Anda di halaman 1dari 32

EBM ON PROGNOSIS

Pembimbing: Prof. Dr. dr. Heru Pradjatmo, Sp.OG(K)., M.Kes

ILMU KEDOKTERAN JIWA

dr. Seiska Mega

dr. Qoryami Radjsih Hastuti

dr. Dicki Triangga Putra

dr. Tedy Dwi Ananto

dr. Dea Raisa

dr. Ratih Widowati

dr. Resvian Rachim

dr. Yuliani Herawati


Alcohol Consumption and Risk of Dementia and Cognitive Decline
Among Older Adults With or Without Mild Cognitive Impairment
Manja Koch, PhD; Annette L. Fitzpatrick, PhD; Stephen R. Rapp, PhD; Richard L. Nahin, PhD, MPH; Jeff D. Williamson,
MD; Oscar L. Lopez, MD; Steven T. DeKosky, MD; Lewis H. Kuller, MD, DrPH; Rachel H. Mackey, PhD, MPH; Kenneth J.
Mukamal, MD, MPH; Majken K. Jensen, PhD; Kaycee M. Sink, MD, MAS
Ilustrasi Kasus
Seorang laki-laki berusia 75 tahun, datang berobat ke poliklinik RSUP
diantar Keluarga dengan keluhan sering lupa tempat, nama orang,
mengenali wajah orang dan  mudah  marah. Pasien keluhan ini sejak 1
tahun yang lalu. Pasien mempunyai riwayat peminum alkohol dengan
konsumsi 1-2 kali sehari. Keluarga pasien mengkhawatirkan bahwa
pasien mungkin mengalami demensia di kemudian hari.
MEMPRAKTEKKAN EBM
1. Mengubah kebutuhan informasi ke dalam pertanyaan
yang dapat dijawab.
2. Melacak bukti terbaik yang dapat menjawab
pertanyaan.
3. Menilai secara kritis bukti itu tentang validitasnya,
pengaruhnya, aplikabilitasnya
4. Integrasi penilaian klinis dengan klinisi yang
berpengalaman dan dengan kondisi pasien kita.
5. Evaluasi efektifitas dan efisiensi kita dalam
melaksanakan langkah 1- 4 dan mencari jalan
meningkatkan keduanya dimasa mendatang
Langkah 1: Mengubah kebutuhan informasi ke dalam pertanyaan
yang dapat dijawab.
PICO
Bagaimana kemungkinan terjadinya demensia pada pasien dengan gangguan kognitif
ringan yang sering mengonsumsi alkohol?

 
Patient/ Intervention Comparison Outcome
Problem

Dewasa tua Konsumsi alkohol Konsumsi alkohol Demensia dan


dengan gangguan tanpa gangguan penurunan fungsi
kognitif ringan kognitif ringan kognitif
Langkah 2: Melacak bukti terbaik yang dapat menjawab pertanyaan
Strategi Penelusuran
• Search strategy
• Pubmed database ( pubmed.ncbi.nlm.nih.gov)
• Clinical Queries function
• Keywords: Alcohol Consumption AND Dementia AND Cognitive Decline
• Filter category: Clinical Studies
• Filter: Prognosis
• Chosen journal
• Koch M, Fitzpatrick AL, Rapp SR, Nahin RL, Williamson JD, Lopez OL, DeKosky ST,
Kuller LH, Mackey RH, Mukamal KJ, Jensen MK, Sink KM. Alcohol Consumption
and Risk of Dementia and Cognitive Decline Among Older Adults With or Without
Mild Cognitive Impairment. JAMA Netw Open. 2019 Sep 4;2(9):e1910319. doi:
10.1001/jamanetworkopen.2019.10319. PMID: 31560382; PMCID: PMC6777245. 
Pendahuluan
• Demensia adalah suatu kondisi penurunan fungsi mental-intelektual
yang progresif.
• Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa konsumsi alkhohol yang
banyak meningkatkan resiko terjadinya dimensia pada orang dewasa.
• Oleh sebab itu penelitian ini  bertujuan untuk menilai bagaimanakah
hubungan antara konsumsi alkohol dan dimensia.
Langkah 3: . Menilai secara kritis bukti itu tentang validitasnya,
pengaruhnya, aplikabilitasnya
Valid?

Penting?

Bisa diaplikasikan?
Apakah Hasil Penelitian Valid?
1. Apakah sample representatif, didefinisikan dan diamati pada
keadaan yang sama dari perjalanan penyakitnya?
2. Apakah follow up pada seluruh pasien dilakukan secara
lengkap dan dalam waktu yang memadai?
3. Apakah kriteria outcome dibuat obyektif dan tidak bias ?
4. Apakah dilakukan adjustment untuk faktor prognostik yang
penting?
Apakah sample representatif, didefinisikan dan diamati pada
keadaan yang sama dari perjalanan penyakitnya?
Ya 
• Sampel mempunyai karakteristik yang sama, baik dari segi usia dan
fungsi kognitif, serta riwayat konsumsi alkohol:
• Usia di atas 72 tahun, tidak mengalami demensia, konsumsi alkoholpaling
banyak 16 kali per minggu.
Apakah follow up pada seluruh pasien dilakukan secara lengkap
dan dalam waktu yang memadai?

• Ya
• Follow up pasien dilakukan dari tahun 2000-2008. Pada awal
penelitian sampel diperiksa kondisi fisik dan mentalnya, kemudian
dilakukan follow up fungsi kognitif pada 6 bulan berikutnya,
selanjutnya tiap tahun.
• Terdapat pengurangan sebesar 48 peserta karena data yang diberikan
tidak lengkap 
Apakah kriteria outcome dibuat obyektif dan tidak bias?
• Ya. Kriteria outcome
adalah demensia dibuat
obyektif dan tidak bias
karena:
• Demensia pada subjek
diukur dengan alat ukur
yang jelas yaitu : 3MSE
dan ADAS-Cog untuk
Alzheimer.
• Double blind observer.
Apakah dilakukan adjustment untuk faktor prognostik yang penting?

• Ya. Pada jurnal ini dilakukan adjustment pada faktor prognostic .


Bagaimana hasilnya ?
1. Berapa besar kemungkinan kejadian outcome pada periode
waktu tertentu?
2. Berapa tepat estimasi kemungkinan itu?
Berapa besar kemungkinan kejadian outcome pada periode
waktu tertentu ?

• Di antara 3021 peserta, usia rata-rata adalah 78 tahun; 1395 (46,2%)


adalah perempuan. Dengan median (kisaran interkuartil) selama 6
tahun difollow up terjadi 512  kasus demensia.
Berapa tepat estimasi kemungkinan itu?

• HR demensia adalah 0,63 (95% CI, 0,38-1,06) di antara 2548 peserta


tanpa MCI 
• HR demensia 0,93 (95% CI, 0,47-1,84) di antara 473 peserta dengan
MCI.
Akankah hasil itu akan membantu dalam perawatan pasien kita?

1. Apakah sampel penelitian sama dengan pasien kita?


2. Apakah hasil itu akan digunakan untuk memilih terapi atau
tidak?
3. Apakah hasil berguna untuk konseling pasien ?
Apakah sampel penelitian sama dengan pasien kita?

• Sama
• Namun, di Indonesia jarang didapati lansia yang masih mengkonsumsi
alkohol. Hal ini karena perbedaan kultur dan budaya Indonesia
dengan sampel pada penelitian ini.
Apakah hasil itu akan digunakan untuk memilih terapi atau
tidak?

• Iya
• Dengan hasil studi ini menunjukan bahwa konsumsi alkohol pada
lansia berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif. Sehingga
dokter diharapkan memberikan edukasi terkait konsumsi alkohol pada
lansia untuk mencegah penurunan fungsi kognitif
Apakah hasil berguna untuk konseling pasien ?

• Ya.
• Saat konseling tentang konsumsi alkohol pada dewasa tua (lansia),
penting untuk menjelaskan pengaruhnya terhadap gangguan fungsi
kognitif dan adanya resiko demensia.
Valid?  ya

Penting?  ya

Bisa diaplikasikan?  ya
Langkah 4: Integrasi penilaian klinis dengan klinisi yang
berpengalaman dan dengan kondisi pasien kita.
• Tanpa adanya MCI, Hazard ratio untuk demensia untuk tidak minum
adalah 1,17 (95% CI, 0,84-1,6).
• Di antara peserta dengan MCI pada awal, HR untuk demensia adalah
1,72 (95% CI, 0,87-3,40) untuk lebih dari 14,0 kali minum.
• Sehingga disimpulkan bahwa:
• Pada populasi lansia tanpa MCI, kemungkinan terjadinya demensia pada
lansia yang tidak minum alcohol adalah sebesar 1,17 bila dibandingkan
dengan .
• Pada populasi lansia dengan MCI, kemungkinan terjadinya demensia pada
lansia yang minum alcohol >14 kali adalah sebesar 1,72.
Langkah 5: Evaluasi efektifitas dan efisiensi kita dalam
melaksanakan langkah 1- 4 dan mencari jalan
meningkatkan keduanya dimasa mendatang
• Di antara peserta dengan MCI, konsumen lebih dari 14,0 minuman
per minggu mengalami penurunan kognitif paling parah dibandingkan
dengan konsumen kurang dari 1,0 minuman per minggu.
• Pada pasien telah terdapat MCI, sehingga lebih berisiko mengalami
demensia.
• Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai