Anda di halaman 1dari 40

Blok 4.

2/2010

ASPEK HUKUM PRAKTIK


KEDOKTERAN
Hendro Widagdo
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN
MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UGM
2010

I. PENDAHULUAN

ILMU KEDOKTERAN ADALAH ILMU YANG PALING


MULIA DAN HANYA ORANG-ORANG YANG
SANGGUP MENJUNJUNG KEHORMATAN DIRI DAN
PROFESINYA LAYAK MENJADI DOKTER
(HYPPOCRATES)

Pusat dari praktek kedokteran adalah hubungan/relasi


antara pasien dengan dokter.

Awalnya dimulai ketika seseorang mencari


dokter untuk mengatasi masalah kesehatan
yang dideritanya.

Praktek kedokteran mengombinasikan sains dan seni.


Seni kedokteran adalah penerapan gabungan antara
ilmu kedokteran, intuisi, serta keputusan medis untuk
menentukan diagnosis yang tepat dan perencanaan
perawatan untuk pasien.

Pasien (orang sakit) membutuhkan pertolongan


dokter (medis) tanpa mengenal waktu.

Dokter bekerja sebagaimana pekerja sosial?

DUNIA KEDOKTERAN SEAKAN TIDAK TERJANGKAU


OLEH HUKUM

II. PRAKTIK KEDOKTERAN


Dalam praktek, seorang dokter harus:
membangun relasi dengan pasien
mengumpulkan data (riwayat kesehatan
dan pemeriksaan fisik termasuk hasil
laboratorium atau penunjang medis)
menganalisa data
membuat rencana perawatan (tes yang
harus dijalani berikutnya, terapi, rujukan)
merawat pasien
memantau dan menilai jalannya
perawatan dan dapat mengubah
perawatan bila diperlukan.

Praktik kedokteran merupakan inti dari berbagai


kegiatan dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan

Karena itu harus dilakukan oleh dokter yang memiliki etik


dan moral yang tinggi, serta kompetensi yang secara
terus menerus harus ditingkatkan mutunya melalui
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan.

Praktik kedokteran (promotif, preventif, kuratif,


rehabilitatif) dilaksanakan sebagai suatu
kesepakatan berdasarkan hubungan kepercayaan
antara dokter dengan pasien.

Kesepakatan yang dimaksud adalah upaya maksimal


pengabdian profesi kedokteran yang harus dilakukan
dokter dalam penyembuhan dan pemulihan kesehatan
pasien sesuai dengan standar pelayanan, standar
profesi, serta standar prosedur operasional.

Dokter mempunyai tanggung jawab yang besar


terhadap:
- manusia (pasien/masyarakat)
- hukum
- diri (hati nuraninya)
- Tuhan Yang Maha Esa

Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan


mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk
kepentingan pasien.
Bila ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib
merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai
keahlian dalam penyakit tersebut.

Dokter harus memandang pasiennya sebagai manusia


seutuhnya yang selain mempunyai unsur jasmani ia juga
memiliki unsur spiritual, mental dan sosial (Iingkungan).
Pandangan dokter terhadap pasien sebagai manusia
seutuhnya akan membantu menemukan latar belakang
kelainan kesehatan pasien secara lebih tepat.
Diagnosa yang tepat akan mengarah pada
pengobatan/tindakan yang tepat pula.

Bila sudah timbul rasa percaya akan keahlian dan


kemampuan terhadap seorang dokter, maka pasien
dan atau keluarganya akan menerima apapun hasil
dari pengobatan dokter itu, bahkan bila usaha
tersebut menghasilkan kegagalan.

III. ASPEK HUKUM PRAKTIK KEDOKTERAN


DENGAN BERKEMBANGNYA KESADARAN MASYARAKAT
AKAN KEBUTUHAN TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM,
DUNIA KEDOKTERAN MENJADI OBJEK HUKUM
KARENA ITU PARA PETUGAS DIBIDANG KEDOKTERAN
SUDAH SELAYAKNYA MENGETAHUI ASPEK
MEDICOLEGAL PRAKTIK KEDOKTERAN
PENGATURAN PRAKTIK DOKTER DI INDONESIA
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 9/2004
TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN (UUPK)

III.A. UNDANG-UNDANG PRAKTIK


KEDOKTERAN (UUPK)

Pengaturan penyelenggaraan praktik kedokteran


dilandaskan pada asas kenegaraan, keilmuan,
kemanfaatan, kemanusiaan dan keadilan.

Keberadaan UUPK bertujuan untuk:

1.
2.
3.

memberikan perlindungan kepada pasien,


mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
medis yang diberikan oleh dokter,
memberikan kepastian hukum kepada masyarakat
maupun dokter.

Untuk mencapai tujuan tersebut, diatur pembentukan


dua lembaga independen
yaitu:
1.
2.

Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan


Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
(MKDKI)
Masing-masing dengan fungsi, tugas dan kewenangan
yang berbeda.

III.B. KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA (KKI)


Keberadaan KKI dimaksudkan untuk melindungi
masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan dan
meningkatkan mutu pelayanan dokter.
Fungsi KKI meliputi fungsi pengaturan, pengesahan,
penetapan, dan pembinaan.

III.C. MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN KEDOKTERAN


INDONESIA (MKDKI)
Untuk menegakkan disiplin dokter dalam
penyelenggaraan praktik kedokteran.
Menerima pengaduan, memeriksa, dan memutuskan
kasus pelanggaran disiplin dokter yang diajukan.
Menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus
pelanggaran disiplin dokter.

III.D. REGISTRASI DOKTER

Setiap dokter yang melakukan praktik kedokteran di


Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi (STR)
dokter yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran
Indonesia.
Dokter yang telah memiliki surat tanda registrasi
mempunyai wewenang melakukan praktik kedokteran
sesuai dengan pendidikan dan kompetensi yang dimiliki.

Pendidikan
Kedokteran

Ijazah
Dokter

Ujian Kompetensi
Dokter Indonesia
(UKDI)

Sertifikat Tanda
Kompetensi
(STK)

Sertifikat Tanda
Registrasi
(STR)
Internsip

ALUR REGISTRASI DOKTER

Rekomendasi
IDI

Sertifikat Tanda
Registrasi
(STR)

Sertifikat Tanda
Selesai Internsip
(STSI)

Internsip

SIP
Internsip

III.E. SURAT IJIN PRAKTIK DOKTER


Setiap dokter yang melakukan praktik kedokteran di

Indonesia wajib memiliki surat izin praktik.

Sertifikat Tanda
Registrasi
(STR)

Rekomendasi
IDI

Surat Ijin Praktik

Sertifikat Tanda
Kompetensi
(STK)

Re-sertifikasi

P2KB

Mandiri

Dokter yang telah memiliki SIP dan menyelenggarakan


praktik perorangan wajib memasang papan nama
praktik kedokteran.
Papan nama harus memuat nama dokter dan nomor
registrasi, sesuai dengan SIP yang diberikan.
Semua yang dilakukan dokter harus tercatat dalam
sebuah rekam medis, yang merupakan dokumen yang
berkedudukan dalam hukum.

Setiap dokter yang berpraktik wajib mengikuti pendidikan


dan pelatihan kedokteran berkelanjutan yang
diselenggarakan oleh organisasi profesi dan lembaga
lain yang diakreditasi oleh organisasi profesi dalam
rangka penyerapan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi kedokteran terkini.

IDI mewajibkan dokter yang berpraktik mengumpulkan


bukti kegiatan pengembangan diri (Pengembangan
Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan/P2KB) minimal
sebesar 250 skp dalam 5 tahun.

Hak dan Kewajiban Dokter


1. Hak dokter
memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional;
memperoleh panduan untuk memberikan
pelayanan medis menurut standar profesi dan
standar prosedur operasional;
memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari
pasien atau keluarganya; dan
menerima imbalan jasa.

2. Kewajiban dokter

memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi


dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis
pasien;
merujuk pasien ke dokter lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau pengobatan;
merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;
melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan,
kecuali bila Ia yakin ada orang lain yang bertugas dan
mampu melakukannya; dan
menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan
ilmu kedokteran (P2KB).

Hak dan Kewajiban Pasien

1.

Hak pasien
mendapatkan penjelasan secara lengkap
tentang tindakan medis;
meminta pendapat dokter lain;
mendapatkan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan medis;
menolak tindakan medis; dan
mendapatkan isi rekam medis

2. Kewajiban pasien
memberikan informasi yang lengkap dan jujur
tentang masalah kesehatannya;
mematuhi nasihat dan petunjuk dokter;
mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana
pelayanan kesehatan; dan
memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang
diterima.

IV. KETENTUAN PIDANA UU RI No 29 tahun 2004


Setiap dokter yang dengan sengaja melakukan praktik
kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi
dipidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda
paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Setiap dokter yang dengan sengaja melakukan praktik


kedokteran tanpa memiliki surat izin praktik dipidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling
banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Dokter dapat dipidana kurungan paling lama 1 (satu)


tahun atau denda paling banyak Rp.50.000.000.00 (lima
puluh juta rupiah), bila:
dengan sengaja tidak memasang papan nama
dengan sengaja tidak membuat rekam medis
dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban

DEKRIMINALISASI
Berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi
No.4/PUU-V/2007 ketentuan pidana tersebut
dipandang bertentangan dengan UUD 45
sehingga tidak berkekuatan hukum mengikat
lagi.

V. KELALAIAN MEDIS
Kelalaian medis adalah salah satu bentuk dari
malpraktek medis yang paling sering terjadi.

UNSUR-UNSUR KELALAIAN

1.

2.
3.

4.

kewajiban tenaga medis untuk melakukan sesuatu


tindakan medis atau untuk tidak melakukan
sesuatu tindakan tertentu terhadap pasien tertentu
pada situasi dan kondisi yang tertentu.
penyimpangan kewajiban tersebut.
kerugian akibat dari layanan kesehatan /
kedokteran.
hubungan sebab akibat yang nyata.

Gugatan ganti rugi akibat suatu kelalaian medik harus


membuktikan adanya ke-empat unsur di atas, dan
apabila salah satu saja diantaranya tidak dapat
dibuktikan maka gugatan tersebut dapat dinilai tidak
cukup bukti.

DASAR HUKUM PENUNTUTAN KELALAIAN MEDIS

1.

2.
3.

KUH Perdata: pasal 1365-1367, pasal 1370-1372


(denda)
UU Kesehatan No.23/1992: pasal 55 (denda)
KUH Pidana: pasal 359-361 (penjara)

SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai