Anda di halaman 1dari 18

STATUS PASIEN

I.

IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Bangsa/Suku Agama Pekerjaan Alamat Masuk RS : Ny. S : Perempuan : 40 tahun : Indonesia / Jawa : Islam : Ibu rumah tangga : Gang Mawar No. 57 Jengki, Halim P. K : 11 Januari 2007

IDENTITAS SUAMI PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Bangsa/Suku Agama Pekerjaan Alamat : Tn P : Laki-laki : 40 tahun : Indonesia / Jawa : Islam : Pegawai : Sda

II.

ANAMNESIS Autoanamnesis pada tanggal 11 Januari 2007 A. Keluhan Utama Keluar darah dari lubang kemaluan sejak 3 jam SMRS B. Keluhan Tambahan Nyeri perut bagian bawah, sakit pinggang, lemas

C.

Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari lubang kemaluan sejak 3 jam SMRS. Darah yang keluar berwarna merah terang, jumlah banyak, mengalir terus menerus sehingga baju bagian bawah pasien basah karena darah. Darah bergelembung (-). Selain itu pasien juga melihat adanya gumpalan yang keluar dari lubang kemaluannya. Pasien juga merasa nyeri pada perut bagian bawah. Nyeri perut dirasakan seperti diremas remas,makin lama makin sakit, dirasakan tiap 3 menit sekali. Selain itu pasien juga merasa pinggangnya sakit yang dirasakan bersamaan dengan nyeri perut. Sakit pinggang tidak menjalar. Karena banyak darah yang keluar pasien merasa lemas. Demam (-), riwayat trauma (-). Pasien tidak habis berhubungan dengan suami sebelumnya. 2 minggu SMRS pasien mengeluh mendapat menstruasi namun tidak berhenti sampai saat ini, awalnya hanya keluar flek-flek berwarna kecoklatan, namun lama kelamaan menjadi merah, pasien mengaku sehari mengganti pembalut sebanyak 1-2 pembalut, tidak terlalu basah. Pasien pasien. mengetahui bahwa dirinya hamil. Usia kehamilan sekarang 6 minggu. Kejadian ini baru pertama kalinya dialami oleh

D.

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit jantung, hipertensi, DM, Asma disangkal oleh pasien.

E.

Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat penyakit jantung, hipertensi, DM, Asma disangkal oleh pasien.

F.

Riwayat Menstruasi Menarche Siklus Lamanya Banyaknya Dismenore Hari pertama haid terakhir : 14 tahun : 28 hari : 8 hari : 4x ganti pembalut / hari : (+) : 1 Desember 2006

G.

Status Pernikahan Status Perkawinan Umur : Menikah :1 : 16 tahun

H.

Riwayat Kehamilan Yang Lalu

1) Anak I 2) Anak II 3) Anak III

: Lahir tahun 1992, perempuan, hidup, ditolong oleh bidan : Lahir tahun 1994, laki-laki, hidup, ditolong oleh bidan Lahir tahun 2003, perempuan, hidup, ditolong oleh bidan

melalui persalinan normal melalui persalinan normal melalui persalinan normal I. Riwayat KB Pasien tidak menggunakan kontrasepsi J. Riwayat Operasi Tidak ada K. Riwayat Kebiasaan dan Psikososial Merokok (-), alkohol (-), narkotika (-), pemakaian obat-obatan (-), jamu (-) III. PEMERIKSAAN FISIK A. Status Generalis Keadaan Umum Kesadaran Tanda Vital Tensi Nadi Pernafasan Suhu Tinggi Badan Berat Badan : tampak sakit sedang : compos mentis : : 110/70 mmHg : 80 x / menit : 26 x / menit : 36 oC : 160 cm : 56 kg

Mata Thoraks Cor Pulmo Abdomen

: konjugtiva anemis -/-, sclera ikterik -/: bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-) : suara nafas vesikuler, rhonki (-), Wheezing (-) : perut buncit, nyeri tekan perut bawah (-), nyeri lepas (-), defans muskuler (-) bising usus (+)

Ekstremitas

: akral dingin, pucat

B.

Status Ginekologis Pemeriksaan Luar Abdomen Inspeksi Palpasi : perut buncit : nyeri tekan perut bawah (+), nyeri lepas (-) Defans muskuler (-), tinggi fundus uteri belum teraba Auskultasi Genitalia eksterna Vulva Uretra Genitalia Interna Vagina Pemeriksaan Dalam Tidak dilakukan pemeriksaan : tampak darah keluar dari vagina, gumpalan (+), bekuan darah (+) : bising usus (+) : : tidak hiperemis, oedem (-), darah (+), Tidak tampak kista : tidak hiperemis

IV.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tidak dilakukan pemeriksaan

V.

PEMERIKSAAN USG Gambaran kantong gestasi yang tidak utuh lagi didalam cavum uteri.

VI.

RESUME Pasien , 40 tahun, keluar darah dari lubang kemaluan 3 jam SMRS, merah terang, jumlah banyak, mengalir terus menerus,jumlah 250cc, gumpalan (+). Nyeri perut bagian bawah seperti diremas remas, makin lama makin sakit dan dirasakan setiap 3 menit sekali. Sakit pinggang bersamaan dengan nyeri perut. Sakit pinggang tidak menjalar, lemas (+). Demam (-), riwayat trauma (-).Pasien tidak habis berhubungan dengan suami sebelumnya. 2 minggu SMRS pasien mengeluh mendapat menstruasi namun tidak berhenti sampai saat ini, awalnya hanya keluar flek-flek berwarna kecoklatan, namun lama kelamaan menjadi merah, pasien mengaku sehari mengganti pembalut sebanyak 1-2 pembalut ( 60 cc) Pasien mengetahui bahwa dirinya hamil. Umur kehamilan sekarang 6 minggu. Kejadian ini baru pertama kalinya dialami oleh pasien. Dari Pemeriksaan didapatkan : Status Generalis : Keadaan Umum Kesadaran Tanda Vital Tensi Nadi Pernafasan Suhu Abdomen : tampak sakit sedang : compos mentis : : 110/70 mmHg : 80 x / menit : 26 x / menit : 36 oC : perut buncit, nyeri tekan perut bawah (+), nyeri lepas (-), defans muskuler (-) bising usus (+) Ekstremitas : akral dingan, pucat

Status Ginekologis Pemeriksaan Luar Abdomen Inspeksi Palpasi : perut buncit : nyeri tekan perut bawah (+), nyeri lepas (-) Defans muskuler (-) Auskultasi Genitalia eksterna Vulva Uretra Genitalia interna Vagina Pemeriksaan USG : Gambaran kantong gestasi yang tidak utuh lagi didalam cavum uteri. : tampak darah keluar dari vagina, gumpalan (+), bekuan darah (+) : bising usus (+) : : tidak hiperemis, oedem (-), darah (+), Tidak tampak kista : tidak hiperemis

VI.

DIAGNOSIS Abortus Inkompletus

VII.

PENATALAKSANAAN Pro Curettage

VIII.

PROGNOSIS Ibu : Bonam Janin : Malam

ANALISA KASUS

Pada anamnesis didapatkan pasien , 40 tahun, keluar darah dari lubang kemaluan 3 jam SMRS, merah terang, jumlah banyak, mengalir terus menerus,jumlah 250cc, gumpalan (+), bergelembung (-). Nyeri perut bagian bawah seperti diremas remas, makin lama makin sakit dan dirasakan setiap 3 menit sekali. Sakit pinggang bersamaan dengan nyeri perut. Sakit pinggang tidak menjalar, lemas (+). 2 minggu SMRS pasien mengeluh mendapat menstruasi namun tidak berhenti sampai saat ini, awalnya hanya keluar flek-flek berwarna kecoklatan, namun lama kelamaan menjadi merah, pasien mengaku sehari mengganti pembalut sebanyak 1-2 pembalut, tidak terlalu basah ( 60 cc). Pasien mengetahui bahwa dirinya hamil dengan umur kehamilan sekarang 6 minggu. Berdasarkan anamnesis terdapat perdarahan pervaginam pada kehamilan muda. Untuk itu perlu memikirkan diagnosis banding seperti mola hidatidosa, dimana dapat ditemukan gejala kehamilan muda yang berlebihan, dapat juga terjadi perdarahan pervaginam yang berulang dimana perdarahan yang terjadi cenderung berwarna coklat dan kadang bergelembung seperti busa. Pada pemeriksaan fisik mola ditemukan uterus membesar melebihi usia kehamilan yang sesuai, tidak teraba bagian janin dan tidak terdengar bunyi jantung janin. Pada pasien ini tidak didapatkan tandatanda seperti tersebut diatas sehingga diagnosa mola hidatidosa dapat disingkirkan. Selain itu perlu juga dipikirkan diagnosa banding kehamilan ektopik terganggu dimana pada anamnesa selain ada tanda-tanda kehamilan muda dapat juga terdapat perdarahan pervaginam yang disertai adanya nyeri perut kanan / kiri bawah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum dan tanda vital yang buruk, ada pula tanda akut abdomen. Pada pemeriksaan vaginal toucher didapatkan nyeri goyang portio. Pada pasien ini tidak ditemukan tanda- tanda tersebut (kecuali perdarahan pervaginam dan nyeri perut bawah), selain itu keadaan umum pasien juga baik, tanda vital dalam batas normal sehingga diagnosis kehamilan ektopik terganggu dapat disingkirkan. Selain itu nyeri perut dan nyeri pinggang yang dirasakan juga bersifat ritmis. kemungkinan pasien ini mengalami abortus. Abortus yang terjadi merupakan abortus spontan. Dalam hal ini perlu dipikirkan jenis abortusnya. Pada pasien ini ditemukan pardarahan pervaginam yang terus menerus dimana awalnya sedikit tetapi makin lama makin banyak, disertai juga pengeluaran seperti gumpalan, tidak ada demam. Kemungkinan jenis abortusnya dalah abortus inkompletus. Terjadinya abortus ini

kemungkinan dapat disebabkan karena umur ibu yang sudah 40 tahun dan sudah pernah melahirkan 3 kali sehingga keadaan lingkungan kavum uterus tidak dalam keadaan yang baik seperti sebelumnya. Hal ini menyebabkan persiapan uterus dalam menghadapi proses implantasi dan penyediaan nutrisi janin berikutnya kurang baik. Pada pemeriksaan fisik walaupun didapatkan perdarahan yang banyak dan terus menerus, tanda vital dalam batas normal , mungkin ibu masih dalam keadaan kompensasi, dan ibu juga cepat dibawa ke rumah sakit sehingga dapat cepat dilakukan penatalaksanaannya. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan pada perut bagian bawah, tetapi tidak ditemukan tanda-tanda adanya akut abdomen seperti nyeri perut dengan nyeri lepas dan defans muskuler yang dapat ada pada kehamilan ektopik terganggu. Pada pemeriksaan luar pada genitalia interna tampak darah keluar dari vagina, gumpalan (+), bekuan darah (+). Pada pemeriksaan USG didapatkan bentuk kantung gestasi yang sudah tidak utuh lagi di dalam cavum uteri. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan pasien ini mengalami abortus inkompletus. Penatalaksanaan pasien ini dilakukan curretage sesegera mungkin untuk mengeluarkan jaringan untuk menghindari komplikasi akibat abortus, perdarahan yang banyak dan munculnya infeksi. Prognosis pada pasien ini bonam karena pasien segera dibawa ke rumah sakit sehingga dapat segera dilakukan penanganan yang tepat dan hal yang mengancam jiwa ibu dapat dihindari. Tetapi prognosis janin adalah malam karena sudah tidak dapat dipertahankan lagi didalam cavum uteri.

DAFTAR PUSTAKA ABORTUS Pendahuluan Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan dinamakan abortus spontan. Abortus buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan. Abortus terapeutik adalah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik Frekuensi Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak dilaporkan, kecuali bila ada komplikasi; juga karena sebagian besar abortus spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai haid terlambat. Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10-15%. Etiologi. Pada kehamilan muda tidak jarang didahului oleh kematian mudigah. Sebaliknya pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Hal-hal yang dapat menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut :

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat


menyebabkan kematian janin atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan adalah sebagai berikut : Kelainan kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi, poliploidi dan kemunkinan pula kelainan kromosom seks.

2. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium ditempat implantasi kurang


sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.

3. Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obat dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil
konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.

4. Kelainan pada plasenta. Endarteritis dapat terjadi dalam vili khoriales dan menyebabkan
oksigenasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

5. Penyakit ibu. Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdomialis, pielonefritis, malaria
dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melaui plasenta, masuk kejanin, sehingga menyebabkan kematian janin, dan melaui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin dan kemudian menyebabkan abrtus. Anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum, penyakit menahun seperti bruselosis, mononucleosis infeksiosa, toksoplasmosis juga menyebabkan abortus walaupun lebih jarang.

6. Kelainan traktus genitalis. Retroversio uteri, miomata uteri, atau kelainan bawaan uterus
dapat menyebabkan abortus. Tetapi harus diingat hanya retroversion uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus pada trimester 2 adalah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks luas yang tidak dijahit. Patolgi Pada awal abortus terjadilah perdarahan pada desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut dapat menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena vili khoriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 minggu 14 minggu vili khoriales menembus desidua secara lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dan lengkap. Peristiwa abortus ini merupakan persalinan bentuk miniature. Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya kantong amnion ksosng atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum); mungkin juga janin telah mati lama ( missed abortion) Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia akan diliputi oleh bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola krueta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi, sehingga semua tampak seperti

daging. Bentuk lain adalah mola tuberose; dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematom antara amnion dan korion. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi: janin mongering dan karena cairan amnion menjadi kurang karena diserap, ia menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus). Kemungkinan lain pada janin yang mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi; kulit terkelupas; tengkorak menjadi lembek; perut membesar karena terisi cairan, dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan. Diagnosis dan pelaksanaan Abortus harus diduga bila serang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat; sering terdapat pula rasa mules. Kecurigaan tersebut diperkuat dengan ditemukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis (Galli Mainini) atau imunologik (pregnosticon, Gravindex) bilamana hal itu dikerjakan. Harus diperhatikan macam dan banyaknya perdarahan; pembukaan serviks, dan adanya jaringan dalam kavum uteri atau vagina. Sebagai kemungkinan diagnosis lain harus dipikirkan (1) kehamilan ektopik yang terganggu; (2) mola hidatidosa; (3) kehamilan dengan kelainan pada serviks. Kehamilan ektopik terganggu dengan hematokel retrouterina sukar dibedakan dari abortus pada uterus dalam posisi retroversi. Dalam keadaan tersebut ditemukan amenorrhea disertai perdarahan pervaginam, rasa nyeri diperut bagian bawah, dan tumor dibelakang uterus. Tetapi keluhan nyeri biasanya lebih hebat pada kehamilan ektopik. Apabila gejala-gejala menunjukkan kehamilan ektopik terganggu, dapat dilakukan kuldosintesis dan bila darah-tua dapat dikeluarkan dengan tindakan ini, diagnosis kelainan dapat dipastikan. Pada mola hidatidosa, uterus biasanya lebih besar daripada lamanya amenorhea dan muntah lebih sering. Apabila ada kecurigaan terhadap mola hidatidosa, perlu dilakukan pemeriksaan USG. Karsinoma servisis uteri, polipus uterus dan sebgainya dapat menyertai kehamilan. Perdarahan dari kelainan tersebut dapat menyerupai abortus. Pemeriksaan dengan spekulum, pemeriksaan sitologik dan biopsi dapat menentukan diagnosis secara pasti. Secara klinik dapat dibedakan antara abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkompletus, abortus kompletus. Selanjutnya dikenal abortus servikalis, missed abortion, abortus habitualis, abortus infeksuiosus, dan abortus septik.

Abortus Imminens Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih didalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka dan tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya dating jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini disebabkan oleh penembusan vili khoriales kedalam desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya merah, cepat berhenti, disertai mules-mules. Penanganan abortus imminens terdiri atas :

a. Istirahat-baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan karena cara
ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.

b. Tentang pemberian hormone progesteron pada abortus imminens belum ada persesuaian
paham. Sebagian besar ahli tidak menyetujuinnya, dan mereka yang menyetujui menyarakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya kekurangan hormone progesterone. Apabila dipikirkan bahwa sebagian besar abortus didahului oleh kematian hasil konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, maka pemberian hormone progesterone memang tidak banyak manfaatnya. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih hidup. Macam dan lamanya perdarahan memnentukan prognosis kelangsungan kehamilan. Prognosis kurang baik bila perdarahan berlangsung lama, mules mules yang disertai pendataran serta pembukaan serviks.

Abortus Insipiens Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau cunam ovum, disusul dengan kerokan. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu biasanya perdarahan tidak banyak dan bahaya perforasi pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infus oksitosin. Apabila janin sudah keluar tetapi plasenta masih tertinggal, maka sebaiknya

pengeluaran plasenta dikerjakan secara digital yang dapat disusul dengan kerokan bila masih ada sisa plasenta yang tertinggal. Bahaya perforasi pada hal yang terakhir ini tidak seberapa besar karena dinding uterus menjadi tebal disebabkan sebagian besar hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Abortus Inkompletus Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian besar hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Perdarahan pada abortus inkompletus dapat banyak sekali, sehingga dapat menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan terhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan. Dalam penanganannya apabila abortus inkompletus disertai dengan syok karena perdarahan, segera harus diberikan infuse cairan NaCl fisiologik atau cairan Ringer yang disusul dengan transfusi. Setelah syok diatasi, dilakukan kerokan. Pasca tindakan disuntikkan intramuskulus ergometrin untuk mempertahankan kontraksi otot uterus. Abortus Kompletus Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap. Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila menderita anemia perlu diberi sulfas ferrosus dan transfusi. Abortus servikalis Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan diatas ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis. Missed abortion Missed abortion adalah kematian janin sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi

diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakainan hormon progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion. Diagnosis Dahulu biasanya diagnosis tidak dapat ditentukan dalam satu kali pemeriksaan, melainkan memerlukan waktu pengamatan untuk menilai tanda-tanda tidak tumbuhnya malahan mengecilnya uterus..Missed abortion biasanya didahulai oleh tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subjektif kehamilan menghilang, mamma agak mengendor uterus tidak membesar lagi malah mengecil, tes kehamilan menjadi negatif. Dengan USG dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang disertai oleh gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia , sehingga pemeriksaan kearah ini perlu dilakukan. Penanganan. Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tinndakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai factor, apakah kadar fibrinogen darah mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang meti lebih dari 1 bulan tidak dikeluarkan. Selain itu, faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui bahwa ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya secepatnya janin dikeluarkan. Pengeluaran hasil konsepsi pada missed abortion merupakan satu tindakan yang tidak lepas dari bahaya karena plasenta dapat melekat erat pada dinding uterus dan kadang-kadang terdapat hipofibrinogenemia. Apabila diputuskan untuk mengeluarkan hasil konsepsi itu, pada uterus yang besarnya tidak melebihi 12 minggu sebaiknya dilakukan pembukaan serviks uteri dengan memasukkan laminaria kira-kira selama 12 jam dalam kanalis servikalis. Kemudian dapat diperbesar dengan busi hegar sampai cunam ovum atau jari dapat masuk kedalam kavum uteri. Dengan demikian hasil konsepsi dapat dikeluarkan dengan mudah dan aman, dan sisa-sisanya kemudian dibersihkan dengan kuret tajam. Jika besar uterus melebihi kehamilan 12 minggu, maka pengeluaran hasil konsepsi diusahakan dengan infuse iv oksitosin dosis cukup tinggi. Dosis oksitosin dapat dimulai dengan 20 tates permenit dari cairan 500 ml glukosa 5 % dengan 10 satuan oksitosin; dosis ini dapat dinaikkan sampai ada kontraksi. Bilamana diperlukan,dapat diberikan sampai 50 satuan oksitosin, asal pemberian infus untuk 1 kali tidak lebih dari 8 jam karena bahaya keracunan air. Jika tidak berhasil infus dapat dikurangi setelah penderita beristirahat 1 hari. Biasanya pada percobaan kedua atau ketiga akan dicapai hasil. Dengan prostaglandin E baik intravaginal atau infus keberhasilan cukup baik (90%) dalam 1 hari. Apabila fundus uteri tingginya sampai 2 jari

dibawah pusat, maka pengeluaran hasil konsepsi dapat pula dikerjakan dengan penyuntikan larutan garam 20% kedalam cavum uteri melalui dinding perut. Apabila terdapat hipofibrinogeniemia, perlu diadakan persediaan darah segar atau fibrinogen. Abortus Habitualis Definisi Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut. Pada umunya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu. Etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan sebab abortus spontan. Selain itu telah ditemukan sebab imunologik yaitu kegagalan reksi terhadap antigen lymphocyte thrpoblast cross reactive (TLX). Pasien dengan reaksi lemah atau tidak ada akan mengalami abortus. System TLX ini merupakan cara untuk melindungi kehamilan. Kelainan ini dapat diobati dengan transfusi leukosit atau heparin. Dalam usaha untuk mencari sebab itu perlu dilakukan penyelidikan yang lebih teliti; anamnesis yang lengkap, pemeriksaan golongan darah suami dan istri;ada tidaknya inkomptabilitas darah; pemeriksaan VDRL, pemeriksaan tes toleransi glukosa, pemeriksaan krmosom dan pemeriksaan mikoplasma. Abortus habitualis yang terjadi pada triwulan kedua dapat disebabkan oleh serviks uteri yang tidak sanggup terus menutu, melainkan perlahan-lahan membuka (inkompeten). Kelainan ini sering akibat trauma pada serviks, misalnya karena usaha pembukaan serviks yang berlebihan, robekan serviks yang luas dan sebagainya. Diagnosis Diagnosis habitualis tidak sukar ditentukan dengan anemnesis. Khususnya abortus habitualis karena inkompetensia menunjukkan gambaran klinik yang khas, yaitu dalam kehamilan triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa mules, ketuban meninjol dan pada suetu saat akan pecah. Kemudian timbul mules yang selanjutnya disertai pengeluaran janin yang biasanya masih hidup dan nrmal. Apabila penderita datang pada triwulan pertama, maka gambaran klinik tersebut dapat diikuti dengan melakukan pemeriksaan vaginal tiap minggu. Penderita tidak jarang mengeluh bahwa ia mengeluarkan banyak lender dari vagina. Diluar kehamilan, penentuan serviks inkompeten dilakukan dengan histersalpingografi yaitu ostium uteri internum melebar lebih dari 8 mm. Penanganan Penyebab abortus habitualis sebagian besar tidak dapat diketahui. Oleh karena itu penangannya terdiri atas: memperbaiki keadaan umum, pemberian makanan yang sempurna,

anjuran istirahat cukup banyak, larangan koitus dan olahraga. Terapi dengan hormone progesterone, vitamin, hormon tiroid, dan lainnya mungkin hanya mempunyai pengaruh psikologs karena penderita merasa dirinya telah diobati. Apabila pemeriksaan histerosalpingografi yang dilakukan diluar kehamilan menunjukkan kelainan seperti mioma submukosum atau uterus bikornis, maka kelainan tersebut dapat dioperasi menurut Strassman. Pada serviks inkompeten, apabila penderita telah hamil maka operasi untuk mengecilkan ostium uteri eksternum sebaiknya dilakukan pada kehamilan 12 mingguatau lebih sedikit. Dasar operasi adalah memperkuat jaringan serviks yang lemah dengan melingkari daerah ostium uteri internum dengan benang sutera atau dakron yang tebal. Bila terjadi gejala dan tanda abortus insipiens, maka benang harus segera diputuskan, agar pengeluaran janin tidak terhalang. Dalam hal operasi berhasil, maka kehamilan dapat dilanjutkan sampai hamper cukup bulan, dan benang sutera dipotong pada kehamilan 38 minggu. Operasi tersebut dapat dilakukan menurut cara Shirodkar atau cara Mac Donald. Cara pertama juga dapat dilakukan diluar kehamilan. Abortus infeksious, abortus septik Definisi Abortus infeksious adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedang abortus septik ialah abortus infeksious berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abrtus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Umumnya pada abortus infeksious infeksi terbatas pada desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi, dan infeksi menyebar ke miometrium, tuba, parametrium, dan peritoneum. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok. Diagnosis Diagnosis abortus infeksious ditentukan dengan adanya abortus yang disertai dengan gejala dan infeksi alat genital, seperti panas, takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeri tekan dan leukositosis. Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang-kadang menggigil, demam tinggi dan tekanan darah menurun. Untuk mengetahui kuman penyebab perlu diadakan biakan darah dan getah pada serviks uteri. Penanganan Kepada penderita dengan abrtus infeksious yang telah mengalami banyak perdarahan hendaknya diberikan infuse dan transfuse darah. Pasien segera diberi antibiotik pilihan :

Gentamycin 3x80 mg dan penicillin 4x1,2 juta;


Chloromycetin 4x500 mg;

Cephalosporin 3x1 gram;


Sulbenicillin 3x1-2 gram Kuretase dilakukan dalam waktu 6 jam dan penanganan demikian dapat dipertanggungjawabkan karena pengeluaran-pengeluaran sisa abortus mencegah perdarahan dan menghilangkan jaringan yang nekrotik, yang bertindak sebagai medium perkembangan jasad renik. Pemberian antibiotika dapat diteruskan sampai febris tidak ada lagi selama 2 hari atau ditukar bila tidak ada perubahan dalam waktu 2 hari. Pada abortus septik diperlukan pemberian antibiotika dalam dosis yang lebih tinggi. Sambil mnunggu pembiakan, deberikan sulbenicillin 3x2 gram. Antibiotika ini terbukti masih ampuh dan berspektrum luas untuk aerob dan anaerob. Pada kasus dengan tetanus maka selain pengobatan diatas perlu diberikan ATS, irigasi dengan peroksida dan histerektomi total secepatnya. Komplikasi abortus :

1. 2.

Perdarahan. Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Perforasi. Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada waktu uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi., penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas; mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih dan usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk menentukan luas cedera, untuk selanjutnaya menngambil tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.

3.

Infeksi Syok. Syok pada abortus biasa terjadi karena perdarahan (syok perdarahan) , dan karena infeksi berat (syok endoseptik)

4.

Penanganan lanjutan

Setelah abortus pasien perlu diperiksa untuk mencari sebab abortus. Selain itu perlu diperhatikan invlusi uterus dan kadar HCG 1-2 bulan kemudian. Ia diharapkan tidak hamil dalam waktu 3 bulan sehingga perlu memakai kontrasepsi seperti kondom atau pil.

Anda mungkin juga menyukai