PELAYANAN
OBSTETRI EMERGENSI
CALL CENTER 119
Tujuan Umum
Format SPK
Pernyataan Standar
Risiko Kehamilan
Kendala Kesehatan Maternal
Pedoman Merujuk
Pre Eklamsia
TUJUAN UMUM
Agar dalam pelaksanaan pelayanan
ke-bidanan didapatkan hasil yang
memenuhi standar tertentu yang
aman dan efektif.
Masyarakat agar mempunyai kepercayaan yang lebih mantap terhadap
pelaksana pelayanan kebidanan.
Untuk menentukan kompetensi yang
di-perlukan bagi Bidan praktek.
Untuk
menentukan
kebutuhan
opera-sional.
Ke Menu
FORMAT SPK
Tujuan
Pernyataan Standar
Hasil
Prasyarat
Proses
05/15/15
Ke Menu
05/15/15
Ke Menu
TUJUAN :
Merupakan tujuan standar.
PERNYATAAN STANDAR :
Pernyataan pelayanan kebidanan
yang dilakukan tingkat
kompetensi yang diharapkan.
Ke Menu
HASIL :
Yang akan dicapai, dinyatakan
dalam bentuk yang dapat diukur.
PRASYARAT :
Hal - hal yang diperlukan obat, alat,
ketrampilan.
PROSES :
Langkah - langkah yang perlu
diikuti.
Ke Menu
INGAT :
Hal - hal yang perlu diingat,
Ringkasan, hasil penelitian,
yang berpengaruh terhadap
pelayanan kebidanan.
05/15/15
Ke Menu
SETIAP KEHAMILAN
BERISIKO
PENDEKATAN TERBARU UNTUK
MENURUNKAN KEMATIAN IBU
Ke Menu
Kendala Kesehatan
Maternal
Keterbatasan akses pada
pertolongan persalinan oleh tenaga
terampil dan sistem rujukan yang
tidak memadai mengakibatkan:
hampir 40% wanita melahirkan tanpa
pertolongan tenaga kesehatan
terampil dan
70% tidak mendapatkan pelayanan
pasca persalinan dalam waktu 6
minggu setelah persalinan.
Ke Menu
Empat TERLALU
Terlalu muda untuk menikah (< 20
tahun)
Terlalu tua untuk hamil (> 35 tahun)
Terlalu sering untuk hamil (< 2 tahun)
Terlalu banyak melahirkan (> 4 anak)
disamping mempunyai pengaruh terhadap
angka kematian ibu, juga mempunyai
dampak terhadap angka kematian bayi dan
pertumbuhan & perkembangan bayi
Ke Menu
Ke Menu
MERUJUK
KERJASAMA TIM RUJUKAN
STABILISASI
KOMUNIKASI
Ke Menu
MENGENALI
Ke Menu
MERUJUK
MENANGGAPI
MENGENALI
Ke Menu
MENGENALI
Ke Menu
KEPUTUSAN KLINIK
G1P0A0, 22 tahun, hamil 38 minggu
Anak 1 hidup intrauterin, Letak
kepala sudah masuk ke panggul
Inpartu kala I, fase aktif
Preeklampsia berat
SIKAP (Upaya stabilisasi)
Pasang infus Ringer Laktat dan
pemberian MgSO4 40% dosis inisial
4 gram, dosis pemeliharaan 6 gr
MgSO4 / 6 jam
Rujuk, pertimbangkan jarak ke RS
Rujukan
Komunikasi dengan RSUD/RS
SWASTA/Puskesmas
RUJUKAN
Tenaga
kesehatan
terampil (Bidan)
Alat
Keluarga
Surat rujukan
Obat
Kendaraan /
Transportasi
Uang
Ke Menu
Response time
Pengawasan keadaan
umum
Pengawasan
persalinan dengan
partograf
Koordinasi dengan Dr
Spes. Anak / disiplin
lain
Tindakan
Jawaban Rujukan
Kontrasepsi
Ke Menu
TANGGAP
PREEKLAMPSIA
EKLAMPSIA
Ke Menu
PENDAHULUAN
50,000 kematian ibu / tahun
Insidens Eklampsia di negara
berkembang 1:100 1:1700
Pergeseran penyebab kematian
utama di Jawa Tengah 31,29% tahun
2011
MAGNESIUM SULFAT ditetapkan
sebagai OBAT PALING EFEKTIF untuk
mengatasi kejang eklampsia
(Cochrane Database Syst Rev 2010)
PRINSIP DASAR
WANITA HAMIL ATAU BARU
MELAHIRKAN MENGELUH NYERI
KEPALA HEBAT ATAU PENGLIHATAN
KABUR
WANITA HAMIL ATAU BARU
MELAHIRKAN MENDERITA KEJANG
ATAU KEHILANGAN KESADARAN /
KOMA
TEKANAN
TEKANAN DARAH
DARAH
MENINGKAT
MENINGKAT
PENILAIAN KLINIK
(( 140/90
140/90 mmHg)
mmHg)
NYERI
NYERI KEPALA
KEPALA
GANGGUAN
GANGGUAN
PENGLIHATAN
PENGLIHATAN
HIPERREFLEKSIA
HIPERREFLEKSIA
PROTEINURIA
PROTEINURIA
KOMA
KOMA
HAMIL
< 20 MG
KEJANG
KEJANG +
+
HAMIL
> 20 MG
HIPERTENSI
HIPERTENSI
KRONIK
KRONIK
SUPERIMPOSE
SUPERIMPOSE
D
D
PREECLAMPSI
PREECLAMPSI
A
A
EKLAMPSIA
EKLAMPSIA
HIPERTENSI
HIPERTENSI
KEJANG
KEJANG
PREEKLAMPSI
PREEKLAMPSI
A
A RINGAN
RINGAN
PREEKLAMPSI
PREEKLAMPSI
A
A BERAT
BERAT
PENILAIAN
KLINIK
TEKANAN
TEKANAN
DARAH
DARAH
NORMAL
NORMAL
KEJANG
KEJANG
RIWAYAT
RIWAYAT KEJANG
KEJANG
DEMAM
DEMAM (-)
(-)
KAKU
KAKU KUDUK
KUDUK (-)
(-)
EPILEPSI
EPILEPSI
DEMAM
DEMAM
NYERI
NYERI KEPALA
KEPALA
KAKU
KAKU KUDUK
KUDUK (+)
(+)
DISORIENTASI
DISORIENTASI
MALARIA
MALARIA
SEREBRAL
SEREBRAL
MENINGITIS
MENINGITIS
ENSEFALITIS
ENSEFALITIS
TRISMUS
TRISMUS
SPASME
SPASME OTOT
OTOT
MUKA
MUKA
TETANUS
TETANUS
NYERI
NYERI KEPALA
KEPALA
GANGGUAN
GANGGUAN
PENGLIHATAN
PENGLIHATAN
MUNTAH
MUNTAH
RIWAYAT
RIWAYAT GEJALA
GEJALA
SERUPA
SERUPA
MIGRAINE
MIGRAINE
HIPERTENSI
HIPERTENSI KARENA
KARENA KEHAMILAN
KEHAMILAN
LEBIH
LEBIH SERING
SERING PADA
PADA PRIMIGRAVIDA
PRIMIGRAVIDA
RISIKO
RISIKO MENINGKAT
MENINGKAT PADA
PADA
MASSA
MASSA PLASENTA
PLASENTA BESAR
BESAR (GEMELI,
(GEMELI, PENYAKIT
PENYAKIT TROFOBLAS)
TROFOBLAS)
HIDRAMNION
HIDRAMNION
DIABETES
DIABETES MELLITUS
MELLITUS
ISOIMUNISASI
ISOIMUNISASI RHESUS
RHESUS
FAKTOR
FAKTOR HEREDITER
HEREDITER
MASALAH
MASALAH VASKULER
VASKULER
HIPERTENSI
HIPERTENSI KARENA
KARENA KEHAMILAN
KEHAMILAN
HIPERTENSI
HIPERTENSI TANPA
TANPA PROTEINURIA
PROTEINURIA ATAU
ATAU EDEMA
EDEMA
PREEKLAMPSIA
PREEKLAMPSIA RINGAN
RINGAN
PREEKLAMPSIA
PREEKLAMPSIA BERAT
BERAT
EKLAMPSIA
EKLAMPSIA
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS PREEKLAMPSIA
PREEKLAMPSIA BERAT
BERAT
TEKANAN
TEKANAN DARAH
DARAH DIASTOLIK
DIASTOLIK >
> 110
110 mmHg
mmHg
PROTEINURIA
PROTEINURIA 2+
2+
OLIGURIA
OLIGURIA <
< 400
400 ml/24
ml/24 JAM
JAM
EDEMA
EDEMA PARU:
PARU: NAFAS
NAFAS PENDEK,
PENDEK, SIANOSIS,
SIANOSIS, RONKHI
RONKHI
NYERI
NYERI EPIGASTRIUM/KUADRAN
EPIGASTRIUM/KUADRAN ATAS
ATAS KANAN
KANAN
GANGGUAN
GANGGUAN PENGLIHATAN:
PENGLIHATAN: SKOTOMA
SKOTOMA
NYERI
NYERI KEPALA
KEPALA HEBAT
HEBAT
HIPERREFLEKSIA
HIPERREFLEKSIA
MATA:
MATA: SPASME
SPASME ARTERIOLER,
ARTERIOLER, EDEMA,
EDEMA, ABLASIO
ABLASIO RETINA
RETINA
KOAGULASI:
KOAGULASI: KOAGULASI
KOAGULASI INTRAVASKULER
INTRAVASKULER DISSEMIDISSEMINATA,
NATA, SINDROM
SINDROM HELLP
HELLP
PERTUMBUHAN
PERTUMBUHAN JANIN
JANIN TERHAMBAT
TERHAMBAT
OTAK:
OTAK: EDEMA
EDEMA SEREBRI
SEREBRI
JANTUNG:
JANTUNG: GAGAL
GAGAL JANTUNG
JANTUNG
EKLAMPSIA
KEJANG
KEJANG DAPAT
DAPAT TERJADI
TERJADI TANPA
TANPA
TERGANTUNG
TERGANTUNG PADA
PADA BERAT
BERAT
RINGANNYA
RINGANNYA HIPERTENSI
HIPERTENSI
SIFAT
SIFAT KEJANG
KEJANG TONIK-KLONIK
TONIK-KLONIK
KOMA
KOMA TERJADI
TERJADI SETELAH
SETELAH KEJANG
KEJANG
DAPAT
DAPAT BERLANGSUNG
BERLANGSUNG LAMA
LAMA
DAN
DAN
KOMPLIKASI
ISKEMIA
ISKEMIA UTEROPLASENTER
UTEROPLASENTER
SPASME
SPASME ARTERIOLAR
ARTERIOLAR
KEJANG
KEJANG DAN
DAN KOMA
KOMA
PENANGANAN
PENANGANAN TIDAK
TIDAK TEPAT
TEPAT
PENCEGAHAN
PEMBATASAN
PEMBATASAN KALORI,
KALORI, CAIRAN
CAIRAN dan
dan DIIT
DIIT
RENDAH
GARAM
TIDAK
MENCEGAH
RENDAH
GARAM
TIDAK
MENCEGAH
HIPERTENSI
HIPERTENSI DALAM
DALAM KEHAMILAN
KEHAMILAN BAHKAN
BAHKAN
MEMBAHAYAKAN
MEMBAHAYAKAN JANIN
JANIN
MANFAAT
MANFAAT ASPIRIN,
ASPIRIN, KALSIUM
KALSIUM DLL.
DLL. BELUM
BELUM
TERBUKTI
TERBUKTI
DETEKSI
DETEKSI DINI
DINI DAN
DAN PENANGANAN
PENANGANAN CEPATCEPATTEPAT
TEPAT
ALUR
TERAPI
HIPERTENSI
HIPERTENSI
KARENA
KARENA
KEHAMILAN
KEHAMILAN
TANPA
TANPA
PROTEINURIA
PROTEINURIA
HAMIL
> 37 MG
TERMINASI
TERMINASI
KEHAMILAN
KEHAMILAN
HAMIL
< 37 MG
PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
TEKANAN
TEKANAN
DARAH
DARAH
MENINGKAT
MENINGKAT
PREEKLAMPSI
PREEKLAMPSI
A
A
ALUR
TERAPI
PREEKLAMPSI
PREEKLAMPSI
A
A RINGAN
RINGAN
HAMIL
> 37 MG
HAMIL
< 37 MG
TERMINASI
TERMINASI
KEHAMILAN
KEHAMILAN
PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
TEKANAN
TEKANAN DARAH,
DARAH,
PROTEINURIA,
PROTEINURIA,
REFLEKS,
REFLEKS, KONDISI
KONDISI
JANIN
JANIN
KENAIKAN
KENAIKAN
PROTEINURIA
PROTEINURIA
GANGGUAN
GANGGUAN
PERTUMBUHA
PERTUMBUHA
N
N JANIN
JANIN
KENAIKAN
KENAIKAN
TEKANAN
TEKANAN
DARAH
DARAH
PREEKLAMPSI
PREEKLAMPSI
A
A
TERMINASI
TERMINASI
KEHAMILAN
KEHAMILAN
RAWAT
RAWAT INAP
INAP
PENGELOLAAN
PENGELOLAAN
PREEKLAMPSIA RINGAN
JIKA
JIKA KEHAMILAN
KEHAMILAN <
< 37
37 MINGGU
MINGGU DAN
DAN TIDAK
TIDAK
TERJADI
TERJADI PERBAIKAN,
PERBAIKAN, LAKUKAN
LAKUKAN PENILAIAN
PENILAIAN 2
2
KALI/MG
KALI/MG RAWAT
RAWAT JALAN
JALAN
TEKANAN
DARAH
PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
TEKANAN
DARAH
PROTEINURIA
PROTEINURIA 1X/HR
1X/HR &
& KONDISI
KONDISI JANIN
JANIN
BANYAK
BANYAK ISTIRAHAT
ISTIRAHAT
DIIT
DIIT BIASA
BIASA
TIDAK
TIDAK PERLU
PERLU PENGOBATAN
PENGOBATAN
2X/HR,
2X/HR,
PENGELOLAAN
PENGELOLAAN
PREEKLAMPSIA
PREEKLAMPSIA RINGAN
RINGAN
JIKA
JIKA KEHAMILAN
KEHAMILAN <
< 37
37 MINGGU
MINGGU DAN
DAN TIDAK
TIDAK MEMUNGKINKAN
MEMUNGKINKAN
RAWAT
RAWAT JALAN,
JALAN, RAWAT
RAWAT DI
DI RS
RS
PEMANTAUAN
PEMANTAUAN TEKANAN
TEKANAN DARAH
DARAH 2X/HR,
2X/HR, PROTEINURIA
PROTEINURIA 1X/HR
1X/HR &
&
KONDISI
JANIN
KONDISI JANIN
BANYAK
BANYAK ISTIRAHAT
ISTIRAHAT
DIIT
DIIT BIASA
BIASA
TIDAK
TIDAK PERLU
PERLU PENGOBATAN
PENGOBATAN
TIDAK
TIDAK PERLU
PERLU DIURETIK,
DIURETIK, KECUALI
KECUALI TERDAPAT
TERDAPAT EDEMA
EDEMA PARU,
PARU,
DEKOMPENSASI
DEKOMPENSASI KORDIS
KORDIS &
& GAGAL
GAGAL GINJAL
GINJAL AKUT
AKUT
PERTUMBUHAN
PERTUMBUHAN JANIN
JANIN TERHAMBAT
TERHAMBAT
PERTIMBANGKAN
PERTIMBANGKAN TERMINASI
TERMINASI
PROTEINURIA
PROTEINURIA
KELOLA
KELOLA SEBAGAI
SEBAGAI PREEKLAMPSIA
PREEKLAMPSIA BERAT
BERAT
TEKANAN
TEKANAN DIASTOLIK
DIASTOLIK TURUN
TURUN SAMPAI
SAMPAI NORMAL
NORMAL
PASIEN
PASIEN DIPULANGKAN
DIPULANGKAN
ISTIRAHAT
ISTIRAHAT &
& PERHATIKAN
PERHATIKAN TANDA
TANDA PREEKLAMPSIA
PREEKLAMPSIA BERAT
BERAT
TEKANAN
TEKANAN DIASTOLIK
DIASTOLIK NAIK
NAIK
RAWAT
RAWAT
PENGELOLAAN
PENGELOLAAN
PREEKLAMPSIA
PREEKLAMPSIA RINGAN
RINGAN
JIKA
JIKA KEHAMILAN
KEHAMILAN >
> 37
37 MINGGU
MINGGU
PERTIMBANGKAN
PERTIMBANGKAN TERMINASI
TERMINASI KEHAMILAN
KEHAMILAN
SERVIKS
SERVIKS MATANG
MATANG
LAKUKAN
LAKUKAN INDUKSI
INDUKSI
OKSITOSIN
OKSITOSIN 5
5 IU
IU // 500
500 ml
ml DEKSTROSE
DEKSTROSE 5%
5% 10
10
TETES/MENIT
TETES/MENIT ATAU
ATAU PROSTAGLANDIN
PROSTAGLANDIN
SERVIKS
SERVIKS BELUM
BELUM MATANG
MATANG
PROSTAGLANDIN
PROSTAGLANDIN //
MISOPROSTOL
MISOPROSTOL // KATETER
KATETER FOLEY
FOLEY // BEDAH
BEDAH
CAESAR
CAESAR
ALUR
TERAPI
PREEKLAMPSI
PREEKLAMPSI
A
A BERAT
BERAT DAN
DAN
EKLAMPSIA
EKLAMPSIA
OLIGURIA
OLIGURIA
SINDROM
SINDROM
HELLP
HELLP
KEJANG
KEJANG
ANTI
ANTI KONVULSAN
KONVULSAN
ANTI
ANTI KONVULSAN
KONVULSAN ANTI
ANTI HIPERTENSI
HIPERTENSI
PASANG
PASANG INFUS
INFUS KESEIMBANGAN
KESEIMBANGAN CAIRAN
CAIRAN
PENGAWASAN
PENGAWASAN OBSERVASI
OBSERVASI TANDA
TANDAVITAL,
VITAL,
REFLEKS,
REFLEKS, DJJ,
DJJ, EDEMA
EDEMAPARU,
PARU, UJI
UJI
PEMBEKUAN
PEMBEKUAN DARAH
DARAH
KOMA
KOMA
PERSALINAN
PERSALINAN 12
12
JAM
JAM
(EKLAMPSIA)
(EKLAMPSIA) // 24
24
JAM
JAM
(PREEKLAMPSIA)
(PREEKLAMPSIA)
RUJUK
RUJUK
PARTUS
PARTUS
PERVAGINAM
PERVAGINAM
GAWAT
GAWAT JANIN
JANIN
BEDAH
BEDAH
CAESAR
CAESAR
PENGELOLAAN
PREEKLAMPSIA BERAT &
EKLAMPSIA
PENGELOLAAN
PENGELOLAAN KEJANG
KEJANG
ANTI
ANTI KONVULSAN
KONVULSAN
PERLENGKAPAN
PERLENGKAPAN PENGELOLAAN
PENGELOLAAN KEJANG
KEJANG
LINDUNGI
LINDUNGI DARI
DARI TRAUMA
TRAUMA
ASPIRASI
ASPIRASI MULUT
MULUT DAN
DAN TENGGOROK
TENGGOROK
BARINGKAN
BARINGKAN PADA
PADA SISI
SISI KIRI,
KIRI, TRENDELENBURG
TRENDELENBURG
O2
O2 4-6
4-6 LITER/MEN
LITER/MEN
PENGELOLAAN
PENGELOLAAN
PREEKLAMPSIA
PREEKLAMPSIA BERAT
BERAT &
& EKLAMPSIA
EKLAMPSIA
PENGELOLAAN
PENGELOLAAN UMUM
UMUM
JIKA
JIKA DIASTOLIK
DIASTOLIK
110
110 mmHg
mmHg BERIKAN
BERIKAN ANTI
ANTI HIPERTENSI
HIPERTENSI
SAMPAI
SAMPAI DIASTOLIK
DIASTOLIK ANTARA
ANTARA 90-100
90-100 mmHg
mmHg
PASANG
PASANG INFUS
INFUS RINGER
RINGER LAKTAT
LAKTAT
UKUR
UKUR KESEIMBANGAN
KESEIMBANGAN CAIRAN
CAIRAN
KATETERISASI
KATETERISASI URIN
URIN
JIKA
JIKA JUMLAH
JUMLAH URIN
URIN <
< 300
300 ML/JAM
ML/JAM
PANTAU
PANTAU EDEMA
EDEMA
PARU
PARU
PENGAWASAN
PENGAWASAN
OBSERVASI
OBSERVASI TANDA
TANDA VITAL,
VITAL, REFLEKS
REFLEKS &
& DJJ
DJJ TIAP
TIAP 11 JAM
JAM
LAKUKAN
LAKUKAN UJI
UJI PEMBEKUAN
PEMBEKUAN DARAH
DARAH
Pengelolaan antihipertensi
Obat pilihan adalah Nifedipin,
yang diberikan 5-10 mg oral yang
dapat diulang sampai 8 kali/24 jam
Jika respons tidak membaik setelah
10 menit, berikan tambahan 5 mg
Nifedipin sublingual.
Labetolol 10 mg oral. Jika respons
tidak membaik setelah 10 menit,
berikan lagi Labetolol 20 mg oral.
PENGELOLAAN DIASEPAM
DOSIS AWAL
Diasepam 10 mg IV selama 2 menit
Diasepam 40 mg / 500 ml Ringer
DOSIS
PEMELIHARAA Laktat
N
Tidak melebihi 100 mg/24 jam
Pemberian
melalui
rektum
PENGELOLAAN
PENGELOLAAN PERSALINAN
PERSALINAN
PREEKLAMPSIA
PREEKLAMPSIA BERAT
BERAT
PERSALINAN
PERSALINAN DALAM
DALAM 24
24 JAM
JAM
EKLAMPSIA
EKLAMPSIA
PERSALINAN
PERSALINAN DALAM
DALAM 12
12 JAM
JAM
BILA
BILA DILAKUKAN
DILAKUKAN BEDAH
BEDAH CAESAR
CAESAR
TIDAK
TIDAK ADA
ADA KOAGULOPATI
KOAGULOPATI
ANESTESIA
ANESTESIA TERPILIH
TERPILIH ANESTESIA
ANESTESIA UMUM
UMUM
JIKA
JIKA TIDAK
TIDAK TERSEDIA
TERSEDIA ANESTESI
ANESTESI UMUM
UMUM
JANIN
JANIN MATI
MATI
BBLR
BBLR
LAKUKAN
LAKUKAN PERSALINAN
PERSALINAN PERVAGINAM
PERVAGINAM
JIKA
JIKA PEMATANGAN
PEMATANGAN SERVIKS
SERVIKS BAIK
BAIK
INDUKSI
INDUKSI OKSITOSIN
OKSITOSIN 5
5
IU
IU // 500
500 ML
ML DEKSTROSE
DEKSTROSE 5%
5% ATAU
ATAU PROSTAGLANDIN
PROSTAGLANDIN
LAKUKAN RUJUKAN
BILA:
OLIGURIA
OLIGURIA (<
(< 400
400 ml/24
ml/24 jam)
jam)
Sindroma
Sindroma HELLP
HELLP
(HEMOLYSIS,
(HEMOLYSIS, ELEVATED
ELEVATED LIVER
LIVER ENZYMES
ENZYMES &
& LOW
LOW
PLATELETS)
PLATELETS)
KOMA
KOMA BERLANJUT
BERLANJUT >
> 24
24 JAM
JAM SETELAH
SETELAH
KEJANG
KEJANG
PERAWATAN POSTPARTUM
Anti
Anti konvulsan
konvulsan diteruskan
diteruskan sampai
sampai 24
24
jam
jam postpartum
postpartum // kejang
kejang terakhir
terakhir
Anti
Anti hipertensi
hipertensi jika
jika tekanan
tekanan diastolik
diastolik
>
> 110
110 mmHg
mmHg
Pemantauan
Pemantauan jumlah
jumlah urin
urin
Prosedur Rujukan
Rawat jalan dengan pengawasan pada kasus
preeklampsia ringan.
Rujukan konsultatif dan perawatan medis ke
Puskesmas PONED pada kasus preeklampsia ringan
yang tidak menunjukkan perbaikan dengan istirahat.
Rujukan konsultatif ke Puskesmas PONED pada kasus
dengan hipertensi kronis dengan/tanpa tanda klinis
preeklampsia.
Rujukan perawatan medis ke rumah sakit kabupaten
pada kasus dengan preeklampsia berat / eklampsia
setelah pemberian MgSO4 dosis inisial (4 g iv) maupun
dosis pemeliharaan (6 g / 6 jam dalam 500 ml RL).
Rujukan perawatan medis diikuti tenaga kesehatan
dengan perlengkapan pencegahan kejang dan
kegawatdaruratan medis.
Pada setiap kasus yang dirujuk harus dilakukan
komunikasi terlebih dahulu / secara bersamaan
dengan institusi pelayanan kesehatan tujuan rujukan.
DEMAM NIFAS
PRINSIP DASAR
Infeksi pada dan melalui traktus
genitalis setelah persalinan
Suhu 38C antara hari ke 2 10
postpartum dan diukur per oral
sedikitnya 4 kali sehari disebut
sebagai morbiding puerperalis.
Kenaikan suhu tubuh di dalam
masa nifas, dianggap sebagai
infeksi nifas jika tidak ditemukan
sebab ekstragenital lain
FAKTOR PREDISPOSISI
kurang gizi atau malnutrisi
anemia
higiene
kelelahan
proses persalinan bermasalah:
partus lama/macet
korioamnionitis
persalinan traumatik
kurang baiknya proses pencegahan infeksi
periksa dalam yang berlebihan
Pemberian cairan
Suhu Basal kebutuhan cairan
2000 ml/24 jam
Tambahan 500 ml untuk setiap
peningkatan suhu 1 C
Perdarahan pervaginam
Syok
Peningkatan sel darah
putih, terutama
polimorfonuklear
Kemungkina
n diagnosis
Metritis
(Endometritis /
Endomiometriti
s)
Abses
pelvik
Peritonitis
Gejala dan
tanda yang
selalu
didapat
Kemungkina
n diagnosis
Nyeri
payudara dan
tegang
Bendungan
pada
payudara
Nyeri
payudara dan
tegang/bengk
ak
Mastitis
Payudara
yang tegang
dan padat
kemerahan
Abses
payudara
Kemungkinan
diagnosis
Selulitis pada
luka
(perineal /
Abdominal)
Abses atau
hematoma
pada luka
insisi
Gejala dan
tanda yang
selalu didapat
Disuria
Demam yang
tinggi walau
mendapat
antibiotika
menggigil
Kemungkinan
diagnosis
Infeksi pada
traktus
urinarius
Thrombosis
vena dalam
(deep vein
thrombosis)
Thromboflebiti
s:
-pelviotromboflebitis
-Femoralis
Kemungkinan
diagnosis
Konsolidasi
Batuk
Peningkatan
frekuensi nafas
Kerongkongan yang
terasa penuh
Keluar dahak
Kesukaran bernafas
Nyeri dada
Pneumonia
Mengigil
Pembesaran liver
Pembesaran limpa
Kuning
Nyeri epigastrium
Malaria
Tifoid (b)
Hepatitis (c)
METRITIS
Metritis adalah infeksi uterus
setelah persalinan, merupakan
salah satu penyebab terbesar
kematian ibu.
Dapat menjadi abses pelviks,
peritonitis, syok septik, thrombosis
vena yang dalam, emboli pulmonal,
infeksi pelvik yang menahun,
dispareunia, penyumbatan tuba
dan infertilitas.
Pengelolaan
Transfusi PRC (Packed Red Cell) bila
dibutuhkan
Berikan antibiotika spektrum luas dosis
tinggi.
Ampisilin 2 g IV, kemudian 1 g setiap 6 jam
Gentamisin 5 mg/kg BB IV dosis tunggal/hari
Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
Lanjutkan antibiotika ini sampai ibu tidak
panas selama 24 jam.
Antitetanus profilaksis.
Bila dicurigai ada sisa plasenta, lakukan
pengeluaran (digital atau dengan kuret
tumpul besar).
Catatan Tambahan
Bila metronidazol infus tidak
tersedia, dapat menggunakan
metronidazol suppositoria
Untuk memperbaiki subinvolusio
uteri, bisa memanfaatkan
misoprostol
Evakuasi sisa plasenta yang tidak
terlalu banyak bisa menggunakan
teknik AVM
Penanganan
Bila ada pus lakukan drainase (kalau
perlu kolpotomi), ibu dalam posisi
Fowler.
Bila tak ada perbaikan dengan
pengobatan konservatif dan ada
tanda peritonitis generalisata lakukan
laparotomi dan keluarkan pus.
Bila pada evaluasi uterus nekrotik
dan septik lakukan histerektomi
subtotal.
BENDUNGAN PAYUDARA
Peningkatan aliran vena dan limfe
pada payudara dalam rangka
mempersiapkan diri untuk laktasi.
Bukan disebabkan overdistensi
dari saluran sistem laktasi
INFEKSI PAYUDARA
Mastitis
Payudara tegang / indurasi dan
kemerahan
Kloksasilin 500 mg / 6 jam selama 10 hari.
Sangga payudara.
Kompres dingin.
Bila diperlukan Parasetamol 500 mg per
oral setiap 4 jam.
Ibu harus didorong menyusui bayinya
walau ada pus.
Pantau 3 hari setelah pengobatan.
Abses payudara
Terdapat masa padat, mengeras di
bawah kulit yang kemerahan.
Diperlukan anestesi umum (ketamin).
Insisi radial dari tengah dekat pinggir
aerola, ke pinggir supaya tidak
memotong saluran ASI.
Pecahkan kantung pus dengan klem
jaringan (pean) atau jari tangan.
Pasang tampon dan drain, diangkat
setelah 24 jam.
Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6
jam selama 10 hari.
Abses payudara
Sangga payudara.
Kompres dingin.
Berikan Parasetamol 500 mg
setiap 4 jam bila diperlukan.
Ibu dianjurkan tetap memberikan
ASI walau ada pus.
Follow up selama 3 hari.
Abses pelvis
Bila ada tanda cairan fluktuasi pada
daerah cul-de-sac, lakukan kolpotomi
atau dengan laparotomi. Ibu posisi
Fowler.
Antibiotika spektrum luas dalam dosis
yang tinggi
Ampisilin 2 g IV kemudian 1 g setiap 6
jam, ditambah Gentamisin 5 mg/kg berat
badan IV dosis tunggal/hari dan
Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
Lanjutkan antibiotika ini sampai ibu tidak
panas selama 24 jam.
PERITONITIS
Pasang selang nasogastrik bila perut
kembung akibat ileus.
Infus (NaCL atau Ringer laktat) 3000 ml.
Antibiotika sehingga bebas panas
selama 24 jam:
Ampisilin 2 g IV, kemudian 1 g setiap 6 jam,
Gentamisin 5 mg/kg BB IV dosis tunggal/hari
Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
TROMBOFLEBITIS
Perluasan infeksi nifas yang
paling sering ialah perluasan atau
invasi mikroorganisme patogen
yang mengikuti aliran darah di
sepanjang vena dan cabangcabangnya sehingga terjadi
tromboflebitis
KLASIFIKASI
Pelviotromboflebitis
Tromboflebitis femoralis
PELVIOTROMBOFLEBITIS
Nyeri, perut bagian bawah dan/atau perut
samping, timbul pada hari ke 2 3 masa
nifas dengan atau tanpa panas.
Penderita tampak sakit berat dengan
gambaran karakteristik sebagai berikut:
Menggigil berulang. Menggigil inisial sangat
berat (30 40 menit) dengan interval
beberapa jam dan kadang-kadang 3 hari. Pada
waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
Suhu badan naik turun secara tajam (36C
menjadi 40C), diikuti penurunan suhu dalam 1
jam (biasanya subfebris seperti pada
endometritis).
PELVIOTROMBOFLEBITIS
Penyakit dapat berlangsung selama 1 3
bulan.
Cenderung berbentuk pus, yang menjalar
ke mana-mana, terutama ke paru-paru.
Gambaran darah:
Leukositosis (setelah endotoksin
menyebar ke sirkulasi, dapat segera
terjadi leukopenia).
Kultur darah diambil pada saat yang tepat
sebelum mulainya menggigil. Meskipun
bakteri ditemukan di dalam darah selama
menggigil, kultur sukar dibuat karena
bakterinya anaerob.
PELVIOTROMBOFLEBITIS
Pada periksa dalam hampir tidak
diketemukan apa-apa karena
yang paling banyak terkena ialah
vena ovarika yang sukar dicapai
pada pemeriksaan.
Komplikasi
Komplikasi paru: infark, abses,
pneumonia
Komplikasi ginjal sinistra, nyeri
mendadak, yang diikuti dengan
proteinuria dan hematuria
Komplikasi pada persendian,
mata dan jaringan subkutan
Pengelolaan
Rawat inap
Tirah baring untuk pemantauan gejala
penyakit dan mencegah emboli pulmonum.
Terapi medik
Pemberian antibiotika dan heparin jika
terdapat tanda / dugaan emboli pulmonum.
Terapi operatif
Pengikatan vena kava inferior dan vena
ovarika jika emboli septik terus
berlangsung.
TROMBOFLEBITIS
FEMORALIS
Keadaan umum tetap baik, suhu badan
subfebris selama 7 10 hari, kemudian
suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke
10 20, yang disertai menggigil dan nyeri.
Kaki yang terkena biasanya kaki kiri, akan
memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi ke
luar serta sukar bergerak, lebih panas dibanding
dengan kaki lainnya.
Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki
terasa tegang dan keras pada paha bagian atas.
TROMBOFLEBITIS
FEMORALIS
Nyeri hebat pada lipat paha dan paha.
Reflektorik akan terjadi spasmus arteria
sehingga kaki menjadi bengkak, tegang,
putih, nyeri dan dingin, pulsasi menurun.
Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau
setelah nyeri, pada umumnya terdapat pada
paha bagian atas, tetapi lebih sering mulai
dari jari kaki dan pergelangan kaki,
kemudian meluas dari bawah ke atas.
Nyeri pada betis, terjadi spontan atau
dengan memijit betis atau dengan
meregangkan tendo akhiles (tanda Homan)
Penanganan
Perawatan
Kaki ditinggikan untuk mengurangi
edema,
lakukan kompres pada kaki.
Setelah mobilisasi, kaki tetap dibalut
elastik / memakai kaos kaki panjang
yang elastik selama mungkin.
Prosedur Rujukan
Rujukan konsultatif dan perawatan medis ke
Puskesmas PONED pada kasus infeksi nifas
setelah pemberian antibiotika yang sesuai.
Rujukan perawatan medis ke rumah sakit
kabupaten ditentukan di puskesmas PONED
setelah komunikasi konsultasi dengan rumah
sakit kabupaten pada kasus dengan infeksi
nifas setelah pemberian antibiotika yang
sesuai.
Rujukan perawatan medis diikuti tenaga
kesehatan dengan perlengkapan pencegahan
kegawatdaruratan medis.
Pada setiap kasus yang dirujuk harus dilakukan
komunikasi terlebih dahulu / secara bersamaan
dengan institusi pelayanan kesehatan tujuan
rujukan.
PERDARAHAN
POSTPARTUM
PERDARAHAN PASCA
PERSALINAN
Definisi: Perdarahan post partum
adalah perdarahan melebihi 500 ml
yang terjadi setelah bayi lahir.
Perdarahan yang lebih dari normal
yang telah menyebabkan perubahan
tanda vital (ibu mengeluh lemah,
limbung, berkeringat dingin,
menggigil, hiperpnea, tekanan
sistolik < 90 mmHg, nadi >
100/menit, Hb < 8 g%)
MASALAH
Perdarahan post partum dini yaitu
perdarahan setelah bayi lahir dalam
24 jam pertama persalinan dan
perdarahan post partum lanjut yaitu
perdarahan setelah 24 jam persalinan.
Perdarahan post partum dapat
disebabkan oleh atonia uteri, robekan
jalan lahir, retensio plasenta, sisa
plasenta dan kelainan pembekuan
darah.
PENGELOLAAN UMUM
PENGELOLAAN SYOK
Selalu siapkan tindakan gawat darurat
Tata laksana persalinan kala III secara aktif
Minta pertolongan pada petugas lain untuk
membantu bila dimungkinkan
Lakukan penilaian cepat keadaan umum ibu
meliputi kesadaran nadi, tekanan darah,
pernafasan dan suhu
Jika terdapat syok lakukan segera penanganan
Periksa kandung kemih, bila penuh kosongkan
Cari penyebab perdarahan dan lakukan
pemeriksaan untuk menentukan penyebab
perdarahan
Syok
Uterus tidak berkontraksi Bekuan darah pada
serviks / posisi
dan lembek
terlentang akan
Perdarahan segera
menghambat aliran
setelah anak lahir
darah keluar
Darah segar yang mengalir segera setelah bayi
lahir
Uterus kontraksi dan
keras
Plasenta lengkap
Pucat
Lemah
Menggigil
DIAGNOSIS
KERJA
Atonia uteri
Robekan
jalan lahir
Retensio
plasenta
Plasenta / sebagian
selaput
(mengandung
pembuluh darah)
tidak lengkap
Perdarahan segera
(P3)
Uterus berkontraksi
tetapi tinggi fundus
tidak berkurang
Tertinggalnya
sebagian plasenta
atau ketuban
Neurogenik syok
Pucat dan limbung
Inversio uteri
Sub-involusi uterus
Nyeri tekan perut
bawah dan uterus
Perdarahan
Lokhia mukopurulen
dan berbau
Anemia
Demam
DIAGNOSIS KERJA
Endometritis atau
sisa fragmen
plasenta
Late postpartum
hemorrhage
Perdarahan
ATONIA UTERI
Terjadi bila miometrium tidak
berkontraksi
Uterus menjadi lunak dan pembuluh
darah pada daerah bekas
perlekatan plasenta terbuka lebar
Penyebab tersering perdarahan
postpartum (2/3 dari semua
perdarahan postpartum disebabkan
oleh atonia uteri)
Faktor risiko
Hal-hal yang menyebabkan uterus
meregang lebih dari kondisi normal :
Polihidramnion
Kehamilan kembar
Makrosomia
Persalinan lama
Persalinan terlalu cepat
Persalinan dengan induksi atau
akselerasi oksitosin
Infeksi intrapartum
Paritas tinggi
Suntikan Oksitosin
Periksa fundus uteri untuk memastikan
kehamilan tunggal.
Suntikan Oksitosin 10 IU IM.
Mengeluarkan plasenta
Jika tali pusat terlihat bertambah panjang dan
terasa adanya pelepasan plasenta, minta ibu
meneran sedikit sementara tangan kanan
menarik tali pusat ke arah bawah kemudian ke
atas sesuai dengan kurve jalan lahir.
Bila tali pusat bertambah panjang tetapi
belum lahir, dekatkan klem 5-10 cm dari
vulva.
Bila plasenta belum lepas setelah langkah
diatas selama 15 menit
Masase Uterus
Segera setelah plasenta lahir,
melakukan masase pada fundus uteri
dengan menggosok fundus secara
sirkuler menggunakan bagian palmar
4 jari tangan kiri hingga kontraksi
uterus baik (fundus teraba keras)
Memeriksa kemungkinan adanya
perdarahan pasca persalinan
Kelengkapan plasenta dan ketuban
Kontraksi uterus
Perlukaan jalan lahir
Ya
Evaluasi rutin
Tidak
Evaluasi / bersihkan bekuan darah / selaput ketuban
Kompresi Bimanual Interna (KBI) maks. 5 menit
Uterus kontraksi ?
Tidak
Ya
Uterus kontraksi ?
Ya
Pengawasan
kala IV
Tidak
Rujuk siapkan laparotomi
Lanjutkan pemberian infus + 20 IU Oksitosin
minimal 500 cc/jam hingga mencapai
tempat rujukan
Selama perjalanan dapat dilakukan
Kompresi Aorta Abdominalis atau Kompresi
Bimanual Eksternal
Ligasi arteri uterina dan/atau hipogastrika
B-Lynch method
Perdarahan berlanjut
Histerektomi
Perdarahan
berhenti
Pertahankan
uterus
Robekan perineum
Tingkat I : robekan hanya pada selaput
lendir vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perineum
Tingkat II : robekan mengenai selaput
lendir vagina dan otot perinei
transversalis, tetapi tidak mengenai
sfingter ani
Tingkat III : robekan mengenai seluruh
perineum dan otot sfingter ani
Tingkat IV : robekan sampai mukosa
rektum
Hematoma vulva
Bergantung pada lokasi dan besar hematoma.
Hematoma kecil cukup dilakukan kompres.
Hematoma besar dilakukan sayatan di
sepanjang bagian hematoma yang paling
terenggang.
Seluruh bekuan dikeluarkan sampai kantong
hematoma kosong.
Dicari sumber perdarahan, perdarahan
dihentikan dengan mengikat atau menjahit
sumber perdarahan tersebut.
Luka sayatan kemudian dijahit.
Dalam perdarahan difus dapat dipasang drain.
Robekan serviks
RETENSIO PLASENTA
Plasenta adhesiva
Plasenta akreta
Plasenta inkarserata
PLASENTA
INKARSERATA
PLASENTA
AKRETA
KENYAL
KERAS
CUKUP
PUSAT
2 JR < PUSAT
PUSAT
DISKOID
AGAK GLOBULER
DISKOID
SEDANG-BANYAK
SEDANG
SEDIKIT - TIDAK
ADA
TERJULUR
TERJULUR
# TERJULUR
OSTIUM UTERI
SEBAG TERBUKA
KONSTRIKSI
TERBUKA
SEPARASI
PLASENTA
LEPAS SEBAGIAN
SUDAH LEPAS
MELEKAT
SELURUHNYA
SERING
JARANG
JARANG
GEJALA
KONSISTENSI
UTERUS
TFU
BENTUK UTERUS
PERDARAHAN
TALI PUSAT
SYOK
Plasenta manual
Dengan narkosis
Pasang infus NaCl 0,9%
Tangan kanan dimasukkan secara
obstetrik kedalam vagina.
Tangan kiri menahan fundus
untuk mencegah kolporeksis.
Tangan kanan menuju ke ostium
uteri dan terus ke lokasi plasenta.
Tangan ke pinggir plasenta dan
mencari bagian plasenta yang
sudah lepas
Dengan sisi ulner, plasenta
dilepaskan
SISA PLASENTA
Sisa plasenta dan ketuban yang masih
tertinggal dalam rongga rahim dapat
menimbulkan perdarahan postpartum dini atau
perdarahan pospartum lambat (6 10 hari
pasca persalinan).
Prosedur Rujukan
Rujukan konsultatif dan perawatan medis ke
Puskesmas PONED pada kasus sisa plasenta yang
memerlukan tindakan kuretase.
Rujukan perawatan medis ke rumah sakit
kabupaten pada kasus dengan pendarahan pasca
persalinan karena atonia uteri setelah tindakan
stabilisasi dengan kompresi bimanual maupun
pemberian uterotonika, retensio plasenta dan
robekan porsio serta jalan lahir derajat III/IV.
Rujukan perawatan medis diikuti tenaga
kesehatan dengan perlengkapan pencegahan
kegawatdaruratan medis.
Pada setiap kasus yang dirujuk harus dilakukan
komunikasi terlebih dahulu / secara bersamaan
dengan institusi pelayanan kesehatan tujuan
rujukan.
TERIMA KASIH
ATAS PERHATIAN ANDA