atau merasakan
dan memikirkannya.
3. Menyimpan memori dan melepaskannya bila dibutuhkan.
4. Mengekspresikan emosi.
5. Mengirimkan pesan untuk bagian sistem saraf lain, untuk otot, kelenjar
endokrin dan organ lain.
6. Mengontrol tubuh dengan mempertahankan kesehatan, menghindari atau
menghadapi bahaya, dan meningkatkan aktivitas yang menyenangkan.
7. Untuk mengetahui kejadian atau perubahan yang terjadi di sekitar kita,
dilakukan melalui alat indera.
8. Mengendalikan tanggapan terhadap rangsangan yang terjadi pada tubuh kita.
9. Mengendalikan kerja organ-organ tubuh

5
2.4 Klasifikasi Sistem Saraf
Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem
saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang.
Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf
otonom. Memiliki 3 materi esensial yaitu :
A. Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu
B. Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih
C. Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di
dalam sistem saraf pusat.
Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian
putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa
materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi
putih.
1. Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang
(Medula spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan
fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan dari rangka.
A. Otak
Otak terdiri dari dua belahan, belahan kiri mengendalikan tubuh bagian
kanan, belahan kanan mengendalikan belahan kiri.Mempunyai
permukaan yang berlipat-lipat untuk memperluas permukaan sehingga
dapat ditempati oleh banyak saraf.Otak juga sebagai pusat penglihatan,
pendengaran, kecerdasan, ingatan, kesadaran, dan kemauan. Bagian
dalamnya berwarna putih berisi serabut saraf, bagian luarnya berwarna
kelabu berisi banyak badan sel saraf. Otak terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1) Otak depan (Prosoncephalon) berkembang menjadi telencephalon
dan diencephalon. Telencephalon berkembang menjadi otak besar
(Cerebrum).Diencephalon berkembang menjadi thalamus,
hipotamus.
a) Otak besar (Cerebrum) mempunyai fungsi dalam pengaturan
semua aktivitas mental, yaitu berkaitan dengan kepandaian
(intelegensi), ingatan (memori), kesadaran,
dan pertimbangan.Otak besar merupakan sumber dari semua
kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun
ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak
besar yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang
(area sensorik) yang terletak di sebelah belakang area motorik
yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon
rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang
menghubungkan area motorik dan sensorik. Area ini berperan
dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan,
dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah

6
bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi.
Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu
mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat
penglihatan terdapat di bagian belakang.
A) Thalamus terdiri dari sejumlah pusat syaraf dan berfungsi
sebagai “Tempat Penerimaan untuk Sementara” sensorik data
dan sinyal-sinyal motorik, contohnya untuk pengiriman data
dari mata dan telinga menuju bagian yang tepat dalam
korteks.
B) Hypothalamus berfungsi untuk mengatur nafsu makan dan
syahwat dan mengatur kepentingan biologis lainnya.
2) Otak tengah (Mesencephalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di
depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang
mengatur kerja kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah
merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti
penyempitan pupil mata, dan juga merupakan
pusat pendengaran.Otak tengah tidak berkembang dan tetap menjadi
otak tengah.
3) Otak belakang (Rhombencephalon)
Otak belakang berkembang menjadi metencephalon dan
mielencephalon.Metencephalon berkembang menjadi cerebellum
dan pons varolli.Sedangkan mielencephalon berkembang menjadi
medulla oblongata.
a) Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan
otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh.
Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka
gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
b) Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang
dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga
memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung,
tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat
pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum
sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin,
batuk, dan berkedip.
c) Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak
kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar
dan sumsum tulang belakang.

7
B. Sumsum tulang belakang (medula spinalis)
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar
berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan
berwarna kelabu. Pada penampang melintang sumsum tulang belakang
ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk
dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari
reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk
dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui
tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel
saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari
sel saraf sensorik dan akan menghantarkannya ke saraf motorik.
2. Sistem Saraf Parifer
Sistem saraf perifer adalah saraf-saraf yang berada di luar sistem saraf
pusat (otak dan sumsum ulang belakang). Sistem saraf perifer merupakan
saraf yang menyebar pada seluruh bagian tubuh yang melayani organ-organ
tubuh tertentu,seperti kulit, persendian, otot, kelenjar, saluran darah dan lain-
lain. Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf perifer tidak dilindungi
tulang.Sistem saraf perifer disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-
saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal),
yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.
A. saraf sensorik (saraf aferen) disebut juga sel saraf indra, karena berfungsi
membawa rangsangan (impuls) dari indera ke saraf pusat (otak dan
sumsum tulang belakang).
B. Saraf motoorik (saraf eferen) berfungsi membawa rangsangan (impuls)
dari pusat saraf ke otot atau kelenjar berupa respon

1) Saraf Volunter/Somatik (disadari)


Yaitu sistem saraf yang mengatur segala gerakan yang dilakukan secara
sadar atau dibawah koordinasi saraf pusat atau otak. Berdasarkan asalnya
sistem saraf sadar dibedakan menjadi dua yaitu: sistem saraf kepala
(cranial) dan sistem saraf tulang belakang (spinal).
2) Sistem Saraf Involunter/Otonom (Tidak Disadari)
Sistem saraf otonom mempunyai peran dalam mengendalikan tubuh yang
tidak kita sadari, seperti denyut jantung, gerakan-gerakan pada saluran
pencernaan, sekresi enzim dan keringat. Sistem saraf otonom disusun
oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang
belakang dan menuju organ yang bersangkutan.Dalam sistem ini terdapat
beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang
kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada
pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada
ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.

8
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem
saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan
parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai
ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada
sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek,
sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang
karena ganglion menempel pada organ yang dibantu. Sistem saraf
simpatetik dan parasimpatetik mempunyai efek yang berlawanan
(antagonis). Sistem saraf parasimpatetik : memperlambat denyut jantung,
menurunkan tekanan darah mempercepat gerakan-gerakan usus serta
sekresi kelenjar. Sementara sistem saraf simpatetik kebalikannya.
a) Parasimpatik :
1. Mengecilkan pupil
2. Menstimulasi aliran ludah
3. Memperlambat denyut jantung
4. Membesarkan bronkus
5. Menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan
6. Mengerutkan kantung kemih
b) Simpatik :
1. Memperbesar pupil
2. Menghambat aliran ludah
3. Mempercepat denyut jantung
4. Mengecilkan bronkus
5. Menghambat sekresi kelenjar pencernaan
6. Menghambat kontraksi kandung kemih
2.5 Mekanisme Penghantar Impuls
Ada dua mekanisme jalannya impuls saraf, yaitu sebagai berikut :
1. Impuls Melalui Sel Saraf
Impuls dapat mengalir melalui serabut saraf karena adanya perbedaan
potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam serabut saraf. Pada saat
sel saraf istirahat, sebelah dalam serabut saraf bermuatan negatif, kira-kira –
60 mV, sedangkan di sebelah luar serabut saraf bermuatan positif. Keadaan
muatan listrik tersebut diberi nama potensial istirahat, sedangkan membran
serabut saraf dalam keadaan polarisasi. Jika sebuah impuls merambat melalui
sebuah akson, dalam waktu singkat muatan di sebelah dalam menjadi positif,
kira-kira +60 mV, dan muatan di sebelah luar menjadi negatif. Perubahan
tiba-tiba pada potensial istirahat bersamaan dengan impuls disebut potensial
kerja. Pada saat ini terjadi depolarisasi pada selaput membran akson. Proses
depolarisasi merambat sepanjang serabut saraf bersamaan dengan
merambatnya impuls. Akibatnya, muatan negatif di sebelah luar membran
merambat sepanjang serabut saraf.Apabila impuls telah lewat, maka
sementara waktu serabut saraf tidak dapat dilalui oleh impuls karena terjadi

9
perubahan dari potensial kerja menjadi potensial istirahat. Agar dapat
berfungsi kembali, diperlukan waktu kira-kira 1/500 sampai 1/1.000 detik
untuk pemulihan.\Kecepatan merambatnya impuls pada mamalia tertentu
dapat lebih dari 100 meter per detik sedangkan pada beberapa hewan tingkat
rendah kira-kira hanya 0,5 meter per detik. Ada dua faktor yang
mempengaruhi kecepatan rambatan impuls saraf, yaitu selaput myelin dan
diameter serabut saraf. Pada serabut saraf yang bermyelin, depolarisasi hanya
terjadi pada nodus ranvier sehingga terjadi lompatan potensial kerja,
akibatnya implus saraf lebih cepat merambat. Semakin besar diameter serabut
saraf semakin cepat rambatan impuls sarafnya.
2. Impuls Melalui Sinapsis
Sinapsis merupakan titik temu antara ujung neurit dari suatu neruron
dengan ujung dendrit dari neuron lainnya. Setiap ujung neurit membengkak
membentuk tonjolan yang disebut tonjolan sinapsis. Pada tonjolan sinapsis
tersebut terdapat mitokondria dan gelembung-gelembung sinapsis.
Gelembung-gelembung sinapsis tersebut berisi zat kimia neurotransmitter,
yang disebut vesikula sinapsis. Neurotransmitter berperan penting dalam
merambatkan impuls saraf ke sel saraf lain.
Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-sinapsis.
Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang membentuk sinapsis disebut
post-sinapsis. Bila impuls sampai pada ujung neuron, maka vesikula bergerak
dan melebur dengan membran pra-sinapsis. Kemudian vesikula akan
melepaskan neurotransmitter berupa asetilkolin. Neurotransmitter adalah
suatu zat kimia yang dapat menyalurkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke
post-sinapsis. Zat kimia neurotransmitter mengakibatkan terjadinya
depolarisasi pada membran post-sinapsis dan terjadilah potensial kerja. Ini
berarti impuls telah diberikan ke sarabut saraf berikutnya. Dengan demikian
impuls saraf menyeberangi celah sinapsis dengan cara perpindahan zat-zat
kimia, untuk kemudian dilanjutkan pada sal saraf berikutnya dengan cara
rambatan potensial kerja.
Neurotransmitter ada berbagai macam misalnya, asetilkolin yang terdapat
pada sinapsis di seluruh tubuh, noradrenalin yang terdapat di sistem saraf
simpatik, dan dopamin serta serotonin yang terdapat di otak. Asetilkolin
kemudian berdifusi melewati celah sinapsis dan menempel pada reseptor
yang terdapat pada membran post-sinapsis. Penempelan asetilkolin pada
reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Bila asetilkolin
sudah melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan oleh enzim
asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh membran post-sinapsis.
Bagaimanakah penghantaran impuls dari saraf motorik ke otot? Antara
saraf motorik dan otot terdapat sinapsis berbentuk cawan dengan membran
pra-sinapsis dan membran post-sinapsis yang terbentuk dari sarkolema yang

10
mengelilingi sel otot. Prinsip kerjanya sama dengan sinapsis saraf-saraf
lainnya.
Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari
lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan
sebagai serangkaian pulsa elektrik yang menjalari serabut saraf. Contoh
rangsangan adalah sebagai berikut :
A. Perubahan dari dingin menjadi panas
B. Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan
C. Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung
D. Suatu benda yang menarik perhatian
E. Suarabising
F. Rasa asam, manis, asin dan pahit pada makanan

Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan


menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja
atau disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan
melalui jalan yang panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa
ke otak, untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh
otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang
harus dilaksanakan oleh efektor.
2) Gerak refleks merupakan gerakan yang terjadi tanpa dipengaruhi
kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Gerak refleks berjalan
sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan.
Contoh gerak refleks adalah sebagai berikut :
a. Terangkatnya kaki jika menginjak sesuatu, misalnya duri
b. Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing
yang masuk ke mata
c. Menutup hidup pada waktu mencium bau yang sangat busuk
d. Gerakan tangan menangkap beda yang tiba-tiba terjatuh
e. Gerakan tangan melepaskan benda yang bersuhu tinggi
Rangkaian (jalur) saraf yang terlibat dalam aktivitas gerak refleks disebut
lengkung refleks, yaitu terdiri dari 5 komponen dasar yaitu Reseptor,
Jalur aferen sensorik, Pusat pengintegrasi, Jalur aferen motorik, dan
Efektor. Reseptor akan merespon stimulus yang merupakan suatu
perubahan atau kimia dalam lingkungan reseptor. Dalam merespon
stimulus, reseptor mengubah energi stimulus menjadi energi bioelektrik
disebut potensial reseptor yang berbentuk potensial bertingkat. Potensial
reseptor ini akan dirambatkan ke pusat pengintegrasi refleks-refleks
dasar, sedangkan bagian otak yang lebih tinggi memproses refleks yang
dipelajari. Pusat pengintegrasian memproses semua informasi yang dapat

11
diperoleh dari reseptor tersebut termasuk semua informasi dari input lain,
kemudian membuat suatu keputusan tentan respon yang sesuai. Instruksi
dari pusat pengintegrasi diteruskan melalui lintasan eferen ke efektor
(suatu otot atau kelenjar) yang melaksanakan respon yang diinginkan.
Berikut adalah macam-macam gerak refleks berdasarkan
pengklasifikasiannya, antara lain:
A. Gerak Refleks Berdasarkan Prosesnya. Terdapat dua tipe refleks
menurut prosesnya, yaitu:
a) Refleks sederhana atau refleks dasar : Refleks yang menyatu
tanpa dipelajari, seperti mengedipkan mata pada saat ada benda
yang menuju ke arahnya.
b) Refleks yang dipelajari atau dikondisikan : Refleks yang
dihasilkan dari berbuat dan belajar, seperti membelokkan mobil
kalau mau menabrak benda. Kita mengerjakan hal tersebut secara
otomatis, tetapi hanya setelah banyak berlatih secara sadar.
B. Gerak Refleks Berdasarkan Pusat Pengintegrasinya. Terdapat dua
tipe refleks menurut pusat pengintegrasinya, yaitu:
a) Refleks Kranial : refleks yang diintegrasikan oleh otak. Semua
komponen yang diperlukan untuk menyambung input aferen ke
respon aferen pada otak. Contoh: refleks mengedipkan mata.
b) Refleks Spinal: refleks yang diintegrasikan oleh sumsum tulang
belakang, semua komponen yang diperlukan untuk menyambung
input aferen ke respon aferen berada dalam sumsum tulang
belakang (James W, Elston D, 20 C.E.).
C. Gerak Refleks Berdasarkan Jumlah Sinapsis dalam Lengkung
Refleksnya. Terdapat dua tipe refleks menurut jumlah sinapsnya,
yaitu:
a) Refleks Monoseptik: refleks yang melibatkan satu sinaps.
Contoh: refleks regangan pada patela yang melibatkan satu
sinaps, yaitu antara neuron aferen yang berasal dari reseptor
regangan dalam otot kerangka, yang bersinapsis dengan neuron
eferen untuk otot rangka yang sama.
b) Refleks Polisinaptik: refleks yang melibatkan banyak sinaps.
Contoh: refleks menarik tangan ketika terkena api.
Refleks menarik diri dapat dijelaskan sebagai berikut : Stimulus panas
yang mengenai jari, oleh reseptor panas akan diubah menjadi potensial
aksi yang akan dirambatkan melalui saraf aferen masuk ke sumsum
tulang belakang. Saraf aferen bersinapsis dengan beberapa interneuron
dan akan terjadi rangkaian peristiwa, sebagai berikut ini:
A. Potensial aksi akan menstimulus beberapa saraf interneuron yang
pada gilirannya menstimulus saraf eferen motorik yang menginervasi
triseps, suatu oto ekstensor pada persendian siku. Akibat dari

12
konstraksi triseps maka tangan tertarik dari benda panas tersebut.
B. Potensial aksi pada saat yang sama juga menstimulus interneuron
lain, yang pada gilirannya menghambat neuron eferen yang
menginervasi biseps, sehingga biseps tidak berkontraksi. Biseps
adalah otot-otot pada lengan atas yang menggerakkan lengan bawah
sehingga siku lebih menekuk (menutup). Jika triseps sedang
berkontaksi membuka lengan bawah, ini akan diimbangi oleh
relaksasi dari biseps. Tipe hubungan saraf yang melibatkan stimulasi
saraf yang menginervasi satu otot dan secara bersama-sama
melakukan penghambatan pada otot antagonisnya diketahui sebagai
inervasi resiprokal.
C. Potensial aksi juga stimulus interneuron yang lain lagi yang
membawa sinyal ke atas ke otak melalui jalur naik. Pada impuls
mencapai daerah korteks sensori otak, maka orang yang
bersangkutan merasa sakit dan menyadari apa yang sedang terjadi.
Juga bila impuls mencapai otak, maka informasi dapat disimpan
sebagai memori, dan seseorang dapat mulai berpikir tentang situasi
yang terjadi, apa yang harus dilakukan untuk menghindari ejadian
yang sama (Adam Malik, 2013).
2.6 Penyakit Dan Kelainan Pada Sistem Saraf
1. Stroke (Cerebrovascular accident ( CVA ) atau Cerebral apoplexy ), adalah
kerusakan otak akibat tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah otak.
2. Poliomielitis, penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang
neuron-neuron motoris sistem saraf ( otak dan medula spinalis ). Agen
pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV).
3. Migrain, adalah nyeri kepala berdenyut yang disertai mual dan muntah yang
terjadi akibat adanya hiperaktivitas impuls listrik otak yang meningkatkan
aliran darah di otak dan mengakibatkan terjadinya pelebaran pembuluh darah
otak serta proses inflamasi (peradangan).
4. Parkinson, penyakit yang disebabkan oleh berkurangnya neurotranslator
dopamin pada dasar ganglion dengan gejala tangan gemetaran sewaktu
istirahat (tetapi gemetaran itu hilang sewaktu tidur), sulit bergerak, kekakuan
otot, otot muka kaku menimbulkan kesan seolah-olah bertopeng, mata sulit
berkedip dan langkah kaki menjadi kecil dan kaku.
5. Transeksi , kerusakan atau seluruh segmen tertentu dari medula spinalis.
Misalnya karena jatuh, tertembak yang disertai dengan hancurnya tulang
belakang.
6. Neurasthonia, (lemah saraf) , penyakit ini ada karena pembawaan lahir,
terlalu berat penderitanya, rohani terlalu lemah atau karena penyakit
keracunan.

13
7. Neuritis, radang saraf yang terjadi karena pengaruh fisis seperti patah tulang,
tekanan pukulan, dan dapat pula karena racun atau defisiensi vitamin B1, B6,
B12.
8. Amnesia, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk mengingat atau mengenali
kejadian yang terjadi dalam suatu periode di masa lampau. Biasanya kelainan
ini akibat guncangan batin atau cidera otak.
9. Cutter, kelainan di mana penderitanya selalu melukai dirinya sendiri pada saat
depresi, stres, atau bingung.
10. Alzheimer, atau pikun, bukan penyakit menular, melainkan merupakan
sejenis sindrom dengan apoptosis sel-sel otak pada saat yang hampir
bersamaan, sehingga otak tampak mengerut dan mengecil. Alzheimer juga
dikatakan sebagai penyakit yang sinonim dengan orang tua.
11. Bell’s palsy adalah nama penyakit yang menyerang saraf wajah hingga
menyebabkan kelumpuhan otot pada salah satu sisi wajah. Terjadi disfungsi
syaraf VII (syaraf fascialis). Berbeda dengan stroke, kelumpuhan pada sisi
wajah ditandai dengan kesulitan menggerakkan sebagian otot wajah, seperti
mata tidak bisa menutup, tidak bisa meniup, dsb. Beberapa ahli menyatakan
penyebab Bell’s Palsy berupa virus herpes yang membuat syaraf menjadi
bengkak akibat infeksi.
12. Disleksia (Inggris: dyslexia) adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar
pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam
melakukan aktivitas membaca dan menulis. Para peneliti menemukan
disfungsi ini disebabkan oleh kondisi dari biokimia otak yang tidak stabil dan
juga dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari orang tua.
Developmental dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan biasanya
bersifat genetik.
13. Ayan atau Epilepsi, penyakit karena dilepaskannya letusan-letusan listrik
( impuls ) pada neuron-neuron otak. Epilepsi adalah penyakit saraf menahun
yang menimbulkan serangan mendadak berulang-ulang tak beralasan. Pada
penderita ayan, Sinyal-sinyal yang berhubungan dengan perasaan
penglihatan, berpikir, dan bergerak tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.
14. Kelumpuhan atau paralisis adalah hilangnya fungsi otot untuk satu atau
banyak otot. Kelumpuhan dapat menyebabkan hilangnya perasaan atau
hilangnya mobilitas di wilayah yang terpengaruh. Kelumpuhan sering
disebabkan akibat kerusakan pada otak.
15. Leukoaraiosis (bahasa Inggris: leukoencephalopathy, White matter changes,
WMC) adalah perubahan pada bagian ganglia basal dari otak besar. WMC
dapat disebabkan oleh hipoperfusi atau iskemia pada otak, khususnya pada
area sub-cortical dari ganglia basal.
16. Leukoensefalopati multifokal progresif atau progressive multifocal
leukoencephalopathy (PML), adalah penyakit yang jarang dan fatal yang

14
disebabkan oleh virus. Penyakit ini dikarakterisasikan sebagai kerusakan
progresif atau peradangan pada massa putih otak pada dua lokasi. Penyakit ini
biasanya muncul pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya kurang,
contohnya pasien yang terinfeksi HIV.
17. Lumpuh otak (Inggris: cerebral palsy, spastic paralysis, spastic hemiplegia,
spastic diplegia, spastic quadriplegia, CP) adalah suatu kondisi terganggunya
fungsi otak dan jaringan saraf yang mengendalikan gerakan, laju belajar,
pendengaran, penglihatan, kemampuan berpikir.
18. Meningitis adalah radang selaput pelindung sistem saraf pusat (meninges).
Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau
obat-obatan tertentu.
19. Penyakit Huntington, chorea Hunting atau chore mairo adalah penyakit yang
menyerang saraf. penyakit ini disebabkan oleh faktor genetika, sehingga
dapat diwariskan dari orang tua kepada anaknya.
20. Penyakit Minamata atau Sindrom Minamata adalah sindrom kelainan fungsi
saraf yang disebabkan oleh keracunan akut air raksa.
21. Sklerosis multipel, merupakan suatu kelainan peradangan yang terjadi pada
otak dan sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh banyak faktor,
terutama focal lymphocytic infiltration (sel T secara terus-menerus bermigrasi
menuju lokasi dan melakukan penyerangan seperti yang layak terjadi pada
setiap infeksi) dan berakibat pada kerusakan mielin dan akson.
22. Sindrom Kleine-Levin (Inggris: Kleine-Levin Syndrome disingkat KLS)
adalah penyakit syaraf yang langka dimana penderita tidak bisa mengontrol
rasa kantuknya. Penderita bisa tertidur selama berjam-jam, berhari-hari,
berminggu-minggu, bahkan bisa berbulan-bulan, tergantung pada berapa lama
penyakit itu muncul/kambuh.
23. Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat
ditularkan dari hewan ke manusia.
24. Radang otak (bahasa Inggris: encephalitis) adalah peradangan akut otak yang
disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh
infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain seperti
rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri).
25. Sindrom Adie atau sindrom Holmes-Adie adalah sindrom yang dikerenakan
kerusakan pada serat pascaganglionik pada sistem saraf parasimpatik pada
mata dan ditandai dengan pupil yang terdilatasi atau midriasis.
26. Sindrom Alice di Wonderland atau mikropsia adalah keadaan disorientasi
saraf yang memengaruhi persepsi penglihatan pada manusia, penderita
sindrom ini akan merasa melihat rekannya, bagian tubuh dari manusia,
hewan, objek tak bergerak menjadi lebih kecil dari kenyataan. Secara umum,
objek yang dipersepsi muncul sangat jauh atau sangat dekat pada waktu
bersamaan. Sindrom Alice di Wonderland ini dapat merupakan gejala utama

15
dari mononukleosis atau dapat menyebabkan epilepsi sebagian kompleks. dan
akibat obat psikoaktif.
27. Tumor otak, adalah proliferasi dan pertumbuhan tak terkendali sel-sel di
dalam dan di sekitar jaringan otak. Tumor otak mencakup sekitar 7-9% dari
semua jenis kanker dan dapat terjadi pada semua usia. Tumor otak dinamai
menurut jaringan otak yang terkena, antara lain:
a. Glioma: pada sel-sel glia atau neuroglia, tisu yang mengelilingi dan
mendukung neuron atau sel-sel saraf otak. Glioma adalah yang paling
umum, meliputi 50% tumor otak primer.
b. Astrocytoma: pada sel-sel neuroglia astrosit yang berbentuk bintang.
c. Ependymoma: pada ependyma atau membran epitel yang melapisi
ventrikel otak dan kanal tulang belakang.
d. Glioma batang otak: pada bagian otak yang berisi medula oblongata,
pons varolii, dan otak tengah, bagian otak yang menghubungkan sumsum
tulang belakang ke otak.
e. Medulloblastoma: pada otak kecil dan menyebar dengan cepat ke
jaringan sekitarnya, terutama di cairan serebrospinal dan batang otak.
Medulloblastoma adalah tumor ganas yang paling sering terjadi pada
anak
f. Meningioma: pada meninges atau membran otak dan sumsum tulang
belakang. Meningioma biasanya jinak, tumbuh lambat sehingga sering
terlambat terdeteksi
g. Neurinoma: biasanya terjadi pada fosa posterior. Saraf kranial kedelapan,
yang menyampaikan indera pendengaran dan keseimbangan paling sering
terpengaruh. Neurinoma tidak membentuk metastasis.
h. Limfoma: pada limfosit (sel yang bertanggung jawab untuk pertahanan
tubuh). Ini adalah tumor ganas, yang berasal dari jaringan limfoid. Tumor
ini sering terjadi pada pasien dengan AIDS dan pasien imunosupresi.
i. Adenoma hipofisis: pada kelenjar hipofisis dan dasar otak. Ini adalah
jenis tumor otak yang jinak.
28. Optic neuritis, peradangan pada saraf optik. Saraf optik merupakan bundel
serat saraf yang mengirimkan informasi visual dari mata ke otak. Rasa sakit
dan kehilangan penglihatan sementara adalah gejala umum dari optic neuritis.
29. Hidrosefalus (kepala air) adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran
cairan di dalam otak (cairan serebro spinal) atau akumulasi cairan
serebrospinal dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid, atau ruang
subdural. Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang
selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat
saraf yang vital.

16
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem saraf manusia merupakan jalinan jaringan saraf yang saling
berhubungan, sangat khusus, dan kompleks. Sistem saraf ini
mengoordinasikan, mengatur, dan mengendalikan interaksi antara seorang
individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga
mengatur aktivitas sebagin besar sistem tubuh lainnya. Tubuh mampu
berfungsi sebagai satu kesatuan yang harmonis karena pengaturan hubungan
saraf diantara berbagai system. Ada 3 komponen yang harus di miliki oleh
sistem syaraf yaitu reseptor, penghantar impuls, dan efektor. Penyusun sistem
saraf yaitu terdiri dari dua yaitu berdasarkan bentuknya serta berdasarkan
struktur dan fungsinya, berdasarkan bentuknya penyusun sistem saraf terdiri
dari badan sel, dendrit, dan akson,sedangkan berdasarkan struktur dan
fungsinya penyusun sistem saraf terdiri dari sel saraf sensorik,sel saraf
motorik,dan sel saraf intermediet (asosiasi).
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekuarangan. Untuk
kedepannya penulis akan menjelaskan makalah secara lebih fokus dan detail
dengan sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggungjawabkan. Kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan penulis.

17
DAFTAR PUSTAKA
Adam Malik, M. M. C. (2013). Anatomi Tubuh Dan Sistem Persyarafan Manusia.
A Psicanalise Dos Contos De Fadas. Tradução Arlene Caetano, 466.
Belizza, M. (2023). Anatomi Dan Fisiologi Sistem Saraf.
Https://Nurseslabs.Com/. Https://Nurseslabs.Com/Nervous-System/
Francisco, A. R. L. (2019). Anatomi Fisiologi Sistem Saraf. Journal Of Chemical
Information And Modeling, 53(9), 1689–1699.
James W, Elston D, T. J. Et Al. (20 C.E.). Anatomi-Fisiologi Sistem Syaraf.
Andrew’s Disease Of The Skin Clinical Dermatology., 17–72.
Siloam. (2023). Anatomi Sistem Saraf Manusia, Fungsi, & Jenis Penyakitnya.
Https://Www.Siloamhospitals.Com/Informasi-Siloam/Artikel/Sistem-Saraf-
Manusia

18

Anda mungkin juga menyukai