Anda di halaman 1dari 77

MAKALAH FAAL

SISTEM SARAF PERIFER (PERIPHERAL NERVOUS SYSTEM)

Oleh : AHMAD FAIZAL BUSTOMI 160121110008

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS PROGRAM STUDI BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2012

BAB I PENDAHULUAN

Pada dasarnya, susunan saraf terdiri dari sel-sel dengan spesialisasi yang berfungsi untuk menerima stimulus sensorik dan mentransmisikan stimulus ini ke orgam-orgam efektor, baik muskuler atau glanduler. Stimulus sensorik yang timbul baik di luar atau di dalam tubuh berhubungan di dalam susunan saraf dan impuls eferen dikoordinasi sehingga organ-organ efektor bekerjasama secara harmonis demi kesehatan individu.

Gambar 1. Sistem Saraf. Garis merah menunjukkan sistem saraf pusat dan biru menunjukkan sistem saraf perifer.

Susunan saraf dibagi dalam dua bagian utama, yaitu susunan saraf pusat yang terdiri dari otak dan medula spinalis; dan susunan saraf perifer yang terdiri dari saraf kranial dan saraf spinal, serta ganglion yang terkait. Sistem saraf pusat mengintegrasi dan mengatur keseluruhan sistem saraf, menerima informasi (input) tentang perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal, menginterpretasi dan mengintegrasi informasi ini, dan menyediakan sinyal output untuk melakukan aktivitas, seperti melakukan gerakan atau sekresi. Sistem saraf perifer berfungsi sebagai perantara komunikasi antara sistem saraf pusat dan seluruh bagian tubuh. Oleh karena itu, sistem saraf perifer bertanggungjawab dalam

menyampaikan sinyal input dan output dari dan ke sistem saraf pusat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Secara struktural, sistem saraf perifer terdiri dari reseptor sensoris, neuron sensoris, dan neuron motorik. Reseptor sensoris diaktivasi oleh stimulus (perubahan pada lingkungan internal maupun eksternal). Stimulus kemudian diubah menjadi sebuah sinyal elektronik dan ditransmisikan ke neuron sensoris. Neuron sensoris menghubungkan reseptor sensoris ke sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat lalu memproses sinyalnya dan mentransmisikan kembali pesan ke organ efektor (organ yang merespon impuls saraf dari sistem saraf pusat) melalui neuron motorik.

Gambar 2. Sistem saraf perifer

Secara organisasi, sistem saraf perifer terbagi menjadi dua subdivisi, yaitu sistem saraf somatik, sistem saraf otonom, dan sistem saraf enterik.

Gambar 3. Neuron motorik somatik dan neuron motorik otonom

A. SISTEM SARAF SOMATIK Sistem saraf somatik atau sistem saraf sadar (volunter) adalah bagian dari sistem saraf perifer yang mengatur pergerakan tubuh melalui pengaturan otoT skeletal (sadar), serta menghubungkan organisme dengan lingkungan melalui penerimaan stimuli eksternal, seperti melalui sensasi penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan penciuman. Sistem saraf somatik mengatur aktivitas sadar seperti berjalan dan tersenyum melalui saraf motorik eferen, dan merupakan kebalikan dari sistem saraf otonom yang bertindak independen dalam mempersarafi otot kardiak serta kelenjar eksokrin dan endokrin. Setiap makhluk hidup berinteraksi dengan organisme lain dan

lingkungannya. Interaksi yang berkesinambungan antara organisme dan lingkungannya diperlukan bagi organisme tersebut untuk tumbuh dan bertahan hidup. Sistem saraf somatiklah yang berperan dalam individu untuk menerima informasi sensori dan secara sadar bereaksi terhadap perubahan lingkungan.

Sistem saraf somatik terdiri dari saraf kranialis dan saraf spinalis yang menginervasi jaringan otot skeletal dan lebih di bawah kontrol sadar seperti halnya pada reseptor sensoris dan meliputi semua neuron yang terhubung dengan otot, kulit, dan organ sensasi. Sistem saraf somatik memproses informasi sensoris dan mengatur semua sistem muskular volunter dalam tubuh, dengan pengecualian arkus refleks. Di dalam sistem saraf somatik terdapat saraf motorik, yang juga dikenal dengan saraf eferen, yang menghantarkan impuls dari pusat ke perifer; dan saraf sensoris, juga dikenal dengan sebutan saraf aferen, yang menghantarkan impuls dari perifer ke pusat. Otak dan sumsum tulang belakang berkomunikasi dengan seluruh bagian tubuh melalui cranial nerves (saraf-saraf kepala) dan spinal nerves (saraf-saraf tulang belakang) yang merupakan bagian dari sistem saraf perifer yang membawa informasi sensoris ke sistem saraf pusat dan membawa pesan-pesan dari sistem saraf pusat ke otot-otot dan kelenjar-kelenjar di seluruh tubuh atau disebut juga dengan sistem saraf somatik (somatic nervous system). Sistem saraf somatik terdiri dari 31 pasang saraf spinalis dan 12 pasang saraf kranialis, serta ganglia yang terkait.

1. Saraf-Saraf Spinalis (Spinal Nerves) Terdapat 31 pasang saraf spinalis dan masing-masing terbentuk dari pertemuan radiks spinal anterior dan posterior. Radiks spinalis ini berasal dari korda spinalis dan kemudian melalui foramen intervertebral dalam perjalanannya menginervasi dermatom tubuh.

Gambar 4. Saraf Spinalis

31 pasang saraf spinalis, yang meninggalkan foramina intervertebralis pada kolumna vertebralis diberi nama menurut daerah kolumna vertebralis yang sesuai, yaitu: 8 pasang saraf servikalis (C1 sampai C8) 12 pasang saraf torakalis (T1 sampai T12) 5 pasang saraf lumbalis (L1 sampai L5) 5 pasang sakralis (C1 sampai C5) 1 pasang koksigealis

Gambar 5. Saraf-saraf spinalis dan distribusi dalam tubuh

Semua dari saraf spinalis ini (kecuali saraf spinalis servikal pertama) berjalan melalui kanal vertebral dan foramina intervertebral. Saraf spinalis servikal pertama berjalan melalui pembukaan di antara tulang oksipital dan tulang atlas. Pasangan saraf nomor 2 hingga nomor 7 keluar tepat di atas vertebrata. Pasangan saraf ke-8 keluar melewati vertebrata servikalis ke-7 dan vertebrata torakal pertama. Masing-masing saraf spinalis dihubungkan dengan medula spinalis oleh dua radiks, yaitu radiks anterior dan posterior. Radiks anterior terdiri dari berkas serabut saraf yang membawa impuls keluar dari susunan saraf pusat. Serabut seperti ini disebut serabut eferen. Serabut eferen yang menuju ke otot-otot skeletal dan menyebabkan timbulnya kontraksi disebut serabut motorik. Sel-sel asalnya terdapat pada kornu grisea anterior medula spinalis. Radiks anterior (eferen) dan posterior (aferen) bersatu membentuk saraf spinalis (aferen dan eferen).

Radiks posterior terdiri dari serabut saraf, disebut serabut aferen, yang membawa impuls saraf ke susunan saraf pusat. Karena serabut ini bertugas untuk mengalirkan informasi mengenai sensasi raba, nyeri, suhu dan getaran, disebut sebagai serabut sensorik. Badan sel serabut saraf terletak pada suatu pembesaran pada radiks posterior yang disebut sebagai ganglion radiks posterior. Sel tubuh yang dimiliki neuron sensoris terdapat di ganglion ini. Impuls sensoris meneruskan informasi sensoris melalui radiks dorsal dari serabut saraf. Dendrit dan neuron yang berhubungan kemudian mengambil impuls dalam korda spinalis sehingga terjadi sinapsis. Dua percabangan dari saraf spinalis yang secara bergantian berkontak permanen dengan cabang ganglion simpatis dikenal dengan sebutan ramus komunikan. Ramus komunikan ini juga merupakan bagian vital dari sistem saraf otonom. Ramus abu-abu (gray ramus) yang merupakan serabut tak bermielin, dan serabut putih bermielin, membentuk ramus komunikantes.

Gambar 6. Rami komunikantes

Gambar 7. Radiks anterior dan posterior yang membentuk saraf spinalis

Radiks saraf spinalis melintas dari medula spinalis ke tingkat masingmasing foramina invertebralis yang bersatu membentuk saraf spinalis. Disini

serabut-serabut motorik dan dan sensorik saling bercampur, sehingga saraf spinalis terbentuk dari campuran serabut motorik dan sensorik. Karena pertumbuhan panjang yang tidak berimbang antara kolumna vertebralis dengan medula spinalis selama masa perkembangan, maka panjang radiks bertambah progresif dari atas ke bawah. Pada daerah servikal atas radiks saraf spinalis pendek dan hampir berjalan secara horizontal, tetapi radiks saraf lumbal dan lumbal di bawah tingkat ujung medula spinalis (batas bawah vertebra lumbalis pertama pada orang dewasa) membentuk tali-tali saraf di sekita filum terminale. Secara bersama-sama dengan radiks nervus bagian bawah disebut cauda equina. Setelah keluar dari foramen intervertebrale, masing-masing saraf spinalis dengan segera membagi diri menjadi suatu ramus anterior yang besar dan ramus posterior yang kecil masing-masing mengandung serabut motorik dan sensorik. Ramus posterior melintas ke posterior di sekeliling kolumna vertebralis serta mempersarafi otot-otot dan anggota gerak. Ramus anterior bergabung satu sama lain membentuk pleksus saraf. Pleksus servikalis dan brakialis ditemukan pada pangkal anggota gerak atas dan pleksus lumbalis dan sakralis ditemukan pada pangkal anggota gerak bawah.

Gambar 8. Potongan melintang saraf spinalis dan rami

Gambar 9. Saraf spinalis dan organ yang dipersarafi

Berikut adalah cabang dari saraf-saraf spinalis serta otot-otot mayor yang dipersarafi:

PLEKSUS Pleksus adalah jaring-jaring serabut saraf yang terbentuk dari ramus ventral seluruh saraf spinal, kecuali T1 dan T11, yang merupakan awal saraf interkostal.

Gambar 10. Pleksus spinalis

Pleksus serviks terbentuk dari ramus ventral keempat saraf serviks pertama (C1, C2, C3, C4) dan sebagian C5. Saraf ini menginervasi otot leher, dan kulit kepala, leher serta dada. Saraf terpenting yang berawal pada pleksus ini adalah saraf frenik, yang menginervasi diafragma.

Gambar 11. Pleksus serviks

Pleksus brakial, terbentuk dari ramus ventral saraf sserviks C5, C6, C7, C8 dan saraf toraks pertama T1, dengan melibatkan C4 dan T2. Saraf dari pleksus brakial mensuplai lengan atas dan beberapa otot pada leher dan bahu.

Gambar 12. Pleksus brakial

Pleksus lumbal terbentuk dari ramus saraf lumbal L1, L2, L3, dan L4 dengan bantuan T12. Saraf dari pleksus ini menginervasi kulit dan otot dinding abdomen, paha, dan genitalia eksterna. Saraf terbesar adalah saraf femoral, yang mensuplai otot fleksor paha dan kulit pada paha anterior, regio panggul, dan tungkai bawah.

Gambar 13. Pleksus lumbal

Pleksus sakral terbentuk dari ramus ventral saraf sakral S1, S2, dan S3, serta kontribusi dai L4, L5, dan S4. Saraf dari pleksus ini menginervasi anggota gerak bawah, bokong, dan regio perineal. Saraf terbesar adalah saraf akiatik.

Gambar 14. Pleksus sakral

Pleksus koksiks terbentuk dari ramus ventral S5 dan saraf spinal koksiks dengan kontribusi dari ramus S4. Pleksus ini merupakan awal saraf koksiks yang mensuplai regio koksiks.

Gambar 15. Pleksus koksiks

Tabel 1. Pleksus dan daerah persarafannya

2. Saraf-Saraf Kranialis (Cranial Nerves) Saraf-sarafkepala terdiri dari 12 pasang saraf kepala yang meninggalkan permukaan ventral otak. Sebagian besar saraf-saraf kepala ini mengontrol fungsi sensoris dan motorik di bagian kepala dan leher. Nuklei motorik dan sensorik saraf kranialis merupakan stasiun penghubung (relay) untuk menerima impuls-impuls dari pusat-pusat yang lebih tinggi yang diteruskan ke efektor dan untuk menerima impuls dari perifer yang diteruskan ke pusat-pusat yang lebih tinggi. Dengan demikian saraf kranialis membawa stimulus motoris dan sensoris

Gambar 16. Skema distribusi sensoris dan motoris saraf kranialis

Ada dua belas pasang saraf kranialis yang terdiri dari: Saraf olfactorius (S) Saraf opticus (S) Saraf occulomotorius (M) Saraf trachlearis (M) Saraf trigeminus (SM) Saraf abducens (M) Saraf facialis (SM) Saraf vestibulocochlearis (S) Saraf glossopharyngeus (SM) Saraf vagus (SM) Saraf accesorius (M) Saraf hypoglossus (M)

Gambar 17. Potongan horizontal basis cranii

ANATOMI SARAF KRANIALIS a. Saraf Olfactorius (Saraf I)

Gambar 18. Perjalanan saraf olfaktorius

Reseptor dari saraf ini berada pada dinding cavum nasi di bagian superior, dan badan selnya terdapat pada mukosa cavum nasi. Sel ini berbentuk bipolar, dan aksonnya disebut fila olfactoria, berjalan melewati foramina cribrosa ossis ethmoidalis menuju ke bulbus olfactorius. Kumpulan fila olfactoria membentuk saraf olfactorius. Di dalam bulbus olfactorius, saraf olfactorius membentuk sinaps dengan sel-sel mitral, membentuk glomerulus olfactorius. Akson dari sel-sel mitral membentuk tractus olfactorius. Ke arah posterior, traktus olfactorius membentuk trifurcatio menjadi stria olfactoria lateralis, stria olfactoria medialis, dan stria olfactoria intermedia. Stria olfactoria lateralis bentuknya paling besar dan berakhir di bagian anterior uncus, yaitu pada kortex prepyriformis. Daerah ini ada kortex area olfactorik primer. Stria olfactoria medialis mencapai permukaan medial hemispherium cerebri dan berakhir pada area Brodmann 25 (area sub callosus), di sebelah anterior lamina terminalis, dan selanjutnya masuk commisura anterior menuju ke bulbus olfactorius sisi lainnya. Stria olfactoria intermedia berakhir pada substansia perforata anterior. Area Brodmann 28 pada gyrus para

hippocampalis merupakan pusat-pusat olfactus untuk mengenal bau. Sistem olfactorius merupakan satu-satunya sistem sensoris yang langsung menuju ke kortex cerebri, tanpa melalui thalamus sebagai stasiun perantara. Serabut-serabut dari gyrus sub callosus, uncus, dan substansia perforata anterior membentuk atria medularis dan mengadakan sinaps dengan nukleus dorsomedialis thalami; sebagian lagi membentuk sinaps pada nukleus habenulare. Akson dari nucleus habenulare membentuk traktus habenulopenducularis. Selanjutnya akson dari nukleus interpenducularis berjalan menuju ke formatio reticularis pada tegmentum, dan diteruskan melalui fasciculus longitudinalis dorsalis menuju ke nukleus salivatorius superior et inferior dan nukleus dorsalis saraf vagi. Serabut-serabut medial forebrain membawa stimulus dari ketiga bagian area kortex olfactorius tadi menuju ke formatio reticularis brain stem, dan mengadakan sinaps dengan saraf kranialis. Lintasan yang ketiga terkait dengan stimulus bau yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Lintasan ini termasuk didalam sistema limbicum. Serabutserabut dari uncus menuju ke gyrus parahippocampalis. Melalui serabut-serabut asosiasi stimulus diteruskan ke hippocampus dan selanjutnya melalui fornix dibawa ke korpus mammilare. Dari corpus mammilare keluar traktus mammilothalamicus yang menuju ke nukleus anterior thalami, disini melalui serabut-serabut proyeksi dihubungkan dengan gyrus cinguli, dan selanjutnya diteruskan ke kortex lobus frontalis melalui serabut-serabut asosiasi.

b. Saraf Optikus (Saraf II) Saraf optikus merupakan akson dari sel-sel ganglion. Sel-sel ganglion ini mengadakan sinaps dengan sel-sel bipolar, sedangkan sel-sel ini membentuk sinaps dengan sel-sel kerucut dan batang. Ketiga jenis sel ini terletak pada retina; sel-sel rods dan rones adalah reseptor yang peka terhadap cahaya. Saraf optikus berjalan melalui foramen opticum, masuk ke dalam kavitas cranii; serabut-serabut dari retina pars nasalis mengadakan persilangan membentuk chiasma optikum, sedangkan serabut-serabut dari retina pars

temporalis tetap berjalan pada sisi yang sama dan bersama-sama menbentuk traktus optikus. Setiap traktus optikus berjalan mengelilingi hipothalamus dan pars rostralis crus cerebri. Sebagian besar serabut-serabut ini berakhir pada corpus geniculatum laterale dan sisanya membentuk brachium colliculi superioris menuju ke colliculus superior dan regio pretectalis. Dari korpus geniculatum lateral keluar traktus geniculocalcarinus (radiatio optica) menuju ke area 17 Brodmann. Regio pretectalis mempunyai kaitan dengan refleks cahaya, dan colliculus superior berkaitan dengan gerakan bola mata dan kepala mengikuti stimulus visualis.2,6,11

Gambar 19. Perjalanan saraf optikus. (a) ilustrasi. (b) potongan otak

c. Saraf Occulomotorius (Saraf III) Menampakkan diri pada fossa interpeduncularis, berjalan melalui fisura orbitalis superior masuk kedalam orbita. Otot-otot yang dipersarafi adalah: 1) Muskulus rectus superior 2) Muskulus rectus inferior 3) Muskulus rectus medialis 4) Muskulus obliquus inferior 5) Muskulus levator palpebrae superioris Saraf occulomotorius juga membawa serabut-serabut efferen visceral yang berasal dari nukleus edinger westhpal (nukleus parasimpatis). Serabut-serabut visceral efferen ini berjalan menuju ke ganglion ciliare, yang terletak di sebelah lateral saraf opticus. Pada ganglion ini terjadi sinaps dan serabut serabut post ganglioniknya dinamakan nn. Ciliares breves, yang menembus bulbus oculi untuk melayani muskulus ciliaris (untuk akomodasi) dan muskulus sphincter pupillae (untuk mengecilkan pupil mata). Serabut efferen visceral ini merupakan bagian efferen dari lengkung refleks cahaya pupil dan refleks akomodasi-konversi. Nukleus okulomotorius menerima serabut-serabut afferen dari 1) Cortex cerebri 2) Nuklei vestibulares 3) Colliculus superior 4) Formatio reticularis

Gambar 20. Skema saraf occulomotorius, trochlear, dan abducens

d. Saraf Trochlearis (Saraf IV) Setelah mengadakan persilangan pada vellum medulare superius, lalu keluar dari facies dorsalis mesencephalon disebelah caudal dari colliculus inferior. Saraf ini terletak di antara arteri cerebelli superior dan arteri cerebri posterior. Masuk ke dalam sinus cavernosus, bersama-sama dengan saraf occulomotoris dan saraf abducens, menuju ke bulbus oculi, mempersarafi muskulus obliquus superior.

e.

Saraf trigeminus (Saraf V)

Gambar 21. Skema saraf trigeminus

Saraf trigeminus bersifat campuran : bagian mayornya membawa serat sensorik dari wajah, dan bagian yang lebih kecil membawa serat motorik untuk otot-otot pengunyah. Bagian sensorik berasal dari ganglion trigeminalis (ganglion semilunaris gasseri), yang berkaitan dengan ganglion spinalis dan mengandung sel-sel ganglion pseudounipolar. Akson-akson perifer dari sel-sel ini berhubungan

dengan reseptor untuk raba, diskriminasi, tekanan, nyeri, dan suhu. Prosesus sentral memasuki pons dan berakhir dalam nukleus sensorik utama (raba, diskriminasi) dan nukleus spinalis (nyeri, suhu) dari saraf. Satu aspek dari nukleus traktus mesensefalik trigeminus menunjukkan gambaran khusus dari saraf. Neuron dari nukleus ini berhubungan dengan neuron ganglion spinalis. Jadi nukleus dapat dianggap sebagai ganglion yang dikatakan berpindah tempat ke dalam otak. Akson-akson dari sel-selnya berhubungan dengan reseptor perifer dalam gelendong otot dari otot pengunyah dan dengan reseptor yang berespons terhadap tekanan. Ganglion gasseri berhenti pada sulkus yang dangkal (impresio trigemini) dari apeks rostral tulang petrosa, diluar bagian lateral dari sinus kavernosus. Akson perifer dari neuron ganglionik membentuk tiga bagian mayor : 1) Saraf oftalmikus, yang berjalan melewati fissura orbita superior 2) Saraf maksilaris, yang menuju ke foramen rotundum 3) Saraf mandibularis, yang berlanjut melalui foramen mentale Daerah sensoriknya mencakup daerah kulit dahi dan wajah, mukosa mulut, hidung, dan sinus; gigi maksilar dan mandibular; dan daerah luas dari dura dalam fosa kranii anterior dan tengah. Untuk telinga, saraf ke-5 hanya melaporkan dari bagian anterior telinga luar dan kanalis auditorius, serta bagian membran timpani. Daun telinga dan bagian sisanya dari kanalis auditorius menerima persarafan sensorik dari saraf intermediat (pars intermedia saraf fasialis), glossofaringeus dan vagus. Saraf mandibularis di antara impuls-impuls lain, membawa impuls propioceptive dari otot-otot pengunyah dan atap mulut untuk mengendalikan kekuatan menggigit. Daerah kulit yang disarafi oleh saraf trigeminus, mempunyai batas pada dermatom C2 dan C3 saraf spinalis. Radiks C1 adalah murni motorik dan mempersarafi otot leher individual di antara tengkorak dan servikalis vertebra atas.

Didalam pons, serat saraf membawa rasa nyeri dan suhu, berlanjut ke arah kaudal sebagai traktus trigeminal spinal. Traktus ini berakhir pada nukleus spinalis dari saraf yang berlanjut kebawah sejauh medula spinalis atas. Disini traktus menggambarkan perpanjangan kranial dari zona Lissauer dan substansia gelatinosa kornu posterior, yang menerima rasa nyeri dari segmen servikal paling atas. Bagian kaudal dari nukleus spinalis memperlihatkan beberapa pola somatotopik. Bagian yang terendah menerima serat rasa nyeri dari saraf oftalmikus. Lebih kranial tiba saraf dari saraf maksilaris. Saraf ini diikuti oleh serat dari saraf mandibularis. Serat saraf VII (saraf intermediat) dan IX serta X mengirimkan impuls nyeri dari telinga, sepertiga posterior lidah, faring, dan laring, bergabung dengan traktus spinalis dari saraf trigeminus. Segmen tengah (pars interpolaris) dan segmen kranial (pars rostralis) dari nukleus spinalis barangkali menerima serat aferen yang mengirimkan impuls tekanan dan raba. Dianggap bahwa segmen tengah menerima serat rasa nyeri yang berasal dari pulpa gigi. Fungsi dari daerah nukleus ini memerlukan penjelasan lebih lanjut. Serat neuron kedua dari nukleus spinalis menyebar sewaktu menyeberang ke sisi yang berlawanan, dimana neuron berlanjut melalui tegmentum pons ke talamus, bersama-sama dengan traktus spinotalamikus lateral. Serat berakhir dalam nukleus posteromedial ventralis dari talamus. Nukleus sensorik utama dari saraf V mengisi daerah sirkuskripta tegmentum dorsolateral dari pons. Nukleus ini menerima impuls aferen dari rasa raba, diskriminasi, dan tekanan, yang pada medula spinalis, dikirim oleh funikuli posterior. Serat neuron kedua dalam nukleus ini juga menyeberang ke sisi lain dari nukleus posteromedial ventral dari talamus. Neuron ketiga dari jaras trigeminalis terletak pada talamus, mengirimkan akson-aksonnya melalui ekstremitas posterior dari kapsula interna ke sepertiga bawah girus postsentralis.

Bagian motorik atau bagian minor dari saraf trigeminus mempunyai nukleus di dalam tegmentum pontin, terletak disebelah medial dari nukleus sensorik utama. Saraf motorik meninggalkan tengkorak bersama dengan saraf mandibularis. Saraf motorik ini mempersarafi otot masseter, pterigoideus temporalis, lateralis dan medialis, milohiodeus, digastrikus anterior dan otot tensor veli palatini. Nukleus motorik menerima rangsangan sentralnya melalui traktus kortikonuklearis. Jaras supranuklear ini berasal dari sel-sel piramidal besar dari sepertiga bawah girus presentralis. Impuls terutama datang dari sisi yang berlawanan. Karena beberapa asalnya dari ipsilateral, gangguan unilateral dari saraf trigeminus supranuklear menyebabkan kelemahan otot pengunyah yang tidak berarti. Sebaliknya lesi yang merusak nukleus atau bagian perifer saraf motorik menyebabkan paralisis flaksid otot pengunyah yang sesuai dan di ikuti atrofi. Paralisis unilateral ini dapat di diagnosis mudah dengan merasakan tidak adanya kontraksi otot pengunyah saat pasien menggigit. Jika pasien disuruh membuka mulut dan menekan dagunya ke depan, dagu akan miring ke sisi paralisis karena kuatnya otot pterigoideus sisi lain. Juga, refleks otot masseter tidak ada pada daerah yang mengalami paralisis. Secara normal, otot masseter berkontraksi bila diketuk palu refleks saat mulut dibuka. Asal rangsangan sensorik pada membran mukosa mata dibawa melalui saraf oftalmikus ke nukleus sensorik utama. Disini rangsangan ini ditransmisikan ke neuron lain yang mewakili bagian aferen refleks kornea dan berhubungan dengan nukleus saraf fasialis pada sisi yang sama. Bagian eferen dari refleks dinyatakan oleh neuron perifer dari saraf fasialis. Pada kasus lain hasilnya akan berupa hilangnya refleks. Serat sensorik yang membawa impuls dari mukosa hidung ke daerah nukleus saraf trigeminus menggambarkan bagian aferen refleks bersin. Beberapa saraf berperan pada bagian eferen refleks ini: saraf V,VII, IX, X, dan saraf ini bertanggung jawab untuk ekspirasi.

Robekan trauma pada satu cabang dari saraf trigeminus menyebabkan hilangnya sensitivitas di daerah yang sesuai dengan persarafan, tetapi biasanya tidak diikuti dengan nyeri.

f. Saraf Abducens (Saraf VI) Saraf abducens berasal dari nukleus abducens yang terletak pada

ventrikulus quartus. Mempersarafi muskulus rectus lateralis yang sepihak. Aksonnya keluar dari sisi medial nukleus abducens, berjalan ke ventral melalui tegmentum pontis, keluar pada tepi caudal pons. Berjalan didalam sinus cavernosus, melewati fisura orbitalis superior. Mempunyai dua macam neuron : 1) Menuju ke muskulus rectus lateralis 2) Merupakan interneuron yang axonnya menyilang linea mediana, lalu berjalan ascendens pada fasciculus longitudinalis medialis yang kontralateral menuju ke nukleus oculomotorius, yang melayani muskulus rectus medialis yang kontralateral. Nukleus abducens menerima serabut-serabut afferen : 1) Nukleus vestibularis medialis 2) Formatio reticularis (corticobulbaris) 3) Nukleus prepositus hypoglossi Fibrae corticonuclares disebarkan secara bilateral pada nuklei

oculomotorii, secara bilateral pada nucleus trochlearis dan terutama secara kontralateral pada nukleus abducens. Serabut-serabut ini berasal dari daerah Brodmann 8 yang akan mengatur pergerakan bulbus oculi dibawah pengendalian kemauan. Selain itu terdapat pusat kortikal lainnya yakni pada lobus occipitalis (area Brodmann 18) dan pada area Brodmann 19, yang berkaitan dengan pergerakan-pergerakan refleks mata yang memungkinkan apa yang disebut gerakan mata mengikuti suatu obyek atau fiksasi tatapan otomatik (penting dalam membaca).

Fasciculus longitudinalis medialis berasal dari nuklei vestibulares; ada yang menylamh linea mediana dan ada yang tidak menyilang. Mempunyai hubungan dengan nukleus abducens, nukleus trochlearis dan nukleus

occulomotorius. Sebagian dari serabut-serabut ascendens FLM mencapai nukleus interstitialis Cajal. Berfungsi membawa stimulus yang mengatur gerakan bola mata, sesuai dengan stimulus pada canalis semicircularis. g. Saraf Facialis (Saraf VII) Saraf facialis dan saraf intermedius menampakkan diri bersama-sama dengan saraf vestibulococchlearis pada sisi lateral cerebello pontine angle, yang dibentuk oleh pons, medula oblongata, dan cerebellum. Serabut-serabut saraf facialis dan nukleus abducens terletak di dalam colliculus facialis. Mengandung komponen : 1) Special Visceral efferent (SVE), brachiomotoris 2) General Visceral efferent (GVE), parasimpatis 3) Special Visceral Afferent (SVA), taste 4) General Somatic Afferent (GSA), sensibel Serabut-serabut SVE mempersarafi otot mimik, platysma myoides, muskulus buccinator, dan muskulus trapesius. Saraf intermedius keluar diantara serabut-serabut motoris saraf facialis dan saraf vestibularis, mengandung GVA dan GVE. Serabut-serabut afferen (GSA dan SVA) berasal dari ganglion geniculi, yang berada pada genu externum saraf facialis. Serabut-serabut SVA membawa stimulus pengecapan (taste) dari 2/3 bagian anterior lingua membentuk fasciculus/tractus solitarius, berakhir pada nukleus solitarius (dibagian rostral), disebut nukleus gustatorius. Serabut-serabut GSA membawa stimulus dari kulit pada meatus acusticus externus dan regio posterior auricula. Berada di bagian dorsal tractus spinalis saraf trigemini.

Serabut-serabut GVE berada di dalam saraf intermedius, berasal dari nukleus salivatorius superior. Serabut-serabut preganglioner parasimpatis ini didekat genu internum saraf facialis terbagi menjadi serabut-serabut yang : 1) Menuju ke ganglion pterygopalatinum via saraf petrosus superficialis major 2) Melalui chorda tympani, yang berjalan bersama-sama dengan saraf lingualis menuju ke ganglion submandibulare Pergantian neuron (sinaps) terjadi pada ganglion pterygopalatinum dan ganglion submandibulare. Serabut-serabut post ganglioner dari ganglion pterygopalatinum membawa stimulus secretoris dan vasomotoris pada glandula lacrimalis, mucosa cavum nasi dan cavum oris. Serabut-serabut postganglioner dari ganglion submandibulare berjalan menuju ke glandula mandibularis dan glandula sublingualis.

Gambar 22. Skema saraf fasialis h. Saraf vestibulocochlearis (Saraf VIII) Saraf vestibulocochlearis terdiri atas dua bagian yaitu : 1) Pars cochlearis (pendengaran) 2) Pars vestibularis (equilibrium dan orientasi ruang) Kedua komponen ini berjalan bersama-sama dari meatus acusticus internus menuju ke cerebellopontine angle, dan masuk kedalam brain stem. Masingmasing saraf ini mempunyai nukleus dan hubungan-hubungannnya sendiri.

Gambar 23. Skema saraf vestibulocochlearis

Saraf cocchlearis berasal dari ganglion spirale, yang terletak pada modiolus dari cochlea. Serabut-serabut dendrit dari sel-sel bipolar pada ganglion spirale (ganglion cochleare) berakhir pada the hair cells of the organon corti dan serabut-serabut neuritnya membentuk saraf cochlearis masuk ke brain stem di bagian lateral dorsal dan di caudalis dari saraf vestibularis. Saraf cochlearis berakhir pada nucleus cochlearis ventralis et dorsalis. Lintasan auditoris (Lintasan kedua) dibentuk oleh : 1) Stria acustica ventralis, berasal dari nucleus cochlearis ventralis, berada di sepanjang tepi ventral tegmentum pontis 2) Stria acustica dorsalis, berasal dari nucleus cochlearis dorsalis 3) Stria acustica intermedia, berasal dari pars dorsalis nucleus cochlearis ventralis

Stria acusticus ventralis berjalan melalui tegmentum pontis, berakhir pada formatio reticularis, nucleus olivarius superior, dan nucleus trapezoidei. Axon dari kedua nuclei yang terakhir ini membentuk lintasan auditoris yang ketiga, berjalan ascendens di dalam lemniscus lateralis yang kontra lateral stria acustica dorsalis dan intermedia membentuk lemnicus lateralis yang kontralateral. Tidak ada serabut-serabut yang berjalan didalam lemnicus lateralis yang ipsilateral. Sebagian besar stria acustica ventralis berjalan di bagian ventral lemnicus medialis, mencapai nukleus olivarius superior kontralateral. Serabut-serabut yang menyilang linea mediana membentuk corpus trapezoideum. Di dalam corpus trapezoideum terdapat nuklei corporis trapezoidei; selanjutnya serabut-serabut dari corpus trapezoideum membentuk lemnicus lateralis. Nukleus olivarius superior menerima the secondary auditory fibers dan memberi serabut-serabut yang turut membentuk lemnicus lateralis. Lemnicus lateralis berjalan ascendens di bagian lateral tegmentum dan sebagian besar berakhir pada colliculus inferior. Serabut-serabut efferen dari colliculus inferior berjalan menuju ke corpus geniculatum mediale via brachium quadrigeminum inferioris. Corpus geniculatum mediale merupakan statio akhir sebelum impulsimpuls tersebut dapat mencapai cortex cerebri. Akson-akson yang berasal dari corpus geniculatum mediale berjalan menyebar ke pusat kortex primer auditoris, yaitu gyri temporales transversi, area Brodman 41 dan 42. Serabut-serabut geniculocorticalis disebut juga radiatio acustica. Dari cortex primer acustica ini impuls-impuls dilanjutkan ke kortex asosiasi pendengaran (area Brodman 22) melalui serabut asosiasi pendek. Saraf vestibularis membawa stimulus keseimbangan yang berasal dari crista ampullares pada ductus semicirculares, macula utriculi, dan makula sacculi. Pergerakan memutar kepala menimbulkan gerakan cairan endolymphe, yang selanjutnya merangsang sel-sel rambut pada neuroepitellium cristae ampullares pada ductus semicirculares. Pengaliran cairan endolymphe yang paling keras

terdapat pada pasangan ductus semicirculares yang tegak lurus pada sumbu perputaran. Susunan ductus semicirculares tegak lurus satu terhadap yang lain dan kira-kira sesusai dengan tiga buah bidang di dalam ruangan dan oleh karena itu bersangkutan dengan keseimbangan kinetik. Macula utriculli dan mungkin juga macula sacculi berkaitan dengan kesimbangan statis dan sel-sel rambutnya terangsang oleh karena perubahanperubahan dalam kekuatan gaya berat dan akselerasi (percepatan linier). Sel-sel rambut pada maculu utriculli terangsang oleh butir-butir otolith (butir-butir yang mengandung kalsium pada lapisan gelatin yang menutupi permukaan macula utriculli dan macula sacculi). Saraf vestibularis yang terbentuk dari kumpulan akson-akson sel-sel bipolar ganglion vestibulare, memasuki substansia medula oblongata di antara pedunculus cerebralis caudalis di sebelah dorsal dan tractus spinalis saraf V disebelah ventromedial. Serabut-serabut ini membentuk bifurcatio, yang berjalan ascendens membentuk sinaps dengan nuklei vestibulares medialis, lateralis, dan kranialis, sedangkan yang berjalan descendens akan berakhir pada nucleus vestibularis caudalis. Ada sejumlah serabut-serabut saraf vestibularis yang langsung mencapai cortex cerebelli (Lobus flocculonodularis) melalui pedunculus cerebellaris caudalis. Serabut-serabut efferen dari nuclei vestibulares berjalan menuju ke : 1) Cerebellum (archicerebellum), melalui corpus restiforme, ada serabut-serabut yang langsung mencapai cortex cerebelli tanpa mengadakan sinaps di dalam nukleus vestibularis dan ada yang berasal dari nukleus vestibularis medialis dan caudalis. 2) Medula spinalis melalui tractus vestibulospinalis, yang berasal dari nukleus vestibularis lateralis dan ada yang melalui fasciculus longitudinalis medialis yang berasal dari nukleus vestibularis medialis.

3) Nuclei saraf craniales (nukleus oculomotorius, nukleus trochlearis, dan nukleus abducens), berasal dari nukleus vestibularis kranialis, medialis, dan lateralis membentuk fasciculus longitudinalis medialis yang homolateral dan kontralateral.

i. Saraf Glossopharyngeus (Saraf IX) Saraf glossopharyngeus dalam banyak hal mempunyai kesamaan dengan saraf vagus, terutama dalam segi fungsi. Saraf ini keluar bersama-sama dengan saraf vagus melalui sulcus lateralis posterior medulae oblongatae dan meninggalkan cavitas cranii melalui foramen jugulare. Mengandung komponen-komponen sebagai berikut : 1) General Visceral afferent (GVA) 2) Special Visceral affrent (SVA) 3) General Somatic afferent (GSA) 4) General Visceral efferent (GVE) 5) Special Visceral efferent (SVE) Saraf glossopahryngeus membentuk dua buah ganglion, yaitu ganglion superior yang terletak didalam foramen jugulare dan ganglion inferior (ganglion petrosum) yang bentuknya lebih besar dari ganglion superior. Serabut-serabut general somatic afferent berasal dari kulit di daerah sekitar porus acusticus externus, melalui ganglion superior, dan akson dari ganglion ini berjalan menuju ke nukleus spinalis saraf trigemini, bersama-sama dengan tractus spinalis saraf trigemini. Serabut-serabut General Visceral afferent, membawa stimulus taktil, suhu, nyeri dan mukosa 1/3 bagian psoterior lingua, tonsil, dinding dorsal nasopharynx dan tuba eustacheus. Badan selnya berada pada ganglion inferior. Special visceral affrent membawa stimulus pengecapan (rasa) dari 1/3 bagian posterior lingua. Serabut-serabut ini membentuk traktus solitarius dan berakhir pada nukleus solitarius. Pars rostralis dan laterali nukleus solitarius membentuk nukleus gustatorius, menerima impuls yang dibawa oleh saraf

intermedius dan saraf glossopharyngeus. Nukleus solitarius juga menerima serabut-serabut dari sinus caroticus.

Gambar 24. Skema saraf glossopharyngeus

Saraf glossopharyngeus mempunyai beberapa nuklei, yakni 1) Nukleus ambiguus, mengeluarkan serabut-serabut branchiomotoris untuk muskulus stylopharyngeus. 2) Nukleus solitarius (caudalis), aksonnya bersifat visceromotoris yang berganti neuron pada ganglion oticum. Serabut-serabut preganglioner ini disebut saraf

petrosus minor, dan serabut-serabut post ganglionernya mempersarafi glandula parotis. 3) Nukleus gustatorius, yang menerima impuls rasa pengecap dari 1/3 bagian posterior lingua. 4) Nukleus pars solitarius, menerima stimulus visceral dari 1/3 bagian posterior lingua, tonsila palatina, tuba eustacheus, cavitas tympani, nasopharynx, oropharynx, sinus caroticus, dan glomus caroticum. 5) Nukleus spinalis saraf trigemini, menerima impuls exteroceptive dari kulit di daerah sekitar meatus acusticus externus seperti halnya dengan saraf vagus.

j. Saraf Vagus (Saraf X) Saraf vagus keluar dari tempat yang sama dengan saraf IX dan meninggalkan kavitas cranii bersama-sama dengan saraf IX dan XI. Saraf ini mempunyai daerah innervasi yang sangat luas dan mengandung serabut-serabut yang beraneka ragam sifatnya. Saraf ini mengandung komponen-komponen sebagai berikut : 1) General Somatic Afferent (GSA), membawa stimulus dari kulit di bagian posterior auricula dan porus acusticus externus. 2) General visceral afferen (GVA), dibawa oleh serabut-serabut dari pharynx, larynx, trachea, oesophagus, viscera thoracis, dan viscera abdominis. 3) Special visceral afferen (SVA), berada pada serabut-serabut yang membawa impuls pengecap dari epiglottis. 4) General visceral efferent (GVE), berada pada serabut-serabut parasimpatis yang menuju ke viscera thoracis dan viscera abdominis. 5) Special visceral efferent (SVE), berada didalam serabut branchiomotorik yang mempersarafi otot-otot pharynx (mm. Constrictor pharyngis dan palatum molle, kecuali m. Tensor veli palatini) dan otot-otot intrinsik larynx. Traktus solitarius dibentuk oleh serabut-serabut viscero afferent dari saraf vagus, saraf accesorius dan saraf intermedius (n. Facialis)

Saraf vagus memiliki empat buah nukleus, yaitu : 1) Nukleus ambiguus, merupakan pusat dari serabut-serabut branchiomotorik. Aksonnya mengikuti saraf glossopharyngeus dan saraf accesorius. 2) Nukleus dorsalis saraf vagi (motoris), merupakan pusat dari serabut-serabut parasimpatis preganglioner. Membentuk trigonim saraf vagi pada dasar fossa rhomboidea. Serabut-serabut preganglioner ini berganti neuron pada ganglion yang terdapat pada dinding viscera yang dipersarafinya.

Gambar 25. Skema saraf vagus

3) Nukleus solitarius, terletak disekitar tract solitarius. Dibagi menjadi dua kelompok sel yang mempunyai fungsi saling berbeda, yakni :

a) Nukleus parasolitarius, menerima serabut viscero afferen dari vicera thoracis dan viscera abdominis. Badan selnya berada pada ganglion nodosum. b) Nukleus gustatorius, menerima serabut viscerosensorik dari saraf facialis, saraf glossopharyngeus, dan saraf vagus. 4) Nukleus spinalis saraf trigemini, menerima stimulus exteroceptive yang berasal dari daerah kulit di sekitar porus acusticus externus, melaui serabut general somatic afferen saraf vagus.

k. Saraf Accesorius (Saraf XI)

Gambar 26. Skema saraf accesorius

Saraf accesorius terdiri atas dua bagian, yaitu pars kranialis dan pars spinalis. Pars kranialis berasal dari pars caudalis nucleuss ambiguus. Keluar dari bagian lateral medula oblongata, disebelah caudal pangkal saraf vagus. Serabut-

serabut ini bergabung dengan saraf vagus, membentuk saraf laryngis inferior, mempersarafi otot-otot intrinsik laryngis (Special visceral efferent). Pars spinalis berasal dari cornu anterius medula spinalis C1-5. Serabutserabut ini berjalan ascendens, melalui foramen oleh pembuluh darah otak dapat mempertahan kan aliran darah yang konstan, walaupun terjadi perubahanperubahan besar dalam tekanan darah arterial.

l. Saraf hypoglossus Saraf hypoglossus adalah mixed saraf. Serabut motoris berasal dari nukleus hypoglossal dalam medula oblongata dan melalui kanal hypoglossal dari tengkorak untuk menginnervasi otot ekstrinsik dan intrinsik lidah. Impuls motorik dari serabut saraf ini untuk mengkoordinasikan kontraksi otot lidah yang diperlukan dalam mengunyah, menelan, dan berbicara. Bagian sensoris dari saraf hypoglossus berasal dari proprioceptor didalam otot lidah dan menyampaikannya ke medula oblongata. Jika terjadi kerusakan pada saraf hypoglossus seseorang akan mengalami kesulitan dalam menelan, berbicara, dan mengunyah.

Gambar 27. Skema saraf hypoglossus

Tabel 2. Saraf kranial dan fungsinya

B. SISTEM SARAF OTONOM Susunan saraf otonom merupakan bagian dan susunan saraf yang berkaitan dengan persarafan struktur-struktur involunter seperti jantung, otot polos, dan glandula seluruh tubuh. Susunan saraf otonom ini tersebar di seluruh susunan saraf pusat dan tepi dan dapat dibagi menjadi dua bagian, simpatis dan parasimpatis, dimana pada kedua bagian ini terdapat serabut aferen dan eferen.

Gambar 28. Sistem saraf otonom

Aktivitas bagian simpatis susunan saraf otonom adalah mempersiapkan tubuh untuk keadaaan darurat, mempercepat denyut jantung, menyebabkan konstriksi arteriol-arteriol pada kulit dan usus tetapi mendilatasi arteriol pada otot skelet, menaikkan tekanan darah. Bagian simpatis susunan saraf otonom menyebabkan redistribusi darah sehingga meninggalkan daerah kulit dan usus serta darah dialihkan ke otak, utung, dan otot skelet, menghambat otot polos bronki, sus, dan dinding vesica urinaria; serta menutup hincter, juga Menyebabkan berdirinya rambut dan kulit berkeringat. Aktivitas bagian parasimpatis susunan otonom bertujuan melestarikan dan mcngembalikan tenaga, seperti memperlambat denyut jantung,

mengkonstriksi pupil, meningkatkan peristalsis usus dan aktivitas glandula, serta membuka sphincter, juga berkontraksinya dinding vesica urinaria.

Gambar 29. Sistem otonom simpatis dan parasimpatis

1. BAGIAN SIMPATIS SUSUNAN SARAF OTONOM a. SERABUT SARAF EFEREN Substantia grisea medula spinalis, mulai segmen torakalis pertama sampai segmen lumbal kedua (kadang-kadang segmen lumbal ketiga), memiliki columna atau cornu lateralis yang terletak badan-badan sel neuron penghubung simpatis Akson-akson bermielin sel-sel ini meninggalkan medula spinalis dalam radiks saraf anterior dan kemudian melintas melalui rami communicantes alba ke ganglia paraver-tehralis trunkus simpatikus Pada saat melintas ke ganglion tepi serabut sel penghubung di-sebut preganglionik. Sekali serabut preganglionik mencapai ganglia dalam trunkus simpatikus, mereka melintas ke tujuan-tujuan berikut: 1. Mereka berakhir dalam ganglion yang dimasukinya dengan bersinaps dengan neuron perangsang dalam ganglion Perlu dingat bahwa suatu sinaps dapat didefinisikan sebagai tempat dimana dua neuron-neuron berdekatan dengan erat tetapi tidak sebagai kelanjutan anatomis. Celah antara dua neuron dihubungkan oleh suatu bahan neuro-transmiter, asetilkoHn (ACh). Akson-akson neuron perangsang meninggalkan ganglion dan tidak bermielin. Saat ini serabut saraf postganglionik melintas ke saraf-saraf spinalis torakalis sebagai rami

communicantes grisea dan tersebar dalam cabang-cabang saraf-saraf spinal

mensarafi otot polos pada dinding pembuluh darah, glandula sudorifera, dan m. erector pili pada kulit. 2. Serabut yang memasuki ganglia trunkus simpatikus yang lebih tinggi diatas toraks dapat berjalan ke atas dalam trunkus simpatikus ke ganglia dalam daerah servikalis, yang bersinaps dengan neuron-neuron perangsang. Disini kembali lagi, serabut saraf postganglionik meninggalkan trunkus simpatikus sebagai rami communicantes grisea, dan sebagian besar bersatu dengan saraf-saraf spinalis servikalis.

Gambar 30. Serabut preganglion dan post ganglion

Banyak serabut preganglionik yang memasuki bagian bawah trunkus simpatikus dari segmen-segmen torakalis bagian bawah dan dua segmen lumbal alas medula spinalis berjalan menurun ke ganglia dalam daerah-daerah lumbal bawah dan sakral, dimana mereka bersinaps dengan sel-sel perangsang. Serabut postganglionik meninggalkan trunkus simpatikus sebagai rami communicantes yang bersatu dengan saraf spinal lumbal, sakral, dan koksigeal. 3. Serabut preganglionik dapat melintas melalui ganglia pada bagian lorakalis trunkus simpatikus lanpa bersinaps. Serabut bermielin ini membentuk n. splancnicus, dan saraf ini berjumlah tiga buah. Nervus splancnicus major berasal dari ganglia torakalis kelima sampai kesepuluh, menembus diaphragma, dan bersinaps dengan sel-sel perangsang dalam ganglia pleksus celiacus. Nervus

splancnicus minor timbul dari ganglia kesepuluh dan kesebelas, menembus diaphragma, dan bersinaps dengan sel-sel perangsang dalam ganglia dari bagian bawah pleksus celiacus. Nervus splancnicus paling bawah (jika ada) berasal dari ganglion torakalis keduabelas, menembus diaphragma, dan bersinaps dengan neuron-neuron perangsang dalam ganglia dari pleksus renalis. Karena itu, saraf splancnicus terdiri dari serabut preganglionik. Serabut postganglionik berasal dari sel-sel perangsang dalam pleksus tepi, yang disebut sebelumnya, dan didistribusikan ke otot polos dan glandula dalam visera. Beberapa serabut preganglionik, berjalan dalam nervus splancnicus major, dan secara langsung pada sel-sel medula suprarenal. Sel-sel medularis ini dapat dianggap sebagai modifikasi neuron-neuron perangsang simpatis.

B. SERABUT SARAF AFEREN Serabut saraf aferen bemielin berjalan dari visera melalui ganglia simpatis tanpa bersinaps. Serabut ini memasuki saraf spinal melalui rami communicantes alba dan mencapai badan-badan sel dalam radiks ganglion psoterior saraf spinal yang berhubung-an. Akson-akson sentral kemudian memasuki medula spinalis dan dapat membentuk komponen aferen ke pusat-pusat otonomik yang lebih tinggi seperti hipotalamus dalam otak.

Gambar 31. Bagian eferen susunan saraf otonom. Serabut preganglionik parasimpatik diperlihatkan dengan garis biru, serabut postganglionik parasimpatik dengan garis biru putus-putus. Serabut preganglionik simpatik diperlihatkan dengan garis merah dan preganglionik simpatik dengan garis biru putus-putus.

2. BAGIAN PARASIMPATIS SUSUNAN SARAF OTONOM A. SERABUT SARAF EFEREN Sel-sel saraf penghubung bagian susunan ini berlokasi dalam segmensegmen batang otak dan sakral medula spinalis. Sel-sel yang berlokasi dalam batang otak membentuk bagian-bagian nuclei berasal dari saraf kranial berikut: n. oculomotorius (parasim-patis atau nucleus Edinger-Westphal), n.facialis (nucleus saliva tori us superior dan nucleus lacrimatorius), glossopharyngeus (nucleus saliva tori us inferior), dan n.vagus (nucleus dorsal is nervus vagus). Akson-akson

sel-sel saraf penghubung ini timbul dari otak dan ter-dapat dalam saraf-saraf kranial. Sel-sel saraf penyambung sakralis ditemukan dalam substantia grisea segmen sakralis kedua, ketiga, keempat medula spinalis. Sel-sel ini tidak cukup banyak untuk membentuk cornu grisea lateralis, seperti halnya neuron-neueon penyambung simpatis dalam daerah toracolumbal. Akson-akson bermielin meninggalkan medula spinalis dalam radiks anterior saraf spinal yang bersesuaian. Kemudian mereka meninggalkan saraf sakral serta membentuk nervi splancnicipelvis. Semua serabut eferen yang diuraikan sejauh ini adalah preganglionik, dan mereka bersinaps dengan neuron-neuron perangsang dalam ganglia tepi, yang biasanya terletak berdekatan dengan visera yang disarafinya. Serabut

preganglionik kranialis merelay dalam ganglia ciliaris, pterygopalatinum, submandibu-laris, dan ganglion oticum. Serabut preganglonik dalam nervi splancnici pelvis merelay dalam ganglia pleksus hypogasticus. Pada situasi tertentu, sel-sel ganglion tersusun secara difus dalam pleksus saraf seperti pleksus cardiacus, pleksus pulmonaris, pleksus myentericus dan pleksus mucosa pada susunan gastrointestinalis. Karakteristik serabut postganglionik tidak bermielin dan secara relatif pendek jika dibandingkan dengan serabut postganglionik simpatis.

B. SERABUT SARAF AFEREN Serabut aferen yang bermielin berjalan dari visera ke badan-badan selnya, berlokasi baik dalam ganglia sen-sorik dari saraf-saraf kranial atau dalam ganglia radiks posterior saraf sakrospinl. Akso-akson sentral kemudian memasuki susunan sarafpusat dan mengambil bagian dalam pembentukan arkus-arkus refleks lokal, atau melintas ke pusat-pusat yang lebih tinggi susunan saraf otonom, seperti hipotalamus. Penting untuk disadari bahwa komponen aferen susunan saraf otonom identik dengan komponen saraf somatik dan bahwa ia membentuk bagian segmen aferen umum seluruh susunan saraf. Ujung-ujung saraf pada komponen otonom tidak dapat diaktivasi oleh sensasi-sensasi seperti panas atau raba tetapi agaknya diaktivasi oleh regangan atau kekurangan oksigen. Sekali serabut aferen masuk ke medula spinalis atau otak, mereka diduga berjalan berdampingan, atau ber-campur dengan serabut aferen somatik.

PENGENDALIAN SUSUNAN SARAF OTONOM YANG LEBIH TINGGI Hipotalamus mempunyai pengaruh mengendalikan pada susunan saraf otonom dan mengintegrasi susunan-susunan otonom dan neuroendokrin, sehingga melestarikan homeostasis tubuh. Pada hakekatnya, hipotalamus dianggap sebagai suatu pusat saraf lebih tinggi untuk pengendalian pusat-pusat otonom yang lebih rendah serta medula spinalis. Stimulasi daerah anterior hipotalamus dapat mempengaruhi respon parasimpatis, sementara stimulasi bagian posterior hipotalamus menimbulkan respon simpatis. Disamping itu, telah ditemukan pusat batang otak yang lebih rendah seperti pusat vasopresor, vasodilator, kardioakselerator, kardiodeselerator, dan pernapasan dalam formatio reticularis sebagai akibat stimulasi percobaan pada hewan-hewan yang lebih rendah. Diduga bahwa berbagai tingkat pengendalian terjadi sebagai akibat hubungan antara berbagai daerah-daerah yang berbeda melalui lintasan asenden dan desenden. Neuron bagian torakolumbal susunan ini mengeluarkan simpatis dan neuron-neuron bagian kra-niosakral

mengeluarkan bagian parasimpatis menerima pengendalian melalui traktus desenden formatio reticularis. Telah lama diketahui bahwa stimulasi bagian-bagi-an berbeda cortex cerebri dan susuan limbik dapat menghasilkan pengaruh otonomik dan dianggap bahwa keadaan ini dibawa melalui hipotalamus.

3. SUSUNAN SARAF ENTERIK Yang disebut sebagai susunan saraf enterik, terdiri dari pleksus mienterikus dan pleksus mukosa traktus gastro-intestinalis, akhir-akhir ini agak mendapat perhatian ahli riset. Pleksus-pleksus ini dapat dianggap sebagai pleksus parasimpatikus sederhana yang mengandung serabut saraf postganglonik dan preganglionik serta sel-sel saraf. Telah diperlihatkan bahwa otot polos dalam dinding usus dapat terjadi tanpa adanya pleksus mienterikus, tetapi kontraksi terkoordinasi yang bermanfaat, seperti dengan peristaltiki dan gerakan-gerakan segmental, memerlukan adanya pleksus saraf, bahkan kendatipun hal ini dapat diisolasi dari susunan saraf pusat. Tipe neuron-neuron yang berbeda telah dikenal dalam pleksus. Beberapa neuron adalah bipolar atau unipolar dan diduga merupakan sensorik serta terlibat dalam aktivitas refleks lokal; neuron-neuron lain mengirimkan akson ke pleksus celiacus dan mesentericus. Serabut parasimpatis preganglionik bersinaps pada selsel saraf yang menimbulkan serabut postganglionik dan mensarafi otot polos dan glandula. Serabut simpatis postganglionik terlihat berakhir pada sel-sel saraf simpatis dan kemungkinan menimbulkan peranan inhibisi dalam aktivitas parasimpatis. Juga ditemukan adanya neuron-neuron internunsial. Menarik untuk dicatat bahwa sel-sel saraf dan prosesusnya dikelilingi oleh sel-sel mirip neuroglia yang sangat menyerupai as-trosit dalam susunan saraf pusat. Diduga bawa sementara pleksus enterikus dapat mengkoordinasi aktivitas dinding usus, masukan-masukan simpatis dan parasim-patis mengatur aktivitas ini.

STRUKTUR GANGLIA OTONOM Ganglia otonom, yang seringkali berbentuk ireguler, terletak disepanjang perjalanan serabut saraf eferen susunan saraf otonom. Struktur ganglia simpatis dan parasimpatis adalah serupa. Ganglia simpatis membentuk bagian dari trunkus simpatikus atau terletak pada prevertebral. Di pihak lain, ganglia parasimpatis, terletak berdekatan dengan visera yang dilayaninya atau sel-sel ganglion tersebar dalam dinding-dinding visera sebagai pleksus para simpatikus. Suatu ganglion otonom terdiri dari kumpulan neuron multipolar bersama dengan sel-sel kapsuler atau satelit serta kapsul jaringan ikat. Berkas saraf melekat pada setiap ganglion dan terdiri dari serabut saraf preganglionik yang memasuki ganglion, serabut saraf postganglionik yang berasal dari neuron-neuron dalam ganglion dan meninggalkan ganglion, serabut saraf aferen dan eferen yang melintasi ganglion tanpa ber-sinaps. Serabut preganglionik kecil dan bennielin; serabut postganglionik lebih kecil dan tidak bermielin. Suatu ganglion otonom merupakan tempat serabut preganglionik bersinaps pada neuron-neuron postganglionik. Walaupun demikian, interneuron-interneuron kecil dan cabang-cabang kolateral menunjukkan bahwa suatu ganglion dapat memainkan peranan lebih besar dari pada hanya semata-mata merelay fungsi integrasi .Transmiter sinaptik yang merangsang neuron-neuron postganglionik baik pada ganglia simpatis dan parasimpatis adalah asetilkolin Kerja asetilkolin dalam ganglia otonom diakhiri dengan hidrolisa oleh asetilkolinesterase. Interneuron-interneuron ganglia yang kecil mengadung dopamin, yang diduga digunakan sebagai transmiter. Struktur sinaps-sinaps dalam ganglia otonom memperlihatkan pene-balan membran yang karakteristik dan vesikel-vesikel kecil yang jernih. Disamping itu, terdapat beberapa vesikel granuler besar. Vesikelvesikel kecil mengandung asetilkolin, sedangkan kandungan vesikel-vesikel granuler tidak diketahui.

Gambar 32. Kerja asetilkolin pada ganglion simpatis dan parasimpatis

Farmakologi Ganglia Otonom Pada saat dan serabut preganglionik mendekati ujungnya, berputar

disekelilingnya

diantara

prosesus-prosesus

dendritik

neuron-neuron

postganglionik, sehingga membentuk kontak sinaptik multi ganda. Ketika gelombang eksitasi mencapai kontak sinaptik maka transmiter sinaptik, asetilkolin dibebaskan, melintasi celah sinaptik, dan merangsang neuron postganglionic. Kerja transmiter dengan cepat diakhiri oleh hidrolisa dengan asetilkolinesterase. Terdapat dua tipe obat-obat penghambat ganglion. Nikotin bertindak sebagai obat penghambat dalam konsentrasi yang tinggi, pertama dengan merangsang neuron postganglionik dengan menyebabkan depo-larisasi, kemudian dengan mempertahankan depolarisasi membran yang dapat dieksitasi.

Heksametonium dan tetraetilamonium menghambat ganglia dengan berkompetisi dengan asetilkolin pada tempat-tempat reseptor.

STRUKTUR UJUNG SARAF POSTGANGLIONIK Serabut postganglionik berakhir pada sel-sel efektor tanpa ujung-ujung khusus yang berbatas jelas. Akson-akson berjalan diantara sel-sel glandula dan sel-sel otot polos dan jantung serta kehilangan pembungkus sel-sel Schwann. Pada tempat dimana terjadi transmisi, kelom-pok veikel ditemukan dalam aksoplasma. Tidak adanya sel Schwann atau retraksi pada titik ini membentuk suatu lintasan bebas untuk difusi bahan transmiter ke sel-sel efektor. Tempat transmisi pada akso dapat terletak agak jauh dari sel efektor sehingga waktu transmisi dapat lainbat pada ujung-ujung ini. Difusi transmiter melalui jarak ekstraseluler yang besar juga memungkinkan suatu saraf tertentu bekerja pada sejumlah besar sel-sel efektor. Farmakologi Ujung Saraf Postganglionik Ujung-ujung saraf postganglionik parasimpatis mele-paskan asetilkolin sebagai baban transmitter Resptor pada sel-sel efektor adalah muskarin, oleh karena itu kerjanya dapat dihambat oleh atropin. Banyak ujung-ujung saraf postganglionik simpatis melepaskan

norepinefrin sebagai bahan transmiter. Suatu tambahan beberapa ujung-ujung postganglionik simpatis seperti ujung pada sel-sel kelenjar keringat melepaskan asetilkolin. Upng-ujung simpatis yang menggunakan disebut ujung adrenergik. Ada dua golongan besar reseptor yaitu reseptor alpa dan beta untuk ujung adrenergik. Norepinefrin lebih besar pengaruhnya pada reseptor alpa

dibandingkan dengan reseptor beta. Disisi lain beta reseptor sangat kuat distimulasi oleh obat-obat adrenergik seperti isoproterenol. Ujung-ujung postganglionik simpatis dapat dihambat oleh beberapa obat. Sebagai contoh reseptor alpa adrenergik dapat dihambat oleh fenoksibenzamin dan reseptor beta adrenergik dihambat oleh propranoloL Sintesis dan penyimpanan norepnefrin pada ujung-ujung simpatis dapat dihambat oleh reserpin. Ujung-ujung postganglionik simpatis yang melepaskan asetilkolin dapat dihambat oleh atropin.

FUNGSI SUSUNAN SARAF OTONOM Susunan saraf otonom sama dengan susunan endokrin dalam

mempertahankan stabilitas lingkungan dalam tubuh. Ini berarti pengendalian baik terhadap penyesuaian internal yang diperlukan untuk optimasi lingkungan dalam tubuh.

Fungsi susunan saraf otonom sebagian besar pada tingkat bawah sadar. Kita tidak sadar, sebagai contoh, saat pupil dilatasi atau arteri konstriksi. Seperti kita ketahui, saraf otonom yang berperan pada aktivitas somatik dalam ekspresi emosi dan beberapa aktivitas otonom lain seperti mikturisi dapat dilakukan dibawah pengendalian volunter. Beberapa aktivitas otonom dan endokrin terpadu dalam hipotalamus. Unsur-unsur simpatis dan parasimpatis susunan otonom bersama-sama mempertahankan lingkungan dalam. Bagian simpatis mempersiapkan dan menggerakkan tubuh dalam keadaan darurat, saat latihan berat mendadak, ketakutan dan marah. Bagian parasimpatis terutama penghematan dan penyimpanan energi, misalnya dalam peningkatan proses pencernaan dan peningkatan penyerapan makanan dengan cara meningkatkan sekresi kelenjar saluran pencernaan dan merangsang pristaltik. Susunan otonom simpatis dan parasimpatis mempunyai sifat pengendalian yang berlawanan. Sebagai contoh aktivitas simpatis meningkatkan denyut jantung, sedangkan parasimpatis menurunkan denyut jantung. Aktivitas simpatis akan merelaksasi otot polos bronchialis tetapi parasimpatis dapat mengkontraksikannya

Gambar 33. Kerja simpatis dan parasimpatis yang berlawanan

Perlu ditekankan bahwa banyak bagian visera tidak memiliki pengendalian rangkap yang baik dari susunan saraf otonom. Otot polos folikel rambut (m. erector pili) berkontraksi oleh aktivitas simpatis dan tidak ada pengaruh parasimpatis.

Aktivitas beberapa visera tetap dalam keadaan inhibisi oleh satu atau lain unsur-unsur susunan saraf otonom. Jantung pada atlet terlatih dipertahankan pada keadaan denyut yang lambat oleh aktivitas susunan parasimpatis. Keadaan ini sangan penting karena jantung memompa lebih efisien pada kontraksi yang lambat dari pada pada kontraksi lebih cepat. Dengan cara lain bila jantung kontraksi sangat cepat, waktu diastol akan berkurang diantara kontraksi ventrikel tidak punya waktu untuk mengisi.

PERBEDAAN

ANATOMIS,

FISIOLOGIS,

DAN

FARMAKOLOGIS

PENTING DIANTARA BAGIAN SIMPATIS DAN PARASIMPATIS SUSUNAN OTONOM 1. Serabut saraf eferen simpatis berasal dari sel-sel saraf dalam substanttia grisea columna spinalis segment torakal pertama dan lumbal kedua (thoracic outflow). Serabut eferen parasimpatis berasal dari sel-sel saraf kranial ketiga, ketujuh, kesembilan, kesepuluh dan dalam substantia grisea segmen sakral kedua, ketiga dan keempat medula spinalis (craniosacral outflow) 2. Ganglia simpatik terletak baik pada trunkus simpa-tikus prevcrtebralis maupun ganglia prevertebralis seperti gangglion celiacus. Sel-sel ganglia parasimpatik terletak sebagai ganglia kecil tertutup visera atau di dalam pleksus di dalam visera. 3. Bagian simpatis susunan saraf otonom mempunyai serabut postganglionik yang panjang sedangkan susunan parasimpatis mempunyai serabut yang pendek. 4. Bagian susunan simpatis kerjanya tersebar luas pada tubuh sebagai akibat serabut postganglionik bersinaps pada banyak neuron postganglionik dan suprarenalis melepaskan transmiter simpatis epinefrin dan norepinefrin yang disalurkan keseluruh tubuh melalui alirandarah. Bagian parasimpatis susunan otonom yang mempunyai pengendalian yang sangat berlainan, hingga serabut postganglionik bersinaps pada hanya beberapa neuron postganglionik dan tidak ada organ yang dapat mengimbangi medula suprarenalis.

5. Ujung-ujung postganglionik melepaskan norepinefrin pada banyak ujung dan asetikolin pada beberapa ujung ( seperti kelenjar keringat). Ujung-ujung postganglionik parasimpatis melepaskan ase-tilkolin. 6. Bagian simpatis susunan saraf otonom menyiapkan tubuh untuk keadaan darurat dan aktivitas otot yang berat, sedangkan bagian parasimpatis menghematkan dan menyimpan energi.

Untuk membantu memahami perbedaan kerja unsur-unsur susunan otonom yang berbeda dapat dibayangkan aktivitas maksimal simpatis pada seorang yang sedang sendiri mendadak diserang oleh sapi jantan. Bulu romanya berdiri disaat akhir ketakutan, kulitnya tampak pucat karena vasokonstriksi yang mengakibatkan redistribusi darahjauh dari kulit dan visera kearah jantung dan otot skelet. Kelopak mata atasnya akan terbuka besar 4 cm pupil dilatasi luas sehingga dapat melihat kemana arah lari. Denyut jantungnya meningkat resistensi perifer arteriol mungkin meningkat mengakibatkan tekanan darah meningkat. Bronkus mengalami dilatasi agar supaya memungkinkan maksimalnya aliran udara pernapasan. Aktivitas pristaltiknya dihambat dan sfingtcrnya kon-traksi. sfingter kandung kemih juga kontraksi (tidak ada pikiran ingin dcfikasi dan miksturisi. Glikogen akan dipecah menjadi glukosa untuk energi dan her-keringat mcnghilangkan panas badan. Di pihak lain aktivitas parasimpatis menjadi besar pada seorang telah tertidur pada tempat duduk dengan tangan terkulai sctelah makan dengan puas . Denyut jantung melambat, tekanan darah tidak meninggi. Kelopak mata atas turun atau memitup dan pupilnya kostriksi. Napasnya berbunyi karena konstriksi bronkus. Perutnya berbunyi karena meningkatnya prislaltik. la mungkin cendrung merasa ingin defikasi miksturisi.

BEBERAPA

PERSARAFAN

OTONOM

YANG

PENTING

MATA

PALPEBRA SUPERIOR Kelopak mata atas dibuka oleh m. palpebra superior. Sebagian besar otot ini dibentuk oleh otot skelet dan dipersarafi n. occulomotorius. Sebagian kecil otot ter-diri dari serabut otot polos dan disarafi oleh serabut postganglionik simpatis ganglion simpatis servikalis superior . Gangguan bagian serabut saraf simpatis menimbulkan kelumpuhan otot polos yang mengakibatkan jatuhnya kelopak mata atas (ptosis). IRIS Serabut otot polos iris terdiri dari serabut swirkuler dan radier. Serabut sirkuler dari sfingter pupila dan serabut radier dari dilator pupila. Sfingter pupila disarafi oleh serabut parasimpatis berasal dari nucleus parasimpatis (nucleus Edinger-Wesphal) n. oculomotorius Setelah bersinaps

dalam ganglion ciliaris, serabut postganglionik ke depan menuju bola mata dalam n. ciliaris brevis (m. ciliaris mata juga disarafi oleh n. ciliaris brevis ) M. dilator pupila disarafi postganglionik dari ganglion simpatis servikalis superior. Serabut postganglionik mencapai pola mata menyelusuri sepanjang arteri carotis interna dan arteri ophtalmica. Serabut ini melintas tanpa terputus melalui ganglion ciliaris dan sampai ke bola mata dalam n. ciliaris brevi serabut simpatis lain mencapai bola mata dalam n. ciliaris longum. GLANDULA SUBMANDUBULARIS DAN SUBLINGUALIS Sekremotorik parasimpatis berasal dari nucleus salivatorius superior n. facialis. Serabut preganglionik melewati ganglion submandibularis dan ganglion kecil menutup saluran menembus n. chorda tympani dan lingualis. Serabut postganglionik mencapai glandula submandibularis baik langsung atau melalui saluran panjang. Serabut postganglionik ke glandula submandibularis berjalan melalui n. lingualis. Serabut simpatis postganglionik, berasal dari ganglion simpatis servikalis superior mencapai glandula sebagai pleksus saraf sekeliling arteri carotis interna, facialis dan lingualis.

Serabut simpatik postganglionik berasal dari ganglion simpatik servikalis superior dan mencapai glandula sebagai suatu pleksus saraf sekeliling arteri carotis eksterna, arteri facialis dan arteri lingualis. Berfungsi sebagai serabut vasokonstriktor.

Gambar 34. Inervasi otonom A. Palpebra superior dan iris dan B. Glandula subliangualis dan submandibularis

GLANDULA PAROTIS Serabut sekretomotorik parasimpatis berasal dari nucleus salivatorius n. glossopharyngeus mensarafi glandula. Serabut saraf preganglionik berjalan ke ganglion oticum melalui n. tympanicus cabang n. glossopharyngeus dan n. petrosus minor. Serabut postganglionik mencapai glandula melalui n. auriculotemporalis. Serabut postganglionik simpatis berasal dari ganglion simpatis servikalis superior dan mencapai glandula sebagai suatu pleksus saraf yang mengitari arteri carotis eksterna.

GLANDULA LAKRIMALIS Saraf sekretomotorik parasimpatis mengasuh glandula lakrimalis berasal dalam nucleus lacrimatorius n. facialis. Serabut preganglionik mencapai ganglion pterygopalatinum melalui n. intermedia, cabang n. petrosus major dan melalui saraf canal is pterygoideus. Serabut postganglionik meninggalkan ganglion dan bergabung dengan n. maxillaris. Kemudian melintas ke dalam cabang n. zygomaticus dan n. zygo-maticotemporalis. Mencapai glandula lakrimalis sebagai n. lacrimalis. Serabut postganglionik simpatis berasal dari ganglion simpatis servikalis superior dan berjalan sebagai pleksus saraf mengelilingi arteri carotis interna. Kemudian bersama-sama n. petrosusprofundus, saraf canalis pterygoideus, n. zygomaticotemporalis dan akhirnya sebagai n. lacrimalis.

Gambar 35. Inervasi otonomik pada glandula saliva parotis dan glandula lacrimalis

JANTUNG Serabut postganglionik simpatis berasal dari trunkus simpatikus bagian torakal atas dan scrvikal Serabut postganglionik mencapai jantung melalui trunkus simpatikus servikalis cabang inferior, media dan superior serta beberapa cabang cardiakus dari trunkus simpatikus bagian torakal. Serabut ini berjalan melalui pleksus cardiakus dan berakhir pada sinoatrialis dan nodus atrioventricularis pada serabut otot jantung dan arteri coronaria. Aktivitas saraf ini inengakibatkan percepatan jantung, meperkuat tenaga kontraksi otot jantung dan dilatasi arteri coronaria. Dilatasi arteri coronaria terutama lebih disebabkan respon kebutuhan metabolik setempat dari pada stimulasi langsung saraf arteri coronaria. Serabut preganglionik parasimpatis berasal dalain nucleus dorsalis vagus dan turun kedalam rongga toraks sebagai n. vagus. Serabut ini berakhir bersinaps dengan neuron-neuron postganglionik dalam pleksus cardiakus. Serabut postganglionik berakhir pada nodus sinoatrialis dan atrioventricularis serta pada arteri coronaria. Aktivitas saraf ini mengurangi denyut jantung dan tenaga kontraksi jantung dan konstriksi arteri coronaria. Sekali lagi disini konstriksi arteri coronaria lebih disebabkan menurunnya kebutuhan metabolik setempat daripada stimulasi langsung arteri coronaria. PARU-PARU Serabut postganglionik simpatis berasal dari ganglia trunkus simpatkus torakal kedua dan kelima. Serabut ini berjalan melalui pleksus pulmonalis dan masuk ke dalam aru, membentuk anyaman sekeliling bronkus pembuluh darah. Serabut simpatis menghasilkan bronkodilatasi dan vasokonstriksi. Serabut preganglionik berasal dari nucleus dorsal is vagus dan turun ke rongga toraks sebagai n. vagus. Serabut berakhir bersinaps neuron-neuron postganglionik dalam pleksus pulmonalis. Serabut postganglionik masuk ke da lam pani membentuk anyaman di sekililing bronkus dan pembuluh darah. Serabut para-simpatis menghasilkan bronkokonstriksi dan vasodi-latasi dan meningkatkan sekresi glandula.

Gambar 36. Persarafan otonom jantung dan paru-paru

SUSUNAN SARAF PENCERNAAN LAMBUNG DAN USUS SAMPAI SEJAUH FLEKSURA LIENALIS Serabut postganglionik simpatis masuk ke rongga abdomen melalui bagian anterior (kiri) dan posterior (kanan) trunkus vagus Serabut didistribusikan ke alatalat dalaman perut dan susunanpen-cernaan sampai fleksura lienalis kolon. Serabut yang berjalan ke susunan pencernaan berakhir pada neuron-neuron ganglion dntom pleksus mienterikus (Auerach's) danpleksus submukosa (Meissner's). Serabut postganglionik mengasuh otot polos dan glandula. Saraf parasimpatis menstimulasi peristaltik dan relaksasi sfingter dan juga mestimulir sekresi. Serabut saraf preganglionik simpatis berjalan melalui trunkus simpatikus bagian torakal niasuk sebagai n. splanchnicus major dan minor. Saraf ini turun ke abdomen dan bcrsinaps dengan neuron-neuron postganglionik dalam ganglia mesentericus superior dan coeliactis. Serabut saraf postganglionik didistribusikan

ke lambung dan usus sebagai pleksus saraf sekeliling cabang arteri coeliaca dan arteri mesenterica superior. Saraf simpatis menghambat peristaltik dan menyebabkan kontraksi sfingter juga menghambat sekresi (lihat susunan saraf saluran pencernaan). Serabut parasimpatis preganglionik berasal dari dalam substantia grisea medula spinalis dari segmen sakral kedua sampai keempat. Serabut ini berjalan memlalui n. Splanchnicus pelvicus dan pleksus saraf sekeliling cabang arteri mesenterica inferior. Serabut ini berakhir pada neuron-neuron postganglionik dalam mienterikus (Auerbach's) dan pleksus submukosa (Meissner's). Serabut postganglionik mengasuh otot polos dan glandula. Saraf parasimpatis

menstimulasi peristaltik dan sekresi. Serabut saraf preganglionik simpatis berjalan melalui trunkus simpatikus bagian lumbal dan bersinaps dengan neuron-neuron postganglionik dalam pleksus mesentericus inferior. Serabut postganglionik didistribusikan ke usus sebagai pleksus saraf mengelilingi cabang arteri inesentrica inferior. Saraf simpatis menghambat peristaltik dan sekresi. GINJAL Serabut simpatis preganglionik berjalan melalui trunkus simpatikus torakal bawah dan n. splanchnicus torakal bawah berasama pleksus renalis mengelilingi arteri renalis . Serabut preganglionik bersinaps dengan neuron-neuron postganglionik dalam pleksus renalis. Serabut postganglionik didistribusikan ke cabang-cabang arteri renalis. Saraf simpatis bersifat vasokontriktor arteri renalis dalam ginjal. Serabut parasimpatis masuk ke dalam pleksus renalis dari n. vagus. Disini bersinaps dengan neuron-neuron postganglionik yang serabutnya didistribusikan ke ginjal sepanjang cabang-cabang arteri renalis. Saraf parasimpatis bekerja sebagai vasodilator.

MEDULA GLANDULA SUPRARENALIS Serabut simpatis pecgsanglionik lurun ke ke glandula sebagai n. splanchnicus major sebuah cabang trunkus simpatikus bagian torakal. Serabut saraf pada berakhir sel-sel sekretorik medula, dapat dibedakan dengan neuron postganglionik. asetil kolin merupakan bahan transmiter di antara ujung saraf dan sel sekretorik, seperti ujung ujung preganglion lainnya. Saraf simpatis menstimulasi sel-sel sekret medula meningkalkan pengeluaran epinefrin norepinefrin. Tidak ada persarafan parasimpatis pada glandula suprarenalis.

Gambar 37. Persarafan otonom ginjal dan glandula suprarenalis

SFINGTER INTERNA INVOLUNTER SALURAN ANUS Lapisan otot polos sirkuler tipis bagian ujung bawah saluran anus unluk membentuk sfingter intema volunter. Sfingter disarafi serabul simpatis postganglionik dari pleksus hypogastricus. Sel pleksus hypogastricus menerima serabut simpatis dari pleksus aorticus dan dari trunkus sympatikus bagi lumbal dan pelvis. Saraf simpatis menyebabkan sfingter analis intema berkontraksi.

VESICA URINARIA Lapisan otot vesica urinaria terdiri dari otot polos pada bagian leher menebal membentuk sfingter vesicae. Saraf yang mengasuh otot polos berasal dari pleksus hypogastricus. Serabut postganglior simpatik berasal dari trunkus simpatikus lumbal pi tama dan kedua dan berjaalan ke pleksus hypoga tricus. Serabul preganglionik parasimpatik berasal di n. splanchnicus pelvicus sakral kedua, ketiga dan keempat, melintas melalui pleksus hypogastricus unli mencapai dinding vesica urinaria yang bersinaps dengan neuron-neuron postganglionik. Serabul simpatis menghambat kontraksi otot polos dinding vesica urinaria (detrusor) dan menstimulasi sfingter vesicae. Saraf parasimpatis menstimulasi kontraksi otot polos dinding vesica urinaria dan di lain pihak menghambat kontraksi sfingler vesicae.

Gambar 38. Persarafan otonom sfingter saluran anal dan vesika urinaria

EJAKULASI EREKSI PENIS DAN KLITORIS Dalam ereksi, jaringan erektil genital terisi dengan darah. Permulaan pengembagan pembuluh darah diken-dalikan oleh susunan saraf otonom parasimpatis. Serabut preganglionik parasimpatik berasal dari substantia grisea sakral kedua.ketiga dan keenipat segmen medula spinalis. Serabut masuk ke pleksus hypogastricus dan bersinaps pada neuron-neuron postganglionik. Serabutpostganglionik bersama-sama dengan arteri pundenda interna

didistribusikan sepanjang cabang-cabangnya sampai masuk ke jaringan erektil. Saraf parasiinpatis menyebabkan vasodilatasi arteri-arteri dan menigngkatkan aliran darah ke jaringan erektil. Impuls saraf yang berjaalan ke organ genital meninggalkan medula spinalis pada segmen lumbal pertama dan kedua serabut preganglionik simpatik. Banyak serabut yang bersinaps dengan neuron-neuron dalam ganglia lumbal pertama dan kedua. Serabut lain bersinaps dalam ganglia trunkus simpatikus bagian pelvis dan lumbal bawah. Serabut postganglionik kcmudian didistribusikan ke vas deferen, vesica seminalis dan prostat melalui pleksus hypogastricus. Saraf simpalis menstimulasi kontraksi otot polos din-ding tniklurini dan menyebabkan spermatozoa bersaina hasil sekresi vesica seminalis dan prostat keluar dan masuk ke urethra

Gambar 39. Persarafan otonom pada saluran reproduksi laki-laki

ARTERI ANGGOTA GERAK BAWAH Arteri-arteri pada alat gerak atas disarafi oleh saraf simpatis. Serabut preganglionik berasal dari badan-badan sel segment torakal kedua sampai kedelapan medula spinalis. Kemudian berjalan ke trunkus simpatilois melalui rami alba dan turun ke dalam trunkus dan bersinaps di dalam servikal tengah, servikal bawah, torakal pertama, atau ganglia stellata. Serabut postganglionik berama saraf yang membentuk pleksus brakialis dan didistribusikan ke arteriarteri didalam pleksus. Saraf simpatis menyebabkan vas-kontriksi arteri kutaneus dan vasodilatasi arteri-arteri yang mengaliri otot skelet. Arteri-arteri anggota gerak bawah juga diasuh oleh saraf simpatis. Serabut preganglionik berasal dari badan-badan sel pada segmen lubal kedua, ketiga atas dan torakal ketiga bawah medula spinalis. Serabut preganglionik melintas ke ganglia torakal bawah dan lumbal atas trunkus simpatikus melalui rami alba. Serabut bersinaps dalam ganglia sakral dan lumbal dan serabut postganglionik mencapai arteri-arteri melalui cabang pleksus lumbalis dan sakralis

Gambar 40. Persarafan simpatis arteri-arteri: A. Anggota gerak atas B. Anggota gerak bawah BEBERAPA REFLEKS FISIOLOGIS PENTING MENGENAI SUSUNAN SARAF OTONOM Refleks Visual Refleks Cahaya Langsung dan Konsensual Impuls saraf aferen berjalan dari retina melalui n. opticus, chiasma opticus dan tractus opticus. Sejumlah kecil serabut meninggalkan tractus opticus dan bersinaps pada sel-sel saraf dalam nucleus pretectalis yang terletak mcnutupi colliculus superior. Impuls berjalan melalui akson sel saraf prelectalis ke inti parasimpatis (nuclei Edinger-Westphal) n. oculomotorius kedua sisi. Disini serabut bersinaps dan saraf parasimpatis dan berjalan melalui n. oculomotorius ke ganglion ciliaris dalam rongga mata bola mala. Akhir-nya serabut postganglionik parasimpatik melintas melalui n. ciliaris brevis ke bola mala dan in. constrictor

pupila irir. Kedua pupil konslriksi pada refleks cahaya konsensual asalkan nucleus preteclalis mcngirim serabut nuclei parasimpalis pada kedua sisi otak tengah. Refleks Akomodasi Jika mata didekatkan langsung ke suatu objek, akan terjadi kontraksi n. rectus medialis mengakibatkan konvergensi sumbu bola mata, lensa menebal untuk meningkatkan tenaga refraktif dengan cara kontraksi in. ciliaris dan konstriksi pupil untuk membatasi gelombang sinar terhadap bagian tertebal bagian sentral lensa. Impuls aferen berjalan melalui n. opticus, chiasma opticus, tractus opticus, corpus geniculatum laterale dan radiatio optica ke cortex visual,. kemudian dihubungkan dengan lapang mata pada cortex frontalis. Dari sini serabut kortikal turun melalui capsula interna ke nuclej oculomotorius dalam otak tengah. Saraf oculomotorius berjalan ke in. rectus me-dialis. Beberapa serabut kortikal desenden bersinaps dengan nuclei parasimpatis (Nuclei EdingerWestphal) n. oculomotorius kedua sisi. Disini serabut bersinaps dan serabut preganglionik parasimpatik berjalan melalui n. oculomotorius ke ganglion ciliaris pada bola mata. Akhirnya serabut postganglionik parasimpatik melintas melalui n. ciliaris brevis ke m. ciliaris dan m. consrictor pupila iris. Refleks Kardiovaskuler Sinus caroticus dan arkus aorticus melayani sebagai baroreseptor. Bila tekanan darah meningkat, ujung saraf yang terletak pada dinding pembuluh darah terstimulasi. Serabut aferen dari sinus caroticus naik ke n. glossopharyngeus dan berakhir dalam nucleus sollta-rius. Serabut aferen dari arkus aorticus naik kedalam n. vagus. Kemudian menghubungkan neuron-neuron dalam medula oblongata mengaktivasi nucleus parasimpatikus (nucleus dorsalis) vagus yang melambatkan laju denyut jantung. Pada waktu yang bersamaan serabut reticulospinal turun ke medula spinalis dan menghambat aliran keluar preganglionik simpatik terhadap jantung dan arteriol kutaneus. Gabungan efek stimulasi kerja parasimpatis pada jantung dan menghambat kerja simpatis pada jantung dan pembuluh darah perifer mengurangi laju dan kekuatan kontraksi jantung dan mengurangi resistensi perifer pembuluh darah. Sebagai akibat efek ini tekanan darah turun. Tekanan darah seseorang ditegakkan oleh informasi aferen

yang menerima dari baroreseptor pengandalian susunan saraf otonom namanya hiptotalamu, kemudian sebaliknya dapat dipengaruhi oleh pusat-pusat yang lebih inggi lainnya dalam susunan saraf pusat. Refleks Bainbridge kanan atrial merupakan contoh lain refleks kardiovaskular. Ujung saraf yang terletak pada dinding atrium kanan dah dinding vena cava. Ujung-ujung ini distimulasi oleh meningkatnya tekanan venosa. Serabut aferen naik dalam n. vagus ke medula oblongata dan berakhir pada nucleus tractus solitarlus. Hubungan-hubungan neuron menghambat nucleus parasimpatikus (dorsal) vagus dan serabut reticulospinal menstimulasi aliran simpatis torakal ke jantung menyebabkan percepatan jantung.

PENYAKIT-PENYAKIT MELIBATKAN SUSUNAN SARAF OTONOM Sindroma Horner Sindroma ini terdiri dari (1) konstriksi pupil, (2) turunnya palpebra superior, dan (3) enophthalinos. Disebab-kan oleh suatu terputusnya suplai saraf simpatis ke orbita. Lesi-lesi penyebabnya dapat terjadi dalam batang otak atau bagian servikal medula spinalis, dan yang memutuskan traktus retikulospinalis yang turun dari hipotalamus ke keluaran dalam columna grisea late-ralis segmen torakalis pertama medula spinalis. Lesi-lesi seperti ini termasuk sklerosis multipel dan siringomielia. Traksi pada ganglion stellata dari suatu iga servikal, atau terkenanya ganglion dalam lesi metastatik, dapat memutuskan bagian perifer lintasan simpatis. Pupil Argyll Robertson Kondisi ini karakteristik dengan adanya pupil yang kecil, terfiksasi dan tidak bereaksi terhadap cahaya, tetapi berkontraksi dengan akomodasi. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh lesi sifilis yang memutuskan serabut yang berjalan dari nucleus pretectalis ke nuclei parasimpatis (nuclei Edinger-Westphal) n. oculomotorius pada kedua sisi. Kenyataan bahwa pupil berkon-striksi dengan akomodasi berarti bahwa sambungan antara nuclei parasimpatis dan in. constriktor pupilla iris masih utuh.

Sindroma Frey Sindroma Frey merupakan komplikasi menarik yang kadang-kadang setelah luka tembus pada glandula parotis. Selama proses penyembuhan, serabut sekretomotorik postganglionik parasimpatis yang berjalan dalam n.

auriculotemporalis tumbuh keluar dan bersatu dengan ujung distal n. auricularis major, yang mensuplai glandula sudorifera kulit inuka diatasnya. Dengan cara ini, suatu stimulus yang seharusnya dimaksudkan untuk produksi saliva sebaliknya mcenimbulkan sekresi keringat. Penyakit Hirschsprung (Megacolon) Penyakit Hirschprung merupakan suatu keadaan kongenital dimana terdapat kegagalan perkeinbangan pleksus mienterikus (pleksus Auerbach) pada kolon bagian distal. Bagian kolon yang tidak memiliki sel-sel ganglion parasimpatis, peristaltik tidak ditemukan. Keadaan ini secara efektif menghambat pasase feses dan kolon bagian proksimal mengalami pembesaran yang luas.

BAB III KESIMPULAN

Susunan saraf dibagi dalam dua bagian utama, yaitu susunan saraf pusat yang terdiri dari otak dan medula spinalis; dan susunan saraf perifer yang terdiri dari saraf kranial dan saraf spinal, serta ganglion yang terkait. Sistem saraf pusat mengintegrasi dan mengatur keseluruhan sistem saraf, menerima informasi (input) tentang perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal, menginterpretasi dan mengintegrasi informasi ini, dan menyediakan sinyal output untuk melakukan aktivitas, seperti melakukan gerakan atau sekresi. Sistem saraf perifer berfungsi sebagai perantara komunikasi antara sistem saraf pusat dan seluruh bagian tubuh. Secara organisasi, sistem saraf perifer terbagi menjadi beberapa subdivisi, yaitu sistem saraf somatik, sistem saraf otonom, dan sistem saraf enterik. Sistem saraf somatik terdiri dari 31 pasang saraf spinalis dan 12 pasang saraf kranialis dan sistem saraf otonom terbagi menjadi sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton CA, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Editor : Setiawan I. Edisi 9. Jradiksta : EGC. 1997 Drake RL, Vogl W, Mitchell AW. Grays : Anatomy for students. Spain : Graphic World Inc. 2005 Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Alih bahasa : Tambayong J. Jradiksta: EGC. 1997 Netter FH. Atlas of human anatomy. Philadelphia : Elsevier. 2011 Faiz O, Moffat D. Anatomy at a glance. Italy : Blackwell science. 2002 Graff VD. Human anatomy. 6th edition. New York : Mc Graw Hill. 2001 Jahja DS, Haryono, Rahardja F. Sistem saraf : Kapita selekta. Bandung : FK UKM. 2011 Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jradiksta : Grasindo. 2005 Siregar H, et al. Neuro Fisiologi. Edisi 3. Ujung Pandang: FK UH. 1995 Pansky B. Review of gross anatomy. 5th ed. Canada. Mc Graw Hill. 1992 Snell, Richard. Neuroanatomi Klinik edisi 2. Jakarta: EGC. 1996

Anda mungkin juga menyukai