Disusun Oleh :
Fanny Indah Prammita
Gianjar Sukma Putra
Hendro Mandela
Nurvayani
Siska Firmanila
Vellia Rahman
Pembimbing:
dr. M.Yusuf, Sp.OG (k)
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia masalah ibu dan anak merupakan sasaran prioritas dalam
pembangunan bidang kesehatan. Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi
yang menentukan derajat kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu hal ini merupakan
prioritas dalam upaya peningkatan status kesehatan masyarakat yang utama di Negara
kita.Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalah menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu hamil dan bersalin. 1,2
Adapun penyebab langsung dari kematian ibu di Indonesia adalah trias klasik
yaitu perdarahan, infeksi, toksemia gravidarum. Salah satu penyebab perdarahan saat
kehamilan adalah mola hidatidosa. Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita pada
masa reproduksi (usia 15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi dengan meningkatnya
paritas kemungkinan menderita mola hidatidosa dan lebih besar. Dan mola hidatidosa
adalah salah satu penyakit trofoblas yang jinak.3,4
Mola Hidatidosa adalah salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG), yang
meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta yakni mola hidatidosa parsial
dan komplet, koriokarsinoma, mola invasive dan placental site trophoblastic tumors.
Para ahli ginekologi dan onkologi sependapat untuk mempertimbangkan kondisi ini
sebagai kemungkinan terjadinya keganasan, dengan mola hidatidosa berprognosis
jinak, dan koriokarsinoma yang ganas, sedangkan mola hidatidosa invasif sebagai
borderline keganasan.
Insidensi
5,6
mola
hidatidosa
dilaporkan
Moore
dkk
pada
bagian
BAB II
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. S
Umur
: 37 tahun
Umur
: 37 tahun
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: TNI AU
Suku
: Jawa
Suku
: Melayu
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Alamat
RM
: 87 04 89
Alamat
+ 1 bulan SMRS pasien mengontrol kehamilannya di SPOG satu kali, saat di USG
dikatakan tidak ada tanda-tanda kehamilan, namun tes kehamilannya positif, dan
pasien diberi vitamin untuk kehamilan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat DM, Hipertensi, penyakit jantung, asma , alergi dan kanker (-)
Riwayat DM, Hipertensi, penyakit jantung, asma , alergi dan kanker (-)
Riwayat Haid
Menarche usia 15 tahun, haid pasien teratur, 1 kali dalam 1 bulan selama 4 hari,
nyeri haid (-)
Pasien pernah memakai suntik KB 3 bulan selama 9 bulan pada tahun 2013. Tidak
teratur, sering ganti suntik 1 bulan karena haid tidak lancer.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran
: Komposmentis
TD
: 120/70 mmHg
HR
: 70 x/menit
: 36,5 0C
RR
: 18 x/menit
Kepala
Thoraks
: Jantung : DBN
Paru
: DBN
Abdomen
: Status ginekologis
Genitalia
: Status ginekologis
Ekstremitas
Status Ginekologis
Muka
Mammae
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani.
Inspekulo : Portio licin, OUE tertutup, valsava (-), fluksus (+), fluor (-),
Pooling (-).
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin : Hb
: 12,1gr%
Ht
: 35,6 vol%
MCV
: 86,2 Fl
MCH
: 29,4 pg
MCHC
: 34,0 g/dl
Leukosit
: 10.300 /mm3
: 59 mg/dl
ALB
: 4,06 G/dl
URE
: 9 mg / dl
CRE
: 0,42 mg/dl
AST
: 16 IU/L
ALT
: 20 U/L
BUN
: 4,2 mg/dl
: warna
: kuning
Eritrosit
: 10-12
Kejernihan : keruh
Leukosit
: 2-3
Protein
: (-)
Glukosa
: (-)
Kristal
:0
Bilirubin : (-)
Silinder
:0
Urobilinogen : 0,2
Bakteri
: (-)
pH
: 6,5
Jamur
: (-)
Bj
: 1.030
Darah
: positif 2
Keton
: (-)
Nitrit
: (-)
: 96,14 mmol/l
FREE T4
: 11,18 mmol/l
7
HCG
: 90.540 mlU/ml
Observasi perdarahan
Asam folat 4 x 1
SF 2 x 1
FOLLOW UP
Hari/Tang
Perjalanan Penyakit
gal
2
S : Lemas (+), perdarahan pervaginam (-)
November O :
2014
ku : tampak sakit sedang
Kes : composmentis
TTV : TD = 100/60 mmHg RR = 20 x/I
HR = 86 x/I T = 36,7 C
Keterangan
observasi KU, TV,
Perdarahan,Tanda
tanda syok
IVFD RL 500 cc per
8 jam
Asam folat 4 x 1
SF 2 x 1
St. gynekologis :
3
November
2014
terpasang
ganas.
Tampon dibuka
St. gynekologis :
Abdomen : Inspeksi : tampak datar, distensi (-),
scar (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, Nyeri tekan
(+),Nyeri lepas (-),TFU 2
jari dibawah pusat
Genitalia eksterna : inspeksi : vulva / uretra
tenang, perdarahan aktif (-)
A : P3A1H3 post kuretase a/i mola hari ke 4,
anemia normositik normokrom ec perdarahan
uterus abnormal ec susp. Penyakit trofoblast
ganas.
6 Januari
S : perdarahan pervaginam (+) sebanyak 1
2014
sendok makan, demam (-), nyeri perut (+),
07.00 WIB O :
ku : tampak sakit sedang
Kes : composmentis
TTV : TD = 100/70 mmHg RR = 20 x/I
HR = 86 x/I T = 36,8 C
St.generalis : konjungtiva anemis (+/+)
St. gynekologis :
Abdomen : Inspeksi : tampak datar, distensi (-),
scar (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, Nyeri tekan
(+),Nyeri lepas (-),TFU 2
jari dibawah pusat
Genitalia eksterna : inspeksi : vulva / uretra
tenang, perdarahan aktif (-)
A : P3A1H3 post kuretase a/i mola hari ke 5,
anemia normositik normokrom ec perdarahan
uterus abnormal ec susp. Penyakit trofoblast
ganas.
11
6 Januari
2014
10.00
7 januari
2014
Perbaiki KU
Ceftriaxone/12
jam
Traansamin/ 8
jam
Transfuse PRC
Cegah Infeksi
Cek BhcG bila
menetap dan
naik
kemoterapi
8 januari
2014
BAB III
13
Perbaiki KU
Transfusi
PRC
Tunggu hasil
B hcG
Nilai
higth
risk
mola
atau low risk
mola
Setuju
kemoterapi
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
Mola hidatidosa merupakan bentuk jinak dari penyakit trofoblas gestasional
dan dapat mengalami transformasi menjadi bentuk ganasnya yaitu koriokarsinoma.
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana seluruh villi korialisnya
mengalami perubahan hidrofik. Pada mola hidatidosa kehamilan tidak berkembang
menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik.4
3.2. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor faktor yang dapat
menyebabkan mola antara lain :7,8
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari trofoblas.
3. Keadaan sosioekonomi yang rendah.
4. Paritas tinggi.
5. Kekurangan protein.
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.
7. Wanita dengan usia dibawah 20 tahun atau diatas 40 tahun juga berada dalam
risiko tinggi. Mengkonsumsi makanan rendah protein, asam folat, vitamin A
dan karoten juga meningkatkan risiko terjadinya mola.
3.3. Klasifikasi
14
Mola komplit
46,XX (46,XY)
Semua vilus
Difus, sirkumferensial
Sering ditemukan
Meningkat
++++
2% koriokarsinoma
15
Mola parsial
Triploid (69,XXY)
Sebagian vilus
Fokal; sedikit
Tidak ada
Kurang meningkat
+
Jarang koriokarsinoma
Jaringan embrio/janin
Pembengkakan
Tidak ada
Difus
Ada
Fokal
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
timbul secara intermiten selama berminggu-minggu atau setiap bulan. Akibat dari
perdarahan tersebut, muncul anemia. Kadang-kadang terdapat perdarahan
tersembunyi yang cukup banyak di dalam uterus. Kadang terlihat anemia
megaloblastik. Hal ini mungkin diakibatkan karena asupan makanan yang jelek
akibat nausea dan vomitus, ditambah lagi dengan meningkatnya kebutuhan folat
karena trofoblas yang mengadakan proliferasi cepat.4,10
2. Ukuran uterus
Uterus tumbuh lebih besar dan cepat dari lazimnya. Kadang ovarium yang sangat
membesar karena adanya kista teka-lutein multipel sulit dibedakan dengan uterus
yang membesar. Ovarium kemungkinan mempunyai konsistensi yang lebih
lunak.4,10
3. Aktivitas janin
Tidak ditemukan aktivitas jantung janin. Kadang-kadang terdapat plasenta
kembar pada kehamilan mola komplit.4,10
4. Embolisasi
Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma vilus dapat
keluar dari dalam uterus dan masuk ke dalam aliran darah vena. Jumlah tersebut
dapat sedemikian banyak sehingga menimbulkan gejala serta tanda emboli
pulmoner akut bahkan kematian.4,10
5. Hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum didapatkan pada 1/4 wanita dengan kehamilan mola
hidatidosa terutama pada mereka yang mempunyai ukuran uterus yang besar dan
kadar HCG yang sangat tinggi.4,10
6. Disfungsi tiroid
Kadar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola biasanya mengalami
kenaikan yang cukup tinggi, namun gambaran hipertiroidisme yang tampak
secara klinik, tidak begitu sering dijumpai.4,10
7. Ekspulsi spontan
Gelembung mola keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus lewat
tindakan. Ekspulsi spontan paling besar kemungkinannya terjadi pada kehamilan
sekitar 16 minggu dan jarang lebih lambat dari usia kehamilan 28 minggu.4,10
8. Hipertensi
Hal yang terutama penting adalah kaitan yang sering ditemukan antara
preeklamsia dan kehamilan mola yang bertahan hingga kehamilan trimester kedua
karena hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan kadang kala terlihat sebelum
17
kehamilan 24 minggu, preeklamsia yang terjadi sebelum saat ini sangat sugestif
ke arah mola hidatidosa atau perubahan mola yang luas.4,10
3.5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
diperlukan
sebelum
mengevakuasi
mola,
hemogram untuk menilai anemia, golongan darah dan uji antibodi, tingkat
transaminase serum hati untuk menilai keterlibatan hati, dan kadar serum
-hCG (Soper, 2006). Seperti yang dikatakan, Knowles dkk (2007) menganalisis
efektivitas pengujian pre-evakusi untuk kehamilan yang dicurigai dengan mola.
Mereka menyimpulkan bahwa hemogram dan golongan darah dengan uji antibodi
sendiri telah tepat untuk sebagian besar pasien tanpa tanda-tanda mencurigakan atau
tanpa gejala.12
Keadaan yang tidak biasa, bila kelahiran kembar dengan mola lengkap
ditambah janin dan plasenta menjadi problematika, terutama jika tidak ada anomali
janin ditemukan dengan sonografi atau penilaian kariotipe. Baik risiko ibu maupun
kemungkinan keturunan yang sehat telah ditetapkan jika kehamilan dilanjutkan
(Vejerslev, 1991).12
Kemoterapi profilaksis12
Prognosis jangka panjang untuk wanita dengan mola hidatidosa tidak
membaik dengan kemoterapi profilaksis (Goldstein dan Berkowitz, 1995). Karena
toksisitas termasuk angka kematian yang cukup signifikan, hal ini tidak dianjurkan
secara rutin (American College of Obstetricians dan Gynecologists, 2004).
Suction kuret12
Evakuasi molar dengan kuretase suction biasanya merupakan pengobatan
pilihan terlepas dari ukuran rahim. Untuk mola yang besar, anestesi yang cukup, dan
adanya dukungan bank darah menjadi keharusan. Dengan leher rahim tertutup,
dilatasi pra operasi dengan dilator osmotik mungkin dapat membantu. Leher rahim
tersebut kemudian melebar untuk memungkinkan penyisipan dari kuret hisap ukuran
10-12 mm. Setelah sebagian besar jaringan mola telah dikeluarkan, diberikan
oksitosin. Setelah miometrium berkontraksi, kuretase menyeluruh tapi lembut dengan
kuret tajam besar biasanya dilakukan. Disebutkan bahwa sonografi intraoperatif
membantu untuk memastikan bahwa rongga rahim telah dikosongkan.
Metode terminasi lain12
19
20
Gambar 3.1. Skema ilustrasi penurunan -hCG serum pada kehamilan mola
sebagian dan total post evakuasi.
Pemantauan intensif ini memungkinkan tingkat ketidakpatuhan yang tinggi.
Untungnya, pengamatan terbaru menunjukkan verifikasi bahwa penilaian kadar hCG selama 6 bulan mungkin tidak perlu. Sejumlah peneliti telah melaporkan bahwa
tidak ada wanita dengan mola parsial atau lengkap yang kadar serum -hCG tidak
21
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari uraian kasus didapatkan permasalahan yakni sbb :
1. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat ?
2. Faktor risiko apa pada pasien sehingga pasien mengalami koriokarsinoma?
3. Apakah penatalaksanaan pasien sudah tepat?
4. Bagaimana prognosis pada pasien ini?
1. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat?
Diagnosis masuk : tepat
Penegakan diagnosis pada pasien ini berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan penunjang. Anamnesis pada pasien
pervaginam, banyak dan mengalir, berwarna merah segar. Pasien mengaku hamil 910 minggu yang merupakan kehamilan trimester pertama. Pasien memiliki riwayat
abortus 5 bulan yang lalu dan sebelumnya pasien juga telah didiagnosa menderita
mola hidatidosa. Dari hasil inspekiulo portio licin, OUE tertutup, valsava (-) fluksus
(+) flour (-) poaling (-). Dari hasil laboratorium didapatkan kadar HCG 90,540
mIU/ml. Berdasarkan USG serta test pack yang positif meskipun tanda-tanda
kehamilannya tidak ada. Hal tersebut merupakan etiologi dari koriokarsinoma.
Menurut International federation of ginekology and obstetric (FIGO) kejadian
koriokarsinoma pada mola sekitar 60 % dan pada abortus sekitar 40%.
Pemeriksaan fisik pada pasien ini sudah dilakukan. Pada insperksi genitalia
eksterna tidak terdapat perdarahan aktif. Sedangkan pemeriksaan palpasi bimanual
22
adalah pemeriksaan histopatologi dan foto thorax. Foto thorax pada pasien ini dalam
batas normal, namun pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan histopatologi.
Berdasarkan teori, untuk menegakkan koriokarsinoma dapat ditemukan villus pada
pemeriksaan histopatologi.
Koriokarsinoma terjadi perubahan pada trofoblas normal yang cenderung
menjadi invasif dan erosi pembuluh darah yang berlebihan. Metastase sering terjadi
lebih dini dan biasanya sering melalui pembuluh darah, jarang melalui kelenjar getah
bening. Tempat metastase yang paling sering adalah paru-paru (75%) dan vagina
(50%). Pada beberapa kasus metastase dapat terjadi pada vulva, hepar, ginjal, dan
otak. Anamnesis penting sekali ditanyakan adanya keluhan yang berasal dari organ
lain seperti batuk yang semakin hebat hingga berdarah, benjolan ditempat lain,
adanya nyeri kepala yang progresif.
Dari hasil USG didapatkan kesan koriokarsinoma dengan diagnosis banding
mola invasif. Menurut literatur, USG sangat diperlukan untuk menilai penyulit dan
metastase yang ditimbulkan koriokarsinoma.
Berdasarkan jauhnya penyebaran koriokarsinoma dibagi menjadi 4, yaitu
Stadium I yang terbatas pada uterus, Stadium II sudah mengalami metastase ke
parametrium, serviks dan vagina, Stadium III sudah mengalami metastase ke paruparu, Stadium IV sudah mengalami metastase ke organ lain seperti usus, hepar dan
23
otak. Diagnosis pada pasien ini kurang tepat, seharusnya juga dilengkapi dengan
stadium.
2. Faktor risiko apa pada pasien sehingga pasien mengalami koriokarsinoma?
Menurut
literatur
ada
beberapa
faktor
resiko
yang
menyebabkan
koriokarsinoma, diantaranya riwayat kehamilan, status gizi yang rendah, paritas yang
tinggi, dan infeksi virus. Pada pasien ini ada dua faktor yang menyebabkan
koriokarsinoma yaitu riwayat mola hidatidosa dan riwayat abortus. Seperti yang kita
ketahui, sebelumnya pasien memiliki riwayat abortus pada bulan Juni 2014 dan
riwayat mola hidatidosa pada bulan oktober 2014. Pasien tidak menjalani kuretase.
Salah satu faktor resiko terjadinya mola adalah imuno selektif dari trofoblast, yaitu
dengan kematian fetus, pembuluh darah pada stroma villi menjadi jarang dan stroma
vili menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia sel-sel trofoblast. Saat
mengalami mola dan abortus pasien berumur 37 tahun, dimana ini merupakan faktor
resiko tinggi untuk terjadinya mola hidatidosa dan akan bias meningkatkan kejadian
koriokarsinoma.
3. Apakah penatalaksanaan pasien sudah tepat?
Penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat yaitu diberikan metrotrexat dan
asam folat. Hal ini sesuai dengan anjuran terapi untuk resiko rendah kriteria WHO
pada koriokarsinoma.
4. Bagaimana prognosis pada pasien ini?
Prognosis pada pasien ini menurut kriteria FIGO (WHO), sebagai berikut :
Skor Faktor Resiko menurut
FIGO (WHO) dengan Staging
FIGO
Usia
Kehamilan sebelumnya
Inrterval dengan kehamilan
tersebut
(bulan)
< 40 tahun
>40 tahun
Mola
Abortus
Aterm
<4
4-6
7-12
>12
24
100010.000
>10.000
100.000
>100.0
00
3.4 cm
>5cm
Limfa,
ginjal
Traktus
gastrointestinal
Otak,
hepar
1-4
5-8
>8
25
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
1.
2.
invasif
Penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat menggunakan metotrexat dan asam
3.
folat.
Prognosis pada pasien ini adalah baik hal ini berdasarkan International
Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) dengan nilai faktor risiko 3
yang berarti risiko rendah.
SARAN
1.
Perlu adanya standar operasional prosedur (SOP) tentang penatalaksanaan
pasien koriokarsinoma di rumah sakit guna mempermudah dan mempercepat
2.
26
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Cunningham FG, Macdonald PC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC. 2006.
Williams Obstetrics, 21th ed. Vol.2. R Hariadi, R Prajitno Prabowo, Soedarto,
penerjemah. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC
3.
4.
Alan H. DeCherney and Lauren Nathan. 2007. Current Diagnosis & Treatment
Obstetrics & Gynecology, Tenth Edition : by The McGraw-Hill Companies, Inc
5.
Danforth, David N. 2003. Danforth's Obstetrics and Gynecology, 9th Ed: James
R., Md. Scott, Ronald S., Md. Gibbs, Beth Y., Md. Karlan, Arthur F., Md.
Haney, David N. Danforth By Lippincott Williams & Wilkins Publishers; 9 th
edition (August 2003)
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Obstetri
28
dan
Ginekologi,
Edisi
2.