Anda di halaman 1dari 13

BAGIAN ILMU KEJIWAAN JOURNAL READING

FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2021


UNIVERSITAS PATTIMURA

Disfungsi Ereksi pada Gangguan Penderita Kecemasan

:Tinjauan Sistmeik

(Erectile dysfunction in patients with anxiety disorder; a systematic review )

DEWI NAJIRA KABAKORAN


201583021

Pembimbing:
dr. Sherly Yakobus, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KEJIWAAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020
Disfungsi Ereksi pada Gangguan Penderita Kecemasan: Tinjauan Sistematis.

Rajalaxmi Velurajah1 ● Oliver Brunckhorst 2 ● Muhammad Waqar3 ● Isabel

McMullen4 ● Kamran Ahmed 2,3

Abstrak

Pria dengan gangguan kecemasan telah diidentifikasi beresiko tinggi mengalami


Disfungsi Ereksi (DE). Tujuan dari tinjaun ini adalah untuk menetukan prevalensi dan
keparahan disfungsi ereksi pada populasi pria yang mengalami gangguan kecemasan.
Pencarian sampel berasal dari tiga database elektronik (Pubmed, Embase, PsyciInfo)
dan juga dilakukan registrasi literatur abu-abu. Kriteria Inklusi adalah studi yang
menyelidiki pria dewasa, mendokumentasikan diagnosis gangguan kecemasan oleh
Psikiatri berkualifikasi, dan penggunaan alat tervalidasi untuk mendiagnosis DE yaitu
Internasional Indeks of Erectile Function or ICD-10/DSM-IV. Hasil pencarian di
dapatkan 1.220 artikel dan 12 studi yang dipilih. Gangguan kecemasan yang diteliti
adalah gangguan kecemasan pasca trauma, gangguan obsesif-kompulsif, fobia social/
gangguan kecemasan social dan gangguan panik. ditemukan bahwa median (IQR)
prevalensi DE adalah 20,0 (5,1-41,2)% dan nilai median (IQR) International indeks of
Erectile Function-5 adalah 17,62 (13,88-20,88), menunjukan tingkat keparahan ringan
hingga sedang. Tinjauan ini menunjukan prevalensi DE yang tinggi pada populasi
gangguan kecemasan dan disfungsi ereksi lebih parah pada penelitian ini, oleh karena
itu topik klinis ini sangat penting. Namun buktinya terbatas karena heterogenitas yang
tinggi antara studi dan penelitian lebih lanjut diperlukan di bidang ini.
PENDAHULUAN

Disfungsi Ereksi (DE) Adalah ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan


ereksi penis yang memuaskan saat berhubungan seksual. 1 DE memilki penyebab
organic dan psikogenik; mekanisme bagaimana factor psikogenik seperti kecemasan
dan depresi menyebabkan DE tidak sepenuhnya diketahui. Penyakit Psikiatri telah
dikaitkan dengan disfungsi seksual pada pria dan wanita, bisa terjadi karena gangguan
kesehatan mental itu sendiri atau penggunaan obat psikotropika yang dilakukan dalam
pengobatan.2

DE memiliki efek substansial pada kualitas hidup pasien “Kesejahteraan”. Banyak


penelitian telah menunjukkan bahwa dampak psikologis DE lebih besar pada pria
dengan gangguan ereksi yang lebih besar.3 Pria dengan DE cenderung merasa lebih
rendah harga diri dan kepuasan yang lebih rendah untuk aktivitas seksual sehingga
membuat mereka rentan mengalami kecemasan dan depresi.3 Adanya gangguan
kecemasan dalam populasi DE dilaporkan 37%, selain itu, DE juga telah dikaitkan
dengan free floating kecemasan.4 Peran kecemasan di DE belum ditetapkan dengan
jelas, namun di usulkan bahwa kecemasan berkontribusi dalam cycle vicious yang
merusak hubungan seksual antara pasien dengan pasangannya yang mengakibatkan
adanya masalah komunikasi, yang selanjutnya menghambat fungsi seksual.5 Sebagian
kecil kecemasan berkontribusi pada siklus fisiologi normal seksual, terutama selama
tahap gairah, hal ini dianggap tumpang tindih antara gairah dan respon kecemasan khas
seperti takikardia dan keringat berlebihan6,7

Adapula ulasan yang melihat DE dan kondisi mental lainnya seperti depresi. 8
bagaimanapun, belum ada ulasan yang mengevaluasi antara hubungan kecemasan
dengan DE. Mungkin karena diagnosis DE dan gangguan kecemasan yang kurang
terdiagnosis dalam perawatan primer.9,10 Hal ini membuat pasien yang menderita
kondisi tersebut berisiko lebih tinggi memilki kualitas hidup yang rendah, kerena
mereka cenderung diidentifikasi dan diberi perawatan dan dukungan yang tidak mereka
butuhkan. Oleh karena itu, kajian ini diusulkan untuk mengeksplorasi keterkaitan antara
kondisi tersebut.

Penulisan tinjauan sistematis ini bertujuan untuk :

1. Mendefinisikan prevalensi disfungsi ereksi pada orang dengan gangguan


kecemasan
2. Mengidentifikasi keparahan gejala disfungsi ereksi pada kohort ini.

Metode

Metode ini menggunakan Meta-Analisis dan sudah terdaftar dalam PROPERO


( Registasi number CRD4201916953

Kriteria Kelayakan

Kriteria inklusi adalah studi yang menyelidiki disfungsi ereksi pada pria dewasa (>18
tahun) dengan diagnosis gangguan kecemasan yang didokumentasikan oleh setidaknya
satu psikiater yang berkualifikasi. Gangguan kecemasan yang dilihat termaksud
gangguan fobia seperti gangguan kecemasan social (SAD), gangguan panik, gangguan
obsesif-kompulsif (OCD), gangguan kecemasan umum (GAD), dan pasca trauma
gangguan stress. Studi yang penggunaan alat skrining yang tervalidasi untuk mengukur
fungsi ereksi atau membuat diagnosis semua jenis DE termaksud organic atau
psikogenik. Hal ini juga termaksud Internasional Indeks of erectile Function-5 (IIEF-
5),12 Erection Hardness Score (EHS)13, atau Sexual Health Inventory for Men
( SHIM ).14 penelitian ini juga mencakup studi retrospektif yang menggunakan kode
diagnostic standar dalam data base seperti ICD-1015 atau DSM-IV16.

Tinjauan ini mengecualikan study dengan kurang dari sepuluh peserta, laporan kasus
atau pendapat para ahli, Penelitian yang mengecualikan penelitian yang melihat
ganguan kecemasan yang lebih jarang termaksud gangguan penyesuaian, gangguan
disosiatif dan gangguan somatoform. Kerena hal tersebut berada di luar cakupan
penelitian ini. Data yang tidak di publikasikan dalam Bahasa inggris dan abstrak yang
konferensi juga dikecualikan, kecuali data yang memadai atau teks lengkapnya tersedia.

Sumber Informasi dan pencarian

Peneliti melakukan pencarian literatur secara sitematis termaksud semua makalah yang
di terbitkan sebelum November 2019, memnggunakan database elektronik Pubmed,
Embase dan PsycINFO. Istilah pencarian yang dibuat adalah campuran dari kata-kata
subjek dan istilah MESH dengan strategi lengkap. Literatur abu-abu untuk studi yang
tidak dipublikasikan menggunakan standart acak Internasional Registri Nomor Uji Coba
terkendali untuk studi apapun yang sedang berlangsung dan relevan, dengan penulis
yang dapat dihubungi dari data awal, Jika uji coba di identifikasikan dan di publikasikan
kemudian di ambil dan dimasukan untuk menghindari duplikasi

Seleksi Studi

Judul, abstrak, dan teks lengkap selanjutnya dari hasil penelusuran disaring oleh dua
pengulas secara independen (RV dan MW). Perbedaan antara peninjau setelah tinjauan
teks lengkap diselesaikan oleh peninjau ketiga (OB). Sebuah tinjauan referensi studi
termasuk juga dilakukan untuk artikel terkait lebih lanjut. Jika teks lengkap tidak
tersedia, penulis dihubungi, dan jika masih tidak tersedia, laporan ini dikeluarkan.

Pengumpulan data dan data item

Data diekstraksi oleh penulis pertama (RV) dari setiap studi yang memenuhi syarat ke
lembar ekstraksi yang telah ditentukan sebelumnya. Data studi generik yang diekstraksi
termasuk karakteristik studi seperti penulis pertama, tahun studi, negara studi, desain
studi, jumlah total partisipan, gangguan kecemasan spesifik yang diselidiki dalam studi
dan kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi pasien dengan gangguan kecemasan
dan DE. Selain itu, kami mengekstrak data spesifik yang berkaitan dengan tiga ukuran
hasil dari tinjauan ini: faktor prevalensi, keparahan dan risiko untuk DE. Untuk
prevalensi DE pada pasien dengan gangguan kecemasan, jumlah peserta dengan
gangguan kecemasan yang diinginkan dan jumlah pasien yang mengalami DE
diekstraksi. Dalam studi di mana jumlah pasti peserta dengan DE dan gangguan
kecemasan tidak dilaporkan, tetapi prevalensi DE dan jumlah peserta dengan gangguan
kecemasan, nilai-nilai ini digunakan untuk menghitung jumlah kasar peserta dengan DE
dan gangguan kecemasan.

Pelajari penilaian kualitas

Penilaian kualitas studi individu termasuk dilakukan dengan menggunakan Risiko Bias
dalam Studi Eksposur Non-acak.17 Alat ini mengevaluasi perancu dan menilai risiko
bias di tujuh domain dalam studi metodologi yang berbeda: perancu, pemilihan peserta,
klasifikasi keterpaparan, penyimpangan dari pemaparan yang dimaksudkan, data yang
hilang, pengukuran hasil dan seleksi hasil yang dilaporkan. Skor rendah, sedang, atau
serius diberikan untuk setiap domain, jika sebuah penelitian mendapatkan skor serius
setidaknya dalam satu domain, secara otomatis akan menerima skor serius secara
keseluruhan. Jika tidak memiliki skor serius dan menerima skor sedang di setidaknya
tiga domain berbeda, ia akan diberi skor keseluruhan sedang, jika tidak, skor
keseluruhan akan rendah, visualisasi yang digunakan menggunakan robis menunjukan
yang yang diterima setiap studi pada setiap domain

Hasil

Studi seleksi

Pencarian database ini menghasilkan 1.220 artikel untuk ditinjau. Setelah menghapus
duplikat, 956 disaring berdasarkan judul dan abstrak mereka dengan 17 artikel
tambahan lainnya yang diidentifikasi melalui tinjauan Pustaka dari abstrak yang
disaring. Dari 65 artikel yang menjalani skrining teks lengkap, 12 dimasukkan dalam
ulasan ini.
Studi karakteristik

Dari 12 studi yang di sertakan, cross-sectional, tiga kasus-kontrol dan empat studi
kohort retrospektif. Enam studi mengevaluasi PTSD 19-24 dan dua OCD25,26, yang satu
juga melihat SAD25, dan empat melihat gangguan panik27-30. Studi diterbitkan antara
2001 dan 2019 dengan total 713.746 peserta. Secara keseluruhan, peserta didiagnosis
dengan kecemasan, gangguan diselidiki dalam ulasan ini oleh seorang dokter, dengan
111.091 didiagnosis dengan PTSD, 33 dengan OCD, 2594 dengan gangguan panik dan
untuk SAD adalah 34. Ukuran sampel bervariasi dari 10 hingga 110.223. peneliti uga
menemukan bahwa ada 406.616 veteran dalam total populasi penelitian di semua
penelitian.

Meskipun kami mencari studi yang menggunakan IIEF-5, SHIM dan EHS, ketujuh studi
prospektif yang dipilih menggunakan IIEF-5 untuk mengukur fungsi ereksi, sedangkan
sisanya lima studi retrospektif lainnya menggunakan kode ICD-9 atau DSM-IV untuk
mencari rekam medis pasien untuk mengidentifikasi pasien DE.

Prevalensi disfungsi ereksi pada gangguan kecemasan

Sepuluh penelitian memberikan data mengenai prevalensi DE pada gangguan


kecemasan. 21-24,26-30
Estimasi prevalensi DE antara penelitian bervariasi, dari 0,0 sampai
85,0% dan prevalensi median [IQR] adalah 20,0 [5,1-41,2]%. Dalam lima studi yang
melaporkan prevalensi DE pada peserta PTSD, kisarannya adalah 3,0-85,0% dan
median [IQR] adalah 46,2 [10,5-77,3]%.20-24Dalam empat penelitian, prevalensi DE
pada gangguan panik adalah antara 2,0 dan 36,2%.27-30 SAD dan OCD keduanya
memiliki satu penelitian masing-masing, yang melaporkan prevalensi DE masing-
masing 0,0% dan 20,0% 26-28

Beratnya disfungsi ereksi pada gangguan kecemasan


Ketujuh studi prospektif menggunakan IIEF-5 untuk mengevaluasi fungsi ereksi, IIEF-5
adalah instrumen yang dilaporkan sendiri untuk mengevaluasi fungsi seksual pada
pria.12 Tergantung pada skor IIEF-5 pasien gangguan ereksi dapat dimasukkan ke dalam
kategori keparahan DE: tidak ada DE, ringan, ringan sampai sedang, sedang dan berat. 31
Lima dari studi ini melaporkan rata-rata skor IIEF-5 untuk domain fungsi ereksi.19,23-26

Skor rata-rata dari lima penelitian berkisar antara 11,08 sampai 25,80 dengan skor
median [IQR] 17,62 [13,88-20,88], yang menunjukkan tingkat keparahan DE ringan
sampai sedang. Sebagian besar penelitian memiliki skor rata-rata yang menunjukkan
DE sedang atau berat. Satu makalah membagi kelompok peserta gangguan kecemasan
menjadi dirawat atau tidak diobati, melaporkan rata-rata IIEF-5 [SD] terpisah dari 11,08
[9,19] dan 11,76 [9,58], masing-masing.19 Tinjauan lain melaporkan rata-rata skor IIEF-
5 untuk dua gangguan kecemasan yang berbeda, 17,62 [10,03] untuk OCD dan 23,45
[8,26] untuk SAD.24

Dua dari studi PTSD melihat korelasi antara keparahan gejala PTSD dan
keparahan DE 22,24
Keduanya melaporkan korelasi positif antara kedua variabel. Dalam
kedua studi, keparahan gejala PTSD diukur dengan menggunakan daftar periksa gejala
DSM-VI untuk 309,81.16

Risiko bias

Tidak ada studi yang ditemukan memiliki risiko kritis bias, namun, 33,3% studi
memiliki risiko serius dan 41,7% memiliki risiko sedang dengan 25% sisanya memiliki
risiko rendah. Domain utama yang ditandai memiliki risiko bias yang serius, menjadi
bias karena untuk mengacaukan dan kehilangan data. Perancu utama yang diidentifikasi
dalam penelitian ini adalah penyalahgunaan alkohol, status perkawinan, dan
penggunaan obat-obatan psikotropika. Dalam beberapa penelitian, seluruh populasi
gangguan kecemasan tidak digunakan untuk menghitung prevalensi atau rata-rata skor
IIEF-5, penelitian ini dianggap berisiko bias karena data yang hilang.
Diskusi

Sepengetahuan peneliti, ini adalah tinjauan sistematis pertama yang mengevaluasi


prevalensi DE pada gangguan kecemasan secara keseluruhan. Ulasan sebelumnya
berfokus pada satu gangguan kecemasan; Namun, kami memberikan gambaran umum
tentang spektrum gangguan kecemasan.32,33 Kami mengidentifikasi prevalensi DE yang
tinggi pada pasien dengan gangguan kecemasan, dengan nilai median 20%. Namun, ada
berbagai perkiraan yang diidentifikasi, kemungkinan sekunder dari beragam metodologi
yang digunakan dalam studi yang disertakan. Selain itu, ini mencerminkan temuan
dalam literatur tentang prevalensi DE secara keseluruhan, yang sangat bervariasi,
tergantung pada usia dan bagaimana diagnosis dibuat.33,34

Faktor risiko tertentu dalam literatur telah diidentifikasi untuk membuat populasi pasien
ini lebih mungkin menderita DE. Ini termasuk penggunaan obat-obatan psikotropika
seperti penghambat reuptake serotonin selektif. Telah terbukti bahwa antidepresan
seperti ini dapat menyebabkan 30 sampai 40% pasien mengalami disfungsi seksual. 35
Faktor risiko lain adalah koeksistensi kondisi kejiwaan lain dengan gangguan
kecemasan, hal ini terutama menjadi perhatian pada PTSD, karena penelitian telah
menunjukkan bahwa pasien dengan PTSD biasanya memiliki diagnosis kesehatan
mental tambahan.36 Depresi adalah kondisi psikiatri penyerta yang paling umum dan
gejala depresi telah dikaitkan dengan DE, analisis meta menemukan bahwa rasio yang
dikumpulkan untuk risiko DE dalam paparan depresi adalah 1,39 (95% CI: 1,35-1,42). 8
Antara kecemasan dan gejala depresi tidak dapat diselidiki sepenuhnya dalam ulasan ini
karena ketidakmampuan untuk mengidentifikasi di mana tumpang tindih ini berada.
Faktor risiko tambahan adalah peningkatan konsumsi alkohol atau penyalahgunaan
alkohol; telah terbukti bahwa efek depresi alkohol juga memberikan pengurangan gejala
gangguan kecemasan jangka pendek, sehingga pasien yang tidak menerima pengobatan
yang memadai dapat menggunakan pengobatan sendiri melalui alkohol yang dapat
menyebabkan kecenderungan penyalahgunaan.37 Efek depresi yang sama dari alkohol
dianggap berkontribusi pada perkembangan DE.38
Selain itu, prevalensi DE di subkelompok gangguan kecemasan yang berbeda sangat
bervariasi, penelitian menemukan prevalensi dalam populasi PTSD berkisar antara 3
dan 85%, ini bisa jadi karena penelitian yang melihat PTSD memiliki ukuran sampel
yang bervariasi dari 82 hingga 405.275. Bentsen dkk. 32 melakukan tinjauan sistematis
tentang disfungsi seksual pada veteran dengan PTSD dan menemukan prevalensi DE
antara 63 dan 85%.

Sebuah meta-analisis, dengan sampel total 48.254, melaporkan bahwa prevalensi


spesifik tingkat keparahan DE di Cina daratan adalah 32,54%, 9,86% dan 13,97% untuk
DE ringan, sedang dan berat, masing-masing, menunjukkan bahwa lebih banyak orang
pada umumnya. populasi China dengan DE memiliki tingkat keparahan yang ringan. 39
Studi individu lain dengan ukuran sampel yang besar dari bagian lain dunia juga
melaporkan bahwa DE ringan adalah jenis keparahan yang paling umum. 40-41 Tingkat
keparahan rata-rata DE yang dilaporkan oleh penelitian dalam tinjauan tersebut adalah
17,62, menunjukkan tingkat keparahan ringan hingga sedang. Hal ini dapat
menunjukkan pasien gangguan kecemasan mungkin berisiko mengembangkan DE pada
tingkat keparahan yang lebih tinggi daripada populasi umum, namun, karena
heterogenitas yang cukup besar antara penelitian dalam ulasan ini, hubungan ini tidak
dapat diimplikasikan.

Temuan dari tinjauan ini menunjukkan bahwa populasi gangguan kecemasan berada
pada risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan DE. Peran kecemasan dalam
fungsi seksual pada populasi ini belum ditetapkan dengan jelas tetapi diperkirakan
bahwa respon kecemasan yang abnormal menyebabkan peningkatan nada simpatik,
mengakibatkan gangguan dari rangsangan erotis yang menyebabkan gangguan gairah
dan ereksi.4 Oleh karena itu, dalam praktik kejiwaan dan di perawatan primer, dokter
harus secara rutin melakukan skrining disfungsi seksual pada pasien dengan gangguan
kecemasan dan kemudian merujuk ke urologi untuk mendapatkan dukungan yang tepat
yang mereka butuhkan, terutama jika mereka menunjukkan beberapa faktor risiko
umum dari kedua kondisi tersebut seperti penggunaan psikotropika. dalam hal ini,
dokter harus mengevaluasi fungsi ereksi awal sebelum memulai pasien gangguan
kecemasan pada obat psikotropika dan menyesuaikan dosis dengan tepat, ini dapat
meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan, sementara tidak mengganggu kualitas
hidup mereka.42 Secara keseluruhan, pentingnya temuan dalam ulasan ini adalah bahwa
merawat pasien dengan DE dan kecemasan memerlukan pendekatan multidisiplin yang
membutuhkan dokter psikiatri untuk bekerja sama dengan tim urologi untuk mencapai
hasil terbaik bagi pasien.

Keterbatan

Temuan dari tinjauan ini tidak dapat digeneralisasikan ke populasi universal pria dengan
gangguan kecemasan, karena 57% dari ukuran sampel kami adalah veteran, yang
merupakan populasi yang menunjukkan banyak prediktor untuk DE. Oleh karena itu, ini
bias asumsi kami dalam temuan kami mungkin terlalu tinggi dari hubungan sebenarnya
antara DE dan gangguan kecemasan, jika kami mengecualikan penelitian yang
melibatkan veteran, penelitian ini mungkin memiliki temuan yang lebih andal. Selain
itu, gangguan kecemasan yang paling umum pada populasi umum adalah gangguan
fobia, SAD dan GAD.43 yang sangat kurang terwakili dalam ulasan kami. Ini bisa jadi
karena tidak banyak penelitian yang melihat DE pada populasi ini atau bisa juga karena
strategi pencarian kami, karena kami hanya memasukkan penelitian yang diterbitkan
dalam bahasa Inggris sehingga kehilangan sebagian besar literatur. Saat menjalani
proses pemeriksaan studi, kami menemukan banyak penelitian yang mengukur tingkat
kecemasan tetapi tidak benar-benar mendiagnosis gangguan kecemasan. Banyak dari
studi ini menggunakan skala Gangguan Kecemasan Umum (GAD-7). 44untuk mengukur
gejala GAD tetapi tidak secara klinis mendiagnosis GAD. Selain itu, di banyak negara,
psikolog klinis biasanya mendiagnosis kondisi kesehatan mental selain psikiater, jika
kita memasukkan penelitian ini dan penelitian yang menggunakan GAD-7, kita
mungkin memiliki populasi penelitian yang lebih mewakili populasi umum.

Dari literatur, kita tahu bahwa prevalensi DE meningkat dengan bertambahnya usia.
Oleh karena itu, banyak penelitian melaporkan prevalensi spesifik usia. Namun, kami
tidak dapat menemukan usia rata-rata dari sebagian besar penelitian kami, karena
dihitung untuk seluruh populasi penelitian yang mencakup peserta perempuan atau
peserta tanpa gangguan kecemasan. Selain itu, sepertiga dari studi dalam ulasan ini
ditandai sebagai risiko bias yang tinggi. Adanya bias ini membuatnya tampak seperti
ada hubungan antara mengalami gangguan kecemasan dan DE atau bahkan menutupi
hubungan yang sebenarnya. Selain itu, kami tidak dapat membedakan berbagai jenis DE
dalam populasi penelitian untuk melihat apakah kecemasan memiliki peran berbeda
dalam DE organik dan psikogenik.

Penelitian lebih lanjut harus dilakukan untuk menemukan hubungan sebenarnya antara
DE dan gangguan kecemasan, ini harus fokus pada setiap subkelompok gangguan
kecemasan daripada gangguan kecemasan secara keseluruhan. Hal ini karena prevalensi
DE di setiap subkelompok bervariasi secara drastis, hal ini dapat disebabkan oleh faktor
risiko yang berbeda di setiap subkelompok, misalnya, penempatan militer dan
mengalami trauma pertempuran dikenali sebagai faktor risiko potensial yang
diidentifikasi dalam studi PTSD.

Kesimpulan

Tinjauan ini mengidentifikasi prevalensi DE yang tinggi pada populasi gangguan


kecemasan dan bukti yang menunjukkan DE mungkin lebih parah pada populasi ini,
oleh karena itu hal ini mendukung bahwa ini adalah topik klinis yang penting. Namun,
buktinya terbatas karena heterogenitas yang tinggi antara populasi penelitian dari setiap
artikel . Lebih banyak penelitian diperlukan untuk membantu meningkatkan perawatan
pasien dalam populasi ini. Literatur menunjukkan bahwa pria dengan gangguan
kecemasan mungkin menunjukkan faktor risiko DE, tetapi sulit untuk mengatakan
apakah gangguan kecemasan saja merupakan faktor risiko DE. Untuk penelitian di masa
depan, akan lebih baik untuk menghilangkan pembaur potensial dan faktor risiko DE.
oleh karena itu, menggunakan populasi naif pengobatan dengan diagnosis psikiatri
tunggal dari gangguan kecemasan dalam studi cross-sectional yang mengukur DE
menggunakan alat yang divalidasi seperti IIEF- 5 pada sampel besar peserta gangguan
kecemasan yang mencakup faktor-faktor yang disebutkan sebelumnya akan
memberikan gambaran yang baik tentang prevalensi sebenarnya dan tingkat keparahan
DE dalam populasi ini.

Anda mungkin juga menyukai