Anda di halaman 1dari 20

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Sistem saraf adalah sistem yang terususun rapi di dalam tubuh manusia. Sistem ini terdiri dari banyak neuron yang saling berhubungan satu sama lain. Sistem inilah yang mengkoordinasi berbagai gerakan kita, rangsangan yang kita rasakan, dan berbagai fungsi lainnya, termasuk kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, dan sensasi. Sistem saraf itu sendiri juga memiliki aktifitas-aktifitasnya sendiri agar tubuh manusia dapat bekerja dengan optimal dan harmonis, salah satu dari aktifitasnya adalah potensial aksi saraf. Potensial aksi saraf merupakan proses masuknya ion ke dalam akson sehingga potensial membran berubah nilainya menjadi positif. Potensial aksi inilah yang menghantarkan impuls dari satu sel ke sel lainnya agar sistem saraf dapat melaksanakan fungsinya sebagai koordinasi tubuh manusia dengan baik. Tetapi tidak sedikit juga gangguan yang terjadi, baik itu pada potensial aksi, yang akan memberikan pengaruh pada sistem saraf. Salah satu penyebab dari gangguan saraf adalah narkoba. Narkoba merupakan singkatan dari nakotika dan obat-obatan berbahaya. Narkotik terminologi bersalah dari kata nercoun yang memiliki arti melumpuhkan atau membius. Narkoba adalah substansi atau obat yang dapat mengubah kesadaran, menimbulkan kecanduan dan ketergantungan. Narkoba bekerja di dalam otak, mempengaruhi membran saraf dan eksistensi neuro transmitter otak, mengubah keseimbangan hubungan antar neuron, antar neuron dengan pusat sadar, pusat otonom dan pusat kejiwaan. Karena kerjanya yang mengubah keseimbangan antar neuron dalam sistem saraf, maka akan ada gangguan dalam sistem saraf. Gangguan itu dapat berupa rasa tenang bagi yang gelisah, atau gairah pada yang loyo. Narkoba dapat membawa pemakainya ke alam fantasi yang menyenangkan, dan dapat membuat pemakainya merasa kesenangan, kenikmatan dan kegembiraan yang luar biasa, inilah yang disebut dengan euforia.

1.2. -

Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah Untuk mengetahui gangguan-gangguan sistem saraf yang ada dan disebabkan oleh narkoba. Untuk mengetahui solusi dan cara penanggulangan dari gangguan saraf. Untuk mengetahui gangguan potensial aksi saraf yang disebabkan oleh narkoba Untuk mengetahui berbagai macam fungsi dari sistem saraf dan potensial aksi saraf

1.3. -

Manfaat Mengetahui bahaya dari narkoba kepada sistem saraf agar dapat menjauhi narkoba Menambah pengetahuan pembaca terhadap kerja sistem saraf dan potensial aksi saraf Mengetahui cara penganggulangan gangguan sistem saraf karena narkoba

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Saraf Susunan saraf dalam tubuh manusia merupakan suatu rancangan yang kompleks dan rumit. Secara anatomis, susunan saraf dalam tubuh manusia dibagi menjadi susunan saraf pusat yang terdiri atas otak dan medulla spinalis, dan susunan saraf tepi yang terdiri atas serat saraf dan kumpulan kecil saraf yang disebut dengan ganglion saraf. Jaringan saraf sendiri terdiri dari neuroglia, sel schwann(sel penyokong), serta neuron. Susunan saraf dalam tubuh manusia sendiri dibentuk oleh 100 juta sel saraf dan didukung oleh sel-sel glia yang jumlah lebih banyak. Setiap neuron rata-rata memiliki setidaknya seribu hubungan dengan neuron lain, dan ini menyusun suatu sistem komunikasi antar sel yang kompleks. Neuron juga bereaksi pada perubahan yang terjadi pada lingkungannya dengan merubah perbedaan potensial antara permukaan luar dan dalam dari membran, hal ini disebabkan karena neuron termasuk dalam macam sel yang dapat dirangsang(excitable) atau dapat diganggu(irritable). Neuron akan segera bereaksi terhadap stimulus dan modifikasi potensial listrik, baik itu hanya pada tempat yang mengalami rangsangan, atau disebarkan keseluruh bagian neuron oleh membran. Penyebaran atau penghantaran impuls ini disebut dengan potensial aksi atau impuls saraf, penghantaran impuls atau rangsangan ini berlangsung dengan cepat dan dapat melalui jarak yang jauh dikarenakan jaringan saraf dalam tubuh tersusun dalam jaringan komunikasi yang kompleks. 2.2. Peranan Sistem Saraf Sistem saraf dalam tubuh manusia memiliki banyak peranan, disebabkan karena susunan saraf dalam tubuh manusia merupakan suatu jaringan komunikasi yang kompleks. Dengan adanya sistem saraf, manusia dapat merasakan rangsangan dari luar, mengetahui perubahan yang ada di lingkungannya. Dengan adanya sistem saraf, manusia juga dapat mengendalikan tubuhnya sendiri, memiliki kesadaran dan

memiliki keseimbangan. Sistem saraf juga berfungsi sebagai penggerak organ dalam tubuh tanpa perlu diatur karena merupakan saraf otonom. 2.3. Potensial Aksi Saraf Potensial aksi terjadi apabila neuron mengalami rangsangan, dan terjadi perubahan potensial membran yang menyebar secara cepat di sepanjang membran serabut saraf. Potensial aksi dimulai dengan perubahan mendadak dari potensial membran negatif istirahat normal berubah menjadi potensial positif kemudian berakhir dengan kecepatan yang hampir sama dan kembali menjadi potensial negatif. Tahapan dari potensial aksi sendiri adalah : 1. Tahap istirahat Pada tahap ini, potensial membran istirahat sebelum terjadi potensial aksi. Membran dikatakan menjadi terpolarisasi selama tahap ini karena adanya potensial membran negatif sebesar -90 milivolt 2. Tahap depolarisasi Pada tahap ini, membran menjadi sangat permeabel terhadap ion natrium secara tiba-tiba, sehingga sejumlah besar ion natrium bermuatan positif berdifusi ke dalam akson, yang mengakibatkan keadaan terpolarisasi normal sebesar -90 milivolt ternetralisasi oleh ion natrium positif yang masuk ke dalam akson, dan meningkat ke arah positif dengan cepat. Perubahan ini disebut dengan depolarisasi. Dalam keadaan ini, pada serabut saraf besar, ion natrium positif yang masuk menyebabkan potensial membran melampaui nilai nol dan menjadi sedikit positif, tapi pada beberapa serabut yang lebih kecil dan banyak neuron sistem saraf pusat, potensial hanya mendekati nilai nol dan tidak menjadi keadaan positif. 3. Tahap repolarisasi Dalam waktu seperbeberapa puluh ribu detik setelah membran menjadi sangat permeabel terhadap ion natrim, kanal natrium mulai menutup, dan kanal kalium terbuka lebih daari biasanya. Yang menyebabkan difusi ion kalium berlangsung cepat ke bagian luar, dan membentukkembali potensial membran istirahat negatif normal. Peristiwa ini disebut dengan repolarisasi membran.

Pada peristiwa potensial aksi ini, terdapat beberapa faktor, yaitu kedua jenis kanal, kanal natrium dan kalium bergerbang voltase. Karena pada peristiwa potensial aksi, kedua kanal inilah yang menjadi pelaku utama yang menyebabkan depolarisasi dan repolarisasi. Kedua kanal inilah yang menunjang pompa Na+-K+ dan kanal bocor Na+-K+ Kanal Gerbang bervoltase untuk Natrium Kanal ini memiliki 2 gerbang, gerbang di bagian permukaan membran disebut dengan gerbang aktivasi dan gerbang di bagian dalam disebut dengan gerbang inaktivasi. Aktivasi Kanal Natrium Ketika potensial membran menjadi kurang negatif daripada saat keadaan istirahat, dari -90 milivot menjadi nol, dan mencapai suatu voltase sekitar 70 sampai 50 milivolt- yang menyebabkan perubahan bentuk secara tiba-tiba pada gerbang aktivasi, yang mengakibatkan gerbang sepenuhnya menjadi posisi terbuka. Keadaan terbuka dari gerbang inilah yang disebut dengan keadaan teraktivasi, dalam keadaan ini, ion natrium dapat tertuang masuk ke dalam membran melalui kanal. Pada keadaan ini, tingkat permeabilitas membran terhadap natrium meningkat sebesar 500 sampai 5000 kali lipat. Inaktivasi Kanal Natrium Kenaikan voltase yang sama besarnya dengan yang membuka gerbang aktivasi juga menutup gerbang inaktivasi. Meski begitu, gerbang aktivasi menutup dalam waktu seperbeberapa puluh ribu detik setelah gerbang aktivasi terbuka. Dengan kata lain, menutupnya gerbang aktivasi memakan waktu lebih banyak daripada saat ggerbang aktivasi terbuka. Karena itu, setelah gerbang aktivasi terbuka selama seperbeberapa puluh ribu detik, gerbang inaktivasi menutup dan ion natrium tidak lagi dapat tertuang ke dalam membran. Pada keadaan ini, potensial membran mulai pulih kembali ke keadaan mebran istirahat, yang merupakan proses repolarisasi.

Sifat penting lain dari proses inaktivasi kanal natrium adalah bahwa gerbang yang inaktif tidak akan terbuka lagi sampai potensial membran kembali atau mendekati nilai potensial membran asal. Maka dari itu, biasanya tidak mungkin untuk gerbang aktivasi terbuka lagi tanpa terjadi proses repolarisasi pada serabut saraf terlebih dahulu. Kanal Kalium Bergerbang Voltase Pada keadaan istirahat, gerbang kanal kalium tertutup dan ion kalium terhalangi melalui kanal ini ke luar. Saat potensial membran meningkat dari -90 milivolt menuju nol, gerbang terbuka yang mengakibatkan mudahnya difusi ion kalium ke luar melalui kanal. Tapi, karena adanya sedikit perlambatan pada pembukaan kanal kalium, kanal kalium hanya terbuka pada saat bersamaan ketika kanal natrium mulai menutup karena terjadi inaktivasi. Oleh sebab itu, menurunnya jumlah natrium yang masuk ke dalam sel dan peningkatan pengeluaran kalium yang bersamaan waktunya dari sel mempercepat proses repolarisasi, dan menyebabkan pemulihan sempurna pada potensial membran istirahat dalam waktu seperbeberapa puluh ribu detik kemudian. Selain ion natrium dan kalium yang berperan dalam peristiwa potensial aksi, juga terdapat ion-ion lain yang juga berperan dalam proses terjadinya potensial aksi. Ion-ion Bermuatan Negatif yang Tidak Permeabel di Dalam Akson Di dalam akson juga terdapat ion-ion negatif yang tidak dapat melwati kanal membran. Ion-ion ini meliputi anion dari molekul protein dan banyak komponen fosfat organik, senyawa sulfat dan sebagainya. Karena ion-ion negatif ini tidak dapat meninggalkan bagian dalam akson, maka setiap defisit ion positif akan mengakibatkan kelebihan anion negatif yang tidak permeabel. Oleh karena itu juga, ion-ion negatif ini bertanggung jawab atas muatan negatif di dalam serabut apabila ada kekurangan netto dari ion kalium yang bermuatan positif dan ion-ion positif lainnya.

Ion Kalsium Hampir seluruh membran sel dalam tubuh memiliki pompa kalsium yang mirip dengan pompa natrium, dan kalsium bekerja sama atau menggantikan natrium pada di beberapa sel untuk menghasilkan sebagian besar potensial aksi.seperti halnya pompa natrium, pompa kalsium juga memompa ion kalsium dari bagian dalam membran sel ke bagian luar membran sel atau ke dalam retikulum endoplasma sel, yang menimbulkan gradien ion kalsium kira-kira 10.000 kali lipat. Hal ini mengakibatkan konsentrasi ion kalsium di bagian dalam sel kira-kira 10-7 molar, jauh berbeda dengan konsentrasi di bagian luar sel yang kira-kira 10-3 molar. Selain itu, juga terdapat kanal kalsium bergerbang voltase, sama ahalnya dengan kanal natrium, kanal juga sedikit permeabel terhadap ion kalsium, bila kanal terbuka, ion kalsium dan natrium akan mengalir masuk ke dalam serabut. Oleh karena itu, kanal ini dinamakan kanal Ca++-Na+. Tapi. Kanal ini teraktivasi 10 sampai 20 kali lebih lambat daripada kanal natrium, sehingga kanal ini disebut dengan kanal lambat, berbeda dengan kanal natrium yang disebut dengan kanal cepat. Kanal kalsium sangat banyak dijumpai pada otot jantung dan otot polos, bahkan pada beberapa macam otot polos hampir tidak dijumpai kanal natrium, sehingga potensial aksi pada otot-otot tersebut hampir seluruhnya disebabkan oleh aktivasi kanal kalsium. Kenaikan Permeabilitas Kanal Natrium Bila Terdapat Kekurangan Ion Kalsium Konsentrasi ion kalsium pada cairan ekstrasel juga berpengaruh pada besarnya voltase yang membuat kanal natrium teraktivasi. Bila terdapat kekurangan ion kalsium, kanal natrium akan teraktivasi dengan sedikit sekali kenaikan potensial membran dari nilai normalnya, yaitu nilai yang sangat negatif. Karena itu, serabut saraf menjadi sangat mudah terksitasi, yang menyebabkan serabut saraf terkadang melepaskan muatan secara beruntun dan bukan menetap dalam keadaan istirahat. Nyatanya, ion kalsium hanya perlu turun 50% dari nilai normal sebelum timbul pelepasan muatan secara spontan dai banyak saraf perifer, yang akan mengakibatkan

tetani. Hal ini kadang mengakibatkan akibat kontraksi tertarik pada otot pernapasan. Memungkinkan apabila ion-ion tersebut tampak berikatan pada permukaan luar molekul protein kanal natrium. Muatan positif dai ion-ion itu kemudian mengubah keadaan listrik molekul protein itu sendiri, sehingga meningkatkan nilai voltase yang dibutuhkan untuk membuka gerbang natrium. Inisiasi Potensial Aksi Beberapa faktor yang dapat menginisiasi potensial aksi adalah sebagai berikut: Umpan Balik Positif yang Membuka Kanal Natrium Selama serabut saraf tidak terganggu, tidak akan ada potensial aksi pada serabut saraf. Meski begitu, bila ada peristiwa apa pun yang menyebabkan naiknya potensial membran yang cukup tinggi, dari -90 milivolt menuju nol, akan banyak kanal natrium bergerbang voltase mulai terbuka. Hal ini akan menyebabkan ion natrium cepat masuk dan mengakibatkan peningkatan pada potensial membran, sehingga kanal natrium menjadi lebih terbuka dan lebih banyak lagi ion natrium yang masuk ke dalam serabut. Ketika umpan balik ini cukup kuat, maka akan berlanjut hingga seluruh kanal natrium teraktivasi. Kemudian dalam waktu yang sangat cepat, kira-kira sepersekian milidetik, peningkatan potensial membran mengakibatkan penutupan kanal natrium dan membuka kanal kalium, ketika ini terjadi, potensial aksi segera berakhir. Nilai Ambang untuk Inisiasi Potensial Aksi Potensial aksi tidak akan terjadi sampai ada peningkatan inisial pada potensial cukup besar yang dapat mengakibatkan suatu umpan balik. Hal ini terjadi bila jumlah ion Na yang memasuki serabut lebih banyak daripada jumlah ion K yang meninggalkan serabut. Umumnya, dibutuhkan peningkatan potensial sebesar 15 sampai 30 milivolt, oleh karena itu, peningkatan potensial membran pada serabut

saraf besar dari -90 milivolt menjadi -65 milivolt akan menyebabkan letupan potensial aksi. Nilai sebesar -65 milivolt inilah yang disebut dengan nilai ambang untuk perangsangan. `Penyebaran Potensial Aksi Potensial aksi tidak hanya terjadi pada satu titik pada suatu membran, tetapi potensial aksi yang timbul pada membran yang mudah dirangsang akan mengeksitasi bagian membran yang ada di dekat titik itu, sehingga terjadi potensial aksi di sepanjang membran. Misalnya, bila terjadi kenaikan mendadak terhadap permabilitas kanal natrium pada suatu titik di tengah membran, muatan listrik positif yang dibawa oleh ion natrium yang berdifusi ke dalam membran dan selanjutnya beberapa milimeter pada kedua arah di sepanjang initi akson. Muatan postif ini menyebabkan voltase di serabut besar meningkat hingga di atas nilai ambang untuk terjadi potensial aksi, maka dari itu kanal natrium pada kedua arah dari titik terjadinya potensial aksi juga terbuka, yang menyebabkan potensial aksi yang meletup tersebar. Daerah depolarisasi yang baru mengakibatkan adanya sirkuit lokal aliran lebih lanjut di sepanjang membran, dan menimbulkan depolarisasi yang progresif, yang mengakibatkan proses depolarisasi di sepanjang serabut. Transmisi proses depolarisasi pada serabut otot atau saraf disebut dengan impuls saraf atau otot. Arah Penyebaran Potensial aksi tidak memiliki arah penyebaran yang pasti, tapi potensial aksi mengarah ke semua arah menjauhi titik yang mengalami rangsangan, bahkan bila memungkinkan sampai semua seluruh bagian membran menjadi depolarisasi. Prinsip All-or-Nothing Ketika potensial aksi terjadi pada titik mana pun dari membran serabut normal, maka proses depolarisasi akan berjalan sepanjang membran bila kondisinya memungkinkan, atau tidak berjalan sama sekali bila kondisi tidak memungkinkan. Keadaan ini disebut dengan prinsip all-or-nothing(semua atau tidak sama sekali).

Ada kalanya potensial aksi mencapai suatu membran yang tidak dapat menimbulkan voltase yang cukup untuk merangsang daerah membran berikutnya, bila hal ini terjadi, maka proses depolarisasi akan terhenti. Supaya hal ini tidak terjadi dan agar penjalaran impuls terjadi secara terus menerus, perbandingan potensial aksi terhadap nilai ambang harus lebih besar dari 1, hal inilah yang disebut dengan faktor pengaman untuk penyebaran. Garis Mendatar Plateau pada Beberapa Potensial Aksi Pada beberapa keadaan, membran yang terksitasi tidak segera mengalami repolarisasi setelah depolarisasi, tetapi potensial tetap dalam keadaan mendatar mendekati spike potential selama beberapa milidetik, dan baru mengalami repolarisasi setelahnya. Pendataran ini sangat memperpanjang proses depolarisasi, dan potensial aksi tipe ini terjadi di dalam otot jantung, tempat pendataran berlangsung selama 0,2 samapai 0,3 detik dan menyebabkan periode kontraksi ada pada waktu yang sama. Yang menyebabkan pendataran ini adalah gabungan dari beberapa faktor. Pertama, pada otot jantung terdapat dua macam kanal yang terlibat dalam proses depolarisasi, yaitu kanal natrium yang disebut dengan kanal cepat dan kanal natriumkalsium yang disebut dengan kanal lambat. Membukanya kanal cepat menyebabkan adanya bagian spike pada potensial aksi, sedangkan membukanya kanal lambat berlangsung lama, mengakibatkan masuknya ion kalsium melalui serabut, dan juga menyebabkan terjadinya plateau pada potensial aksi. Faktor kedua, kanal kalium terbuka lebih lambat daripada biasanya, dan sering tidak terlalu membuka sampai akhir pendataran. Hal ini mengakibatkan lambatnya pengembalian potensial membran ke nilai negatif normal. Irama Pada Beberapa Jaringan Yang Mudah Tereksitasi Pelepasan impuls yang diinduksi sendiri berlangsung berurutan secara normal terjadi di jantung, sebagian besar otot polos, dan banyak neuron sistem saraf pusat. Pelepasan yang berirama ini menyebabkan detak jantung yang teratur, gerak

peristaltik ritmik pada usus halus, dan peristiwa neuronal seperti pengaturan ritmik pada pernapasan. Meski begitu, hampir semua jaringan lain yang mudah tereksitasi akan mengalami pelepasan secara berurutan bila ambang rangsang untuk stimulasi sel jaringan menurun menjadi cukup rendah. Contohnya, serabut saraf besar serta serabut otot rangka yang sangat stabil, dapat mengalami pelepasan bila ditempatkan dalam larutan yang mengandung obat veratrine atau bila konsentrasi ion kalsium menurun di bawah nilai kritis, kedua keadaaan ini dapat meningkatkan permeabilitas natrium terhadap membran. `Proses Re-eksitasi yang Diperlukan untuk Irama Spontan Agar dapat terjadi irama spontan, membran harus cukup permeabel untuk ion natrium, meski dalam keadaan alami, hal ini diperlukan agar dapat mempermudah terjadinya depolarisasi membran otomatis. Jadi, potensial membran istirahat pada pusat pengendalian irama jantung hanya sebesar -60 sampai -70 milivolt. Nilai ini tidak cukup negatif untuk mempertahankan kanal natrium tertutup secara total. Karena itu, beberapa ion natrium dan ion kalsiium mengalir masuk yang menyebabkan voltase membran mulai naik ke arah positif dan meningkatkan permeabilitas membran, dan mengakibatkan semakin banyak ion yang masuk, karena semakin banyak ion yang masuk, permeabilitas pun semakin meningkat sampai terbentuk potensial aksi. Pada akhir potensial aksi, membran akan mengalami repolarisasi. Setelah penundaan lain selama beberapa milidetik, eksitasi spontan menyababkab depolarisasi kembali dan timbul potensial aksi kembali secara spontan. Keadaan ini akan berlangsung berulang-ulang sehingga terjadi eksitasi berirama pada jaringan yang mudah tereksitasi oleh dirinya sendiri. Meski begitu, membran pusat pengendali jantung tidak langsung berdepolarisasi setelah terjadi repolarisasi, tetapi terlambat satu detik sebelum terjadi potensial aksi berikutnya. Hal ini disebabkan karena saat menuju akhir potensial aksi dan pada masa singkat sesudahnya, membran menjadi sangat permeabel terhadap ion kalium. Hal ini mengakibatkan ion kalium mengalir keluar berikut membawa muatan positif dari dalam membran, sehingga mengakibatkan kenegatifan yang cukup besar

pada bagian dalam serabut. Hal ini berlangsung hampir satu detik setelah potensial aksi terakhir kalinya, sehingga menarik potensial membran untuk mendekati potensial Nernst untuk kalium. Keadaan seperti ini disebut dengan hiperpolarisasi, dan pada keadaan ini, tidak akan terjadi re-eksitasi sendiri, tapi konduktansi kalium yang berlebihan secara bertahap akan hilang setelah potensial aksi selesai, dan akan mempermudah potensial membran sekali lagi meningkat hingga mencapai ambang batas untuk perangsangan. Setelah itu akan timbul potensial aksi yang baru dan terjadi secara berulang-ulang. Perangsangan Proses Pencetusan Potensial Aksi Setiap faktor yang dapat menyebabkan ion natrium mulai berdifusi ke dalam melalui membran dalam jumlah cukup banyak dapat menimbulkan pembukaan regeneratif kanal natrium secara otomatis. Hal ini diakbatkan oleh gangguan mekanis pada membran, pengaruh kimiawi pada membran, atau aliran listrik di seluruh membran. Faktor-faktor tersebut digunakan di berbagai titik dalam tubuh untuk mencetuskan potensial aksi saraf atau otot, seperti tegangan mekanis untuk mengeksitasi ujung saraf sensorik pada kulit, neurotransmitter kimia untuk mentrasnmisikan sinyal dari satu neuron ke neuron berikutnyadi otak, dan arus listrik untuk mentransmisikan sinyal di antara sel-sel otot yang berurutan di jantung dan usus. Eksitasi Serabut Saraf oleh Elektroda Logam Bermuatan Negatif Cara yang dapat digunakan untuk mengeksitasi saraf atau otot adalah dengan mengalirkan listrik ke permukaan saraf atau otot melalui dua elektroda kecil yang bermuatan negatif dan postif. Bila hal ini dilakukan, membran yang mudah tereksitasi akan terstimulasi pada elektroda negatif. Hal ini diakibatkan karena aliran negatif yang berasal dari elektroda akan mengurangi voltase di sisi luar membran menjadi nilai negatif hingga mendekati kenegatifan di dalam serabut. Hal ini mengurangi voltase listrik yang melalui membran dan memudahkan kanal natrium untuk terbuka sehingga menimbulkan

potensial aksi. Sedangkan hal sebaliknya terjadi pada elektroda postif, aliran listrik postif yang dialirkan pada permukaan membran menyebabkan voltase di luar membran semakin naik dan menjadi postif, sehingga menciptakan perbedaan yang semakin besar dengan voltase negatif di dalam serabut. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperpolarisasi dan akan menurunkan kemampuan eksitasi daripada menimbulkan potensial aksi. Nilai Ambang untuk Eksitasi dan Potensial Lokal Akut Suatu stimulus listrik yang lemah kecil kemungkinannya untuk menimbulkan potensial aksi, tapi dengan ditingkatkannya stimulus listrik, stimulus itu dapat mengganggu potensial membran selama 1 milidetik. Perubahan potensial lokal ini disebut dengan potensial lokal akut, bila gagal menimbulkan potensial aksi, potensial ini disebut dengan potensial sub-ambang akut. Ketika potensial lokal sudah mencapai tingkat yang dapat menimbulkan potensial aksi, maka stimulus listrik sudah melewati nilai ambang. Periode Refrakter Setelah Potensial Aksi Saat Stimulus yang Baru Tidak Dapat Dihasilkan Potensial aksi tidak dapat terjadi apabila membran masih dalam keadaan depolarisasi akibat dari potensial aksi berikutnya. Hal ini dikarenakan menutupnya kanal natrium, atau kanal natrium menjadi inaktif, pada keadaan ini, tidak ada rangsangan yang dapat membuka kanal lagi, kecuali bila potensial membran kembali menuju keadaan saat semula atau saat istirahat. Apabila potensial membran sudah kembali atau menuju ke nilai semula, kanal dapat membuka kembali dan potensial aksi dapat terjadi kembali. Periode ketika potensial aksi kedua tidak dapat terjadi, meski dengan rangsangan yang kuat disebut dengan periode refrakter absolut. Periode ini berlangsung sekitar 1/2500 detik pada serabut saraf bermielin yang besar, maka dari itu, kita dapat menghitung bahwa serabut saraf semacam ini dapat mengirimkan sebanyak 2500 impuls per detik.

2.4.

Peranan Potensial Aksi Saraf Potensial aksi saraf merupakan proses terjadinya perubahan potensial pada

membran yang disebabkan oleh stimulus atau rangsangan dari luar. Dan potensial aksi ini terus merambat hingga memungkinkan untuk melewati seluruh bagian membran, dan ini disebut dengan impuls saraf atau otot. Maka dari itu, potensial aksi memegang peranan penting dalam komunikasi antar sel, penyampaian rangsangan, dan menyebabkan manusia dapat merasakan perubahan dan stimulus dari luar dengan cepat. Selain itu, potensial aksi juga berperan dalam pergerakan organ dalam, seperti jantung dan pergerakan usus halus. Dengan adanya potensial aksi, jantung manusia dapat berdetak tanpa harus diperintah oleh otak manusia, demikian juga dengan usus halus, usus halus dapat melakukan tugasnya untuk menyerap nutrisi makanan dengan melakukan gerak ritmik peristaltik, dan tubuh manusia tidak kekurangan nutrisi dari makanan yang telah dimakannya. 2.5. Narkoba Dewasa ini, obat-obatan semacam narkoba sudah banyak dikonsumsi, entah itu oleh anak kecil atau oleh orang dewasa. Obat-obatan semacam ini sebenarnya banyak digunakan oleh pihak rumah sakit, seperti narkotika untuk mengurangi ketegangan dari pasien dan untuk membuat pasien menjadi lebih tenang, juga untuk menghilangkan rasa sakit pasien saat akan dilakukan operasi. Maka dari itu, pemakaian obat-obatan ini harus sesuai dosis yang dianjurkan, dan tidak boleh beredar bebas di masyarakat. Sayangnya, penyalahgunaan obat-obatan sedang marak, banyak orang memakai obat ini untuk menimbulkan rasa tenang dan rileks, untuk melupakan masalah yang ada, atau mungkin hanya untuk coba-coba, atau bahkan sebagai gaya hidup. Nyatanya, pemakaian narkoba melebihi dosis yang ditentukan hanya akan membuat masalah baru dan berbahaya pada tubuh si pemakai, lebih parah lagi, obat semacam ini akan menimbulkan rasa ketagihan, juga menimbulkan rusaknya tubuh si pemakai. Beberapa macam dari obat-obatan yang termasuk dalam kategori narkoba adalah morfin, alkohol, pil koplo, ganja, ekstasi, dan sabu-sabu

1. Morfin Morfin bekerja pada otak dengan mempengaruhi sistem modulasi peptid endogen. Morfin merupakan analgesik yang dahsyat dapat menghilangkan rasa nyeri, baik dalam organogen maupun psikogen dengan mengganti dengan rasa nyaman dan eufor. Morfin juga merupakan induk dari heroin dan putaw yang sekarang banyak disalah gunakan. Morfin berasal dari opium, getah tanaman Paraver somniferum. Opium ini sendiri sudah digunakan sejak 5000 tahun SM, digunakan sebagai penghilang rasa sakit, dicampur dengan anggur. Opium sendiri digunakan dalam bidang kedokteran sebagai obat dan sempat disebut sebagai obat dewa di masa lalu, terlepas dari kurang tahu akan efek negatif dari opium. Dewasa ini, sudah hampir tidak ada negara yang steril dari penggunaan opium. Berdasar pada potensi farmakoterapetiknya, opiod dibagi menjadi 3 macam yaitu: a. Potensi tinggi, yang bekerja cepat dan digunakan untuk menekan nyeri yang sangat hebat, seperti patah tulang, luka perang, luka bakar, operasi. Obat yang termasuk dalam bagian ini adalah morfin, potidin, fentanyl, heroin, dan putaw.
b. Potensi sedang, yang bekerja lebih lambat dan tahan lebih

lama, biasa digunakan sebagai analgesik khusus untuk penyakit kronik yang tidak dapat disembuhkan juga sebagai substitusi KO pada opoid kelompok satu c. Potensi ringan, digunakan sebagai analgesik umum, seperti propoksifen dan tramadol, sebagai obat batuk seperti kodein dan sebagai obat diare misalnya imodium. Pemakaian yang berkelanjutan akan mengakibatkan konsumsi dosis yang semakin besar karena toleransi dari tubuh. Dan apabila pemakaian dihentikan, akan terjadi gejala putus obat berupa gangguan mental organik. Gejala dari putus obat sendiri sebagai berikut: a. Badan tidak fit dan menggigil b. Otot menjadi kaku, perut menjadi mulas

c. Tekanan darah naik d. Keringat, air mata dan lendir mulai keluar Jika tubuhnya kuat, dalam 7-10 hari, gejala putus obat akan berkurang, dan akan ada gejala putus obat kedua, yang berupa hipotensi, napas pendek, dan bdan lemas. 2. Alkohol Pada tahap awal, alkohol menghilangkan rasa cemas, menekan rasa malu dan takut sehingga timbul rasa nikmat dan percaya diri. Daya kognisi dan intelegensi juga menurun, sehingga persepsi terhadap lingkungan menjadi bias. Daya konasi mengalami distorsi, perasaan, kemauan, dorongan mempertahankan diri dan dorongan seksual menonjol, emosi juga menjadi labil sehingga mudah tersinggung. Konsep diri juga menjadi lebih tinggi, berubah menjadi sombong, lebih mudah terlibat dalam pertengkaran dan perkelahian. Secara fisik, alkohol merusak sistem pencernaan sampai sirosis hati, yang menyebabkan penyerapan nutrisi terganggu dan mengakibatkan malnutrisi, pada akhirnya terjadi gangguan sistemik pada sistem saraf dan kardiovaskular yang bersifat irreversible. 3. Ganja Dalam banyak hal ganja mirip dengan alkohol sebab keduanya sama-sama memabukkan. Sama seperti morfin, ganja juga pernah digunakan sebagai obat dalam bidang kedokteran, tetapi dalam sejarahnya, ganja lebih condong dalam tindak kriminalitas. Manisfestasi efek dari ganja tergantung dengan dosis yang dipakai, pengalaman, suasana hati, dan setting lingkungan. Ganja mengubahs suasana hati dari pemakai, dan ganja juga menyebabkan gangguan kognitif, persepsi, dan penalaran. Ganja dapat menyebabkan pemakainya masuk ke dalam alam fantasi yang menyenangkan, sindroma amotivasi, pemalas, tidak peduli lingkungan dan tanggung jawab. Yang paling berbahaya adalah bila terjadi kontroversi, halusinasi, dan perilaku paranoid yang menyebabkan pemakai seperti kerasukan roh jahat. 4. Sedative Hypnotics(Pil Koplo) Kelompok obat tidur atau penenang ini memiliki banyak macam, tapi bila disederhanakan, akan menjadi 3 bagian:

a. Kelompok barbiturat yang digunakan sejak abad 20 b. Kelompok benzodiazepines, yang biasa digunakan oleh dokter dan disalah gunakan oleh pecandu c. Kelompok lain-lain Dalam bidang kedokteran, dokter biasa menggunakannya sebagai terapi cemas, insomnia, ajuvans analgesik atau ajuvans terapi psikosomatik. Pada prosesnya, obat semacam ini menekan lintas eksitasi dan proses elektrokimiawi pada otak. Pada dosis yang tepat, obat ini melemaskan otot yang kaku dan menimbulkan rasa nikmat juga rasa tenang. Dengan dosis yang lebih besar, akan timbul rasa ngantuk disertai lamunan yang menyenangkan dan rasa gembira yang hebat. Kelompok barbiturat juga sangat adiktif, sering ditemukan orang mati karena overdosis obat semacam ini. Semua pil koplo juga menimbulkan state dependent learning, yaitu orang akan merasa penampilan dan performanya akan berkurang bila belum meminum obat. Umumnya, pil koplo menyebabkan sukar berpikir, lingkup perhatian serta wawawsan menyempit, kinerja menurun, dan kepribadian terganggu. Bila terjadi putus obat, maka akan pemakai akan merasa diancam, kegelisahan yang hebat, dan kejang otot. 5. Amfetamin, ekstasi, sabu-sabu Ekstasi dan sabu-sabu merupakan turunan dari amfetamin, obat-obat tersebut mempengaruhi fungsi otak, mirip dengan kokain, akan tetapi ekstasi dan sabu-sabu memiliki rangsangan halusinogen yang lebih kuat. Dengan dosis kecil, obat ini memberikan rasa segar, menghilangkan rasa bosan, menaikkan semangat dan rasa percaya diri. Pemakaian ulang dengan dosis lebih tinggi menyebabkan pemakai merasakan rasa senang yang lebih, konsep dirinya naik, dan merasa dapat melalui segala rintangan, penggunaan dengan jarum suntik menyebabkan efek yang diterima menjadi lebih cepat. Bila overdosis, pemakai akan akan masuk ke dalam alam halusinasi dan mengalami kejang-kejang, yang dapat berakhir pada kematian. Sewaktu kadar obat dalam otak menurun, pemakai akan merasa takut seperti dikejar maut, dan kemudian seluruh tubuhnya merasa sakit. Obat ini sering disalah gunakan sebagai sarana rekreasi untuk melupakan masalah yang ada, menjaga stamina,

sebagai doping, dan sebagai sarana diet. Kedua macam obat ini merupakan turunan dari amfetamin, amfetamin sendiri secara farmakologis meningkatkan NT norifineprin, dopamin, dan hormon emergensi adrenalin, sehingga akan menimbulkan efek fisik yang cukup riskan pada sistem kardiovaskular. Jantung dipacu, pembuluh darah perifer mengalami kontraksi sehingga tekanan darah naik, yang dapat mengakibatkan kolaps jantung atau aritmia, stroke, mati kejang, pemakaian terus menerus dapat mengakibatkan rusaknya struktur saraf atau otak dan pembuluh darah yang sifatnya irreversible. 2.6. Macam Gangguan Pada Potensial Aksi Akibat Narkoba Dari beberapa macam narkoba, narkoba sendiri dibagi lagi pada empat macam obat yang berpengaruh pada sistem saraf, a. Sedatif, yang dapat menurunkan aktivitas normal otak
b. Stimulan yang dapat mempercepat kerja otak

c. Halusinogen yang dapat menimbulkan pengkhayalan pada pemakainya d. Painkiller yang menekan bagian otak yang berguna dalam merasakan sakit Penggunaan obat-obatan dalam tubuh memiliki efek pada sistem saraf, tapi sebelum mempengaruhi sistem saraf, yang pertama kali terkena efeknya adalah potensial aksi, hal ini dapat disimpulkan karena yang berperan dalam penghantaran impuls suatu stimulus dalam sistem saraf adalah potensial aksi. Akibat dari konsumsi obat-obatan dapat berupa gangguan pada koordinasi tubuh, karena umumnya dalam tubuh pemakai kekurangan dopamin. Sedangkan dopamin merupakan neurotransmitter di otak yang berperan penting dalam penghantaran impuls saraf. Karena tidak adanya dopamin yang dihasilkan dalam tubuh pemakai obat-obatan, neurotransmitter tidak dapat melepaskan ion natrium, sehingga tidak ada ion natrium yang melewati kanal menuju serabut. Hal ini menyebabkan tidak terjadinya potensial aksi, dan rangsangan tidak dapat diteruskan menuju bagian membran berikutnya, yang mengakibatkan tidak ada rangsangan yang ditransmisikan, dengan begitu tidak

ada impuls saraf atau otot. Potensial aksi yang berguna sebagai penggerak jantung dan penggerak usus juga terganggu, yang mengakibatkan gerak jantung menjadi tidak teratur, bisa lebih cepat atau lebih lambat, juga dapat mengakibatkan pemakai mengalami malnutrisi karena kinerja usus halus tidak efektif. 2.7. Akibat yang Ditimbulkan Gangguan Potensial Aksi Saraf dan Pengaruhnya Pada Sistem Saraf Dengan adanya gangguan pada potensial aksi, maka tidak ada impuls yang terjadi, sehingga pemakai obat tidak dapat menerima rangsangan dan perubahan pada lingkungannya dengan baik, juga dapat mengakibatkan gangguan gerak karena tidak ada impuls otot yang terjadi. Gangguan-gangguan pada potensial aksi ini mengakibatkan gangguan pada sistem saraf, seperti pemakai yang dapat mengalami gangguan saraf otonom, yang berupa adanya gerak yang tidak diinginkan, gangguan saraf sensorik, juga gangguan pada kesadaran yang diatur juga oleh sistem saraf. Efek dari obat yang paling fatal adalah jika obat-obatan ini sudah merusak otak, yang dapat mengakibatkan kerusakan tubuh, baik itu sistem saraf, atau kerusakan pada organ tubuh. 2.8. Penanggulangan dan Pengobatan Gangguan Potensial Aksi dan Sistem Saraf Penanggulangan dari berbagai gangguan, baik itu pada potensial aksi dan sistem saraf pertama-tama dapat dilakukan rehabilitasi, untuk menghilangkan rasa ketergantungan dan menghentikan pemakaian obat-obatan. Sedangkan untuk gangguan pada sistem kerja otak, yang berpengaruh pada sistem saraf, dapat dilakukan pengobatan dengan memberikan vitamin untuk otak yang dapat memperbaiki kerja otak, tapi apabila pemakaian sudah lama, dapat menimbulkan kerusakan yang sifatnya irreversible dan tidak dapat kembali seperti semula, jadi vitamin yang diberikan pada otak hanya akan memperbaiki kerja dari bagian otak yang tidak mengalami kerusakan permanen, yang mengakibatkan pemakai tetap

mengalami gangguan sistem saraf, tergantung separah apa kerusakan irreversible yang diderita. BAB 3 PENUTUP 3.1. Kesimpulan Narkoba memiliki efek yang berbahaya kepada tubuh manusia, meliputi sistem saraf dan organ-organ yang ada di dalam tubuh manusia. Obat-obatan macam ini dapat berakibat fatal dan menyebabkan kerusaan yang bersifat irreversible. Pemakaian obat juga akan terus meningkat dosisnya, karena tubuh sendiri semakin memberikan toleransi kepada obat yang digunakan, dan apabila overdosis, dapat mengakibatkan kematian kepada pemakainya. Pemakai juga kan merasa ketagihan dan semakin sulit untuk lepas dari obat, dengan semakin banyaknya pemakaian, efek yang diterima tubuh pun semakin berat, yang dapat mengakibatkan gangguan potensial aksi, yang dapat mangakibatkan gangguan pencernaan, detak jantung yang tidak teratur, gangguan penghantaran impuls, juga akan mengakibatkan gangguan pada sistem saraf, seperti saraf sensorik, motorik dan otonom. Otak pun tidak lepas dari kerusakan, dan bila otak rusak, akan banyak bagian dari tubuh yang mengalami gangguan, karena otak merupakan pusat koordinasi pada tubuh. 3.2. Saran Narkoba dan obat-obatan yang dapat berakibat buruk pada tubuh harus dihindari atau dipakai hanya dalam dosis yang sesuai, itu pun hanya bila sangat dibutuhkan, misalnya untuk pasien yang akan menjalani operasi.

Anda mungkin juga menyukai