Anda di halaman 1dari 9

KEWAJIBAN

A. Pengertian
Pengertian Menurut FASB (SFAC No. 6, Prg. 35) : Kewajiban adalah
pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang timbul dari
keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer aset atau menyediakan
atau menyerahkan jasa kepada kesatuan lain dimasa datang sebagai akibat transaksi
atau kejadian masa lalu.

Menurut IASC : Liabilitas adalah kewajiban kini dari perusahaan yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaian yang diharapkan dapat menghasilkan arus keluar
dari sumber daya peusahaan dalam mewujudkan manfaat ekonomi.

Menurut AASB (SAC No. 4) : Kewajiban adalah pengorbanan masa depan atas
potensi jasa atau manfaat ekonomi masa depan bahwa entitas saat ini wajib kepada
entitas lain sebagai akibat transaksi masa lalu atau peristiwa masa lalu lainnya.

Menurut APB : Kewajiban adalah kewajiban ekonomi perusahaan yang diakui dan
diukur sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kewajiban juga
mencakup kredit tangguhan tertentu yang tidak kewajiban tapi yang diakui dan diukur
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Menurut IFRS (PSAK 57) : Liabilitas adalah kewajiban kini dari perusahaan yang
timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaian yang diharapkan dapat menghasilkan
arus keluar dari sumber daya peusahaan dalam mewujudkan manfaat ekonomi.

B. Karakteristik Utama Kewajiban


1. Pengorbanan Manfaat Ekonomik
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus memuat suatu tugas
atau tanggung jawab kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk
melunasi, menunaikan atau melaksanakan dengan cara mengorbankan manfaat
ekonomik yang cukup pasti dimasa datang. Pengorbanan manfaat ekonomik
diwujudkan dalam bentuk transfer atau penggunaan aset kesatuan usaha.
Transfer manfaat ekonomik kepada pemilik (pemegang saham) tidak termasuk dalam
pengertian pengorbanan sumber ekonomik masa datang yang membentuk kewajiban
karena untuk menjadi kewajiban pengorbanan tersebut harus bersifat memaksa dan
bukan atas dasarkebijakan atau keleluasaan manajemen untuk memutuskan baik
dalam hal jumlah rupiah maupun dalam saat transfer.

Secara umum, keharusan mengorbankan sumber ekonomik masa datang tidak dapat
menjadi kewajiban kalau keharusan tersebut bersifat terbuka atau tidak pasti.
Kesatuan usaha tidak mempunyai keharusan untuk mentransfer aset ke pemilik
kecuali dalam hal kesatuan usaha dilikuidasi. Walaupun secara konseptual ekuitas
juga merupakan kewajiban bagi perusahaan, pengorbanan sumber ekonomiknya tidak
cukup pasti baik dalam jumlah maupun saat sehingga kewajiban harus dibedakan dan
dilaporkan secara terpisah dengan ekuitas.

2. Keharusan Sekarang
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan ekonomik masa
datang harus timbul akibat keharusan sekarang. Pengertian “sekarang” dalam hal ini
mengacu pada 2 hal: waktu dan adanya. Waktu yang dimaksud adalah tanggal
pelaporan (neraca). Artinya : pada tanggal neraca kalau perlu atau kalau dipaksakan
secara yuridis, etis, atau rasional pengorbanan sumber ekonomik harus dipenuhi
karena keharusan itu telah ada. Keharusan kewajiban mencakupi keharusan
kontraktual, keharusan konstruktif atau bentukan, keharusan demi keadilan dan
keharusan bergantung atau bersyarat.
a. Keharusan Kontraktual
Keharusan yang timbul akibat perjanjian atau peraturan hukum yang di dalam nya
kewajiban bagi suatu kesatuan usaha di nyatakan secara eksplit atau implicit dan
mengikat. Contoh : utang pajak, utang bunga, utang usaha, utang wesel, dan utang
obligasi.
b. Keharusan Konstruktif
Keharusan yang timbul akibat kebijakan kesatuan usaha dalam rangka
menjalankan dan memajukan usahanya untuk memenuhi apa yang disebut praktik
usaha yang baik atau etika bisnis dan bukan untuk memenuhi kewajiban yuridis.
Contoh : servis gratis sepeda motor yang dijanjikan oleh dealer sepeda motor,
pengembalian uang untuk barang yang ternyata cacat atau rusak, dan tunjangan
hari raya
c. Keharusan Demi Keadilan
Keharusan yang ada sekarang yang menimbulkan kewajiban bagi perusahaan
semata-mata karena panggilan etis atau moral karena peraturan hukum atau
praktik bisnis yang sehat. Contoh : kewajiban memberikan donasi untuk badan
amal tiap akhir tahun dan kewajiban member hadiah kepada penduduk yang
tinggal di sekitar pabrik karena ketidaknyamanan yang ditimbulkannya.
d. Keharusan Bergantung atau bersyarat
Keharusan yang pemenuhannya tidak pasti karena bergantung pada kejadian masa
datang atau terpenuhinya syarat – syarat tertentu dimana datang.

3. Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu


Sama seperti definisi aset, kriteria ini sebenarnya menyempurkan kriteria
keharusan sekarang dan sekaligus sebagai tes pertama pengakuan suatu pos sebagai
kewajiban tetapi tidak cukup untuk mengakui secara resmi dalam system pembukuan.
Untuk mengakui sebagai kewajiban, selain definisi, kriteria yang lain seperti
keterukuran, keberpautan, dan keterandalan juga harus dipenuhi. Transaksi atau
kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi tetapi bukan kriteria untuk
pengakuan. Jadi, adanya pengorbanan manfaat ekonomik masa datang tidak cukup
untuk mengakui suatu objek ke dalam kewajiban kesatuan usaha untuk dilaporkan via
statemen keuangan.

C. Karakteristik Pendukung (Tidak membatalkan objek sebagai kewajiban)


FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung selain karakteristik yang
tersebut di atas, yaitu:
1. Keharusan membayar kas Pelunasan kewajiban pada umumnya dilakukan dengan
pembayaran kas. Keharusan membayar kas pada waktu dan jumlah rupiah
tertentu di masa datang merupakan petunjuk yang kuat atau jelas mengenai
adanya kewajiban. Akan tetapi, untuk menjadi kewajiban, penyerahan aset ( kas )
bukan satu – satunya kriteria tetapi meliputi pula penyerahan jasa. Esensi
kewajiban lebih terletak pada pengorbanan manfaat ekonomik masa datang dari
pada terjadinya pengeluaran kas.
2. Identitas terbayar jelas Jika identitas terbayar sudah jelas, maka hal tersebut
hanya sekedar menguatkan bahwa kewajiban memang ada tetapi untuk menjadi
kewajiban identitas terbayar tidak harus dapat ditentukan pada saat keharusan
terjadi. Jadi yang penting adalah bahwa keharusan sekarang pengorbanan sumber
ekonomik di masa datang telah ada dan bukan siapa yang harus dilunasi atau
dibayar.

3. Berkekuatan hukum Memang ada pada umumnya, keharusan suatu entitas untuk
mengorbankan manfaat ekonomik timbul akibat klaims yuridis yang mempunyai
kekuatan memaksa. Definisi kewajiban sebenarnya merupakan bayangan cermin
aset

D. Pengakuan, Pengukuran, Penilaian, dan Pengungkapan


1. Pengukuran
Pengakuan dilakukan setelah suatu kewajiban terukur dengan cukup pasti.
Penentuan kos kewajiban pada saat terjadi paralel dengan pengukuran asset.
Terjadinya kewajiban pada umumnya disertai dengan pemerolehan asset atau
timbulmnya biaya. Pemerolehan asset dapat berupa penguasaan barang dagangannya
atau asset nonmoneter lainnya yang terjadi dari transaksi pembelian. Pemerolehan
asset dapat juga berupa kas yang terjadi dari transaksi peminjaman (penerbitan
obligasi) atau penerimaan uang muka untuk barang atau jasa. Oleh karena itu
pengukur yang paling objektif untuk menentuka kos kewajiban pada saat terjadinya
adalah penghargaan sepakatan (meansured considerations) dalam transaksi- transaksi
tersebut dan bukan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik masa datang. Hal ini
berlaku khususnya untuk kewajiban jangka panjang.

Untuk kewajiban jangka pendek, kos penundaan dianggap tidak cukup material
sehingga jumlah rupiah kewajiban yang diakui akan sama denga jumlah rupiah
pengorbanan sumber ekonimik (kas) masa datang. Dengan kata lain, untuk kewajiban
jangka pendek, kos pendanaan (financing cost) atau kos penundaan (bunga sebagai
nilai waktu uang) dianggap material.

Penghargaan sepakatan suatu kewajiban merefleksi nilai setara tunai atau nilai
sekarang (current value) kewajiban yaitu jumlah rupiah pengorbanan sumber
ekonomik seandainya kewajiban dilunasi pada saat terjadinya. Dengan demikian,
bisnis pencatatan kewajiban adalah nilai setara tunai bukan nilai nominal utang

2. Pengakuan
Pada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat
transaksi yang sebelumnya telah terjadi. Mengikatnya suatu keharusan harus
dievaluasi atas dasar kaidah pengakuan (recognition rules). kriteria pengakuan lebih
berkaitan dengan pedoman umum dalam rangka memenuhi karakteristik kualitatif
informasi sehingga elemen statemen keuangan hanya dapat diakui bila kriteria definisi,
keberpautan, keterandalan, dan keterukuran dipenuhi. Kriteria umum ini tidak
operasional sehingga diperlukan kaidah pengakuan sebagai penjabaran teknis kriteria
pengakuan umum. Dalam hal kewajiban, kaidah pengakuan berkaitan dengan saat
atau apa yang menandai bahwa kewajiban dapan diakui (dibukukan).

E. Kriteria pengakuan kewajiban:


1. Ketersediaan dasar hukum
Kaidah ini terkait dengan kualitas keterandalan dan keberpautan informasi. Faktur
pembelian (invoice) dan tanda penerimaan barang (receiving report) merupakan dasar
hukum yang cukup meyakinkan untuk mengakui kewajiban. Telah disebutkan bahwa
ketersediaan dasar hukum yang menimbulkan daya paksa hanya merupakan
karateristik pendukung definisi kewajiban. Jadi, kaidah ini tidak mutlak sehingga
kewajiban juga dapat diakui bila terdapat bukti substantif adanya keharusan
konstruktif atau demi keadilan.
2. Keterterapan konsep dasar
Kaidah ini merupakan penjabaran teknis kriteria keterandalan. Keadaan-keadaan
tertentu yang menjadikan konsep konservatisma terterapkan dapat memicu pengakuan
kewajiban. Implikasi dianutnya konsep konservatisma adalah rugi dapat segera diakui
tetapi tidak demikian dengan untung. Ini berarti kewajiban dapat diakui segera
sedangkan aset tidak.
3. Ketertentuan substansi ekonomik transaksi
Kaidah ini berkaitan dengan masalah relevansi informasi. Utang sewaguna (lease
obligations) dapat diakui pada saat transaksi meskipun tidak ada transfer hak milik
dalam transaksi sewaguna tersebut. Dalam hal ini, kewajiban dapat atau bahkan harus
diakui kalau secara substantif sewaguna tersebut sebenarnya adalah pembelian
angsuran (yaitu memenuhi salah satu kriteria kapitalisasi).
4. Keterukuran nilai kewajiban
Keterukuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai kualitas keterandalan
informasi. Definisi kewajiban mengandung kata cukup pasti (probable) yang mengacu
tidak hanya pada terjadinya pengorbanan sumber ekonomik masa datang tetapi juga
pada jumlah rupiahnya.

F. Kaidah Pengakuan Kewajiban


a. Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban telah
mengikat. Dalam hal kontrak eksekutori, pengakuan menunggu sampai salah
satu pihak memanfaatkan/ menguasai manfaat yang diperjanjikan atau
memenuhi kewajibannya (to perform).
b. Bersamaan dengan pengakuan biaya bila barang dan jasa yang menjadi biaya
belum dicatat sebagai aset sebelumnya.
c. Bersamaan dengan pengakuan aset. Kewajiban timbul ketika hak untuk
menggunakan barang dan jasa diperoleh.
d. Pada akhirnya periode karena penggunaan asas akrual melalui proses
penyesuaian. Pengakuan ini menimbulkan pos utang atau kewajiban akrual
(accrued liabilities).

G. Kriteria Pengakuan Kewajiban Bergantung


a. Aset cukup pasti turun nilainya
b. Kewajiban cukup pasti timbul
c. Kejadian yang menjadikan kewajiban bergantung cukup pasti terjadi
d. Jumlah keharusan dapat diestimasikan dengan cukup layak

H. Penilaian
Jika pengukuran mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada saat
terjadinya, penilaian mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada setiap
saat terjadinya kewajiban sampai dilunasinya kewajiban. Makin mendekati saat jatuh
tempo, nilai kewajiban akan makin mendekati nilai nominal.
Jadi, penilaian kewajiban pada saat tertentu adalah penentuan jumlah rupiah yang
harus dikorbankan seandainya pada saat tersebut kewajiban harus dilunasi.

1. Atribut Penilaian Menurut FASB


A. Nilai pasar sekarang (current market value)
B. Nilai pelunasan neto (net settlement value)
C. Nilai diskunan aliran kas masa datang (discounted value of future cash flows)

Basis (atribut) Penilaian Keterangan Contoh Pos Yang Berpaut


Harga pasar sekarang Berbagai kewajiban yang Kewajiban penerbit opsi
melibatkan komoditas dan sebelum jangka opsi habis
surat- surat berharga dan beberapa kewajiban
pedagang efek.
Nilai pelunasan neto Berbagai kewajiban yang Utang usaha, utang garansi,
melibatkan jumlah rupiah dan utang wesel jangka
yang cukup pasti tetap pendek.
waktu pelunasannya tidak
cukup pasti.
Nilai diskunan aliran kas Kewajiban moneter jangka Utang obligasi, dan utang
masa datang panjang jumlah rupiah wesel jangka panjang.
maupun saat pembayaran
cukup pasti.

2. Penilaian Dalam Tahap Penelusuran


Penilaian kewajiban setiap saat dalam periode dari saat pengakuan sampai
pelunasan. Penentuan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik (keharusan sekarang)
setiap saat seandainya pada saat tersebut kewajiban harus dilunasi. Penentuan niali
pelunasan sekarang (NPS)

I. Pelunasan
Pelunasan adalah tindakan atau upaya yang sengaja dilakukan oleh kesatuan
usaha sehingga bebas dari kewajiban tersebut. Pelunasan biasanya pemenuhan secara
langsung kepada pihak yang berpiutang. Pelunasan menjadikan kewajiban tersebut
hapus, tiada atau lenyap secara langsung. Beberapa kewajiban menjadi batal atau
kesatuan usaha menjadi bebas dari kewajiban lantaran penghapusan
seluruhnya/sebagian, kompromi, penimbulan/pengakuan kewajiban baru/pengganti,
pengambilalihan kewajiban oleh pihak lain atau restrukturisasi utang. FASB
menentukan kriteria lenyapnya suatu kewajiban sebagai berikut:
a. Debitor membayar/melunasi kreditor dan bebas dari semua keharusan yang
berkaitan dengan utang.
b. Debitor telah dibebaskan secara hukum dari statusnya sebagai
penanggung utang baik keputusan pengadilan maupun oleh kreditor dan
dapat dipastikan bahwa debitor tidak akan diharuskan melakukan
pembayaran di masa datang yang berkaitan dengan utang.
c. Debitor menaruh kas atau aset lainnya yang tidak dapat ditarik kembali
dalam suatu perwakilan yang semata-mata digunakan untuk pelunasan
pembayaran bunga serta pokok suatu pinjaman tertentu dan sangat kecil
kemungkinan bagi debitor untuk diharuskan lagi melakukan pembayaran
di masa datang yang berkaitan dengan pinjaman tersebut.

J. Kriteria pelenyapan kewajiban menurut SFAS No. 76, prg. 3:


A. Transfer aset (finansial atau nonfinansial) sebagai pemenuhan tugas
(duty) atau keharusan
b. Dibebaskan secara yuridis
c. Pengambilalihan oleh pihak lain (obligor lain)
d. Pembentukan dana pelunasan sampai titik pembebasan substantif

K. Penyajian Pengungkapan
Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan urutan
kelancarannya sejalan dengan aset. PSAK No. 1 menggariskan bahwa aset lancar
disajikan menurut urutan likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan
jatuh tempo. Ini berarti kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu daripada
kewajiban jangka panjang. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca untuk
mengevaluasi likuiditas perusahaan. PSAK No. 1 menentukan bahwa semua
kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai kewajiban jangka pendek
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Kriteria tersebut adalah
diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan,
atau jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.

1. Penyajian Kewajiban Lancar, dalam praktek, kewajiban lancar biasanya dicatat


dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada nilai penuh
jatuh temponya. Karena singkatnya priode waktu yang terlibat, yang sering kali
kurang dari satu tahun. Akun kewajiban lancar biasanya disajikan sebagai klasifikasi
pertama dalam kelompok kewajiban dan ekuitas pemegang saham di neraca. Dalam
kelompok kewajiban lancar akun-akun itu dapat dicantumkan menurut jatuh
temponya, dalam jumlah yang menurun, atau menurut prefensi likuiditasnya.

2. Penyajian hutang jangka panjang, perusahaan yang mempunyai banyak terbitan


hutang jangka panjang dalam jumlah besar seringkali hanya melaporkan satu akun
dalam neraca dan mendukungnya dengan komentar serta skedul dalam catatan yang
menyertainya. Pengungkapan catatan umumnya berisi dari kewajiban, tanggal jatuh
tempo, suku bunga, provisi penarikan, pembatasan yang dilakukan oleh kreditor, dan
aktiva yang disepakati atau digadaikan sebagai jaminan.

Anda mungkin juga menyukai