BAGI
TANAMAN TEBU
TANAH TERGENANG
. Pada tanah tergenang terjadi perubahan kimia dan elektronika
yang dapat merugikan pertumbuhan tanaman.
Hal tersebut diantaranya:1) turunnya potensial redoks; 2)
kekurangan oksigen; dan 3) reduksi Fe3+ menjadi Fe2+, Mn4+
menjadi Mn2+, NO3- dan NO2- menjadi NH4+, N2 dan N2O.
Sedangkan pengairan terputus dapat menanggulangi keracunan
Fe pada lahan sawah bukaan baru. Hal ini terjadi karena laju
reduksi Fe dan Mn dapat ditekan sehingga kelarutan Fe dan Mn
tidak meracun tanaman.
Selain itu pengairan terputus juga dapat menurunkan kadar K dd,
Cadd dan Mgdd serta Kejenuhan basa baik pada kondisi tanah
diolah maupun tidak (Nursyamsi, 2000)
DIUNDUH DARI: ..
PEMUPUKAN N
Kecukupan pupuk nitrogen sangat menentukan
pertumbuhan tanaman. Indikatornya terlihat jelas pada
ukuran daun, tinggi batang, luas permukaan daun dan
jumlah anakan tanaman tebu.
Kekurangan unsur ini membuat pertumbuhan tanaman
merana, ukuran daun mengecil, kurus dan berwarna
kekuningan.
Penyebab rendahnya produktivitas pada tanaman tebu
memang cukup banyak, salah satu yang cukup dominan
adalah masalah pemupukan.
Pemberian pupuk buatan yang terus menerus ternyata
membuat tanah menjadi keras dan kecenderungan
produktivitasnya semakin rendah.
PEMUPUKAN N
Penggunaan pupuk organik secara terus menerus tanpa
dibantu oleh pemberian pupuk buatan mempunyai
kecenderungan produktivitasnya rendah.
Penggunaan keduanya akan menghasilkan sinergi
positip yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman.
Pemberian pupuk nitrogen dalam bentuk urea, ZA masih
diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak; karena
biomas yang dihasilkan tanaman tebu sangat banyak,
setiap tahunnya tidak kurang dari 100 ton biomas per ha
yang dihasilkan tanaman dan tidak kembali ke tanah lagi.
DOSIS PUPUK N
. Permasalahan yang muncul adalah seberapa
banyak dosis pupuk N yang diperlukan tanaman
tebu untuk mendapatkan pertumbuhan dan
produktivitas optimum? Selain itu seberapa
jauh hasil analisis daun dapat digunakan untuk
menyusun rekomendasi pemupukan secara
terintegrasi diagnosis and recommendation
integrated system (DRIS).
Kandungan hara nitrogen pada daun yang
dinyatakan medium adalah 1.70 %, jika
kandungan N-daun 1.70 % - 2.00 %, maka
dikatagorikan medium-plus atau baikminus; apabila nilainya 1.40 % - 1.70 %
tergolong medium-minus atau kurang-plus.
N-tanaman tebu
Peranan nitrogen bagi tanaman tebu adalah (a) meningkatkan produksi dan
kualitasnya, (b) untuk pertumbuhan vegetatif (pertumbuhan tunas, daun, batang),
(c) Pertumbuhan vegetatif berarti mempengaruhi produktivitas.
Gejala defisiensi nitrogen antara lain (a) daun berwarna kuning pucat, (b) ruas
lebih pendek, (c) pertumbuhan daun semakin lambat, (d) batang lebih pendek dan
kurus, (e) akar lebih panjang, tetapi lebih kecil ukurannya, (f) jika defisiensi
berkelanjutan, ujung daun dan daun yang terbawah menjadi nekrosis.
Kelebihan unsur nitrogen dapat berakibat negatif juga yakni (a) efek racun untuk
tanaman, (b) pertumbuhan vegetatif memanjang, (c) memperlambat kemasakan,
(d) mengurangi kadar gula, (e) mengurangi kualitas jus (nira), (f) Menambah
nitrogen yang larut pada jus dalam stasiun klarifikasi, (g) mudah roboh, (h) lebih
mudah terserang hama dan penyakit.
Tanaman menyerap nitrogen dalam bentuk nitrat (NO3) dan ammonium (NH4+).
Efisiensi relatif absorpsi ammonium dan nitrat dipengaruhi oleh pH tanah dan
potensial redoks tanah. Pupuk Nitrat bersifat sangat mobil, cepat diserap dalam
bentuk ion nitrat (NO3-), dan mudah tercuci. Nitrogen dalam bentuk nitrat dapat
bergerak ke atas bersama air kapiler selama musim kemarau. Ammonium tidak
mudah tercuci karena kation ini diikat oleh partikel liat (clay), pengikatan ini
sedemikian rupa sehingga tidak mudah tercuci, tetapi masih tersedia bagi
tanaman.
Ketersediaan N-tanah
Tanah yang strukturnya baik memungkinkan udara masuk ke dalam pori
tanah, demikian juga air akan tertahan dalam ruangan tersebut. Ujung
akar dengan bulu akarnya akan mudah tumbuh pada kondisi seperti ini.
Bulu akar merupakan organ tanaman yang menyerap unsur hara dan air
dari dalam tanah. Jumlah bulu akar ini sangat dipengaruhi oleh (a)
jumlah akar yang tumbuh,(b) diameter akar, (c) diameter batang, dan (d)
Panjang akar. Semakin banyak jumlah bulu akar, akan semakin tinggi
kemampuan akar dalam menyerap air dan unsur hara.
Pada tanah yang subur dekomposisi bahan organik akan terus terjadi
secara berkelanjutan, sehingga kebutuhan nitrogen mudah dipenuhi.
Sedangkan pada tanah berpasir yang miskin bahan organik, tanpa
penambahan pupuk organik akan sulit menyediakan N dalam jumlah
yang cukup. Itulah sebabnya pada tanah yang demikian perlu
penambahan frekuensi pemupukan nitrogen dan perlu pemberian pupuk
organik.
DIUNDUH DARI: ..
. Pemupukan N tebu
Tanaman tebu memerlukan unsure hara dalam jumlah yang
tinggi untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
Dalam 1 ton hasil panen tebu terdapat sekitar 2.00 kg N; 0,40
- 0,80 kg P2O5 dan 1,20 - 6,0 kg K2O yang diserap dari
dalam tanah. Oleh karena itu diperlukan pemupukan N, P dan
K yang cukup tinggi agar hasil panen tebu tetap tinggi dan
kesuburan tanah dapat dilestarikan.
Penambahan pupuk N karena hara N yang tersedia dalam
tanah berasal dari luar tanah, yaitu : (1) bahan organik sisa
panen tanaman, (2) fiksasi N dari udara oleh mikroba tanah,
(3) air irigasi, dan (4) pupuk N.
. Pemupukan N tebu
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi pemupukan N
pada budidaya tebu masih relative rendah, yaitu sekitar 30 - 35%.
Efisiensi pemupukan N rendah tersebut disebabkan karena sebagian
hara N dari pupuk hilang melalui proses-proses penguapan,
pencucian, imobilisasi, denitrifikasi dan erosi & runoff.
Tingkat kekurangan N tanaman tebu sangat bervariasi tergantung
pada kiondisi tanah, dan perkembangan tanaman. Pada awal
pertumbuhan tanaman tebu, kekurangan N dapat mengurangi jumlah
anakan, dan jumlah batang pada ratoon, daun menguning, pendek
dan sempit. Kekurangan N pada masa vegetatif dapat menyebabkan
menurunnya diameter batang dan jumlah batang tebu yang baik.
Kekurangan N yang ringan dapat mengurangi laju fotosintesis,
pengaruhnya sangat besar kalau terjadi pada awal pertumbuhan
tanaman.
. Pemupukan N tebu
Pupuk Urea dan ZA telah lazim digunakan dalam budidaya
tanaman tebu. Namun teknologi inovasi dalam aplikasi pupuk N
ini masih sangat diperlukan untuk meningkatkan efisiensinya.
Frekuensi aplikasi pupuk nitrogen seringkali sangat
berpengaruh selama periode pertumbuhan tanaman. Kegagalan
aplikasi nitrogen tepat waktu akan menyebabkan tanaman
menjadi kerdil, masak sebelum waktunya dan mengurangi
jumlah hasil tebu.
Analisa tanah sebagai alat kontrol umumnya tidak dapat
diandalkan karena N tersedia dapat berubah dengan cepat
akibat berubahnya iklim (temperatur, hujan) dan faktor budidaya
tanaman.
Kehilangan nitrogen dapat dikurangi dengan menghatur
frekuensi aplikasi pemupukan.
. Pemupukan N tebu
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi pemupukan
N pada budidaya tebu masih relative rendah, yaitu sekitar 30 35%. Efisiensi pemupukan N rendah tersebut disebabkan
karena sebagian hara N dari pupuk hilang melalui prosesproses penguapan, pencucian, imobilisasi, denitrifikasi dan
erosi & runoff.
Tingkat kekurangan N tanaman tebu sangat bervariasi
tergantung pada kiondisi tanah, dan perkembangan tanaman.
Pada awal pertumbuhan tanaman tebu, kekurangan N dapat
mengurangi jumlah anakan, dan jumlah batang pada ratoon,
daun menguning, pendek dan sempit.
Kekurangan N pada masa vegetatif dapat menyebabkan
menurunnya diameter batang dan jumlah batang tebu yang
baik. Kekurangan N yang ringan dapat mengurangi laju
fotosintesis, pengaruhnya sangat besar kalau terjadi pada awal
. Pemupukan N tebu
Pupuk Urea dan ZA telah lazim digunakan dalam
budidaya tanaman tebu. Namun teknologi inovasi dalam
aplikasi pupuk N ini masih sangat diperlukan untuk
meningkatkan efisiensinya.
Frekuensi aplikasi pupuk nitrogen seringkali sangat
berpengaruh selama periode pertumbuhan tanaman.
Kegagalan aplikasi nitrogen tepat waktu akan
menyebabkan tanaman menjadi kerdil, masak sebelum
waktunya dan mengurangi jumlah hasil tebu.
Analisis tanah sebagai alat kontrol umumnya tidak dapat
diandalkan karena N tersedia dapat berubah dengan
cepat akibat berubahnya iklim (temperatur, hujan) dan
faktor budidaya tanaman. Kehilangan nitrogen dapat
dikurangi dengan menghatur frekuensi aplikasi
pemupukan.
. Pemupukan N tebu
Pupuk nitrogen dapat digolongkan menjadi tiga yakni:
(1). Pupuk Nitrat (Nitrate), misalnya Sodium Nitrate; Calcium Nitrate;
Potasium Nitrate. (2). Pupuk Amomonium, misalnya A. Sulphate (S.A./Z.A.);
A. Chloride; A. Anhydride; dan (3) Pupuk Amida (Amide), misalnya Urea;
Calcium Cyamnamide.
Pupuk ammonium sulphat (ZA) juga mengandung sulphur. Pemakaian ZA
terus menerus dapat mengasamkan tanah. Aplikasi pupuk ZA dengan dosis
4-6 ku/ha (beragam tergantung kondisi tanah) dapat menghasilkan hablur
gula yang diharapkan.
Pupuk amida bersifat lambat tersedia, N dalam pupuk ini tidak langsung
tersedia bagi tanaman tetapi harus melalui beberapa perubahan kimia
dahulu. Hasil akhirnya dalam bentuk Ammonium (NH4+) dan Nitrat (NO3-).
Jenis pupuk ini berkadar N tinggi, misalnya Urea = 46%. Sifat urea yang
mudah larut dalam air memungkinkannya untuk dipakai sebagai pupuk daun.
Dengan bantuan mikroba tanah, nitrogen yang ada dalam pupuk dapat
dikonversi menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman. Proses
perubahannya banyak tergantung pada iklim dan kondisi tanahnya. Konversi
berjalan cepat apabila kadar air, aerasi, temperatur dan pH nya sesuai.
. Pemupukan N tebu
Aplikasi pemupukan sebaiknya 3 sampai 4 kali yakni
pada saat sebelum tanam (pupuk dasar), setelah
perakaran tumbuh (1-2 bulan), pada masa pertumbuhan
tunas (tillering, 3 bulan) dan masa pertumbuhan, namun
minimal dua kali setahun.
Semakin sering frekuensi aplikasi pupuk dengan dosis
rendah, hasilnya akan semakin baik, terutama bagi jenis
pupuk yang cepat larut dalam air seperti pupuk ZA dan
Urea.
Pada akhir musim kemarau yang panjang, akar banyak
yang mati , itulah sebabnya waktu pemupukan harus
menunggu pada saat akar mulai tumbuh kembali sekitar
1 sampai 1.5 bulan setelah hujan pertama datang.
. Pemupukan N tebu
Aplikasi pemupukan sebaiknya 3 sampai 4 kali yakni
pada saat sebelum tanam (pupuk dasar), setelah
perakaran tumbuh (1-2 bulan), pada masa pertumbuhan
tunas (tillering, 3 bulan) dan masa pertumbuhan, namun
minimal dua kali setahun.
Semakin sering frekuensi aplikasi pupuk dengan dosis
rendah, hasilnya akan semakin baik, terutama bagi jenis
pupuk yang cepat larut dalam air seperti pupuk ZA dan
Urea.
Pada akhir musim kemarau yang panjang, akar banyak
yang mati , itulah sebabnya waktu pemupukan harus
menunggu pada saat akar mulai tumbuh kembali sekitar
1 sampai 1.5 bulan setelah hujan pertama datang.
. Pemupukan N tebu
Semakin rendah kandungan bahan organik tanah, maka dosis
pupuk nitrogen akan semakin besar. Dosis pupuk N ini juga
tergantung pada frekuensi aplikasi, karena nitrogen yang
sifatnya sangat mobil mudah tercuci (leaching) dan menguap
(volatile).
Cara aplikasi menentukan efisiensi pemupukan nitrogen,
misalnya disebar (broadcast) akan lebih boros dibanding
dengan dibenam (placement). Waktu aplikasi tidak dapat
setiap saat dilakukan, karena curah hujan dan kelembaban
tanah tidak setiap saat cocok. Pada prinsipnya, semakin tinggi
kandungan bahan organik tanah, semakin tinggi KTK akan
semakin banyak nitrogen yang tersedia dan dapat diserap
tanaman. Analisis daun dibutuhkan untuk melihat sejauh mana
N diserap oleh tanaman.
Analisa tanah saja tidak dapat diandalkan, karena pergerakan
nitrogen dalam tanah yang begitu cepat sebagai akibat
. Teknologi Pupuk N
Pemupukan N tanaman tebu memegang peranan sangat
penting, selain dapat meningkatkan produksi biomassanya,
pupuk N juga dapat meningkatkan keragaman dan kualitas hasil
tebu. Masalah utama penggunaan pupuk N pada lahan kebun
tebu adalah efisiensinya yang relatif rendah karena kehilangan
N akibat pencucian dan penguapan.
Untuk itu diperlukan rekayasa teknologi pupuk N untuk
peningkatan efisiensi pemupukan N, misalnya dengan rekayasa
urea-humat. Teknologi pelapisan urea dengan asam humat
diharapkan dapat menghasilkan pupuk urea yang lebih tidak
mudah larut. Dengan pelepasan N yang lebih lambat diharapkan
ketersediaan N dalam tanah lebih besar dan pemupukan
menjadi lebih efisien.
. Teknologi Pupuk N
Secara spesifik asam humat dapat digunakan untuk stabilisasi
urea, sehingga meningkatkan efisiensi pemupukan urea pada
tanaman tebu. Dengan menstabilkan urea memakai asam humat
ini diperkirakan efisiensi urea dapat ditingkatkan hingga
menjadi sekitar 50%.
Proses stabilisasi urea dengan asam humat sangat sederhana
dan dapat dilakukan dengan cara konvensional, yaitu dengan
cara meyemprot secara merata urea dengan asam humat, dan
kemudian dicampur hingga merata. Dosis untuk 100 kg urea
menggunakan 1 liter (atau sesuai dengan kebutuhan asam
humat).
Rekayasa stabilisasi urea dengan asam humat menghasilkan
urea yang lambat melepaskan nitrogen (slow release), hal ini
diperlukan untuk meminimumkan kehilangan N melalui proses
pencucian dan penguapan.
Sebuah studi baru pada hilangnya amonia dari urea dengan menggunakan
bahan asam seperti asam humat (HA) telah berhasil. Selain mengurangi
kehilangan amonia, campuran urea-HA meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (American Journal of Applied Sciences, November
2009).
Aplikasi urea-HA dapat mengurangi kerugian amonia di tanah asam dengan
meningkatkan retensi amonium. Hal ini mungkin berlaku meningkatkan urea
N menggunakan efisiensi serta mengurangi pencemaran lingkungan di
bidang pertanian
Urea-TSP-MOP-HA
. Urea-TSP-MOP-HA mixtures effectively reduced ammonia loss and retained soil exchangeable
ammonium compared to urea alone. The acidic nature and high CEC of HA aided in reduction of
ammonia loss and retained soil exchangeable ammonium. However, the addition of HA in the
urea-TSP-MOP mixtures was not beneficial since the mixtures alone without HA able to reduce
NH3 loss and improved NH4 retention. This may be due to K+ contained in the acid that reduce
the quantity of H+ in the mixtures thus increased soil pH.
Urea, TSP and MOP amended with HA or HA and FA significantly reduced ammonia loss. The
outcome of this study may contribute to the improvement of urea N, P and K use efficiency as
well as reducing environmental pollution.
PUPUK N ORGANIK
The use of liquid organic N fertilizer has the ability to reduce NH3 volatilization in acid soil. The
use of both humic and fulvic acids could be effective in promoting NH4+ retention. Thus, it can
be concluding that, humic substances, in general, have great ability in controlling NH3 loss and
retaining NH4+ in acid soils. It could be a cheapest, practical and easiest way to control N loss.
The CEC provided by HA, which ranged between 417-583 cmol kg-1 may have contributed to
ammonia loss reduction. The negative sites due to ionization of carboxylic (COOH) and phenolic
(OH) might have improved NH4+ retention hence reduction in N loss. These negative charges
could develop with the level of salt and pH, that occurred in soil. More salt will produce more
negative charge in soil.
A similar situation will occur at high pH. Thus, the presence of KOH, as a source of salt, could
enhance HA charges and indirectly reducing the N loss.
Penggunaan pupuk N organik cair memiliki kemampuan untuk mengurangi penguapan NH3 dalam
tanah asam. Penggunaan kedua asam humat dan fulvat bisa efektif dalam mempromosikan NH4 +
retensi. Dengan demikian, dapat menyimpulkan bahwa, zat humat, pada umumnya, memiliki
kemampuan besar dalam mengendalikan kerugian NH3 dan mempertahankan NH4 + dalam tanah
asam. Ini bisa menjadi termurah, praktis dan termudah untuk mengendalikan kerugian N.
CEC disediakan oleh HA, yang berkisar antara 417-583 cmol kg-1 mungkin telah berkontribusi
terhadap pengurangan kerugian amonia. Situs negatif akibat ionisasi karboksilat (COOH) dan fenolik
(OH) mungkin telah meningkatkan retensi NH4 + maka pengurangan N kerugian. Maskapai muatan
negatif bisa berkembang dengan tingkat garam dan pH, yang terjadi di tanah. Lebih garam akan
menghasilkan muatan lebih negatif dalam tanah.
Situasi yang sama akan terjadi pada pH yang tinggi. Dengan demikian, kehadiran KOH, sebagai
sumber garam, dapat meningkatkan biaya HA dan secara tidak langsung mengurangi kerugian N.
UREA - HUMIK
Purpose of this research was offering basic data for the production
of humic acid slow-release fertilizers. The effects of NH4+
concentration, equilibrium time and pH value on the NH4+
adsorption of humic acid extracted from Shanxi brown coal and its
absorptive regularity were studied by ion-exchange equilibrium
method in this paper.
Results showed that with the increase of NH4+ concentration,
adsorption capacity of NH4+ increased. The adsorption of NH4+ on
humic acid could be well described by Freundlich equation and its
kinetics adsorption fit Elovich equations best. Under the condition of
pH lower than 7.04, pH increase of medium was of great advantage
of NH4+ adsorption and could improve the velocity of adsorption
reaction. Under the condition of pH lower than 4.03, physical
adsorption was the dominant.
Tujuan penelitian ini menawarkan data dasar untuk produksi asam humat pupuk slow
release. Efek konsentrasi NH4 +, waktu kesetimbangan dan nilai pH pada adsorpsi NH4
+ asam humat diekstrak dari Shanxi brown coal dan keteraturan serap dipelajari dengan
metode kesetimbangan pertukaran ion dalam makalah ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi NH4 +,
kapasitas adsorpsi NH4 + meningkat. Adsorpsi NH4 + pada asam humat dapat baik
dijelaskan oleh persamaan Freundlich dan kinetika adsorpsi yang sesuai persamaan
Elovich terbaik. Di bawah kondisi pH lebih rendah dari 7.04, kenaikan pH medium
UREA - HUMIK
Under the condition of 4.03 < pH < 7.04, chemical exchange was
dominant.
The adsorption capacity could be increased by 58.03 % at the
optimal condition. On the whole, chemical exchanged played a more
important role on NH4+ adsorpiton. Adsorption capacity rose
markedly in the beginning of the adsorption process, however, it
slowed down later.
While suitable ratio of solid to liquid could increase unit adsorption
until the ratio increased to some extent, then the unit adsorption
would decrease.
When the ratio was 0.04 and 0.03, the unit adsorption reach
maximum being 34.9 ,72.2 mg/g, respectively.
Di bawah kondisi 4.03 <pH <7.04, pertukaran kimia dominan.
Kapasitas adsorpsi dapat ditingkatkan dengan 58,03% pada kondisi optimal.
Secara keseluruhan, kimia dipertukarkan memainkan peran yang lebih penting di
NH4 + adsorpiton. Kapasitas adsorpsi meningkat tajam pada awal proses
adsorpsi, namun melambat kemudian.
Sementara rasio cocok padat menjadi cair dapat meningkatkan satuan adsorpsi
sampai rasio meningkat sampai batas tertentu, maka unit adsorpsi akan menurun.
Ketika rasionya adalah 0,04 dan 0,03, unit adsorpsi jangkauan maksimum menjadi
34,9, 72.2 mg / g, masing-masing.
PEMUPUKA N
N BERTAHAP
Penelitian disusun dalam split plot rancangan acak lengkap dengan tiga
ulangan terdiri dari tiga tingkat yang berbeda dari N (N1 = 92, N2 = 138,
N3 = 184 kg N ha-1) sebagai petak utama dan tiga yang berbeda AP
(AP1 = 20 -40-40%, AP2 = 30-35-35%, AP3 = 30-30-40%) sebagai
subplot.
Efek interaktif dari tingkat aplikasi N dan AP pada kemurnian jus
digambarkan menerapkan 92 kg N ha-1 dan AP dari 30-30-40%
memberikan jus murni dengan 90%.
Efisiensi pupuk Nitrogen lebih Mortality Besar perlakuan N1 Artikel Baru
Notes 1.39 Dan 0.13 t kg-1 N Dalam, Hasil tebu (CY) Dan Hasil Gula
(SY).