060
Berasal
dari kata ana yang berarti balik dan phylaxis yang berarti perlindungan Diperantarai oleh Immunoglobulin E (hipersensitivitas tipe I) Ditandai dengan curah jantung dan tekanan darah yang menurun hebat
Angka
kejadian anafilaksis berat di Amerika antara 1-3 kasus/10.000 penduduk Paling banyak akibat penggunaan antibiotik golongan penisilin dengan kematian terbanyak setelah 60 menit penggunaan obat Di Indonesia, angka kematian dari kasus anafilaksis dilaporkan 2 kasus/10.000 total pasien anafilaksis pada tahun 2005 dan mengalami peningkatan prevalensi pada tahun 2006 sebesar 4 kasus/10.000 total pasien anafilaksis
sifat
Coomb
dan Gell (1963) mengelompokkan anafilaksis dalam hipersensitivitas tipe I (Immediate type reaction). Mekanisme anafilaksis melalui 2 fase, yaitu:
fase sensitisasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan Ig E sampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil. fase aktivasi merupakan waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan antigen yang sama sampai timbulnya gejala.
reaksi
cepat yang terjadi beberapa menit sampai 1 jam setelah terpapar dengan alergen. reaksi moderat terjadi antara 1 sampai 24 jam setelah terpapar dengan alergen. serta reaksi lambat terjadi lebih dari 24 jam setelah terpapar dengan alergen.
Ringan : kesemutan perifer, sensasi hangat, rasa sesak dimulut, dan tenggorok, kongesti hidung, pembengkakan periorbital, pruritus, bersinbersin, dan mata berair Sedang : semua gejala-gejala ringan ditambah bronkospasme dan edema jalan nafas atau laring dengan dispnea, batuk dan mengi, wajah kemerahan, hangat, ansietas, dan gatal-gatal. Berat : semua gejala sedang disertai kemajuan yang pesat kearah bronkospame, edema laring, dispnea berat, dan sianosis, bisa diiringi gejala disfagia, keram pada abdomen, muntah, diare, dan kejang-kejang
Onset
akut (beberapa menit hingga beberapa jam), dengan terlibatnya kulit, jaringan mukosa, dan salah satu dari respiratory compromise (misalnya sesak nafas, bronkospasme, stridor, wheezing, hipoksemia), dan penurunan tekanan darah atau gejala yang berkaitan dengan disfungsi organ sasaran (misalnya hipotonia, sinkop, inkontinensia). Dan gejala gastrointestinal yang persisten (misalnya nyeri abdominal, kram, muntah).
Hitung
jenis IgE spesifik dengan RAST (radioimmunosorbent test) atau ELISA (Enzym Linked Immunosorbent Assay test) Pemeriksaan secara invivo dengan uji kulit untuk mencari alergen penyebab yaitu dengan uji cukit (prick test), uji gores (scratch test), dan uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (skin end-point titration/SET)
Mengidentifikasi
dan menghentikan kontak dengan alergen yang diduga menyebabkan reaksi anafilaksis Penilaian airway, breathing, dan circulation dari tahapan resusitasi jantung paru untuk memberikan kebutuhan bantuan hidup dasar Obat obatan : Adrenalin, antihistamin, kortikosteroid, dan bronkodilator