Anda di halaman 1dari 36

PENTINGNYA NTANAH

BAGI

TANAMAN TEBU

NITROGEN BAGI TANAMAN


Nitrogen merupakan salah satu unsur yang sangat
penting bagi pertumbuhan tanaman. Namun demikian,
unsur ini mudah tercuci dari tanah dalam bentuk nitrat,
menguap ke udara dalam bentuk gas amoniak atau
berubah menjadi bentuk yang sulit diserap oleh tanaman.
Untuk meningkatkan efisiensi pupuk N, dibuatlah pupuk
N lambat tersedia.
Sri Nuryani et al .(2007) telah melakukan penelitian
dengan rekayasa khelat Urea humat dari gambut asal
palangkaraya dan Rawapening. Hasilnya menunjukkan
bahwa secara kimia terjadi peningkatan serapan N tebu
serta secara fisik meningkatkan pertumbuhan tanaman
pada Vertisol dan Entisol.
DIUNDUH DARI: ..

BOT LIAT - PEMUPUKAN N


. Peningkatan kandungan liat secara konsisten meningkatkan
kadar C organik tanah. Setiap peningkatan 15 % liat akan
meningkatkan kemampuan tambahan pada tanah untuk
memproteksi 0.45 % C-organik secara fisik.
Kemampuan tersebut adalah dalam proses dekomposisi bahan
organik, masing-masing 1.1, 1.4, 1.5, dan 2.1 kali lebih besar
pada kandungan liat 30, 45,60 dan 75 %, bila dibandingkan
dengan kadar liat 15 % pada pemberian C-organik 3 % setelah
65 hari.
Kandungan liat secara nyata mempengaruhi tinggi dan berat
kering tanaman jagung, sedangkan takaran bahan organik tidak
nyata meningkatkan tinggi dan berat kering tanaman jagung.
Hal ini menunjukkan bahwa C organik tidak berpengaruh
langsung pada pertumbuhan tanaman, tetapi mampu
memperbaiki kondisi media tumbuh (Anda et al., 2005).
DIUNDUH DARI: ..

TANAH TERGENANG
. Pada tanah tergenang terjadi perubahan kimia dan elektronika
yang dapat merugikan pertumbuhan tanaman.
Hal tersebut diantaranya:1) turunnya potensial redoks; 2)
kekurangan oksigen; dan 3) reduksi Fe3+ menjadi Fe2+, Mn4+
menjadi Mn2+, NO3- dan NO2- menjadi NH4+, N2 dan N2O.
Sedangkan pengairan terputus dapat menanggulangi keracunan
Fe pada lahan sawah bukaan baru. Hal ini terjadi karena laju
reduksi Fe dan Mn dapat ditekan sehingga kelarutan Fe dan Mn
tidak meracun tanaman.
Selain itu pengairan terputus juga dapat menurunkan kadar K dd,
Cadd dan Mgdd serta Kejenuhan basa baik pada kondisi tanah
diolah maupun tidak (Nursyamsi, 2000)
DIUNDUH DARI: ..

PUPUK LAMBAT TERSEDIA


. Slow Release Fertilizer (SRF) adalah pupuk yang dapat
mengontrol pelepasan unsur hara di alam secara lambat
(bertahap).
Salah satu cara pembuatannya adalah dengan mencampur
pupuk anorganik dengan bahan yang mempunyai KTK tinggi,
seperti Zeolit dan asam humat.
Untuk menambah efisiensi Urea di dataran rendah telah diteliti
beberapa pupuk Urea yang lambat tersedia seperti SCU (Sulfur
Coated Urea), Urea yang dimodifikasi dengan bahan batubara,
pupuk hijau, pupuk kandang serta penambahan bahan kimia
pada Urea seperti: KCl,TSP dan ZnSO4 maupun
Phosphogypsum
(Purakayastha, Katyal dan Goswani, 1977; Purakayastha dan
Katyal,1998).
DIUNDUH DARI: ..

NITROGEN BAGI TANAMAN TEBU


Nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro primer
yang sangat diperlukan oleh tanaman tebu, sehingga
seringkali diperlukan pemupukan N untuk mengoptimalkan
pertumbuhan dan hasil tebu.
Dosis pupuk N tergantung pada tingkat kesuburan tanah,
kandungan bahan organik tanah, tekstur tanah, KTK, dan
jumlah biomas tanaman yang dihasilkan. Kelebihan dan
kekurangan nitrogen menyebabkan gangguan pada
pertumbuhan tanaman, produksi dan kwalitasnya. Efisiensi
penyerapan nitrogen ditentukan juga oleh jumlah, frekuensi,
cara, dan waktu pemupukan N.
Analisa daun, analisa tanah dan percobaan pemupukan di
lapangan merupakan dasar pembuatan rekomendasi
pemupukan N yang terintegrasi pada pengelolaan yang baik.

PEMUPUKAN N
Kecukupan pupuk nitrogen sangat menentukan
pertumbuhan tanaman. Indikatornya terlihat jelas pada
ukuran daun, tinggi batang, luas permukaan daun dan
jumlah anakan tanaman tebu.
Kekurangan unsur ini membuat pertumbuhan tanaman
merana, ukuran daun mengecil, kurus dan berwarna
kekuningan.
Penyebab rendahnya produktivitas pada tanaman tebu
memang cukup banyak, salah satu yang cukup dominan
adalah masalah pemupukan.
Pemberian pupuk buatan yang terus menerus ternyata
membuat tanah menjadi keras dan kecenderungan
produktivitasnya semakin rendah.

PEMUPUKAN N
Penggunaan pupuk organik secara terus menerus tanpa
dibantu oleh pemberian pupuk buatan mempunyai
kecenderungan produktivitasnya rendah.
Penggunaan keduanya akan menghasilkan sinergi
positip yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman.
Pemberian pupuk nitrogen dalam bentuk urea, ZA masih
diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak; karena
biomas yang dihasilkan tanaman tebu sangat banyak,
setiap tahunnya tidak kurang dari 100 ton biomas per ha
yang dihasilkan tanaman dan tidak kembali ke tanah lagi.

DOSIS PUPUK N
. Permasalahan yang muncul adalah seberapa
banyak dosis pupuk N yang diperlukan tanaman
tebu untuk mendapatkan pertumbuhan dan
produktivitas optimum? Selain itu seberapa
jauh hasil analisis daun dapat digunakan untuk
menyusun rekomendasi pemupukan secara
terintegrasi diagnosis and recommendation
integrated system (DRIS).
Kandungan hara nitrogen pada daun yang
dinyatakan medium adalah 1.70 %, jika
kandungan N-daun 1.70 % - 2.00 %, maka
dikatagorikan medium-plus atau baikminus; apabila nilainya 1.40 % - 1.70 %
tergolong medium-minus atau kurang-plus.

N-tanaman tebu
Peranan nitrogen bagi tanaman tebu adalah (a) meningkatkan produksi dan
kualitasnya, (b) untuk pertumbuhan vegetatif (pertumbuhan tunas, daun, batang),
(c) Pertumbuhan vegetatif berarti mempengaruhi produktivitas.
Gejala defisiensi nitrogen antara lain (a) daun berwarna kuning pucat, (b) ruas
lebih pendek, (c) pertumbuhan daun semakin lambat, (d) batang lebih pendek dan
kurus, (e) akar lebih panjang, tetapi lebih kecil ukurannya, (f) jika defisiensi
berkelanjutan, ujung daun dan daun yang terbawah menjadi nekrosis.
Kelebihan unsur nitrogen dapat berakibat negatif juga yakni (a) efek racun untuk
tanaman, (b) pertumbuhan vegetatif memanjang, (c) memperlambat kemasakan,
(d) mengurangi kadar gula, (e) mengurangi kualitas jus (nira), (f) Menambah
nitrogen yang larut pada jus dalam stasiun klarifikasi, (g) mudah roboh, (h) lebih
mudah terserang hama dan penyakit.
Tanaman menyerap nitrogen dalam bentuk nitrat (NO3) dan ammonium (NH4+).
Efisiensi relatif absorpsi ammonium dan nitrat dipengaruhi oleh pH tanah dan
potensial redoks tanah. Pupuk Nitrat bersifat sangat mobil, cepat diserap dalam
bentuk ion nitrat (NO3-), dan mudah tercuci. Nitrogen dalam bentuk nitrat dapat
bergerak ke atas bersama air kapiler selama musim kemarau. Ammonium tidak
mudah tercuci karena kation ini diikat oleh partikel liat (clay), pengikatan ini
sedemikian rupa sehingga tidak mudah tercuci, tetapi masih tersedia bagi
tanaman.

Ketersediaan N-tanah
Tanah yang strukturnya baik memungkinkan udara masuk ke dalam pori
tanah, demikian juga air akan tertahan dalam ruangan tersebut. Ujung
akar dengan bulu akarnya akan mudah tumbuh pada kondisi seperti ini.
Bulu akar merupakan organ tanaman yang menyerap unsur hara dan air
dari dalam tanah. Jumlah bulu akar ini sangat dipengaruhi oleh (a)
jumlah akar yang tumbuh,(b) diameter akar, (c) diameter batang, dan (d)
Panjang akar. Semakin banyak jumlah bulu akar, akan semakin tinggi
kemampuan akar dalam menyerap air dan unsur hara.
Pada tanah yang subur dekomposisi bahan organik akan terus terjadi
secara berkelanjutan, sehingga kebutuhan nitrogen mudah dipenuhi.
Sedangkan pada tanah berpasir yang miskin bahan organik, tanpa
penambahan pupuk organik akan sulit menyediakan N dalam jumlah
yang cukup. Itulah sebabnya pada tanah yang demikian perlu
penambahan frekuensi pemupukan nitrogen dan perlu pemberian pupuk
organik.
DIUNDUH DARI: ..

. Pemupukan N tebu
Tanaman tebu memerlukan unsure hara dalam jumlah yang
tinggi untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
Dalam 1 ton hasil panen tebu terdapat sekitar 2.00 kg N; 0,40
- 0,80 kg P2O5 dan 1,20 - 6,0 kg K2O yang diserap dari
dalam tanah. Oleh karena itu diperlukan pemupukan N, P dan
K yang cukup tinggi agar hasil panen tebu tetap tinggi dan
kesuburan tanah dapat dilestarikan.
Penambahan pupuk N karena hara N yang tersedia dalam
tanah berasal dari luar tanah, yaitu : (1) bahan organik sisa
panen tanaman, (2) fiksasi N dari udara oleh mikroba tanah,
(3) air irigasi, dan (4) pupuk N.

. Pemupukan N tebu
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi pemupukan N
pada budidaya tebu masih relative rendah, yaitu sekitar 30 - 35%.
Efisiensi pemupukan N rendah tersebut disebabkan karena sebagian
hara N dari pupuk hilang melalui proses-proses penguapan,
pencucian, imobilisasi, denitrifikasi dan erosi & runoff.
Tingkat kekurangan N tanaman tebu sangat bervariasi tergantung
pada kiondisi tanah, dan perkembangan tanaman. Pada awal
pertumbuhan tanaman tebu, kekurangan N dapat mengurangi jumlah
anakan, dan jumlah batang pada ratoon, daun menguning, pendek
dan sempit. Kekurangan N pada masa vegetatif dapat menyebabkan
menurunnya diameter batang dan jumlah batang tebu yang baik.
Kekurangan N yang ringan dapat mengurangi laju fotosintesis,
pengaruhnya sangat besar kalau terjadi pada awal pertumbuhan
tanaman.

. Pemupukan N tebu
Pupuk Urea dan ZA telah lazim digunakan dalam budidaya
tanaman tebu. Namun teknologi inovasi dalam aplikasi pupuk N
ini masih sangat diperlukan untuk meningkatkan efisiensinya.
Frekuensi aplikasi pupuk nitrogen seringkali sangat
berpengaruh selama periode pertumbuhan tanaman. Kegagalan
aplikasi nitrogen tepat waktu akan menyebabkan tanaman
menjadi kerdil, masak sebelum waktunya dan mengurangi
jumlah hasil tebu.
Analisa tanah sebagai alat kontrol umumnya tidak dapat
diandalkan karena N tersedia dapat berubah dengan cepat
akibat berubahnya iklim (temperatur, hujan) dan faktor budidaya
tanaman.
Kehilangan nitrogen dapat dikurangi dengan menghatur
frekuensi aplikasi pemupukan.

. Pemupukan N tebu
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi pemupukan
N pada budidaya tebu masih relative rendah, yaitu sekitar 30 35%. Efisiensi pemupukan N rendah tersebut disebabkan
karena sebagian hara N dari pupuk hilang melalui prosesproses penguapan, pencucian, imobilisasi, denitrifikasi dan
erosi & runoff.
Tingkat kekurangan N tanaman tebu sangat bervariasi
tergantung pada kiondisi tanah, dan perkembangan tanaman.
Pada awal pertumbuhan tanaman tebu, kekurangan N dapat
mengurangi jumlah anakan, dan jumlah batang pada ratoon,
daun menguning, pendek dan sempit.
Kekurangan N pada masa vegetatif dapat menyebabkan
menurunnya diameter batang dan jumlah batang tebu yang
baik. Kekurangan N yang ringan dapat mengurangi laju
fotosintesis, pengaruhnya sangat besar kalau terjadi pada awal

. Pemupukan N tebu
Pupuk Urea dan ZA telah lazim digunakan dalam
budidaya tanaman tebu. Namun teknologi inovasi dalam
aplikasi pupuk N ini masih sangat diperlukan untuk
meningkatkan efisiensinya.
Frekuensi aplikasi pupuk nitrogen seringkali sangat
berpengaruh selama periode pertumbuhan tanaman.
Kegagalan aplikasi nitrogen tepat waktu akan
menyebabkan tanaman menjadi kerdil, masak sebelum
waktunya dan mengurangi jumlah hasil tebu.
Analisis tanah sebagai alat kontrol umumnya tidak dapat
diandalkan karena N tersedia dapat berubah dengan
cepat akibat berubahnya iklim (temperatur, hujan) dan
faktor budidaya tanaman. Kehilangan nitrogen dapat
dikurangi dengan menghatur frekuensi aplikasi
pemupukan.

. Pemupukan N tebu
Pupuk nitrogen dapat digolongkan menjadi tiga yakni:
(1). Pupuk Nitrat (Nitrate), misalnya Sodium Nitrate; Calcium Nitrate;
Potasium Nitrate. (2). Pupuk Amomonium, misalnya A. Sulphate (S.A./Z.A.);
A. Chloride; A. Anhydride; dan (3) Pupuk Amida (Amide), misalnya Urea;
Calcium Cyamnamide.
Pupuk ammonium sulphat (ZA) juga mengandung sulphur. Pemakaian ZA
terus menerus dapat mengasamkan tanah. Aplikasi pupuk ZA dengan dosis
4-6 ku/ha (beragam tergantung kondisi tanah) dapat menghasilkan hablur
gula yang diharapkan.
Pupuk amida bersifat lambat tersedia, N dalam pupuk ini tidak langsung
tersedia bagi tanaman tetapi harus melalui beberapa perubahan kimia
dahulu. Hasil akhirnya dalam bentuk Ammonium (NH4+) dan Nitrat (NO3-).
Jenis pupuk ini berkadar N tinggi, misalnya Urea = 46%. Sifat urea yang
mudah larut dalam air memungkinkannya untuk dipakai sebagai pupuk daun.
Dengan bantuan mikroba tanah, nitrogen yang ada dalam pupuk dapat
dikonversi menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman. Proses
perubahannya banyak tergantung pada iklim dan kondisi tanahnya. Konversi
berjalan cepat apabila kadar air, aerasi, temperatur dan pH nya sesuai.

. Pemupukan N tebu
Aplikasi pemupukan sebaiknya 3 sampai 4 kali yakni
pada saat sebelum tanam (pupuk dasar), setelah
perakaran tumbuh (1-2 bulan), pada masa pertumbuhan
tunas (tillering, 3 bulan) dan masa pertumbuhan, namun
minimal dua kali setahun.
Semakin sering frekuensi aplikasi pupuk dengan dosis
rendah, hasilnya akan semakin baik, terutama bagi jenis
pupuk yang cepat larut dalam air seperti pupuk ZA dan
Urea.
Pada akhir musim kemarau yang panjang, akar banyak
yang mati , itulah sebabnya waktu pemupukan harus
menunggu pada saat akar mulai tumbuh kembali sekitar
1 sampai 1.5 bulan setelah hujan pertama datang.

. Pemupukan N tebu
Aplikasi pemupukan sebaiknya 3 sampai 4 kali yakni
pada saat sebelum tanam (pupuk dasar), setelah
perakaran tumbuh (1-2 bulan), pada masa pertumbuhan
tunas (tillering, 3 bulan) dan masa pertumbuhan, namun
minimal dua kali setahun.
Semakin sering frekuensi aplikasi pupuk dengan dosis
rendah, hasilnya akan semakin baik, terutama bagi jenis
pupuk yang cepat larut dalam air seperti pupuk ZA dan
Urea.
Pada akhir musim kemarau yang panjang, akar banyak
yang mati , itulah sebabnya waktu pemupukan harus
menunggu pada saat akar mulai tumbuh kembali sekitar
1 sampai 1.5 bulan setelah hujan pertama datang.

. Pemupukan N tebu
Semakin rendah kandungan bahan organik tanah, maka dosis
pupuk nitrogen akan semakin besar. Dosis pupuk N ini juga
tergantung pada frekuensi aplikasi, karena nitrogen yang
sifatnya sangat mobil mudah tercuci (leaching) dan menguap
(volatile).
Cara aplikasi menentukan efisiensi pemupukan nitrogen,
misalnya disebar (broadcast) akan lebih boros dibanding
dengan dibenam (placement). Waktu aplikasi tidak dapat
setiap saat dilakukan, karena curah hujan dan kelembaban
tanah tidak setiap saat cocok. Pada prinsipnya, semakin tinggi
kandungan bahan organik tanah, semakin tinggi KTK akan
semakin banyak nitrogen yang tersedia dan dapat diserap
tanaman. Analisis daun dibutuhkan untuk melihat sejauh mana
N diserap oleh tanaman.
Analisa tanah saja tidak dapat diandalkan, karena pergerakan
nitrogen dalam tanah yang begitu cepat sebagai akibat

. Teknologi Pupuk N
Pemupukan N tanaman tebu memegang peranan sangat
penting, selain dapat meningkatkan produksi biomassanya,
pupuk N juga dapat meningkatkan keragaman dan kualitas hasil
tebu. Masalah utama penggunaan pupuk N pada lahan kebun
tebu adalah efisiensinya yang relatif rendah karena kehilangan
N akibat pencucian dan penguapan.
Untuk itu diperlukan rekayasa teknologi pupuk N untuk
peningkatan efisiensi pemupukan N, misalnya dengan rekayasa
urea-humat. Teknologi pelapisan urea dengan asam humat
diharapkan dapat menghasilkan pupuk urea yang lebih tidak
mudah larut. Dengan pelepasan N yang lebih lambat diharapkan
ketersediaan N dalam tanah lebih besar dan pemupukan
menjadi lebih efisien.

. Teknologi Pupuk N
Secara spesifik asam humat dapat digunakan untuk stabilisasi
urea, sehingga meningkatkan efisiensi pemupukan urea pada
tanaman tebu. Dengan menstabilkan urea memakai asam humat
ini diperkirakan efisiensi urea dapat ditingkatkan hingga
menjadi sekitar 50%.
Proses stabilisasi urea dengan asam humat sangat sederhana
dan dapat dilakukan dengan cara konvensional, yaitu dengan
cara meyemprot secara merata urea dengan asam humat, dan
kemudian dicampur hingga merata. Dosis untuk 100 kg urea
menggunakan 1 liter (atau sesuai dengan kebutuhan asam
humat).
Rekayasa stabilisasi urea dengan asam humat menghasilkan
urea yang lambat melepaskan nitrogen (slow release), hal ini
diperlukan untuk meminimumkan kehilangan N melalui proses
pencucian dan penguapan.

KEHILANGAN AMONIAK DARI UREA


A recent study on ammonia loss from urea by using acidic materials such as
Humic Acid (HA) has been successful. Besides reducing ammonia loss, the
mixture of urea-HA improves plant growth and development (American Journal of
Applied Sciences, Nov, 2009).
Amending urea HA can reduce ammonia loss in acid soils by improving
ammonium retention. This may in effect improve urea N use efficiency as well as
reducing environmental pollution in agriculture

Sebuah studi baru pada hilangnya amonia dari urea dengan menggunakan
bahan asam seperti asam humat (HA) telah berhasil. Selain mengurangi
kehilangan amonia, campuran urea-HA meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (American Journal of Applied Sciences, November
2009).
Aplikasi urea-HA dapat mengurangi kerugian amonia di tanah asam dengan
meningkatkan retensi amonium. Hal ini mungkin berlaku meningkatkan urea
N menggunakan efisiensi serta mengurangi pencemaran lingkungan di
bidang pertanian

(American Journal of Applied Sciences, 5(5):588-591


2009).

Urea-TSP-MOP-HA
. Urea-TSP-MOP-HA mixtures effectively reduced ammonia loss and retained soil exchangeable
ammonium compared to urea alone. The acidic nature and high CEC of HA aided in reduction of
ammonia loss and retained soil exchangeable ammonium. However, the addition of HA in the
urea-TSP-MOP mixtures was not beneficial since the mixtures alone without HA able to reduce
NH3 loss and improved NH4 retention. This may be due to K+ contained in the acid that reduce
the quantity of H+ in the mixtures thus increased soil pH.
Urea, TSP and MOP amended with HA or HA and FA significantly reduced ammonia loss. The
outcome of this study may contribute to the improvement of urea N, P and K use efficiency as
well as reducing environmental pollution.

Campuran Urea-TSP-MOP-HA efektif mengurangi kerugian amonia dan


mempertahankan tanah amonium tukar dibandingkan dengan urea saja. Sifat
asam dan KTK tinggi HA dibantu dalam pengurangan kehilangan amonia dan
mempertahankan tanah amonium tukar. Namun, penambahan HA dalam campuran
urea-TSP-MOP tidak menguntungkan karena campuran sendiri tanpa HA mampu
mengurangi kerugian NH3 dan meningkatkan retensi NH4. Hal ini mungkin karena
K + yang terkandung dalam asam yang mengurangi jumlah H + dalam campuran
sehingga meningkatkan pH tanah.
Urea, TSP dan MOP diubah dengan HA HA atau FA dan secara signifikan
mengurangi kerugian amonia. Hasil dari penelitian ini dapat berkontribusi pada
peningkatan urea N, P dan efisiensi penggunaan K serta mengurangi pencemaran
lingkungan.
DIUNDUH DARI:
.. 5 (5): 605-609, 2009).
(American Journal of Environmental
Sciences

PUPUK N ORGANIK
The use of liquid organic N fertilizer has the ability to reduce NH3 volatilization in acid soil. The
use of both humic and fulvic acids could be effective in promoting NH4+ retention. Thus, it can
be concluding that, humic substances, in general, have great ability in controlling NH3 loss and
retaining NH4+ in acid soils. It could be a cheapest, practical and easiest way to control N loss.
The CEC provided by HA, which ranged between 417-583 cmol kg-1 may have contributed to
ammonia loss reduction. The negative sites due to ionization of carboxylic (COOH) and phenolic
(OH) might have improved NH4+ retention hence reduction in N loss. These negative charges
could develop with the level of salt and pH, that occurred in soil. More salt will produce more
negative charge in soil.
A similar situation will occur at high pH. Thus, the presence of KOH, as a source of salt, could
enhance HA charges and indirectly reducing the N loss.
Penggunaan pupuk N organik cair memiliki kemampuan untuk mengurangi penguapan NH3 dalam
tanah asam. Penggunaan kedua asam humat dan fulvat bisa efektif dalam mempromosikan NH4 +
retensi. Dengan demikian, dapat menyimpulkan bahwa, zat humat, pada umumnya, memiliki
kemampuan besar dalam mengendalikan kerugian NH3 dan mempertahankan NH4 + dalam tanah
asam. Ini bisa menjadi termurah, praktis dan termudah untuk mengendalikan kerugian N.
CEC disediakan oleh HA, yang berkisar antara 417-583 cmol kg-1 mungkin telah berkontribusi
terhadap pengurangan kerugian amonia. Situs negatif akibat ionisasi karboksilat (COOH) dan fenolik
(OH) mungkin telah meningkatkan retensi NH4 + maka pengurangan N kerugian. Maskapai muatan
negatif bisa berkembang dengan tingkat garam dan pH, yang terjadi di tanah. Lebih garam akan
menghasilkan muatan lebih negatif dalam tanah.
Situasi yang sama akan terjadi pada pH yang tinggi. Dengan demikian, kehadiran KOH, sebagai
sumber garam, dapat meningkatkan biaya HA dan secara tidak langsung mengurangi kerugian N.

UREA - HUMIK
Purpose of this research was offering basic data for the production
of humic acid slow-release fertilizers. The effects of NH4+
concentration, equilibrium time and pH value on the NH4+
adsorption of humic acid extracted from Shanxi brown coal and its
absorptive regularity were studied by ion-exchange equilibrium
method in this paper.
Results showed that with the increase of NH4+ concentration,
adsorption capacity of NH4+ increased. The adsorption of NH4+ on
humic acid could be well described by Freundlich equation and its
kinetics adsorption fit Elovich equations best. Under the condition of
pH lower than 7.04, pH increase of medium was of great advantage
of NH4+ adsorption and could improve the velocity of adsorption
reaction. Under the condition of pH lower than 4.03, physical
adsorption was the dominant.
Tujuan penelitian ini menawarkan data dasar untuk produksi asam humat pupuk slow
release. Efek konsentrasi NH4 +, waktu kesetimbangan dan nilai pH pada adsorpsi NH4
+ asam humat diekstrak dari Shanxi brown coal dan keteraturan serap dipelajari dengan
metode kesetimbangan pertukaran ion dalam makalah ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi NH4 +,
kapasitas adsorpsi NH4 + meningkat. Adsorpsi NH4 + pada asam humat dapat baik
dijelaskan oleh persamaan Freundlich dan kinetika adsorpsi yang sesuai persamaan
Elovich terbaik. Di bawah kondisi pH lebih rendah dari 7.04, kenaikan pH medium

UREA - HUMIK
Under the condition of 4.03 < pH < 7.04, chemical exchange was
dominant.
The adsorption capacity could be increased by 58.03 % at the
optimal condition. On the whole, chemical exchanged played a more
important role on NH4+ adsorpiton. Adsorption capacity rose
markedly in the beginning of the adsorption process, however, it
slowed down later.
While suitable ratio of solid to liquid could increase unit adsorption
until the ratio increased to some extent, then the unit adsorption
would decrease.
When the ratio was 0.04 and 0.03, the unit adsorption reach
maximum being 34.9 ,72.2 mg/g, respectively.
Di bawah kondisi 4.03 <pH <7.04, pertukaran kimia dominan.
Kapasitas adsorpsi dapat ditingkatkan dengan 58,03% pada kondisi optimal.
Secara keseluruhan, kimia dipertukarkan memainkan peran yang lebih penting di
NH4 + adsorpiton. Kapasitas adsorpsi meningkat tajam pada awal proses
adsorpsi, namun melambat kemudian.
Sementara rasio cocok padat menjadi cair dapat meningkatkan satuan adsorpsi
sampai rasio meningkat sampai batas tertentu, maka unit adsorpsi akan menurun.
Ketika rasionya adalah 0,04 dan 0,03, unit adsorpsi jangkauan maksimum menjadi
34,9, 72.2 mg / g, masing-masing.

KEHILANGAN PUPUK N TANAMAN TEBU


Kehilangan pupuk N dari lahan tebu dapat terjadi karena menguapan
ammonia setelah pupuk N diaplikasikan ke tanah. Hal ini dapat
menyebabkan rendahnya efisiensi pupuk N pada tanaman tebu
Misalnya, efisiensi pemupukan N yang diaplikasikan di permukaan
tanah (sebesar 18.9%( dan efisiensi pupuk N yang dibenamkan ke dlaam
tanah sebesar 28.8%.
Tanaman yang dipupuk N dengan cara dibenamkan ke dalam tanah
mempunyai serapan N lebih besar dibandingkan dengan pemupukan N
yang disebar di permukaan tanah.
Kehilangan N pada aplikasi pupuk N di permukaan tanah mencapai
59.1% , sedangkan kehilangan N dari aplikasi pupuk N yang dibenamkan
sebesar 45.6%. A saving of 13.5% of the applied N, which resulted in an
extra 9.9% of the applied N being assimilated by the crop.
Pembenaman pupuk urea ke dalam tanah dapat mengurangi kehilangan
penguapan ammonia dari 37.3% menjadi 5.5% dari total pupuk N.
(Sumber: Nutrient Cycling In Agroecosystems, 2002, 62(3): 229-239)

BLOTONG MEMPERBAIKI PRODUKTIVITAS TEBU


Aplikasi blotong ke lahan tebu dapat memperbaiki efisiensi pupuk,
produktivitas dan kualitas tebu.
Hasil tebu meningkat sejalan dengan dosis blotong yang diaplikasikan
ke tanah.
Perbaikan produktivitas ini disebabkan oleh suplai bahan organik, P, Ca,
dan hara lain yang ada dalam blotong; dan meminimumkan reaksi fosfat
dengan mineral liat dan oksida-besi menjadi bentuk yang tidak tersedia.
Blotong yang diperkaya dnegan pupuk fosfat dapat memperbaiki
produktivitas tanaman tebu.

(Sumber: PHOSPHORUS FERTILIZATION IN THE PLANTATION OF


SUGARCANE WITH FILTER CAKE ENRICHED WITH SOLUBLE PHOSPHATE. Santos DH, Tiritan
C.S., Foloni J.S.S.
University Western So Paulo (Unioeste), 700 Jos Bongiovani St., 19050-920, Presidente
Prudente-SP,
Brazil. Tel: 55 018 39091977. minuano1@hotmail.com

PEMUPUKA N

N BERTAHAP

Aplikasi pupuk N secara bertahap pada tanah berlempung dapat


memperbaiki EFISIENSI Pemupukan dan produktifitas tebu.
The experiment was arranged in split plot randomized complete block design with three replications
consisted of three different rates of N (N1 = 92, N2 = 138, N3 = 184 kg N ha-1) as main plots and three
different AP (AP1 = 20-40-40%, AP2 = 30-35-35%, AP3 = 30-30-40%) as subplots.
The interactive effects of N application rate and AP on juice purity depicted applying 92 kg N ha -1 and AP
of 30-30-40% gave the purest juice with 90%.
Efisiensi pupuk Nitrogen lebih besar pada perlakuan N1 dengan nilai 1.39 dan 0.13 t kg-1 N dalam hasil
tebu (CY) dan hasil gula (SY).

Penelitian disusun dalam split plot rancangan acak lengkap dengan tiga
ulangan terdiri dari tiga tingkat yang berbeda dari N (N1 = 92, N2 = 138,
N3 = 184 kg N ha-1) sebagai petak utama dan tiga yang berbeda AP
(AP1 = 20 -40-40%, AP2 = 30-35-35%, AP3 = 30-30-40%) sebagai
subplot.
Efek interaktif dari tingkat aplikasi N dan AP pada kemurnian jus
digambarkan menerapkan 92 kg N ha-1 dan AP dari 30-30-40%
memberikan jus murni dengan 90%.
Efisiensi pupuk Nitrogen lebih Mortality Besar perlakuan N1 Artikel Baru
Notes 1.39 Dan 0.13 t kg-1 N Dalam, Hasil tebu (CY) Dan Hasil Gula
(SY).

NITROGEN DAN FOTOSINTESIS TEBU


Kapasitas fotosintesis tanaman tebu sangat dipengaruhi oleh ketersediaan N
tanah.
Nitrogen dapat mempengaruhi laju fotosintesis per unit luas daun, mengubah
konsentrasi pigmen fotosintesis atau ensim-ensim fotosintesis.
Ada hubungan erat antara laju fotosintesis daun dengan kadar N daun. Akan
tetapi seringkali efek utama nitrogen terhadap fotosintesis ada kaitannya dengan
perubahan total luas daun dan penyerapan cahaya.
Sebagian besar N dari aplikasi pupuk diakumulasikan dalam vakuole daun tebu
dan dalam akar tebu.
Akumulasi N dalam daun dan akar ini menimbulkan efek osmotik, yang
mengakibatkan penyerapan air menjadi lebih baik dan penggunaan air lebih
efisien.
Pada kondisi lengas yang bagus, daun-daun tebu menjadi kaku dan stomatanya
membuka lebar, sehingga dapat mempercepat transpirasi.
Aktivitas ensim reduktase nitrat dalam daun tebu meningkat dengan adanya
pemupukan nitrogen.
Ensim ini berperan dalam asimilasi nitrat menjadi pigmen.

NITROGEN & FOTOSINTESIS TEBU


Pemupukan N tanaman tebu dapat meningkatkan pembentukan
komponen kloroplast seperti ensim asimilasi karbon, dan
kompleks protein-klorofil per unit area; meningkatkan total
carotenoid pada daun terutama pada kondisi intensitas radiasi
tinggi.
Semua efek positif ini dipadukan dengan efek N terhadap
peningkatan luas daun, akan mengakibatkan peningkatan
fotosintesia tanaman.
Pemupukan N yang cukup dapat meningkatkan luas daun
tanaman tebu, yang selanjutnya akan memperbaiki intersepsi
cahaya untuk meningkatkan fotosintesis.

Pengaruh pupuk N terhadap Kadar N-daun tebu, kadar klorofil


(SPAD), fotosintesis, transpirasi dan efisiensi epenggunaan air
tanaman tebu

Karakteristik kemampuan daun tebu umur 110 hari


menurut posisi nomer urut daun dari pucuk tanaman

SPAD : pengukuran kadar klorofil daun

Pengaruh temperatur terhadap fotosintesis dan respirasi daun muda yang


membuka sempurna pada tanaman tebu yang cukup nitrogen. Konsentrasi CO2
sebesar 350 ppm dan PFD sebesar 2070, 940, dan 455 mol photon/m2/detik

EFISIENSI UREA DAN ZA PADA


TEBU
Penelitian dilakukan untuk melihat serapan dan keseimbangan N yang
duaplikasikan sebagai pupuk urea (60 kg ha1) dan ammonium sulphate
(AS) (40 kg ha1) pada tanah saline (pH 8.8) dan tanah non-saline (pH
7.8).
Hasil penelitian menunjukkan tingginya recovery (>90%) pada tebu
yang tumbuh dilahan non-saline, baik pupuk urea maupun ammonium
sulphate.
Pada tanah saline, recovery pupuk N ini lebih rendah, recovery N dari
urea sebesar 34%, dan recovery N dari pupuk ZA sebesar 77%.
Rendahnya recovery N ini mengisyaratkan besarnya kehilangan N dari
aplikasi pupuk Urea dan ZA pada kondisi tanah ini.
Sumber: Field Crops Research
Volume 95, Issues 2-3, 15 February 2006, Pages 348-354

Anda mungkin juga menyukai