Anda di halaman 1dari 8

Potensial aksi membran sel

Potensial aksi adalah aliran ionik positif dan negatif yang bergerak di membran sel. Langkah awal pengolahan informasi indra adalah transformasi energi stimulus menjadi potensial reseptor, lalu menjadi potensial aksi pada serabut saraf. Pola potensial aksi merupakan kode informasi mengenai dunia, walaupun kadang-kadang kode yang disampaikan berbeda dari yang akan disampaikan. Potensial aksi ada pada tiap hewan. Potensial Aksi Penyebab potensial aksi Potensial aksi ditimbulkan oleh adanya sensasi yang dirasakan oleh tubuh. Sense berarti otak mendapatkan informasi tentang keadaan lingkungan sekitar dan tubuh. Sejarahnya, Terdapat 5 rasa yang dapat kita terima yaitu bau, suara, rasa, sentuhan, dan cahaya. Pada saat ini kita dapat membagi sensasi menjadi dua, yaitu : A. general sense

Dimana reseptornya secara luas tersebar di tubuh. General sense ini dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu : 1. Somatic sense Menyediakan informasi sensorik tentang tubuh dan lingkungan sekitar, yang termasuk dalamnya adalah sentuhan, tekanan, suhu, propriosepsi, dan nyeri. 2. Visceral sense Menyediakan informasi tentang keadaan organ internal, yang terutamanya nyeri dan tekanan.

B. Special sense Lebih mengkhusus pada struktur maupun penempatan pada organ tubuh. Yang termasuk dalam special sense adalah bau, rasa, suara, cahaya, keseimbangan. Komponen Potensial aksi Untuk memahami lebih mendalam mengenai potensial aksi ini, kita perlu megetahui tentang kanal-kanal yang berperan. Pelaku utama yang menyebabkan peristiwa depolarisasi dan repolarisasi membran saraf selama potensial aksi adalah kanal natrium bergerbang voltase. Namun bukan berarti hanya kanal tersebut yang berperan. Kanal kalium bergerbang voltase juga berperan penting dalam meningkatkan kecepatan repolarisasi membran. Dan kedua kanal ion ini akan menunjang pompa Na-K serta kanal kebocoran Na-K.

Kanal natrium bergerbang voltase

Kanal natrium bergerbang voltase ini memiliki 3 keadaan yang berbeda. Kanal ini sendiri memiliki 2 gerbang, yaitu gerbang aktivasi yang berada dekat dengan sisi luar kanal, dan gerbang inaktivasi yang letaknya dekat dengan sisi dalam kanal. Keadaan saat potensial membran memiliki nilai -90 milivolt (potensial membran istirahat), gerbang aktivasi dari kanal ini tertutup, dengan tujuan untuk mencegah masuknya ion natrium melalui kanal ke bagian dalam serabut saraf.

Aktivasi Ketika potensial membran istirahat menjadi kurang negatif bila dibandingkan dengan pada saat keadaan istirahat, potensial akan meningkat dari -90 milivolt menjadi 0, dan akhirnya mencapai suatu voltase (biasanya berkisar antara -70 dan -50 milivolt). Keadaan ini menyebabkan perubahan bentuk yang tiba-tiba pada gerbang aktivasi, yang mambalikkan gerbang sepenuhnya hingga posisi terbuka yang maksimal. Inilah yang disebut sebagai keadaan teraktivasi, yaitu ion natrium berdifusi melalui kanal, yang dapat meningkatkan permeabilitas natrium membran sebesar 500 5000 kali lipat

Inaktivasi Kenaikan voltase yang sama besarnya dengan yang membuka gerbang aktivasi juga akan menutup gerbang inaktivasi. Walau begitu, gerbang inaktivasi menutup dalam waktu seperbeberapa puluh ribu detik setelah gerbang aktivasi terbuka. Dengan kata lain, perubahan bentuk yang membalikkan gerbang inaktivasi menajdi tertutup merupakan proses yang lebih lambat daripada proses perubahan bentuk yang membuka gerbang akivasi. Setelah kanal natrium tersebut terbuka dalam seperbeberapa puluh ribu detik, gerbang inaktivasi akan menutup dan ion natrium tidak lagi dapat berdifusi melewati membran. Pada saat iniliah potensial membran mulai pulih kembali ke keadaan istirahat, atau yang biasa disebut debagai tahap repolarisasi. Sifat penting lainnya mengenai potensial aksi adalah bahwa gerbang yang inaktif tidak akan membuka lagi, hingga potensial membran kembali ke atau mendekati nilai potensial membran istirahat yang normal. Oleh karena itu, tidaklah mungkin bahwa kanal ion natrium akan kembali terbuka sebelum adanya repolarisasi pada serabut saraf.

Kanal kalium bergerbang voltase

Selama keadaan istirahat, gerbang kanal ion kalium berada dalam keadaaan tertutup, dan ion kalium terhalangi untuk melewati kanal ini menuju keluar. Namun ketika potensial membran meningkat dari -90 milivolt menuju 0, perubahan voltase ini menyebabkan perubahan bentuk yang membuka gerbang dan memudahkan peningkatan difusi kalium keluar akson melewati kanal. Namun diakibatkan oleh sedikit lambatnya pembukaan kanal ionkalium ini, pada banyak bagian, kanal kalium hany aterbuka secara bersamaan ketika kanal natrium mulai tertutup akibat

inaktivasi. Jadi, menurunnya jumlah natrium yang masuk ke dalam sel dan peningkatan pengeluaran kalium yang bersamaan waktunya dari sel secara bersama-sama mempercepat proses repolarisasi, dan menimbulkan pemulihan sempurna pada potensial membran dalam waktu seperbeberapa puluh ribu detik kemudian.

Mekanisme Potensial aksi Potensial aksi merupakan suatu perubahan cepat pada potensial membran yang menyebar sepanjang serabut saraf. Setiap potensial aksi dimulai dengan perubahan mendadak dari potensial membran negatif istirahat normal menjadi potensial positif dan kemudian berakhir dengan kecepatan yang hampir sama dan kembali ke potensial negatif. Untuk menghantarkan sinyal saraf, potensial aksi bergerak di sepanjang serabut saraf sampai tiba di ujung serabut.

Tahapan potensial aksi adalah sebagai berikut : 1. Tahap Istirahat Tahap ini merupakan potensial membran istirahat yang ada sebelum terjadinya potensial aksi. Pada saat ini, membran dapat dikatakan terpolarisasi, karena selama tahap ini erlangsung, potensial membrannya bersifat negatif dengan nilai sekitar -90 milivolt. 2. Tahap Depolarisasi Pada tahap ini, membran secara tiba-tiba menjadi sangat permeabel terhadap ion natrium. Hal ini menyebabkan kanal ion natrium terbuka dengan sepat dan sejumlah besar ion natrium yang bermuatan positif berdifusi masuk ke dalam akson. Keadaan membran yang awalnya terpolarisasi dengan nilai -90 milivolt secara cepat menjadi semakin positif, karena difusi natrium sekaligus menetralisir keadaan tersebut. Hal ini meningkatkan potensial membran. Aktifnya kanal ion natrium pada awal depolarisasi memunculkan suatu feedbac positif, berupa trigger untuk terbukanya kanal-kanal ion natrium yang lain, sehingga natrium akan terus berdifusi ke dalam akson hingga tercapai konsentrasi tertentu.

Pada serabut saraf besar (bermielin), sejumlah besar ion natrium yang berdifusi ke dalam akson tersebut menyebabkan potensial mencapai nilai 0, atau bahkan melampaui nilai 0 itu sendiri (menjadi sedikit positif). Namun pada serabut saraf kecil (tidak bermielin), difusi ion natrium hanya mampu menyebabkan potensial membran meningkat hingga nilai dibawah 0, dan tidak pernah melampaui sampai keadaan positif.

3. Tahap Repolarisasi Tahapan ini berlangsung setelah tahap depolarisasi berakhir, dan membran menjadi lebih permeabel terhadap ion kalium. Berakhirnya tahap depolarisasi adalah ketika kanal ion natrium tertutup dengan cepat yang diikuti oleh pembukaan kanal ion kalium secara lambat. Saat kanal ion kalium telah terbuka secara sempurna, sejumlah besar ion kalium akan berdifusi keluar akson secara cepat. Hal ini menyebabkan potensial membran yang tadinya menjadi positif karena depolarisasi kembali bersifat negatif, dan ketika sifat negatif itu telah dicapai, kanal ion kalium akan kembali menutup secara lambat.

4. Hiperpolarisasi Setelah tahap repolarisasi berakhir, dikenal suatu kondisi yang disebut positive after potential. Keadaan ini merupakan kondisi potensial membran yang lebih negatif dari kondisi istirahat. Terjadi beberapa milidetik setelah berakhirnya potensial aksi, terjadi akibat lambatnya penutupan kanal ion K dan merupakan istilah yang salah kaprah akibat faktor historis dalam pengukuran para ilmuan terhadap aksi potensial membran.

1. a.

Respons all-or-none Stimulus ambang untuk depolarisasi biasanya terjadi saat pada perubahan sekitar 15 mV sarnpai 20 mV dari keadaan potensial istirahat

b.

Begitu ambang depolartsasi tercapai, potensial aksi akan terbentuk. Inilah yang disebut respons all-or-none: Neuron akan merespon secara keseluruhan atau tidak merespons sarna sekali.

2. a.

Periode refraktori Periode refraktori absolut,

adalah waktu selama gerbang ion tertutup, dan gerbang K+ masih terbuka, dan serabut saraf s: sekali tidak res pons if terhadap kekuatan stimulus lain. Masa berlangsung selama 1 milidetik.

b.

Periode refraktori relatif adalah masa setelah masa refraktori ini berlangsung kurang dari 2 milidetik, dan merupakan waktu dimana stimulus dengan kekuatan yang lebih tinggi memicu potensial aksi yang kedua.

Pada beberapa potensial aksi, di grafiknya kita dapat melihat suatu garis mendatar yang disebut plateau. Hal ini disebabkan karena membran yang tereksitasi tidak segera mengalami repolarisasi setelah depolarisasi, dan justru tetap pada keadaan mendatar mendekati puncak potensial layak (spike potential) selama beberapa milidetik, dan baru kemudian memulai tahap repolarisasi. Pendataran ini akan sangat memperpanjang tahap depolarisasi. Misalnya pada potensial aksi di dalam serabut otot jantung, pendatarannya berlangsung selama 0,2 sampai 0,3 detik dan menyebabkan kontraksi otot jantung pada periode waktu yang sama. Pendataran ini sendiri dapat disebabkan oleh gabungan dari beberapa faktor. Sebagai contoh, pada otot jantung terdapa 2 kanal yang terlibat dalam tahap depolarisasi, yaitu: kanal natrium bergerbang voltase, yang dikenal sebagai fast channel, dan kanal natrium-kalsium, yang dikenal sebagai slow channel (terbuka secara lambat). Proses terjadinya pendataran itu sendiri dapat terjadi karena kanal natrium yang membuka dengan cepat tidak diimbangi dengan pembukaan kanal natrium-kalsium. Jadi suatu waktu ketika depolarisasi melalui kanal natrium telah mencapai tingkat maksimum, saatitu depolarisasi melalui kanal natrium-kalsium belum mencapai titik puncak. Sedangkan faktor lainnya yang mungkin bertanggung jawab adalah bahwa kanal kalium bergerbang voltase yang berperan untuk mengawali repolarisasi terbuka lebih lambat dari biasanya, bahkan seringkali tidak terbuka hingga akhir pendataran. Keadaan ini akan memperlambat kembalinya potensial membran ke nilai negatif normal sekitar -80 sampai 90 milivolt. Setelah terjadinya potensial aksi, perlu dilakukan penetapan kembali gradien ion natrium dan kalium antar di dalam dan di luar membran. Yang memiliki peranan penting dalam hal ini adalah pompa Na-K, yang terkait dengan metabolisme energi. Transmisi setiap potensial aksi di sepanjang serabut saraf akan sangat sedikit mengurangi perbedaan konsentrasi natrium dan kalium di sisi dalam dan sisi luar membran, karena ion natrium berdifusi ke dalam selama

depolarisasi dan ion kalium berdifusi keluar selama repolarisasi. Untuk satu potensial aksi, pengaruh ini begitu kecil sehingga tidak dapat diukur. Bahkan 100.000 sampai 50 juta impuls sitransmisikan oleh serabut saraf besar sebelum perbedaan konsentrasi mencapai ke suatu nilai yang menyebabkan terhentinya konduksi potensial aksi. Walaupun begitu, dengan berjalannya waktu, perbedaan konsentrasi ion natrium dan ion kalium pada membran perlu ditetapkan kembali. Hal ini dapat dicapai melalui kerja pompa NaK. Prinsip kerja dari pompa ini adalah mengembalikan keadaan ketika ion natrium telah berdifusi ke dalam sel dan dan ion kalium telah berdifusi keluar sel saat potensial aksi. Karena pompa ini membutuhkan energi untuk bekerja, dibutuhkan energi yang berasal dari sistem energi adenosin trifosfat (ATP) melalui metabolisme aktif yang dilakukan sel. Pompa Na-K ini akan aktif ketika terdapat rangsangan berupa kelebihan ion natrium yang berkumpul di dalam membran sel. Aktivitas pemompaan ion natrium dan kalium oleh pompa ini meningkat kira-kira sebanding dengan pangkat tiga konsentrasi natrium intrasel. Jadi, bila konsentrasi natrium di dalam sel meningkat dari 10 menjadi 20 mEq/L, aktivitas pompa tidak hanya meningkat dua kali, namun meningkat hingga kira-kira delapan kali. Hal inilah yang dapat menjelaskan, bagaimana proses penstabilan konsentrasi ion natrium dan kalium di serabut saraf berlangsung denganbegitu cepat.

Mekanisme Potensial Aksi 9:09 PM andre_bbc4088 No comments

Potensial membran disebabkan oleh perbedaan konsentrasi ion antara isi sel dengan cairan ekstra seluler. Permeabilitas selektif membran plasma mempertahankan perbedaan ionik tersebut.

Prinsip potensial membran pada umumnya adalah : Cairan intraseluler dan ekstraseluler mempunyai komposisi ionik yang berbeda. Ion tersebut adalah kalium, natrium dan klorida. K+ berdifusi keluar sel menuruni gradien konsentrasinya, akan tetapi anion A- tidak dapat mengikutinya, sehingga bagian dalam sel meningkatkan muatan neto negatifnya.

Terdapat difusi K+ yang stabik keluar dari sel dan difusi Na+ yang stabil ke dalam sel Sejalan dengan waktu difusi menyebabkan gradien ionik menjadi hilang. Kehilangan gradien dicegah oleh pompa natrium- kalium dengan m sel.

Potensial aksi adalah peristiwa elektris (listrik) yang terlokalisir menggunakan ATP secara aktif untuk mengangkut Na+ keluar dari sel dan K+ masuk ke dalam, yaitu depolarisasi membran pada titik perangsangan yang spesifik.

Potensial aksi timbul karena membran plasma sel- sel yang dapat dirangsang, mempnyai saluran ion bergerbang voltase, mempunyai gerbang yang membuka dan menutup sebagai respon terhadap perubahan potensial membran serta adanya peningkatan permeabilitas membran terhadap ion Na secara transien (dalam rentang fraksi dari satu milidetik) kemudian diikuti oleh peningkatan permeabilitas membran terhadap ion K secara transien serta penurunan drastis pada permeabilitas membran terhadap ion Na.

Mekanisme perambatan potensial aksi : Potensial aksi pertama : Potensial aksi dibangkitkan ketika ion natrium mengalir ke dalam melintasi membran pada satu lokasi, membran mengalami repolarisasi ketika K+ mengalir keluar

Potensial aksi kedua : Depolarisasi potensial aksi pertama telah menyebar ke wilayah yang bersebelahan pada membran tersebut, mendepolarisasi wilayah itu dn memulai potensial aksi kedua

Potensial aksi ketiga : Merambat secara berurutan saat repolarisasi berlangsung. Melalui mekanisme ini aliran ion lokal menembus membran plasma dan menghasilakan impuls saraf yang meeambat di sepanjang akson itu.

Besarnya potensial aksi tidak bergantung pada kekuatan stimulus pendepolarisasi yang menyebabkan potensial aksi tersebut. Selama fase depolarisasi, polaritas membran berbalik sebentar, bagian dalam sel lebih positif dibandingkann bagian luar. Depolarisasi yang kuat dari suatu potensial aksi akan menyebabkan daerah disekitar titik membran yang mengalami depolarisasi itu jug aterdepolarisasi di atas harga ambang, yang memicu potensiakl aksi baru pada posisi tersebut dan demikian seterusnya sampai ke ujung akson.

Anda mungkin juga menyukai