Anda di halaman 1dari 9

1.

Shaum (Puasa)

Puasa dalam bahasa Arab “Ash-shaum” yang berarti Imsak atau menahan diri, sedangkan
menurut istilahnya syara’ adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa mulai dari terbit
fajar sampai terbenam matahari dengan niat tertentu.

Orang yang sedang berpuasa tidak hanya dituntut untuk menahan diri dari perkara-perkara
yang membatalkan, tetapi juga dituntut untuk tidak melakukan hal-hal yang bisa merusak nilai
(pahala) dan ibadah puasanya, seperi perkataan dusta, keji, amarah, bertengkar dan perbuatam maksiat
lainnya. Tentang hal ini Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Bukanlah shaum itu
hanya menahan diri dari makan dan minum saja, tapi shaum juga menahan diri dari kesia-sian dan
sikap keji, maka jika seseorang mencacimu atau bertindak bodoh kepadamu, katakanlah, aku sedang
sahum, aku sedang shaum.” (HR. Al-Hakim).

Dalam hadits lain dikatakan:

‫َو الِّص َياُم ُج َّنٌة َفِإَذ ا َك اَن َيْو ُم َصْو ِم َأَح ِد ُك ْم َفَال َيْر ُفْث َو َال َيْس َخ ْب َفِإْن َس اَّبُه َأَح ٌد َأْو َقاَتَل ُه‬
‫َفْلَيُقْل ِإِّنْي اْم ُر ٌؤ َص اِئٌم‬
Artinya:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasannya Rasulillah SAW bersabda: “Puasa itu benteng,
maka janganlah berkata keji dan jangan berbodoh diri. Jika seseorang menentang atau memakinya
maka hendaklah ia berkata: “Sesungguhnya saya sedang berpuasa”

Orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan. Pertama kebahagiaan ketika
berbuka puasa, yaitu dengan menyempurnakan puasa yang telah Allah Ta’ala anugerahkan kepadanya
dan menguatkannya dengan mengkonsumsi yang halal berupa makanan dan minuman. Yang kedua
adalah berbahagia ketika berjumpa dengan Rabbnya dengan memiliki simpanan pahala puasa.

Dari Abu Huarairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda


yang artinya:

“Bagi orang yang berpuasa itu ada dua kebahagiaan/kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika berbuka
dan kegembiraaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang puasa lebih
wangi disisi Allah daripada wangi misk” (HR. Muslim).

Dalam hadits lain Rasululllah saw bersabda:


‫َم ْن َص اَم َر َم َض اَن ِإيَم اًنا َو اْح ِتَس اًبا ُغ ِفَر َلُه َم ا َتَقَّد َم ِم ْن َذْنِبِه‬
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah
maka dosanya di masa lalu pasti diampuni.”

Pengampunan dosa di sini bisa diperoleh jika seseorang menjaga diri dari batasan-batasan Allah dan
hal-hal yang semestinya dijaga.

Mengenai keutamaan puasa, Rasulullah SAW bersabda:


Setiap amal anak Adam kebaikannya dilipatgandakan menjadi 10 sampai 700 kali lipat. Allah Ta’ala
berfirman: “Kecuali puasa, sesungguhnya ia adalah (khusus) bagi-Ku dan Aku yang akan
memberikan pahalanya, ia (orang yang berpuasa) meninggalkan syahwatnya dan makanannya
karena Aku.” (Lafazh hadits dari Imam Muslim)
Dari Abu Umamah, berkata:” Ya, Rasulullah, beritahukan kepadaku amalan yang akan
mengantarkanku masuk surga. Beliau menjawab: Engkau wajib berpuasa, sesungguhnya puasa tidak
ada tandingannya, atau beliau bersabda, tidak ada semisalnya.”
Dari Abu Said Al-Khudri secara marfu’:
Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah kecuali karenanya Allah akan menjauhkan
wajahnya dari neraka sejauh 70 tahun perjalanan. (HR. Al-Bukhari)
Berkaitan dengan amaliah ini, seseorang hendaklah memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Melaksanakan puasa dengan sungguh-sungguh, didasari iman dan mengharap pahala Allah
semata
RasulullahSAW bersabda:
Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan karena keimanannya dan karena mengharap
ridha Allah, maka dosa-dosa sebelumnya diampuni. (HR Bukhari Muslim dan Abu Dawud),

2. Tidak meninggalkan puasa tanpa sebab-sebab yang dibenarkan

Puasa Ramadhan merupakan ibadah yang mesti ditunaikan, tanpa uzur syar’i (halangan yang
bisa dibenarkan menurut syari’at), maka seorang muslim tidak boleh meninggalkan puasa. Ini
merupakan dosa yang sangat besar sehingga tidak bisa ditebus meskipun seseorang berpuasa
sepanjang masa.

3. Melaksanakan puasa sesuai aturan yang telah ditetapkan

Ibadah puasa merupakan ibadah yang harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang harus
dipatuhi, meliputi: syarat sah puasa, rukun puasa, pembatal-pembatal puasa dan lain-lain.

4. Menjaga puasanya dari perkara-perkara yang dapat membatalkan atau merusak pahalanya

Puasa merupakan pendidikan untuk menahan diri dari hal-hal yang tidak benar, bila hal itu tidak
bisa ditinggalkan, maka tidak ada nilai atau paling tidak berkurang nilai ibadah seseorang
Rasulullah SAW bersabda:
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: Barangsiapa yang tidak
meninggalkan perkataan bohong dan suka mengerjakannya, maka Allah tidak memandang
perlu orang itu meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Al-Khamsah).
5. Melakukan hal-hal yang dianjurkan seperti: bersegera berbuka, mengakhirkan waktu sahur, dan
lain-lain.

2. Qiyamu Ramadhan/Shalat Tarawih

Ibadah sunnah yang khas di bulan Ramadhan adalah shalat Tarawih (Qiyamu Ramadhan).
Shalat Tarawih merupakan salah satu amal ibadah yang Allah syari’atkan bagi para hamba-Nya di
bulan suci Ramadhan. Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: “Yang dimaksud dengan qiyamu
Ramadhan adalah shalat Tarawih, dan para ulama telah bersepakat bahwa shalat Tarawih itu
hukumnya mustahab (sunnah/dianjurkan).

Adapun keutamaan dari shalat tarawih adalah Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa yang
telah lalu bagi siapa saja yang melakukan shalat Tarawih dengan penuh keimanan dan mengharapkan
pahala serta ridha Allah semata. Bukan karena riya’ dan sum’ah (ingin dilihat dan didengar amal
kebakannya oleh orang lain).

Hal ini berdasarkan hadits Shoheh berikut ini:

‫َم ْن َقاَم َر َم َض اَن ِإيَم اًنا َو اْح ِتَس اًبا ُغ ِفَر َلُه َم ا َتَقَّد َم ِم ْن َذْنِبِه‬
“Barangsiapa yang qiyamu Ramadhan (shalat Tarawikh) karena iman dan mengharap pahala (ridha
Allah), maka diampuni dosa-sosa yang terdahulu (HR. Bukhari).

Dalam hadits Rasulullah SAW juga dikatakan:

‫ِإَّنُه َم ْن َقاَم َم َع اِإلَم اِم َح َّتى َيْنَص ِر َف ُك ِتَب َلُه ِقَياُم َلْيَلًة‬
“Sesungguhnya barangsiapa yang shalat (Tarawih) bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis
untuknya pahala qiyamul lail satu malam penuh.” (HR. An-Nasai, At- Tirmidzi, Ibnu Majah).

Tarawih secara bahasa artinya istirahat atau santai (tidak tergesa-gesa). Namun seringkali
kita menyaksikan begitu banyak dari sebagian kaum Muslimin yang melaksankan shalat Tarawih
justru dengan tergesa-gesa, bahkan sampai mengabaikan thuma’ninah dan ketartilan membaca bacaan-
bacaan shalat, termasuk surat Al-Fatihah yang merupakan rukun shalat.

Oleh karenanya mari kita laksankan shalat Tarawih dengan benar, dengan memeperhatikan
syarat dan rukunnya agar shalat kita sempurna dan tidak sia-sia.
3. Tadarus Al-Qur’an

Bulan Ramadhan adalah bulan Al Qur’an. Semestinya di bulan Al Qur’an ini umat Islam
mengencangkan ikat pinggang dan menancap gas untuk lebih bersemangat membaca serta
merenungkan isi Al Qur’an Al karim. Ya, perenungan isi Al Qur’an hendaknya mendapat porsi yang
besar dari aktivitas umat muslim di bulan suci ini. Mengingat hanya dengan inilah umat Islam dapat
mengembalikan peran al Qu’ran sebagai pedoman hidup dan panduan menuju jalan yang benar.
Sebagaimana firman Allah:

‫َش ْهُر َر َم َض اَن اَّلِذ ي ُأْن ِزَل ِفيِه اْلُقْر َآُن ُهًدى ِللَّناِس َو َبِّيَناٍت ِم َن اْل ُهَدى َو اْلُفْر َقاِن‬
“Bulam Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)” .
(Q.S al-Baqoroh: 185)
Syaikh Muhammad Ibn Shalih Al-‘Utsaimin Rahimahullaahu berkata, “Mengkhatamkan Al
Qur’an pada bulan Ramadhan bagi orang yang sedang berpuasa bukan suatu hal yang wajib. Namun
pada bulan Ramadhan, semestinya kaum Muslimin lebih memperbanyak membaca Al Qur’an,
sebagaimana sunnah Rasulullah.

Rasulullah Shallallaahu’alaihi wa Salllam didatangi oleh malaikat Jibril pada setiap


Ramadhan untuk mendengarkan bacaan beliau.” (Majmu’ Fatawa wa Rasaa-il, Syaikh Muhammad Ibn
Shalih Al-‘Utsaimin, 20/184)

Dari Ibnu “Abbas RA. menuturkan, “Adalah Jibril As. Menemui Rasulullah SAW setiap
malam di bulan Ramadhan kemudian beliau bertadarus Al Qur’an bersamanya.” (HR. Bukhari I/30
dan Muslim No 2307).

Dalam hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallâhu ‘anhumâ, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
‫الِّص َياُم َو اْلُق ْر آُن َيْش َفَعاِن ِلْلَعْب ِد َي ْو َم اْلِقَياَم ِة َيُق وُل الِّص َياُم َأْي َرِّب َم َنْع ُت ُه الَّطَع اَم‬
‫ َق اَل‬.‫ َو َيُقوُل اْلُقْر آُن َم َنْع ُتُه الَّنْو َم ِبالَّلْيِل َفَش ِّفْع ِنْي ِفيِه‬.‫َو الَّش َهَو اِت ِبالَّنَهاِر َفَش ِّفْع ِنْي ِفيِه‬
. ‫َفُيَش َّفَعاِن‬
“Puasa dan Al-Qur`an akan memberi syafa’at untuk seorang hamba pada hari kiamat. Puasa
berkata, ‘Wahai Rabb-ku, saya telah melarangnya terhadap makanan dan syahwat pada siang hari,
maka izinkanlah saya untuk memberi syafa’at baginya.’ Al-Qur`an berkata, ‘Saya telah
menghalanginya dari tidur malam, maka izinkanlah saya untuk memberi syafa’at baginya.’ (Beliau)
bersabda, ‘Maka, keduanya mendapat izin untuk mensyafa’ati (hamba) tersebut.’.” (HR. Ahmad,
Muhammad bin Nash Al-Marwazy, Al-Hâkim, dan selainnya. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albany
dalam Tamâmul Minnah hal. 394-395)
4. Sholat Idul Fitri

Sholat Idul Fitri merupakan sunnah muakkad yang dilaksanakan pada hari 1 Syawal
1445 H/2024 M. Sholat tersebut terdiri dari dua rakaat yang dilaksanakan secara
berjamaah, diikuti dengan khutbah.

Jika ada umat Muslim yang tidak bisa hadir, mereka bisa melaksanakan shalat Idul
Fitri secara mandiri di rumah (munfarid), daripada tidak melakukannya sama sekali.
Menurut laman NU Online, sholat Idul Fitri sudah menjadi tradisi yang terus
diwariskan secara mutawatir oleh umat Islam dari masa ke masa.

‫وصالة العيد ركعتان لقول عمر رضى هللا عنه صالة االضحى ركعتان وصالة الفطر ركعتان وصالة السفر رك‬
‫عتان وصالة الجمعة ركعتان تمام غير قصر على لسان نبيكم صلي هللا عليه وسلم وقد خاب من افترى‬

Artinya, "Sholat Id terdiri atas dua rakaat berdasarkan perkataan Sayyidina Umar RA,
'Shalat Idul Adha dua rakaat. Sholat Idul Fitri dua rakaat. Sholat safar dua rakaat.
Shalat Jumat dua rakaat, sempurna tanpa qashar (yang disampaikan) melalui lisan
Nabimu SAW. Sungguh, sia-sialah orang yang mengada-ada,'" (Lihat Imam An-
Nawawi, Al-Majmu' Syarhul Muhadzdzab, [Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah: 2010
M], juz V, halaman 18)

Niat Sholat Idul Fitri untuk Makmum dan Imam

Berikut ini niat Sholat Idul Fitri untuk makmum dan imam lengkap dengan artinya:

Niat Sholat Idul Fitri untuk Imam

Berikut ini lafal niat Sholat yang dibaca oleh imam saat hendak Sholat Idul Fitri.

‫ُاَص ِّلى ُس َّن ًة ِلِعْيِد الِفْط ِر َر ْك َع َت ْي ِن ُمْس َت ْق ِبَل اْلِقْب َلِة َأَد اًء ِإَم اًما ِهلل َت َع اَلى‬
Ushalli sunnatan li Idil Fitri rak'atayni mustaqbilal qiblati adā'an imāman lillāhi ta'ālā.

Artinya, "Aku menyengaja sembahyang sunnah Idul Fitri dua rakaat dengan
menghadap kiblat, tunai sebagai imam karena Allah SWT."

Niat Sholat Idul Fitri Makmum

Berikut lafal niat yang dibaca makmum ketika hendak Sholat Idul Fitri.

‫ُاَص ِّلى ُس َّن ًة ِلِعْيِد الِفْط ِر َر ْك َع َت ْي ِن ُمْس َت ْق ِبَل اْلِقْب َلِة َأَد اًء َم ْأُمْو ًما ِهلِل َت َع اَلى‬

Ushalli sunnatan li Idil Fitri rak'atayni mustaqbilal qiblati adā'an ma'mūman lillāhi
ta'ālā.

Artinya, "Aku menyengaja sembahyang sunnah Idul Fitri dua rakaat dengan
menghadap kiblat, tunai sebagai makmum karena Allah SWT."

Niat Sholat Idul Fitri Sendiri

Berikut lafal niat yang dibaca ketika ingin melakukan shalat Idul Fitri sendiri:

‫ُاَص ِّلى ُس َّن ًة ِلِعْيِد الِفْط ِر َر ْك َع َت ْي ِن ُمْس َت ْق ِبَل اْلِقْب َلِة َأَد اًء ِهلل َت َع اَلى‬

Ushalli sunnatan li Idil Fitri rak'atayni mustaqbilal qiblati adā'an lillāhi ta'ālā.

Artinya, "Aku menyengaja sembahyang sunnah Idul Fitri dua rakaat dengan
menghadap kiblat karena Allah SWT."

Hukum Sholat Idul Fitri

Hukum sholat Id adalah sunnah muakkadah (sangat dianjurkan). Sejak disyariatkan


pada tahun kedua hijriah, Rasulullah tidak meninggalkannya hingga beliau wafat,
kemudian ritual serupa dilanjutkan para sahabat beliau.

Secara global syarat dan rukun shalat Id tidak berbeda dari shalat fardhu lima waktu,
termasuk soal hal-hal yang membatalkan. Tapi, ada beberapa aktivitas teknis yang
agak berbeda dari shalat pada umumnya. Aktivitas teknis tersebut berstatus sunnah.

Maka ketika memasuki Hari Raya Idul Fitri, seluruh umat Islam yang tidak ada uzur
dianjurkan untuk keluar rumah. Anjuran ini juga berlaku bagi perempuan haid yang
dianjurkan turut mengambil keberkahan momen tersebut dan merayakan kebaikan
bersama kaum muslim lain, meski dilarang untuk shalat.

Hukum shalat Id berlaku untuk semua muslim dan muslimah baik yang modis
maupun yang sederhana. Demikian diterangkan dengan jelas dalam kitab "Fathul
Qarib".
‫وصالة العيدين سنة مؤكدة وتشرع جماعة ولمنفرد ومسافر وحر وعبد وحنثى وامرأة الجميلة والذات هيئة‬

Tata Cara Sholat Idul Fitri

1. Diawali dengan Niat

Shalat Id didahului niat yang jika dilafalkan akan berbunyi "ushallî sunnatan li 'îdil
fithri rak'ataini". Ditambah "imâman" kalau menjadi imam, dan "ma'mûman" kalau
menjadi makmum.

‫ِإَم اًما) ِهّٰلِل َت َع ــاَلى‬/‫ُأَص ِّلي ُس َّن ًة لِعْيِد ْالِفْط ِر َر ْك َع َت ْي ِن (َم ْأُمْو ًما‬

Artinya: Aku berniat Shalat sunnah Idul Fitri dua rakaat (menjadi makmum/imam)
karena Allah ta'ala.

Hukum pelafalan niat ini sunah. Yang wajib adalah ada maksud secara sadar dan
sengaja dalam batin bahwa seseorang akan menunaikan Shalat sunah Idul Fitri.
Sebelumnya Shalat dimulai tanpa azan dan iqamah (karena tidak disunahkan),
melainkan cukup dengan menyeru "ash-shalâtu jâmi'ah".

2. Takbiratul Ihram

Hal ini sebagaimana shalat biasa. Setelah membaca doa iftitah, disunnahkan takbir
lagi hingga 7 kali untuk rakaat pertama. Di sela-sela tiap takbir itu dianjurkan
membaca:

‫ َو ُسْب َح اَن ِهللا ُبْك َر ًة َو َأِص ياًل‬،‫ َو اْلَح ْم ُد ِهّٰلِل َك ِثيًر ا‬،‫ُهللا َأْك َب ُر َك ِبيًر ا‬

Artinya: Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan
pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang.

Atau boleh juga membaca:

‫ُسْب َح اَن ِهللا َو اْلَح ْم ُد ِهّٰلِل َو َال ِإٰل َه ِإَّال ُهللا َو ُهللا َأْك َب ُر‬

Artinya: Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, Allah maha
besar.

3. Membaca Surat Al-Fatihah dan Al-A'la

Setelah melaksanakan rukun ini, dianjurkan membaca surat al-A'lâ. Berlanjut ke


ruku', sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti
shalat biasa.
4. Takbir 5 Kali

Dalam posisi berdiri kembali pada rakaat kedua, takbir lagi sebanyak 5 kali seraya
mengangkat tangan dan melafalkan "allâhu akbar'' seperti sebelumnya. Di antara
takbir-takbir itu, lafalkan kembali bacaan sebagaimana dijelaskan pada poin kedua.
Kemudian baca surat Al-Fatihah, lalu surat Al-Ghâsyiyah. Berlanjut ke ruku', sujud,
dan seterusnya hingga salam. Sekali lagi, hukum takbir tambahan (5 kali pada pada
rakaat kedua atau 7 kali pada rakaat pertama) ini sunnah sehingga apabila terjadi
kelupaan mengerjakannya, tidak sampai menggugurkan keabsahan shalat Id.

5. Mendengarkan Khutbah

Setelah salam, jemaah tak disarankan buru-buru pulang, melainkan mendengarkan


khutbah Idul Fitri terlebih dahulu hingga rampung. Kecuali bila shalat Id ditunaikan
tidak secara berjamaah.

Hadits Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah mengungkapkan:

‫السنة أن يخطب اإلمام في العيدين خطبتين يفصل بينهما بجلوس‬

Artinya: Sunnah seorang Imam berkhutbah dua kali pada shalat hari raya (Idul Fitri
dan Idul Adha), dan memisahkan kedua khutbah dengan duduk. (HR. Asy-Syafi'i)
AMALIAH RAMADHAN
SMP NEGERI 10 MIMIKA

DI SUSUN OLEH :
Nama :
1. LAODE LASFIANTO

TAHUN 2023 / 2024

Anda mungkin juga menyukai