Anda di halaman 1dari 10

Filosofi Pendidikan Indonesia

Kelompok 3
Anggota:

1. Anggi Anggraini Putri


2. Dini Eprinda Sari
3. Muhammad Aziz Vikri
4. Selvy Ayu Juwita
5. Zelda Akhirmaini

Ruang Kolaborasi memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi pendidikan


yang berpihak dan memerdekakan peserta didik dalam kelompok kecil. Mahasiswa membuat
sebuah rumusan tentang implementasi kurikulum merdeka dalam upaya mewujudkan pendidikan
yang berpihak dan memerdekakan peserta didik. Rumusan ini dapat mengacu pada pemikiran Ki
Hadjar Dewantara, Pancasila sebagai entitas dan identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan
Profil Pelajar Pancasila pada pendidikan yang berpihak pada peserta didik dalam pendidikan
abad ke-21.. Beberapa pertanyaan pemantik dibawah dapat memberikan panduan dalam
membuat rumusan:

1. Apa praktik baik yang telah dilakukan oleh sekolah-sekolah pada video yang diobservasi
mahasiswa tentang pendidikan yang berpihak dan memerdekakan peserta didik
2. Apa praktik baik yang dilakukan oleh sekolah mitra Mahasiswa tentang pendidikan yang
berpihak dan memerdekakan peserta didik?
3. Bagaimana mewujudkan pendidikan yang berpihak dan memerdekakan peserta didik
dalam implementasi kurikulum merdeka?
Hasil Diskusi

1. Praktik Baik Pendidikan yang Berpihak dan


Memerdekakan Peserta Didik dalam Video Observasi
Mahasiswa

Berdasarkan pengamatan video yang dilakukan oleh mahasiswa, beberapa praktik baik dalam
mewujudkan pendidikan yang berpihak dan memerdekakan peserta didik telah teridentifikasi,
yaitu:

1. Penerapan Pembelajaran Berpusat pada Peserta Didik

 Sekolah memfasilitasi peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini
terlihat dari kegiatan belajar mengajar yang variatif, seperti diskusi kelompok, presentasi,
dan proyek. Peserta didik didorong untuk mencari informasi, memecahkan masalah, dan
mengekspresikan ide-idenya secara kreatif.
 Guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Guru tidak hanya memberikan
materi pelajaran, tetapi juga membantu peserta didik dalam memahami konsep dan
menyelesaikan tugas. Guru juga memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar
dari pengalaman dan kesalahannya sendiri.
 Pembelajaran berdiferensiasi diterapkan. Guru menyesuaikan materi, metode, dan
penilaian pembelajaran dengan kebutuhan dan kemampuan individu peserta didik. Hal ini
memungkinkan setiap peserta didik untuk belajar dengan optimal sesuai dengan gayanya
masing-masing.

2. Penilaian Autentik

 Penilaian tidak hanya berfokus pada hasil tes, tetapi juga pada proses belajar,
sikap, dan karakter peserta didik. Guru menggunakan berbagai metode penilaian,
seperti observasi, portofolio, dan proyek untuk menilai perkembangan belajar peserta
didik secara menyeluruh.
 Penilaian digunakan sebagai alat untuk membantu peserta didik belajar dan
berkembang. Hasil penilaian dikomunikasikan dengan jelas kepada peserta didik dan
orang tua, dan digunakan sebagai dasar untuk memberikan umpan balik yang konstruktif.
 Peserta didik dilibatkan dalam proses penilaian. Peserta didik didorong untuk
melakukan refleksi diri dan mengevaluasi kemajuan belajarnya sendiri.

3. Pembelajaran Kolaboratif

 Peserta didik didorong untuk bekerja sama dalam menyelesaikan tugas dan proyek.
Hal ini terlihat dari kegiatan belajar mengajar yang banyak melibatkan kerja kelompok.
Peserta didik belajar untuk berkomunikasi, bekerja sama, dan saling menghargai dalam
tim.
 Pembelajaran kolaboratif membantu peserta didik untuk mengembangkan soft
skills seperti kepemimpinan, komunikasi, dan kerjasama. Soft skills ini sangat
penting untuk kesuksesan peserta didik di masa depan.
 Pembelajaran kolaboratif menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan
dan kondusif. Peserta didik merasa lebih termotivasi untuk belajar dan mereka saling
membantu untuk mencapai tujuan bersama.

4. Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

 Teknologi dimanfaatkan untuk mendukung pembelajaran yang lebih kreatif,


interaktif, dan menyenangkan. Guru menggunakan berbagai aplikasi dan platform
digital untuk membuat materi pembelajaran yang menarik dan mudah dipahami oleh
peserta didik.
 Teknologi membantu peserta didik untuk belajar secara mandiri dan mengakses
informasi dengan mudah. Peserta didik dapat belajar kapan saja dan di mana saja
dengan menggunakan perangkat digital.
 Teknologi digunakan untuk meningkatkan komunikasi dan kolaborasi antara guru,
peserta didik, dan orang tua. Orang tua dapat memantau perkembangan belajar
anaknya melalui aplikasi online dan terlibat dalam proses pembelajaran.

5. Pembentukan Budaya Positif

 Sekolah membangun budaya yang positif dan saling menghormati. Hal ini terlihat
dari interaksi yang positif antara guru, peserta didik, dan staf sekolah.
 Peserta didik didorong untuk mengembangkan karakter yang baik, seperti disiplin,
tanggung jawab, dan saling menghormati. Sekolah menerapkan berbagai program dan
kegiatan untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik.
 Sekolah menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi semua
peserta didik. Peserta didik merasa dihargai dan diterima apa adanya.

Kesimpulan

Praktik-praktik baik yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa sekolah-sekolah yang
diamati dalam video tersebut telah berupaya untuk mewujudkan pendidikan yang berpihak dan
memerdekakan peserta didik. Dengan menerapkan praktik-praktik tersebut, sekolah dapat
membantu peserta didik untuk mencapai potensi terbaiknya dan menjadi individu yang
berkarakter mulia dan bermanfaat bagi bangsa dan negara.

Catatan

Daftar praktik baik di atas tidak bersifat lengkap dan dapat bervariasi tergantung pada konteks
sekolah dan program pembelajaran yang diterapkan. Mahasiswa dapat menambahkan contoh-
contoh konkret dari video observasi untuk memperkuat argumennya.
2. Praktik Baik Pendidikan yang Berpihak dan
Memerdekakan Peserta Didik di Sekolah Mitra
Mahasiswa

Berdasarkan pengalaman mahasiswa di sekolah mitra, beberapa praktik baik dalam mewujudkan
pendidikan yang berpihak dan memerdekakan peserta didik telah teridentifikasi, yaitu:

1. Penerapan Pembelajaran Berpusat pada Peserta Didik

 Sekolah memfasilitasi peserta didik untuk belajar secara mandiri. Hal ini terlihat
dari tersedianya berbagai sumber belajar di sekolah, seperti perpustakaan, laboratorium,
dan taman belajar. Peserta didik didorong untuk mencari informasi dan menyelesaikan
tugas belajar secara mandiri.
 Guru menggunakan berbagai metode pembelajaran yang inovatif dan menarik.
Contohnya, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran kooperatif, dan pembelajaran
berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Metode-metode ini membantu peserta didik
untuk belajar secara aktif dan menyenangkan.
 Peserta didik dilibatkan dalam proses pembelajaran. Contohnya, peserta didik
diberikan kesempatan untuk memilih topik pembelajaran, merancang kegiatan belajar,
dan menilai hasil belajarnya sendiri.

2. Penilaian Autentik

 Penilaian tidak hanya berfokus pada hasil tes, tetapi juga pada proses belajar,
sikap, dan karakter peserta didik. Guru menggunakan berbagai metode penilaian,
seperti observasi, portofolio, dan proyek untuk menilai perkembangan belajar peserta
didik secara menyeluruh.
 Penilaian digunakan sebagai alat untuk membantu peserta didik belajar dan
berkembang. Hasil penilaian dikomunikasikan dengan jelas kepada peserta didik dan
orang tua, dan digunakan sebagai dasar untuk memberikan umpan balik yang konstruktif.
 Peserta didik dilibatkan dalam proses penilaian. Peserta didik didorong untuk
melakukan refleksi diri dan mengevaluasi kemajuan belajarnya sendiri.

3. Pembelajaran Kolaboratif

 Peserta didik didorong untuk bekerja sama dalam menyelesaikan tugas dan proyek.
Hal ini terlihat dari kegiatan belajar mengajar yang banyak melibatkan kerja kelompok.
Peserta didik belajar untuk berkomunikasi, bekerja sama, dan saling menghargai dalam
tim.
 Pembelajaran kolaboratif membantu peserta didik untuk mengembangkan soft
skills seperti kepemimpinan, komunikasi, dan kerjasama. Soft skills ini sangat
penting untuk kesuksesan peserta didik di masa depan.
 Pembelajaran kolaboratif menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan
dan kondusif. Peserta didik merasa lebih termotivasi untuk belajar dan mereka saling
membantu untuk mencapai tujuan bersama.

4. Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

 Teknologi dimanfaatkan untuk mendukung pembelajaran yang lebih kreatif,


interaktif, dan menyenangkan. Guru menggunakan berbagai aplikasi dan platform
digital untuk membuat materi pembelajaran yang menarik dan mudah dipahami oleh
peserta didik.
 Teknologi membantu peserta didik untuk belajar secara mandiri dan mengakses
informasi dengan mudah. Peserta didik dapat belajar kapan saja dan di mana saja
dengan menggunakan perangkat digital.
 Teknologi digunakan untuk meningkatkan komunikasi dan kolaborasi antara guru,
peserta didik, dan orang tua. Orang tua dapat memantau perkembangan belajar
anaknya melalui aplikasi online dan terlibat dalam proses pembelajaran.

5. Pembentukan Budaya Positif

 Sekolah membangun budaya yang positif dan saling menghormati. Hal ini terlihat
dari interaksi yang positif antara guru, peserta didik, dan staf sekolah.
 Peserta didik didorong untuk mengembangkan karakter yang baik, seperti disiplin,
tanggung jawab, dan saling menghormati. Sekolah menerapkan berbagai program dan
kegiatan untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik.
 Sekolah menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi semua
peserta didik. Peserta didik merasa dihargai dan diterima apa adanya.

Catatan

Daftar praktik baik di atas tidak bersifat lengkap dan dapat bervariasi tergantung pada program
dan kebijakan sekolah mitra. Mahasiswa dapat menambahkan contoh-contoh konkret dari
pengalamannya di sekolah mitra untuk memperkuat argumennya.

Selain itu, penting untuk diingat bahwa praktik-praktik baik tersebut harus selalu diadaptasi
dengan konteks dan kebutuhan peserta didik di sekolah mitra
3. Mewujudkan Pendidikan yang Berpihak dan
Memerdekakan Peserta Didik dalam Implementasi
Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka memberikan ruang dan fleksibilitas bagi sekolah untuk merancang
pembelajaran yang berpihak pada peserta didik. Berikut beberapa strategi untuk mewujudkan
pendidikan yang berpihak dan memerdekakan peserta didik dalam implementasi kurikulum
merdeka:

1. Memfokuskan pada Pengembangan Profil Pelajar Pancasila

 Integrasikan nilai-nilai Pancasila dan Profil Pelajar Pancasila dalam seluruh aspek
pembelajaran.
 Ciptakan budaya sekolah yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan Profil Pelajar
Pancasila.
 Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan
Profil Pelajar Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

2. Melakukan Asesmen Diagnostik

 Lakukan asesmen untuk memahami potensi, kebutuhan, dan gaya belajar peserta didik.
 Gunakan hasil asesmen untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
individu peserta didik.
 Berikan dukungan dan bimbingan yang tepat kepada peserta didik sesuai dengan
kebutuhannya.

3. Mengembangkan Kurikulum yang Berpusat pada Peserta Didik


 Libatkan peserta didik dalam proses penyusunan kurikulum.
 Susun kurikulum yang sesuai dengan minat, bakat, dan tahap perkembangan peserta
didik.
 Berikan fleksibilitas kepada peserta didik untuk memilih mata pelajaran dan kegiatan
belajar yang sesuai dengan minatnya.

4. Menerapkan Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan

 Gunakan berbagai metode pembelajaran yang inovatif dan menarik.


 Ciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan.
 Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara mandiri dan berkolaborasi
dengan teman sebayanya.

5. Memberikan Ruang bagi Peserta Didik untuk Bereksplorasi dan Berkreasi

 Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan
pengembangan bakat minat.
 Dukung partisipasi peserta didik dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan.
 Ciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi peserta didik untuk berekspresi
dan berkreasi.

6. Membangun Kolaborasi dengan Berbagai Pihak

 Bekerja sama dengan orang tua, masyarakat, dan dunia usaha/industri untuk mendukung
pembelajaran peserta didik.
 Libatkan berbagai pihak dalam proses pengembangan dan evaluasi kurikulum.
 Ciptakan ekosistem pendidikan yang kondusif dan mendukung untuk mewujudkan
pendidikan yang berpihak dan memerdekakan peserta didik.

7. Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi

 Gunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung pembelajaran yang lebih
kreatif, interaktif, dan menyenangkan.
 Berikan akses yang mudah kepada peserta didik untuk mendapatkan informasi dan
sumber belajar.
 Gunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan komunikasi dan
kolaborasi antara guru, peserta didik, dan orang tua.

Penutup

Implementasi kurikulum merdeka membutuhkan komitmen dan kolaborasi dari semua pihak,
termasuk guru, kepala sekolah, orang tua, dan masyarakat. Dengan menerapkan strategi yang
tepat dan berpihak pada peserta didik, diharapkan kurikulum merdeka dapat mewujudkan
pendidikan yang berkualitas dan memerdekakan peserta didik untuk mencapai potensi
terbaiknya.

Catatan

Strategi-strategi di atas tidak bersifat lengkap dan dapat disesuaikan dengan konteks dan
kebutuhan sekolah masing-masing. Sekolah perlu melakukan refleksi dan evaluasi secara berkala
untuk memastikan bahwa implementasi kurikulum merdeka berjalan dengan efektif dan
berdampak positif bagi peserta didik

Anda mungkin juga menyukai