Anda di halaman 1dari 7

BAB III

METODOLOGI

A. Waktu Pelaksanaan

Kegiatan Pengenalan Lapangan Persekolahan 1 (PLP 1) dilaksanakan pada


tanggal 23 maret 2024 - 14 mei 2023.

B. Tempat Pelaksanaan

Pengenalan Lapangan Persekolahan 1 (PLP 1) dilaksanakan di SMK Swasta


MANDIRI, yang berlokasi di Jl. Datuk Kabu No.99, Bandar Khalipah, Kec. Percut
Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara

C. Metode Observasi

Dalam pelaksanaan Pengenalan Lapangan Persekolahan 1 (PLP 1),


pendekatan metodologi yang digunakan mencakup observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Dengan penuh dedikasi, penulis secara langsung melakukan observasi
ke dalam lingkungan sekolah. Melalui observasi ini, penulis mengamati berbagai
aspek sesuai dengan instrumen yang telah disiapkan, termasuk peraturan sekolah, visi
dan misi, serta kultur yang ada di sekolah tersebut. Selain itu, penulis juga
memerhatikan proses belajar mengajar, kegiatan ekstrakurikuler, dan hal-hal lain yang
menjadi bagian integral dari kehidupan sekolah. Tak hanya sampai di situ, penulis
juga mengambil langkah lebih jauh dengan melakukan wawancara kepada berbagai
pihak terkait di lingkungan sekolah. Dengan dialog yang terbuka dan mendalam,
penulis memperoleh pemahaman yang lebih kaya akan dinamika dan tantangan yang
dihadapi oleh sekolah. Sebagai pelengkap, dokumentasi juga menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari proses ini. Dengan merekam berbagai informasi dan
pengamatan, dokumentasi menjadi sumber yang berharga untuk refleksi dan analisis
lebih lanjut. Dengan kombinasi ketiga metode ini, penulis dapat menyajikan
gambaran yang holistik dan mendalam tentang kehidupan di SMK Swasta MANDIRI
selama pelaksanaan PLP 1.
PEMBAHASAN

-Kegiatan Kurikuler,Kokurikuler dan Ekstrakurikuler

1. Kondisi di Lapangan

Kegiatan ekstrakurikuler yang aktif di SMK Swasta Mandiri antara lain yaitu pramuka,
paskibra, futsal, palang merah remaja, tari, desain grafis, dan pencak silat. Jadwal kegiatan
tersebut telah terjadwal secara rutin, seperti Pencak Silat pada hari Selasa dan Jumat, PMR
pada hari Kamis dan Sabtu, Paskibra dan Pramuka pada hari Jumat, dan sebagainya.
Penulis sempat menyaksikan secara langsung kegiatan ekstrakurikuler pencak silat yang
berlangsung dengan lancar. Sekitar 20 orang siswa yang mengenakan seragam pencak silat
terlihat sangat aktif berlatih di bawah bimbingan pelatih.

Gambar Kegiatan Ekstrakulikuler Pencak Silat yang dilakukan siswa

2. Pembahasan:

Kegiatan ekstrakurikuler di SMK Swasta Mandiri tampak terorganisir dengan baik dan
memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan minat dan bakat di luar
kurikulum akademik. Melalui kegiatan seperti pramuka, paskibra, dan palang merah
remaja, siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan,
kemandirian, dan kepedulian sosial. Sementara itu, kegiatan seperti futsal, tari, dan desain
grafis memberikan wadah bagi siswa untuk mengekspresikan diri dan mengembangkan
kreativitas mereka di bidang-bidang yang berbeda.

3. Nilai-nilai yang Diperoleh:

Partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler membantu siswa untuk memperoleh nilai-nilai


penting di luar ruang kelas. Mereka belajar tentang kerja sama tim, disiplin, ketekunan,
dan tanggung jawab. Kegiatan seperti pencak silat juga membantu dalam memperkuat
karakter siswa melalui latihan fisik dan mental yang intensif.

4. Ide Pengembangan Kegiatan Kokurikuler dan Ekstrakurikuler di Sekolah:

 Program Unggulan Berbasis Minat Siswa: Mengidentifikasi minat dan bakat siswa
sebagai dasar untuk mengembangkan program ekstrakurikuler unggulan. Misalnya,
mendirikan klub atau komunitas yang fokus pada bidang-bidang seperti teknologi, seni,
olahraga, atau kewirausahaan. Program ini tidak hanya akan meningkatkan keterlibatan
siswa tetapi juga memberikan kesempatan untuk pengembangan keterampilan khusus
sesuai dengan minat individu.
 Kemitraan dengan Industri dan Komunitas Lokal*: Membangun hubungan yang kuat
dengan perusahaan, lembaga riset, dan organisasi non-profit di sekitar sekolah. Melalui
kemitraan ini, siswa dapat terlibat dalam proyek-proyek praktis, magang, atau
kunjungan lapangan yang memberikan wawasan langsung tentang dunia kerja dan
memperluas jaringan profesional mereka. Kolaborasi dengan komunitas lokal juga
dapat menghasilkan proyek-proyek pengabdian masyarakat yang bermanfaat bagi
lingkungan sekitar.
 Penguatan Pelatihan Soft Skills: Menyelenggarakan program pelatihan keterampilan
lunak seperti komunikasi, kepemimpinan, kerjasama tim, dan resolusi konflik.
Keterampilan ini merupakan aspek penting dalam kesuksesan karir di masa depan dan
dapat diperkuat melalui partisipasi aktif dalam kegiatan kokurikuler dan
ekstrakurikuler. Dengan menyediakan pelatihan yang terstruktur dan mendalam,
sekolah dapat membantu siswa mengembangkan potensi kepemimpinan dan sosial
mereka secara lebih efektif.
-Praktik Baik dan Kegiatan Positif di Sekolah

1. Kondisi di Lapangan:

Penulis mencatat beberapa kegiatan positif yang terjadi di sekolah. Salah satunya adalah
sikap siswa yang menunjukkan penghargaan dan keramahan terhadap tim yang melakukan
kegiatan Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP 1) di sekolah mereka. Siswa-siswa
dengan sopan dan ramah memberikan informasi yang diperlukan dan dengan sukarela
membantu dalam menunjukkan lokasi-lokasi tertentu di sekolah. Selain itu, penulis juga
menyaksikan secara langsung para siswa yang bergotong royong bersama-sama
membersihkan area sekolah, menunjukkan semangat kerjasama dan tanggung jawab sosial
yang tinggi.

Gambar Siswa mengutip sampah

2. Pembahasan:

Kegiatan praktik baik dan kegiatan positif yang teramati di lapangan mencerminkan
budaya sekolah yang inklusif, ramah, dan peduli terhadap lingkungan. Sikap hormat dan
kerjasama siswa terhadap tim PLP 1 menunjukkan bahwa mereka memahami pentingnya
mendukung dan berpartisipasi dalam kegiatan sekolah. Begitu pula dengan aksi gotong
royong bersama-sama, hal ini mencerminkan kesadaran akan pentingnya menjaga
kebersihan dan kerapian lingkungan sekolah sebagai tanggung jawab bersama.
3. Nilai-nilai yang Diperoleh:

Partisipasi siswa dalam kegiatan positif seperti ini membantu mereka untuk
mengembangkan nilai-nilai seperti kerjasama, tanggung jawab, dan kepedulian sosial.
Sikap hormat dan keramahan terhadap tamu sekolah mencerminkan nilai-nilai etika dan
keramahan yang penting dalam hubungan antarpribadi. Sementara itu, gotong royong
bersama-sama mengajarkan nilai-nilai kerja sama tim, tanggung jawab bersama, dan
kepedulian terhadap lingkungan.

4. Ide Pengembangan Kegiatan Praktik Baik dan Kegiatan Positif di Sekolah:

Untuk mengembangkan lebih lanjut kegiatan praktik baik dan kegiatan positif di sekolah,
beberapa ide dapat dipertimbangkan, antara lain:

 Mendorong siswa untuk mengusulkan dan mengorganisir inisiatif gotong royong atau
kegiatan lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan sekolah.
 Mengintegrasikan pelajaran tentang nilai-nilai moral dan etika dalam kurikulum
sekolah, sehingga siswa lebih memahami pentingnya sikap hormat, keramahan, dan
tanggung jawab.
 Mengadakan acara atau kegiatan yang menghargai dan memperingati kontribusi
positif siswa dalam mendukung budaya sekolah yang positif dan inklusif.

-Proses Pembelajaran

1. Kondisi di Lapangan:

Ketika melakukan observasi, penulis mendapati perbedaan yang signifikan dalam suasana
kelas antara jurusan teknik komputer dan jaringan dengan jurusan teknik kendaraan
ringan. Di kelas teknik komputer dan jaringan, suasana pembelajaran terlihat lebih
kondusif dan damai. Siswa terlihat fokus pada materi pembelajaran dan berinteraksi
dengan tenang. Namun, di kelas teknik kendaraan ringan, suasana cenderung ramai dan
kurang kondusif. Hal ini disebabkan oleh dominasi siswa laki-laki yang lebih energik dan
kurang fokus pada kegiatan pembelajaran. Selain itu, dalam proses pembelajaran di
sekolah, terdapat variasi metode yang digunakan oleh guru. Salah satunya adalah metode
ceramah, di mana guru memberikan penjelasan secara verbal kepada siswa. Selain itu,
terdapat juga metode berbasis proyek, di mana siswa terlibat aktif dalam kegiatan praktis
untuk memahami konsep yang diajarkan. Contoh konkritnya adalah ketika guru meminta
siswa untuk membentuk jaring-jaring guna membuat bangun ruang kubus dengan
menggunakan kertas, sementara guru turut serta dalam membimbing mereka.

Gambar Proses Pembelajaran di kelas

2. Pembahasan:

Perbedaan dalam suasana kelas menunjukkan pentingnya manajemen kelas yang efektif
untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Guru perlu memiliki
keterampilan dalam mengelola dinamika kelas, termasuk mengatur interaksi antara siswa,
memberikan arahan yang jelas, dan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan
dan terstruktur. Penggunaan metode pembelajaran yang beragam, seperti ceramah dan
pembelajaran berbasis proyek, dapat memperkaya pengalaman belajar siswa dan
meningkatkan keterlibatan mereka dalam pembelajaran.

3. Nilai-nilai yang Diperoleh:

Partisipasi siswa dalam kegiatan praktis seperti membuat jaring-jaring untuk bangun ruang
kubus mengajarkan nilai-nilai seperti kerjasama, kreativitas, dan ketelitian. Siswa belajar
untuk bekerja sama dalam tim, menggunakan keterampilan praktis, dan memecahkan
masalah secara kreatif. Selain itu, pembelajaran berbasis proyek memperkuat keterampilan
pemecahan masalah dan berpikir kritis siswa, sementara metode ceramah membantu siswa
untuk memahami konsep-konsep yang kompleks dengan lebih baik.

4. Ide Pengembangan Kegiatan Proses Pembelajaran di Sekolah:

 Program Peningkatan Manajemen Kelas Berbasis Gender: Melalui program ini,


sekolah dapat menyelenggarakan pelatihan khusus bagi guru dalam manajemen kelas
yang sensitif terhadap perbedaan gender. Guru akan dibekali dengan strategi dan
teknik yang dapat mengatasi tantangan yang mungkin timbul akibat dominasi laki-laki
dalam kelas. Misalnya, guru dapat memperkenalkan metode pembelajaran yang lebih
aktif dan keterlibatan siswa, serta menciptakan lingkungan yang inklusif dan
mendukung bagi semua siswa tanpa memandang jenis kelamin. Selain itu, program
ini juga dapat mengintegrasikan pendekatan penilaian yang adil dan objektif untuk
memastikan setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan
berkembang.

 Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek yang Kolaboratif: Sekolah


dapat mengembangkan model pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan
kolaborasi antara berbagai jurusan atau tingkatan kelas. Misalnya, siswa dari jurusan
teknik komputer dan jaringan dapat bekerja sama dengan siswa dari jurusan teknik
kendaraan ringan dalam proyek-proyek praktis yang relevan dengan kedua bidang
tersebut, seperti pengembangan sistem kendali otomatis untuk kendaraan. Dengan
demikian, siswa tidak hanya akan mengembangkan keterampilan teknis dalam bidang
masing-masing, tetapi juga keterampilan kolaborasi, komunikasi, dan pemecahan
masalah yang diperlukan dalam dunia nyata. Selain itu, model ini juga dapat
memperkuat rasa kepemilikan dan identitas siswa terhadap pembelajaran mereka,
karena mereka merasa terlibat dalam proyek yang memiliki dampak yang nyata dan
bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai