PENDAHULUAN
Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile illness), demam dengue, demam
Disfungsi sirkulasi atau syok pada DBD, dengue shock syndrome ( DSS ), disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskular yang mengakibatkan turunnya perfusi organ. Pemberian cairan resusitasi yang tepat dan adekuat pada fase awal syok merupakan dasar utama pengobatan DSS. Prognosis kegawatan DBD tergantung pada pengenalan, pengobatan yang tepat segera, dan pemantauan ketat syok.
Epidemiologi Istilah haemorrhagic fever di Asia Tenggara pertama kali digunakan di Filipina pada tahun 1953. Pada tahun 1958 terdapat penyakit serupa di Bangkok. Di Indonesia, DBD pertama kali dicurigai di Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virulogis baru diperoleh tahun 1970. Di Jakarta kasus pertama dilaporkan pada tahun 1969. Kemudian DBD dilaporkan berturut-turut di Bandung dan Yogyakarta (1972).
Morbiditas dan mortalitas DBD disebabkan beberapa faktor antara lain: - status umur penduduk - kepadatan vektor - tingkat penyebaran virus dengue - prevalensi serotipe virus dengue dan kondisi meteorologis Kematian lebih banyak ditemukan pada anak perempuan daripada anak laki-laki.
ETIOLOGI
Virus Dengue termasuk grup B arthropord borne virus (Arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae yang mempunyai 4 jenis serotipe yaitu: DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 Di Indonesia serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan banyak berhubungan dengan kasus berat. Virus Dengue yang matur terdiri dari single stranded RNA genom (ssRNA) yang mempunyai polaritas positif.
Genom ini dikelilingi oleh nukleocapsid icosahedral dengan diameter 30 nm. Nucleocapsid ini ditutupi oleh suatu lipid envelope yang tebalnya 10 nm. Genom virus mengandung 3 protein struktural dan 7 protein non struktural. Protein struktural termasuk kapsul protein yang kaya arginine
VEKTOR PENULAR
Host natural dari Virus Dengue adalah manusia, primata dan nyamuk. Vektor arthropoda merupakan anggota dari genus Aedes yang hidup di daerah perkotaan maupun daerah pedesaan. Spesies predominan yang berperan dalam transmisi penyakit
PATOGENESIS
Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD : Respons humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut
Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T-sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun seluler terhadap virus dengue.
Imunopatogenesis BDB
Platelet Antibodies complement Monocytes macrophages T lymphocytes Endhhotelial cells
ClassI
FcRg
ClasII
Mo
Y
IFNg Mo
T CD4
Platelet activation
Complement activation Mo
lysis
T CD8
Endhotelia l cells
Plateket
C3a C5a
MANIFESTASI KLINIS
A. DEMAM DENGUE
tidak spesifik seperti sakit kepala frontal, sakit didaerah retroorbital, myalgia dan atralgia, nausea dan vomiting, serta adanya bercak-bercak pada kulit.
Pada 67-77% kasus terdapat pembesaran kelenjar limfe servikal dan menyebutnya sebagai Castelanis sign. Demam dapat mencapai 39C atau lebih tinggi, dapat dilihat bentuk kurva suhu yang menyerupai pelana kuda atau bersifat bifasik. Perdarahan kulit seperti petechiae dan purpura merupakan manifestasi perdarahan yang paling sering terjadi. Selain itu dapat terjadi juga epistaksis, menorrhagia dan perdarahan gastrointestinal.
Kelainan darah tepi pada demam dengue ialah leukopenia selama periode pra-demam dan demam, neutrofilia relatif
B. DEMAM BERDARAH DENGUE Demam berdarah dengue ditandai dengan 4 manifestasi klinis, yaitu : - demam tinggi - perdarahan terutama perdarahan kulit - hepatomegali - kegagalan sirkulasi Fenomena patofisiologi utama yang dapat menentukan derajat penyakit dan membedakan demam berdarah dengue dari demam dengue adalah : - peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah - menurunnya volume plasma
- trombositopenia
- diatesis hemoragik
WHO (1997) memberikan pedoman untuk menegakkan diagnosis demam berdarah dengue secara dini, yaitu :
Klinis :
1. Demam tinggi mendadak terus-menerus selama 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan uji torniquet positif dan salah satu bentuk perdarahan lain (petechiae, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi), hematemesis dan atau melena. 3. Pembesaran hati (hepatomegali)
4. Syok yang ditandai nadi kecil dan cepat, tekanan nadi menurun.
Laboratorium : Adanya trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang) dan hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelum sakit atau pada fase konvalesens.
Untuk menentukan berat-ringannya derajat penyakit demam berdarah dengue,WHO membaginya dalam 4 derajat : Derajat I: demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji torniquet positif. Derajat II: derajat I disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain. Derajat III: ditemukannya kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (<= 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab dan pasien gelisah. Derajat IV: syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Isolasi virus - inokulasi intraserebral pada bayi tikus albino umur 1-3 hari - inokulasi pada biakan jaringan mamalia dan nyamuk - inokulasi pada nyamuk dewasa secara intraserebral pada larva 2. Pemeriksaan serologis -HI test (Tes Hemaglutinasi Inhibisi) -Uji komplemen fiksasi -Uji neutralisasi -IgM dan IgG Elisa
PENATALAKSANAAN
TERIMA KASIH