Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN PRAKTIKUM BIOFEEDBACK

I. II.

TUJUAN PRAKTIKUM IDENTITAS Nama : Arsyan Fuadi NIM Usia : F100080067 : 20 Tahun

: Untuk mengetahui pola emosi subjek

Jenis Kelamin : laki-laki Adakah riwayat gangguan jantung dalam keluarga ? Tidak Pernahkah punya pengalaman gangguan jantung ? Tidak III. DATA A. PENGUKURAN I 1. Grafik 16%. 2. Interpretasi : Pada pengukuran pertama tanpa perlakuan dari sekian waktu : Koherensi rendah 80%, Koherensi sedang 4%, koherensi tinggi

menunjukan koherensi lebih banyak rendah dikarenakan subjek belum mengetahui tentang tes tersebut. Subjek merasa cemas dan bingung tentang tes yang dijalaninya.

B. PENGUKURAN II 1. Grafik : Koherensi rendah 0%, Koherensi sedang 2%, Koherensi

tinggi 98%.

2.

Interpretasi

: Pada pengukuran kedua dengan perlakuan (latihan

pernafasan), dari sekian waktu yang telah ditentukan menunjukan tingkat koherensi tinggi. Hal ini dapat menjadi salah satu intervensi untuk mencapai koherensi yang maksimal.

C. PENGUKURAN III 1. Grafik : Koherensi rendah 61%, Koherensi sedang 25%, Koherensi

tinggi 14 %. 2. Interpretasi : Pada pengukuran ketiga dengan perlakuan (music pelan

dan music keras), pada pengukuran 1(music pelan) terdapat koherensi tinggi yang muncul karena kestabilan pernafasan yang disebabkan oleh irama music pelan. Sedangkan pada pengukuran 2 (music keras) terdapat penurunan koherensi yang disebabkan adanya ketidakteraturan pernafasan dan detak jantung.

IV.

KESIMPULAN INTERPRETASI

Perbandingan antara pengukuran I(tanpa perlakuan) dengan pengukuran II(latiahan

pernafasan) : Tingkat koherensi yang muncul lebih baik pada pengukuran II karena adanya latihan pernafasan yang membuat keteraturan pernafasan dan berdampak pada keteraturan kinerja detak jantung. Perbandingan antara pengukuran I(tanpa perlakuan) dengan pengukuran III a(music

pelan) : Tingkat koheransi yang muncul lebih baik pada pengukutan III dengan perlakuan music pelan daripada pengukuran I tanpa perlakuan karena pada pengukuran III a subyek menjadi lebih rileks dibandingan tanpa perlakuan.

Perbandingan antara pengukuran I(tanpa perlakuan) dengan pengukuran III b

(music keras): Tingkat koherensi yang muncul lebih baik pada pengukuran I tanpa

perlakuan daripada pengukuran III b(music keras). Hal ini disebabkan oleh pengukuran III b subjek mengikuti irama music yang keras dan menyebabkan pernafasan dan detak jantung tidak stabil yang disebabkan oleh irama music keras yang tidak teratur.

Perbandingan antara pengukuran II(latihan pernafasan) dengan pengukuran III

a(music pelan): Tingkat koherensi yang muncul relative hamper sama dikarenakan dari kedua pengukuran tersebut subjek sama-sama rileks, sehingga terdapat koherensi yang sama-sama tingginya.

Perbandingan antara pengukuran II(latihan pernafasan) dengan pengukuran III

b(music keras): Tingkat koherensi yang muncul lebih baik pada pengukuran kedua dengan latihan pernafasan dibandingkan dengan pengukuran III b dengan music keras dikarenakan dari pengukuran tersebut subyek lebih merasa rileks pada pengukuran II daripada pengukuran III b yang membuat pernafasan dan detak jantung subyek terpengaruh oleh music keras tersebut.

V.

REKOMENDASI Dari keseluruhan pengukuran tingkat koherensi paling bagus pada pengukuran II (latihan pernafasan) sehingga dapat menjadi salah satu intervensi subyek untuk mencapai koherensi tinggi dengan cara latihan pernafasan karena dapat membuat subyek tenang dan rileks daripada pengukuran-pengukuran lainnya. Pola latihan pernafasan ada banyak cara yang dapat dilakukan dan salah satunya dengan metode meditasi.

Anda mungkin juga menyukai