Anda di halaman 1dari 14

TUGAS EKSPOSURE

Pendidikan Agama Katolik

Dosen : Sr. Gerardette Philips, RSCJ, MA.,M.Ed

Oleh : Pully Nur Anindya (2010 120 212) Akhmad Jauhari (2010 200 003) Inarah Nur Rais (2010 120 198) Amelinda Bonita (2010 200 049) Dennise Christian Chandra (2010 120 164) Devina Amelia (2010 200 019) Nina Delaney (2010 200 032)

Universitas Katolik Parahyangan 2011

PENGANTAR
Kita manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan haruslah senantiasa berada dijalan-Nya agar kita dapat hidup sebagai orang yang beriman kepada-Nya. Dewasa ini sering sekali kita mendengar kata-kata beriman dari ucapan para pemuka pemuka agama dan orang orang disekitar kita. Tapi sebenarnya apakah iman itu? Bagaimana cara kita tahu apakah kita memilikinya? Bagaimanakah cara kita untuk mengetahui bahwa iman itu sendiri ada? Untuk mengetahui jawaban dari semua pertanyaan itu sebenarnya bisa dikatakan sangat sulit, dikarenakan hal itu sangat abstrak dan tidak dapat dilihat secara transparan. Akan tetapi pada umumnya kita dapat menilai apakah seseorang memliki iman atau tidak melalui tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari. Yang berarti kita hanya dapat mengatakan seseorang memiliki iman atau tidak berdasarkan tindakan yang dilakukannya dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Maksudnya adalah iman yang ada didalam diri kita hanya dapat dilihat jika kita mewujudkan iman yang kita miliki tersebut dengan perbuatan yang kita lakukan. Eksposure yang kami lakukan secara berkelompok kali ini bertujuan untuk melatih diri kami baik secara pribadi maupun bersama sama agar kami dapat mewujudkan iman yang insya allah kami miliki dalam kehidupan kami sehari-hari dan juga melatih kami untuk terlibat terhadap masalah-masalah sosial kemanusiaan yang terjadi disekitar kami, agar iman yang kami miliki dapat menjadi lebih hidup dan dapat menjadi sumber inspirasi dalam mengatasi masalah masalah sosial yang ada disekitar kami. Selain hal itu eksposure yang kami lakukan secara berkelompok ini juga bertujuan untuk melatih kepekaan dan kepedulian terhadap masalah masalah sosial yang ada di sekitar kami. Adapun kajian pengamatan dari eksposure yang kami lakukan ini adalah seorang bapak yang bernama Suherman. Bapak Suherman sendiri adalah seorang pemulung yang bekerja mengambil sampah yang ada di depan toko swalayan tujuh sebelas dua kali setiap hari pada saat pagi dan juga malam hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Beliau yang saat ini telah berusia menjelang genap 60 tahun ini memiliki seorang istri bernama ibu Ratna Asih (40 tahun) yang ikut membantu beliau dengan cara membuka warung di tempat tinggalnya. Beliau tidak memiliki anak. Beliau tinggal di sebuah rumah di kawasan ciumbuleuit, lebih tepatnya lagi di Gang Bukit Resik yang ada disebelah toserba Yomart.

BAGIAN I Deskripsi Subjek

Subjek yang kami amati untuk tugas eksposure ini adalah seorang pemulung. Namanya adalah bapak Suherman (Anda Suherman). Umurnya 57 tahun. Beliau adalah seorang pemulung dan sudah 9 tahun bekerja sebagai pemulung. Bapak Suherman mempunyai satu orang isteri dan tidak mempunyai anak sampai saat ini. Isteri Bapak Suherman bernama Ibu Ratna Asih. Ibu Ratna Asih hanya seorang ibu rumah tangga. Setiap harinya hanya menjaga warung kecil-kecilan dirumahnya untuk membantu penghasilan Bapak Suherman yang tidak terlalu besar bahkan bisa dibilang sangat kecil. Dulunya Ibu Ratna memang bekerja, tetapi karena ada suatu masalah dengan teman sekerjanya akhirnya membuat beliau berhenti bekerja. Ibu Ratna mengalami kecacatan fisik. Tubuhnya pendek karena mengalami kelainan tulang pada saat kecil. Bukan hanya memiliki kecacatan fisik, Ibu Ratna juga mengalami gangguan pendengaran. Salah satu telinganya tidak bisa mendengar dengan baik. Bapak Suherman dan isterinya tinggal di Bukit Resik, Ciumbuleuit. Untuk sampai kerumahnya harus melewati sebuah gang kecil. Keadaan rumah Bapak Suherman sangat memprihatinkan. Banyak atap yang bocor dan selalu banjir ketika hujan deras. Tempat tinggalnya pun sangat kecil dan sempit. Tidak ada dapur dan kamar mandi, sehingga jika ingin pergi ke kamar mandi harus pergi ke sebuah kali / sungai di dekat rumahnya. Sejak kecil Bapak Suherman sudah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Beliau hanya tinggal dengan saudara-saudaranya. Dengan kehidupan yang serba kekurangan, menyebabkan Bapak Suherman tidak pernah merasakan bagaimana bersekolah. Itu juga yang menyebabkan beliau mengalami buta huruf sampai saat ini. Pekerjaannya sebagai seorang pemulung membuat Bapak Suherman hampir setiap hari mencari barang-barang bekas di sekitar Sentra Kampus ciumbuleuit agar bisa mendapatkan uang. Di pagi hari beliau bekerja mulai sekitar pukul 08.00 13.00. Di malam harinya beliau kembali keluar rumah sekitar pukul 19.00 23.00. Dalam sebulan beliau hanya mendapatkan penghasilan sekitar Rp 80.000.

Menjalani kehidupan yang serba pas-pasan tidak membuat Bapak Suherman menyerah untuk terus bekerja keras mencari uang agar bisa menghidupi dirinya dan juga isterinya. Beliau juga selalu bersyukur atas rezeki dan nikmat yang diberikan Tuhan walaupun pada kenyataannya penghasilannya sangat kecil dan terkadang tidak bisa memenuhi kehidupannya dan juga isterinya. Sebagai seorang Muslim beliau tidak pernah lupa menjalankan ibadah solat 5 waktu. Bapak Suherman tetap menjalani pekerjaannya dengan lapang dada. Bapak Suherman juga hanya manusia biasa yang terkadang memiliki keinginan untuk memiliki banyak uang, hidup enak, dan tidak perlu susah bekerja sebagai seorang pemulung. Tapi itu bukan berarti Bapak Suherman rela melakukan apapun untuk mendapatkan uang yang banyak dan bisa hidup enak. Karena bapak Suherman tetap mencari uang yang halal walapun hanya bekerja sebagai seorang pemulung. Walaupun hanya seorang pemulung, Bapak Suherman tetap jujur dalam menjalani pekerjaannya. Disaat banyak pemulung lain yang tidak jujur ketika menjual barang-barang bekas dengan cara membiarkan kotoran yang ada di dalam aqua bekas, ember bekas dll, agar timbangannya menjadi lebih berat dan bayarannya lebih mahal, Bapak Suherman justru membersihkan semua kotoran yang ada di dalam barang-barang bekas agar timbangannya sesuai dengan yang seharusnya. Walaupun Bapak Suherman hidup dalam kekurangan, beliau tetap membantu orang lain. Misalnya pada saat hari raya Idhul Adha kemarin, beliau membantu masyarakat untuk memotong hewan qurban. Dan beliau juga tidak sungkan untuk membantu orang lain yang hidupnya lebih memprihatinkan daripada beliau. Hidup dalam keadaan yang pas-pasan tidak membuat Bapak Suherman tidak peduli terhadap orang lain disekitarnya. Solidaritas dalam diri Bapak Suherman terhadap orang lain disekitarnya sangat tinggi. Terkadang Bapak Suherman juga mengalami kesulitan ketika melakukan

pekerjaannya sebagai seorang pemulung. Yaitu ketika cuaca sedang hujan terus menerus. Cuaca hujan terus menerus tidak membuat Bapak Suherman menjadi malas untuk bekerja. Beliau tetap pergi untuk bekerja mencari barang-barang bekas.

Umur Bapak Suherman yang sudah tidak lagi muda juga bisa menjadi salah satu kesulitan yang dialami oleh beliau. Apalagi beliau harus bekerja sampai pukul 23.00. Itu membuat Bapak Suherman lebih mudah untuk terserang penyakit dan menyebabkan tidak bisa bekerja mencari barang-barang bekas seperti biasanya. Perlatan yang tidak memadai juga membuat Bapak Suherman sulit untuk mencari barang-barang bekas. Hanya bermodalkan sebuah karung beliau mencari barang bekas. Padahal setidaknya beliau memakai keranjang untuk menyimpan barang-barang bekasnya, serta alat untuk mengambil barang bekas dari tempat sampah. Ada kemungkinan beliau dapat terluka jika mencari barang bekas di tempat sampah hanya dengan tangan kosong. Karena mungkin saja di tempat sampah tersebut terdapat pecahan beling, dll. Atau setidaknya beliau memakai sarung tangan yang tebal untuk melindungi tangannya agar tidak terluka.

BAGIAN II Analisa Masalah

Menjadi seorang pemulung dan hidup pas-pasan pasti bukanlah menjadi keinginan dari bapak Suherman Cita bapak Suherman tinggi, tetapi banyak hal yang membuat atau menjadi penghalang bapak Suherman untuk mencapai cita-cita tersebut. Mungkin ada beberapa hal yang menyebabkan bapak Suherman menjadi seorang pemulung. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh bapak Suherman mungkin menjadi salah satu faktor dari sekian faktor yang menyebabkan bapak Suherman bekerja sebagai pemulung. Kesulitan mencari pekerjaan di jaman sekarang ini dan tingkat pendidikan yang menjadi syarat seseorang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dengan gaji yang besar yang kurang memungkinkan bapak Suherman mendapatkan pekerjaan yang layak. Saat kecil, bapak Suherman tidak pernah menempuh pendidikan apapun, tidak seperti anak yang lain yang bersekolah TK,SD SMP, SMA, kuliah. Bapak Suherman tidak mengikuti pendidikan 1 pun karena keadaan ekonominya. Bapak Suherman sudah ditinggal kedua orang tuanya sejak kecil. Bapak Suherman tinggal berdua bersama kakanya. Sejak kecil bapak Suherman adalah seorang yatim piatu. Maka dari itu bapak Suherman buta huruf karena tidak pernah belajar membaca dan menulis karena bapak Suheran tidak bersekolah. Karena factor itu juga bapak Suherman sulit mendapatkan pekerjaan yang layak karena bapak Suherman tidak memiliki ijazah seperti yang lainnya, tetapi jaman sekarang hamper semua pekerjaan membutuhkan ijazah pendidikan, maka dengan itu bapak Suherman tidak dapat bekerja kantoran seperti layaknya orang yang lain. Dulu bapak Suherman pernah bekerja enjadi kuli bangunan tetapi pekerjaan tersebut tidak bertahan lama seiring dengan usianya yang bertambah tua, dan stamina bapak Suherman yang menurun. Maka dengan itu bapak Suherman menjadi pemulung, mungkin menjadi pemulung merupakan pekerjaan yang rendah dimata orang, tetapi bapak Suherman tidak empedulikan hal tersebut karena enurut bapak Suherman pekerjaan tersebut pekerjaan yang halal.

Faktor lain yang menyebabkan bapak Suherman hanya bekerja sebagai seorang pemulung mungkin dikarenakan usia bapak Suherman yang sudah tua. Keadaan kesehatan bapak Suherman pun menjadi salah satu faktornya. Diusianya yang sudah tidak muda lagi

yaitu 57 tahun. Usia 57 tahun mungkin membuat bapak Suherman kesulitan mencari pekerjaan. Karena usianya yang sudah tua banyak tempat kerja yang menolak bapak Suherman untuk bekerja di tempat tersebut. Kesehatan bapak Suherman pun tidak memungkinkan beliau untuk mencari pekerjaan ke tempat yang terlalu jauh. Istrinya bercerita bahwa bapak Suherman pun akhir ini sering sakitan. Saat ini bapak Suherman pun sedang sakit, sakit yang dialami bapak Suherman saat ini adalah bapak Suherman sering batuk dan sering mengalami pegal apabila sepulang bekerja. Tetapi bapak Suherman tidak menjadikan itu sebagai alasan untuk tidak bekerja, karena penghasilan mereka hanya dari bapak Suherman. Kondisi badan bapak Suherman dan istrinya pun kurang sehat mingkin salah satunya karena faktor lingkungan, tempat tinggal mereka yang sangat kecil dan tidak terlalu bersih dapat membawa penyakit, dan makanan yang mereka makan pun bisa jadi tidak terlalu bersih. Istri bapak Suherman tidak dapat membantu bapak Suherman bekerja karena istri bapak Suherman mengalami sedikit kelainan di punggungnya, punggung istri bapak Suherman sedikit menonjol sehingga istri bapak Suherman tidak dapat bergerak dengan bebas. Istri bapak Suherman dulu pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga, tetapi tidak bertahan lama karena keadaan atau kondisi fisik istri bapak Suherman sudah tidak memungkinkan lagi. Saat ini istri bapak Suherman hanya menunggu dirumah saja menunggu bapak Suherman pulang kerja. Diselang masalah berat yang menimpa keluarga bapak Suherman, mereka tetap mensyukuri apa yang mereka punya, terkadang mereka masih suka membantu orang. Mereka sering dianggap sebelah mata oleh orang karena pekerjaan mereka adalah pemulung, tetapi mereka tidak menanggapi hal tersebut selagi pekerjaan yang mereka lakukan halal. Tetapi dibalik itu banyak orang yang bersimpatik kepada mereka karena mereka adalah orang yang baik hati dan jujur, buktinya mereka sering dikirimkan makanan atau obatan dari orang. Mereka selalu mensyukuri apa yang mereka punya dan mereka dapat. Bapak Suherman memiliki 1 kakak. Berbeda dengan bapak Suherman, kakak bapak Suherman memiliki kehiupan yang lebih baik, berbeda dengan istri bapak Suherman, istri bapak Suherman memiliki adik, tetapi adik istri bapak Suherman nasibnya lebih susah dibanding keluarga bapak Suherman. Walaupun kakak bapak Suherman berkecukupan, tetapi bapak Suherman tidak mau merepotkan kakaknya, bapak Suherman lebih memilih untuk bekerja keras menghidupi keluarganya sendiri daripada bergantung sama kakaknya. Ada lagi masalah yang dialami bapak Suherman, keterbatasan pengetahuan tentang teknologi juga memungkinkan bapak Suherman hidup sebagai seorang pemulung. Jaman sekarang ini

teknologi memudahkan kita untuk mencari pekerjaan. Tetapi dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh bapak Suherman tentang teknologi membuat beliau sulit untuk mencari pekerjaan yang lebih layak daripada bekerja sebagai pemulung.

BAGIAN III Solusi

Mungkin banyak hal yang bisa dilakukan oleh saya dan juga orang lain untuk membantu kehidupan bapak Suherman dan juga isterinya. Saya yang hanya seorang mahasiswa dan belum mempunyai penghasilan sendiri mungkin hanya bisa membantu beliau dengan hal-hal yang masih mampu saya lakukan. Misalnya membantu beliau dengan memberikan uang untuk sedikit membantu menambahkan penghasilannya. Dan itu sudah saya lakukan setiap saya bertemu dengan bapak Suherman. Jumlahnya memang tidak besar, tetapi saya berharap itu dapat membantu beliau dan juga isterinya. Hal lain yang mungkin bisa dilakukan adalah Suherman. Hal selanjutnya yang akan dilakukan adalah jika memang memungkinkan memberikan beliau pekerjaan yang lebih layak dengan penghasilan yang lebih besar daripada menjadi pemulung. Misalnya membantu bapak Suherman dengan mengusahakan untuk menjadikan bapak Suherman sebagai seorang OB di Sentra Kampus. Karena bapak Suherman sehari-harinya bekerja di sekitar Sentra Kampus, membantu membersihkan sampah-sampah yang ada di sekitar Sentra Kampus. Jika bisa dan memungkinkan bisa juga dengan mengusahakan bapak Suherman bekerja di Universitas Katolik Parahyangan. Walaupun hanya sebagai seorang satpam, pakarya, atau penjaga loket parkiran. Pekerjaan itu mungkin lebih layak dan bisa mendapatkan gaji yang lebih besar sehingga bapak Suherman tidak perlu bersusah payah mencari barang-barang bekas dari tempat sampah. Hal-hal itu mungkin memang tidak mudah untuk dilakukan, karena pasti ada prosedurprosedur tertentu yang harus dilakukan. Dan sudah tidak bisa lagi menerima pekerja baru di tempat tersebut juga menjadi salah satu penghambat untuk membantu bapak Suherman mendapatkan pekerjaan baru. Tetapi itu mungkin saja terjadi jika memang tempat yang dimaksud bisa ikut bekerjasama untuk membantu bapak Suherman mendapatakan pekerjaan yang layak dan gaji yang besar. memberikan sembako untuk makan sehari-hari keluarga bapak

BAGIAN IV Renungan Pribadi

Apa yang kami pelajari dari eksposure?


Melalui eksposure ini, kami mempelajari banyak sekali hal-hal mengenai hidup. Salah satu yang terpenting adalah belajar untuk mensyukuri apa yang telah kami miliki karena sesungguhnya kami sudah memiliki hampir seluruh hal yang kami perlukan. Kami memiliki orangtua dan sanak saudara yang senantiasa mendukung dan menolong di saat senang maupun susah tetapi terkadang kami lupa bersyukur atas kehadiran mereka dengan berlaku tidak sopan dan tidak hormat. Berbeda dengan keadaan Bapak Suherman dan istrinya yang walaupun hanya hidup berdua dan tidak punya anak, serta sewaktu masih kecil Bapak Suherman sudah ditinggalkan oleh orangtuanya beliau tetap selalu mengingatkan kepada kami bahwa kami harus selalu menghormati dan mendoakan orangtua dan keluarga kami. Kami juga belajar untuk mensyukuri segala kecukupan kami atas makanan, tempat tinggal, pakaian, hiburan, dan kenikmatan serta kebutuhan lainnya. Melihat kondisi hidup Bapak Suherman dan istrinya sangat menyentuh hati kami. Bapak Suherman dan istri hanya makan sekali sehari bahkan terkadang tidak makan dan mereka juga tinggal di suatu rumah yang sangat kecil. Jika dibandingkan dengan kami memang jelas kami jauh lebih beruntung akan tetapi mereka tetap selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Mahaesa atas apa yang mereka masih miliki sedangkan kami sering sekali mengeluh dan tidak merasa puas dengan hal-hal yang kami miliki. Hal lain yang kami pelajari dari eksposure ini adalah untuk peka terhadap lingkungan sekitar dan tetap melihat ke bawah. Saat kami sudah bekerja nanti dan memiliki penghasilan, tentu kami memilki ambisi dan cita-cita untuk tetap maju dan berkembang, akan tetapi melalui eksposure ini kami akan tetap mengingat bahwa ada orang-orang lain yang tidak beruntung dan membutuhkan pertolongan. Kami juga belajar untuk memperkuat iman kami dan rajin untuk berdoa. Bapak Suherman dan istrinya di tengah susahnya hidup dan lelahnya mencari nafkah tidak pernah

lupa untuk sholat dan membaca Al-Quran, seakan menegur kami yang sudah memiliki segala kemudahan akan tetapi suka malas beribadah.

Apa yang sulit bagi kami?


Dalam menjalani eksposure ini kami menemui beberapa kesulitan. Kesulitan ini berasal dari kedua pihak, baik dari Bapak Suherman dan dari kelompok kami. Pada awalnya kami merasa sungkan untuk bertanya-tanya mengenai kehidupan Bapak Suherman karena kami takut menyinggung perasaan beliau. Selain itu, Bapak Suherman awalnya tidak terbuka kepada kami dan merasa rendah diri untuk membuka dirinya, beliau juga malu untuk mengajak kami ke rumahnya. Namun seiring pertemuan dan obrolan-obrolan kami akhirnya beliau mau membuka dirinya kepada kami dan menceritakan beberapa kisah-kisah hidupnya dan beliau juga mengajak kami berkunjung ke rumahnya dan bertemu dengan istrinya. Kamipun mulai berani bertanya pertanyaan-pertanyaan yang memang sudah kami pilih agar tidak menyinggung perasaannya.

Apa tantangan yang kami hadapi?


Tantangan kelompok kami dalam menjalani eksposure yang terberat adalah masalah waktu. Kami berasal dari fakultas yang berbeda dan memiliki jadwal kuliah yang berbeda. Selain itu kami juga memiliki kegiatan lain di luar fakultas. Perbedaan-perbedaan ini menyebabkan sulit untuk menemukan waktu dimana semua anggota kelompok dapat bertemu Bapak Suherman.

Bagaimana eksposure ini memperkuat iman kami?


Melalui eksposure ini, kami percaya bahwa Allah benar-benar menyayangi seluruh umat-Nya. Ia peduli pada setiap umat-Nya bahkan mereka yang di hadapan manusia dipandang sebagai kaum tersisih. Bapak Suherman yang secara duniawi memang tidak seberuntung orang lain namun beliau memilki kekayaan hati dan iman yang mungkin tidak

dimiliki oleh orang-orang lain yang secara duniawi berkecukupan. Hal itu mengingatkan kami untuk selalu bersyukur dan optimis bahwa di setiap masalah yang kami hadapi Allah selalu menyertai kami. Dengan melihat beratnya cobaan hidup dari Bapak Suherman membuat kami untuk sadar untuk tidak pernah menyerah dan mengeluh saat menghadapi masalah dan cobaan karena tentu saja cobaan kami tidak seberat milik Bapak Suherman sehingga kami selalu memilki harapan, optimis, dan tidak pernah putus asa bahwa Allah yang menyelenggarakan kehidupan ini menuju keselamatan. Bahwa di saat hidup ini dilanda cobaan tetap percaya dan optimis bahwa di balik semua itu ada kebahagiaan dan keselamatan. Dari eksposure ini, iman kami juga diperkuat sebab kami menjadi lebih peduli, mengasihi, dan mencintai orang lain. Kepedulian dan kasih kami tidak terbatas hanya kepada orang-orang yang kami kenal secara khusus akan tetapi kepada orang-orang lain yang memang membutuhkan cinta dan kepedulian orang orang di sekitarnya. Kami juga lebih peduli dan peka bahwa masih ada orang-orang yang tidak beruntung yang membutuhkan kasih sayang, cinta, dan perhatian.

BAGIAN V Kesimpulan dan Penutup

Refleksi iman yang kelompok kami dapatkan adalah pengalaman berharga yang menumbuhkan iman dan sikap dalam menjalani hidup.

Dalam hidup sering kali kita terlalu melupakan apa yang menjadi dasar alasan kita hidup. Manusia seringkali terlalu mementingkan diri sendiri tanpa pernah peduli pada orangorang disekitar. Kenikmatan di dunia seringkali membuat manusia lupa akan Tuhan-Nya, seakan-akan mereka mampu hidup sendiri tanpa membutuhkan pertolongan orang lain. Manusia terlalu banyak diberi angin segar dan menjadikannya alasan untuk lupa akan segala perintah Allah. Padahal kita sebagai manusia diberikan hidup di dunia untuk berbuat baik.

Ketika pada saat kami berada pada jarak yang dekat dengan subjek, dalam artian kesempatan untuk mengenal bapak Suherman lebih jauh terbuka lebar. Timbul sebuah kesadaran dimana kami merasa bahwa apabila kami menjadi bapak Suherman. Apakah kami mampu menjalani kehidupan yang sedemikian kemelut. Ada pelajaran berharga yang kami petik dari pengalaman mengenal bapak Suherman. Yakni kesadaran iman, sadar bahwa kita selaku manusia hanya bisa berusaha dan berjuang. Yang menentukan tetap Tuhan Yang Maha Esa. Kita tidak pernah merencanakan keberadaan dan kehidupan di dunia ini. Kita pun tidak pernah merencanakan pula kematian. Allah lah yang merencanakan semua itu. Termasuk kehidupan perekonomian yang dihadapi pak Suherman.

Akan tetapi ada hal yang menjadi pusat perhatian saya yakni dalam keadaan terhimpitnya ekonomi pak Suherman, beliau tidak pernah berhenti untuk tetap bersyukur. Beliau tidak pernah menyesali terhadap kehidupan yang mereka jalani. Ikhlas, sabar, serta pantang putus asa merupakan ilmu yang utama yang kami dapat dari kehidupan pak Suherman. Seperti yang kita tahu, kita adalah makhluk yang tidak pernah bisa hidup sendiri. Manusia hendaklah saling tolong menolong. Kami semakin menyadari betapa banyak yang harus kami syukuri sebagai manusia karena Allah sudah banyak memberikan kenikmatan.

Tidak hanya sebatas kenikmatan materi yang nyata yang kita rasakan. Betapa besar cinta kasih yang Allah berikan kepada kehidupan kami.

Kesempatan bertemu langsung dengan Pak Suherman merupakan pembelajaran yang berharga bagi hidup saya. Betapa manusia harus dapat berjuang dan bertahan hidup betapapun sulitnya masalah yang kita hadapi. Yakinlah Allah pasti memiliki rencana indah yang tak kita ketahui tentang hidup kita. Allah tidak akan menguji manusia melampaui batas kemampuannya. Bagi kelompok kami pak Suherman adalah orang-orang yang jauh lebih pantas dikatakan manusia beradab karena dalam kesulitannya memenuhi kebutuhan keluarga mereka tetap mencari nafkah dengan cara halal. Mereka adalah orang-orang yang tegar dan pandai bersyukur atas apa yang mereka miliki. Terkadang kesalahan kita adalah seringkali kufur nikmat, yakni tidak pandai bersyukur. Maka dengan bertemunya kami dengan mereka merupakan cara Allah untuk menyadarkan kami untuk menjadi manusia yang pandai bersyukur.

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai eksposure yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai