Anda di halaman 1dari 23

Incidence and Predictors for

Delirium in Hospitalized
Elderly Patients: a
Retrospective Cohort Study
VALIAN INDRIANY
1061050132

DELIRIUM

Delirium, suatu kondisi akut penurunan perhatian dan disfungsi kognitif,


merupakan sindrom klinis yang umum, mengancam hidup, dan dapat dicegah;
umumnya terjadi pada individu berusia 65 tahun atau lebih

Di Indonesia, prevalensi delirium di ruang rawat akut geriatri RSCM adalah 21,3%
& 28,7% (tahun 2001 dan 2002), sedangkan insidensnya mencapai 17% pada
pasien rawat inap. Sindrom delirium mempunyai dampak buruk, tidak saja
karena meningkatkan risiko kematian sampai 10 kali lipat, namun juga karena
memperpanjang masa rawat serta meningkatkan kebutuhan perawatan dari
petugas kesehatan dan pelaku rawat.

Tujuan
Untuk menentukan insidens dan prediktor delirium serta
mengembangkan model prediksi delirium pada pasien rawat inap
berusia lanjut di Indonesia

Metode
Suatu penelitian kohort retrospektif dilakukan pada pasien berusia lanjut (usia 60 tahun
atau lebih) dan merupakan pasien rawat inap di bangsal penyakit dalam dan ruang rawat
akut Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Januari 2008
hingga bulan Desember 2010. Pasien tidak mengalami delirium saat masuk rumah sakit.
Dua belas prediktor terjadinya delirium yang telah didefinisikan sebelumnya
diidentifikasi pada saat pasien masuk rumah sakit. Prediktor independen untuk delirium
diidentifikasi dengan analisis regresi Cox proportional hazard dan setiap faktor
independen dikuantifikasi untuk mengembangkan suatu model prediksi delirium.
Kemampuan kalibrasi dari model tersebut ditentukan dengan uji Hosmer-Lameshow dan
kemampuan diskriminasinya ditentukan dengan menghitung area under curve (AUC) dari
receiver operating curve.

Faktor Predisposisi :

Usia
Demensia
Hipoalbuminemia
penggunaan obat-obatan
antikolinergik dan psikoaktif
penurunan status fungsional
penglihatan dan gangguan
pendengaran
gangguan metabolic
Infeksi
penyakit kardiovaskular
ketidakseimbangan elektrolit

*Semua data dianalisa melalui medical record

Hingga H+14 dokter menganalisa


kemungkinan
delirium
yang
biasanya didasarkan pada
kehadiran akut perubahan
mental
pasien
dengan
sebelumnya
sepenuhnya waspada ditandai
dengan disorientasi
gangguan tidur dan
agitasi andor, terutama jika
terjadi / mengobati.

Analisis data
Spss 17.0 (data disajikan dengan proporsional dan mengikuti SD rata-rata)
Menggunakan Kaplan meier method untuk menganalisa data 14 hari pertama
Cox regression bivariate & multivariate dengan P value <0.20 jika pasien usia lanjut
P value <0,05 (hazard ratio 95%)
*Ada beberapa data yang hilang dari catatan medis pada prediksi dan pada analisis
akan mengakibatkan dua kelemahan, yaitu underpowered model prediksi serta bias
jika data hilang adalah diferensial
*peneliti memperhitungkan nilai-nilai yang hilang seperti yang disarankan oleh
Janssen et al. dan Donders et al.

Demografi
January
2008

Desember
2010

subyek penelitian terdiri atas 457


pasien, sebagian besar (52,5%)
merupakan pasien laki-laki berusia 6069 tahun (55,8%), dengan rerata usia
69,6 tahun (SD 7,09). Demografi
pasien bias dilihat pada table 1.

Hasil

Experienced
delirium
18,8% <14 day

Not
Experienced
delirium 75,5%
<14 day

Kaplan-Meier curve menunjukan pasien usia


lanjut yang tidak mengalami delirium pada 14
hari pertama perawatan

Checking data
Karena ada data yang tidak lengkap
Sebelum melanjutkan analisis data peniliti memmeriksa data dari 5 variable yang ada
Apakah data yang tidak lengkap mempengaruhi hasil study terhadap pasien mengalami
delirium atau tidak terutama pada variable (cognitive impairement & hypoxia)

Peneliti melakukan estimasi dan EM method untuk mengolah data yang hilang guna
memperkuat hasil study dan melengkapi data untuk penelitian selanjutnya lebih jauh

Analisis data
Bivariative analysis menunjukkan predictor yang berkaitan dengan delirium yang terjadi
pada pasien lanjut usia di rumah sakit bias dilihat pada table dibawah ini :

Analisis data
Dengan menggunakan multivariate analysis serta logistic regression peniliti
mengembangkan model untuk probabilitas delirium hanya dengan 3 factor bias dilihat
pada table dibawah ini :

Berdasarkan nilai diatas peniliti mengklasifikasi resiko dalam 3 kelas yaitu :

Hasil
Uji Hosmer-Lemeshow menunjukkan presisi yang yang
baik (nilai p=0,066) dan AUC menunjukkan kemampuan
diskriminasi yang baik (0,82, 95% 0,78-0,88)

kesimpulan
insidens delirium adalah sebesar 18,8% pada pasien rawat inap berusia lanjut dengan
densitas 0,021 per orang-hari, infeksi gangguan kognitif, dan penurunan status fungsional
saat masuk ke rumah sakit merupakan prediktor independen terjadinya delirium selama
perawatan di rumah sakit.

Risk Factors For Incident Delirium


Among Older
People In Acute Hospital Medical
Units:
A Systematic Review And Metaanalysis

Tujuan
Tujuan utama dari tinjauan sistematis meta-analisis ini adalah :
mengidentifikasi faktor risiko kejadian delirium pada orang tua yang berguna untuk unit
medis rumah sakit dan untuk memperkirakan rasio kemungkinan yang dikumpulkan ( OR )
atau perbedaan rata-rata ( MD ) faktor risiko yang dilaporkan.
tujuan kedua adalah untuk menguji ruang lingkup, metodologi dan kualitas literatur .

Metode

The MeSH (medical Subject Headings) : Database Web Of science 1 January 1987 31 agustus 2013 :
the term Confusion to include delirium,
DSM III
confusional
Delirum Rating Scale (DRS)
state,
NEECHAM scale and
disorientation and
CAM
post-ictal confusion.
The term Causality includes risk factor,
predisposing factor,
Precipitating factor,
causation and
reinforcing factor
Kriterian penelitian:
berusia 55 tahun keatas
diterbitkan dalam bahasa inggris
mengevaluasi faktor risiko untuk insiden delirium
hanya penelitian utama
menggunakan instrumen yg sudah di vaidasi atau
kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi
delirium
menggunakan kohort, kasus-kontrol dan studi
penampang

Kriteria pengecualian
studi yang dilakukan di unit perawatan intensif dikeluarkan
sebagai pasien yang terkena berbagai risiko lingkungan dan
farmakologis.

Quality Assignment
Dua peneliti (S.A. Dan E.L.S.) Secara independen menilai kekuatan metodologis studi termasuk untuk
membantu menginterpretasi hasil validitas apapun menggunakan newcastle-ottawa skala (NOS) .Metode Ini
dikembangkan untuk menilai kualitas desain studi non-acak dan terdiri dari delapan item yang
dibagi menjadi tiga kriteria: pilihan, perbandingan, dan ketergantungan hasil studi (studi kohort)
atau paparan (studi kasus-kontrol). Studi diberikan maksimal satu bintang untuk setiap item kecuali
item yang berhubungan dengan keterbandingan yang memungkinkan penugasan dua bintang.
Partitur berkisar antara nol dan sembilan bintang-bintang (tertinggi kualitas).

Analisis faktor risiko


Artikel yang dipilih dievaluasi menggunakan daftar standar untuk mengidentifikasi faktor risiko. Ini dikembangkan menggunakan
faktor-faktor yang tercantum dalam pedoman NICE delirium dan artikel tinjauan sebelumnya. Peneliti berharap untuk menangkap
berbagai faktor-faktor risiko yang ada sehingga peneliti mengadaptasi daftar dengan dari hasil review jurnal sebelumnya. jika
peneliti menemukan faktor risiko yang tidak miliki sebelumnya makan ditambahkan.peneliti akan meneliti melaporkan statistik
(OR, Hazard rasio, relative risk,P-Values dan 95% CI) yang akan dijelaskan dalam analisis univariable untuk menentukan arah
asosiasi faktor risiko tertentu dan apakah itu secara statistik signicant. Faktor risiko yang tabel sebagai baik 'plus (-)' 'nol (0)' atau
'minus ()', tanda plus menunjukkan faktor yang meningkatkan risiko delirium, tanda minus menunjukkan faktor pelindung dan
nol menunjukkan secara statistic tidak signicant terasosiasi dengan risiko delirium. 'Independen' faktor risiko teridentifikasi dari
studi di mana analisis multivarian dilakukan.

Metode statistika

Dimana dua atau lebih studi meneliti faktor risiko menggunakan ukuran yang konsisten dan data diberikan
sebagai nomor/hitungan jika ada informasi yang memadai untuk jumlah kasus dan contro study maka
dilakukan meta-analisis.
Jumlah dan jenis obat diukur dan dilaporkan; obat penenang, benzodiazepin, opiat, H2 reseptor antagonis,
neuroleptik, antiepileptics, antidepresan dan obat-obatan antikolinergik

Hasil
Usia rata-rata peserta berkisar 73-84.5 tahun.
Semua studi melaporkan gender (total peserta 2,338); 1,177 (50.34%) adalah laki-laki dan 1,161 (49.66%)
adalah perempuan. Alat-alat yang digunakan untuk mengidentifikasi delirium adalah diagnostik dan statistik
Manual of Mental Disorders (4 dan 3rd edition)
DSM - III
metode penilaian kebingungan CAM
Delirium Rating Scale-DRS
Skala Skala Penilaian Delirium DAS
NEECHAM skala kebingungan
Mini-Mental State Examination (MMSE)
dan penilaian klinik dari skala kebingungan (CAC)
Insiden delirium dalam studi termasuk insiden delirium berkisar antara 5 dan 38%

Diskusi
Faktor-faktor risiko dikaji, 10 secara konsisten menunjukkan signifikan secara statistik terkait dengan
insiden delirium dalam analisis univariable dan multivariable.
studi meta-analisis sebelumnya dari rumah sakit campuran pengaturan menunjukkan jenis kelamin lakilaki, depresi dan tingkat natrium abnormal sebagai faktor-faktor risiko yang signifikan, tetapi dalam
analisis ini tidak mengulangi temuan [6]. Ini mungkin karena kami difokuskan pada hanya kasus insiden
dan penelitian dilakukan di pasien rawat inap medis yang lebih tua.

Implikasi untuk praktek klinis

Meta - analisis kami menemukan faktor risiko tertentu secara konsisten dikaitkan dengan kejadian
delirium.
Beberapa di antaranya mungkin dimodifikasi , misalnya ,medis faktor penyakit yang terkait ,
kelainan laboratorium seperti albumin rendah dan polifarmasi .
Lainnya adalah non modifiable ,misalnya , usia, jenis kelamin dan demensia
Temuan ini memberikan kekuatan untuk risiko prediksi delirium

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai