Anda di halaman 1dari 30

BAB I

JASA JASA AKUNTAN


PUBLIK
(Theodorus Tuanakotta)
NAMA KELOMPOK :
1.

EVIRAWATI WAHYU A.( 1413010049 )

2.

ANGELIA DAMAYANTI ( 1413010051 )

3.

AYU AMBARWATI ( 1413010055 )

4.

SYLVIA IKRIMA S.

( 1413010062 )

A.

ACCOUNTING VS AUDITING
PERBEDAAN

Metode

Tujuan

ACCOUNTING

AUDITING

Mengidentifikasi
kejadian-kejadian dan
kemudian mengukur,
mencatat,
mengklasifikasikan
dan meringkasnya
dalam catatancatatan akuntansi.

Memperoleh dan
menilai atau
mengevaluasi bukti
yang berhubungan
dengan laporan
keuangan yang
disusun oleh
manajemen.

Mengkomunikasikan
informasi keuangan
yang relevan dan
reliable untuk
pengambilan
keputusan.

Menyatakan pendapat
tentang kewajaran
laporan keuangan

PERBEDAAN

Pihak yang
bertanggung jawab

Sifat
Subyek

ACCOUNTING

AUDITING

Laporan keuangan
tanggung jawab
manajemen.

Laporan auditing
(audit report)
tanggung jawab
auditor.

Konstruktif

Analisis

Internal/Eksternal
Internal/Eksternal
Perusahaan/Organisasi Perusahaan/Organisas
i

Standar

SAK

SAP

Output

Laporan Keuangan

Laporan Auditing

B. MENGAPA JASA AUDIT


Perusahaan yang menyusun laporan keuangan,
mempunyai seluruh informasi tentang usahanya.
Sebaliknya, pihak ketiga atau misalnya bank
mempunyai informasi terbatas. Entitas dapat
menyembunyikan sebagian informasi, atau
memanipulasi laporan keuangannya. Ada
kesenjangan antara informasi yang dipunyai
entitas, dan pihak2 eksternal termasuk bank. Oleh
karena itu diperlukan orang yang independen untuk
menekan kesenjangan informasi tersebut. Akuntan
publik bisa mempunyai peran penting dalam
menekan risiko informasi yakni dengan
memberikan jasa audit atas laporan keuangan
entitas. Auditor berupaya melalui proses audit
memperoleh asurans yang memadai bahwa laporan
keuangan yang diauditnya bebas dari salah saji
material.

C. AUDIT, ATESTASI DAN ASURANS


Audit adalah salah satu jasa Atestasi. Dalam
Atestasi, selain jasa audit ada jasa review.
Audit dan review meningkatkan keandalan
informasi. Meningkatkan keandalan informasi
adalah ciri Atestasi. Atestasi adalah suatu
pernyataan pendapat atau perimbangan
seseorang yang independen dan kompeten
mengenai kesesuaian, dalam segala hal yang
signifikan, asersi suatu entitas dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
Atestasi adalah salah satu jasa Asurans.
Asurans mempunyai makna yang lebih luas
dari Atestasi.

Ada
1.

2.
3.

4.
5.

5 unsur penugasan asurans, yakni:


Hubungan Tripartit
Suatu perikatan asurans melibatkan 3 pihak: Praktisi,
Penanggung jawab dan Pengguna yang dituju.
Pokok Tugas dan Informasi Pokok Tugas
Kriteria
Kriteria yang digunakan adalah standar yang dipakai
untuk menyusun laporan keuangan seperti PSAK,
IFRS, dll.
Bukti
Bukti harus cukup dan tepat
Laporan Asurans
Dalam penugasan asurans, praktisi menyiapkan
laporan tertulis berisi kesimpulan yang menegaskan
asurans yang diperolehnya tentang informasi pokok
tugas.

D. KANTOR AKUNTAN PUBLIK


UU RI No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan
Publik mengatur segala kegiatan Akuntan
Publik.
Akuntan Publik adalah seseorang yang
telah memperoleh izin untuk memberikan
jasa-jasa sebagaimana diatur dalam
undang-undang.
KAP adalah badan usaha yang didirikan
berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan mendapatkan
izin usaha berdasarkan undang-undang.

Mengenai

jasa-jasa yang dapat diberikan


Akuntan Publik, undang-undang
menjelaskan sebagai berikut,
1. Jasa Asurans
2. Jasa Audit atas informasi keuangan
historis
3. Jasa Review atas informasi keuangan
historis
4. Jasa Asurans lainnya
5. Jasa lainnya yang berkaitan dengan
akuntansi, keuangan, dan manajemen

Undang-undang

menetapkan ketentuan
yang membatasi pemberian jasa audit,
sebagai berikut: Pemberian jasa audit
oleh Akuntan Publik dan/KAP atas
informasi keuangan historis suatu klien
untuk tahun buku yang berturut-turut
dapat dibatasi dalam jangka waktu
tertentu.
Undang-undang menetapkan KAP dapat
berbentuk usaha perseorangan;
persekutuan perdata; firma; atau bentuk
usaha lain yang sesuai dengan
karakteristik profesi Akuntan Publik

E. KANTOR JASA AKUNTANSI


Berbeda dengan KAP, KJA tidak dipayungi
oleh undang undang, melainkan oleh
Peraturan Menteri Keuangan No:
25/PMK.01/2014 tentang Akuntan
Beregister Negara.
Akuntan yang beregister negara dapat
mendirikan KJA. KJA memberikan jasa
akuntansi seperti jasa pembukuan, jasa
kompilasi laporan keuangan, jasa
manajemen, akuntansi manajemen,
konsultasi manajemen, jasa perpajakan,
dll.

KJA

dilarang memberikan jasa asurans


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(1) UU No.5 Tahun 2011 tentang Akuntan
Publik. KJA yang memberikan jasa asurans
dikenai sanksi administratif.
KJA berbentuk usaha: perseorangan;
persekutuan perdata; firma; koperasi;
atau perseroan terbatas. KJA yang
berbentuk usaha lain dari kelima bentuk
usaha tersebut, dikenai sanksi
adiministratif.

LAMPIRAN 1
PENUGASAN ASURANS (ASSURANCE
ENGAGEMENT)
Pembahasan dibawah ini merupakan terjemahan
bebas dari beberapa alinea dalam International
Frameworks for Assurance Engagement
(selanjutnya disebut Framework). Framework ini:
a. Mendefinisikan dan menjelaskan unsur unsur
dalam perikatan asurans;
b. Mengidentifikasi ISAs, ISREs dan ISAEs yang
berlaku untk jenis perikatan asurans tertentu;
c. Tidak mengatur standar atau ketentuan yang
menjadi kewajiban dalam melaksanakan
perikatan asurans

Lingkup

Framework
Framework mendefinisikan assurance
engagement (penugasan asurans)
sebagai berikut.
Penugasan asurans adalah penugasan
dimana praktisi memberikan kesimpulan
yang dirancang untuk menaikkan tingkat
kepercayaan dari pengguna yang dituju,
yang bukan pihak yang bertanggung
jawab atas hasil evaluasi atau pengukuran
suatu pokok tugas terhadap kriteria.

Tidak semua penugasan yang dilakukan


para praktisi merupakan perikatan
asurans. Kondisi mengenai penugasan
(engagement circumstances) bisa berbeda
dari suatu penugasan ke penugasan
lainnya. Kondisi mengenai penugasan
(engagement circumstances) meliputi
syarat-syarat penugasan (term of
engagement), termasuk apakah:
a. Penugasan itu merupakan penugasan
dengan asurans memadai (reasonable
assurance engagement) atau penugasan
dengan asurans terbatas (limited
assurance engagement);

b.
c.
d.
e.

f.

Ciri pokok tugas (characteristics of the


subject matter);
Kriteria yang digunakan;
Kebutuhan dari Pengguna yang dituju;
Ciri relevan dari Penanggung Jawab
(relevant characteristics of the
responsible party) dan lingkungannya;
Hal-hal lain seperti peristiwa (event),
transaksi, kondisi dan praktik/kebiasaan
yang bisa berdampak signifikan pada
penugasan, contoh: penyusunan SPT PPh
tanpa kesimpulan yang bermakna
pemberian suatu asurans

Penugasan berikut yang tidak perlu


dilaksanakan sesuai Framework ini:
1) Pemberian kesaksian di pengadilan
mengenai accounting, auditing,
perpajakan atau hal lain; dan
2) Penugasan yang meliputi pemberian opini
profesinal, pandangan (views), atau
kata-kata yang oleh Pengguna bisa
disimpulkan ada asurans yang diberikan.
Seorang praktisi menerima penugasan
asurans hanya jika ia mempunyai
pengetahuan awal mengenai kondisi
penugasan yang mengindikasikan:

1)

2)
a.
b.

c.

Persyaratan etika yang relevan, seperti


independensi dan kompetensi profesional
bisa dipenuhi; dan
Penugasan yang akan ditangani memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
Pokok tugasnya tepat.
Kriteria yang akan dipergunakan
memang cocok dan tersedia atau dapat
disediakan untuk Pengguna yang dituju.
Praktisi mempunyai akses kepada bukti
yang cukup dan tepat untuk mendukung
kesimpulannya.

Kesimpulan Praktisi, dalam bentuk yang


tepat untuk penugasan asurans yang
memadai atau penugasan terbatas,
harus disampaikan dalam laporan
tertulis.
e. Praktisi puas bahwa penugasan itu
mempunyai tujuan rasional.
Jika suatu penugasan tidak dapat diterima
sebagai penugasan asurans karena tidak
memenuhi ciri-ciri yang disebut diatas,
pemberi tugas mungkin dapat
menemukan penugasan lain yang dapat
memenuhi kebutuhan pengguna.
d.

Contoh:
1) Jika kriteria semula tidak cocok,
penugasan asurans masih bisa
dilaksanakan kalau:
a. Pemberi tugas dapat menemukan aspek
tertentu dari pokok tugas semula yang
kriterianya cocok, atau
b. Kriteria lain yang cocok untuk pokok
tugas semula dapat dipilih atau
dikembangkan.
2) Pemberi tugas dapat mengubah
permintannya.

LAMPIRAN 2
ATTESTATION ENGAGEMENT DAN DIRECT
ENGAGEMENT
1. Dalam attestation engagement, orang yang
melakukan pengukuran atau evaluasi, yang
bukan Praktisi, mengukur atau
mengevaluasi pokok kajian terhadap
kriteria, yang hasilnya adalah informasi
pokok kajian. Peran Praktisi disini
memperoleh bukti yang cukup dan tepat
untuk memberikan kesimpulan apakah
informasi pokok kajian yang dibuat oleh
measurer or evaluator, bebas dari salah saji
yang material.

2.

3.

4.
a.

b.

Dalam direct engagement, Praktisi, mengukur atau


mengevaluasi pokok kajian terhadap kriteria, dan
menyampaikan hasilnya sebagai bagian dari atau terlampir
pada laporan asurans.
Dalam suatu direct engagement, Praktisi juga menerapkan
keahlian/keterampilan dan teknik asurans untuk
mendapatkan bukti yang cukup dan tepat untuk
menyimpulkan apakah informasi pokok kajian disalahsajikan
secara material.
Nilai dari suatu direct engagement terletak pada kombinasi
dari:
Independensi Praktisi dari pokok kajian, Pemberi Tugas,
Pengguna yang dituju dan Penanggung Jawab, meskipun ia
tidak independen terhadap informasi pokok kajian karena ia
yang menyusun informasi pokok kajian, dan
Keterampilan dan teknis asurans yang dipakai Praktisi ketika
mengukur atau mengevaluasi pokok kajian, berdampak
positif dalam mengumpulkan bukti dalam kuantitas dan
kualitas seperti pada suatu attestation engagement.

REVIU ATAS INFORMASI


KEUANGAN INTERIM YANG
DILAKSANAKAN OLEH AUDITOR
INDEPENDEN ENTITAS
STANDAR PERIKATAN REVIU 2410

PENDAHULUAN
Tujuan SPR ini adalah untuk menetapkan
standar dan menyediakan panduan tentang
tanggung jawab profesional auditor ketika
auditor melaksanakan perikatan untuk
meriviu informasi keuangan interim klien
audit, dan bentuk serta isi laporan.
. Untuk tujuan SPR ini, informasi keuangan
interim adalah informasi keuangan yang
disusun dan disajikan sesuai dengan suatu
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
dan terdiri dari satu ringkas laporan
keuangan untuk suatu periode yang lebih
pendek daripada tahun buku entitas.
A.
.

B.
1.

2.

3.

PRINSIP PRINSIP UMUM REVIU atas


INFORMASI KEUANGAN INTERIM
Auditor harus mematuhi ketentuan etika yang
relevan dengan audit atas laporan keuangan
tahunan entitas.
Auditor harus mengimplementasikan prosedur
pengendalian mutu yang berlaku untuk setiap
perikatan.
Auditor harus merencanakan dan melaksanakan
reviu dengan suatu sikap skeptisime
profesional, dengan mengakui bahwa kondisi
mungkin ada yang menyebabkan informasi
keuangan interim memerlukan penyesuian
material untuk dapat disusun, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku.

C.
1.

2.

TUJUAN SUATU PERIKATAN REVIU atas


INFORMASI KEUANGAN INTERIM
Untuk memungkinkan auditor menyatakan
kesimpulan apakah, atas dasar reviu, ada halhal yang menjadi perhatian auditor yang
menyebabkan auditor yakin bahwa informasi
keuangan interim tidak disusun, dalam semua
hal yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keungan yang berlaku.
Suatu reviu atas informasi keuangan interim
tidak menyediakan suatu basis untuk
menyatakan suatu opini apakah informasi
keuangan disajikan secara wajar, dalam semua
hal yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keungan yang berlaku.

3.

Suatu reviu, yang sangat berbeda


dengan suatu audit, tidak dirancang
untuk memperoleh keyakinan memadai
bahwa informasi keuangan interim
adalah bebas dari kesalahan penyajian
material.

D.

PERSETUJUAN DAN KETENTUAN


PERIKATAN
Auditor dan klien harus menyepakati
ketentuan perikatan
Ketentuan perikatan biasanya dicatat
dalam suatu surat perikatan.

1.
2.

E.
1.

2.

3.
4.

PROSEDUR UNTUK REVIU ATAS INFORMASI


KEUANGAN INTERIM
Auditor harus memiliki pemahaman tentang entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internal yang
terkait dengan penyusunan informasi keuangan tahunan
maupun interim, yang cukup untuk merencanakan dan
melaksanakan perikatan sedemikian rupa.
Dalam merencanakan suatu reviu atas informasi
keuangan interim, auditor memperoleh suatu pemahaman
yang cukup tentang pengendalian internal yang berkaitan
dengan penyusunan informasi keuangan interim yang
kemungkinan berbeda dari pengendalian internal yang
berkaitan dengan informasi keuangan tahunan.
Auditor menggunakan pemahaman tentang entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internal.
Auditor menentukan sifat prosedur reviu, jika ada, yang
harus dilakukan untuk komponen dan jika relevan,
mengomunikasikan hal-hal ini ke auditor lain yang terlibat
dalam reviu.

5.

6.

7.

8.

9.

Untuk merencanakan dan melaksanakan suatu reviu atas


informasi keuangan interim, auditor yang baru ditunjuk,
yang belum melaksanakan suatu audit atas laporan
keuangan tahunan berdasarkan SA, harus memperoleh
pemahaman tentang entitas dan lingkungannya, termasuk
pengendalian internalnya, yang berkaitan dengan
penyusunan informasi keuangan tahunan dan interim.
Auditor dapat melaksanakan beberapa prosedur reviu
sebelum atau secara simultan dengan penyusunan
informasi keuangan interim entitas.
Auditor yang melaksanakan reviu atas informasi keuangan
interim juga melakukan perikatan untuk melaksanakan
suatu audit atas laporan keuangan tahunan entitas.
Suatu reviu atas informasi keuangan interim biasanya
tidak mengharuskan penguatan atas permintaan
keterangan tentang ligiatasi atau klaim.
Auditor harus memperoleh bukti bahwa informasi
keuangan interim cocok dengan atau direkonsiliasi dengan
catatan akuntansi yang mendasarinya.

F.
1.

2.

3.

EVALUASI ATAS KESALAHAN PENYAJIAN


Auditor harus mengevaluasi, secara individual
atau agregasi, apakah kesalahan penyajian
yang tidak dikoreksi yang menjadi perhatian
auditor adalah material terhadap informasi
keuangan interim.
Auditor menggunakan pertimbangan profesional
dalam mengevaluasi materialitas kesalahan
penyajian yang tidak dikoreksi oleh entitas.
Auditor dapat menetapkan suatu jumlah yang
dibawah jumlah tersebut kesalahan penyajian
tidak perlu diagregasikan, karena auditor
mengharapkan bahwa agregasi jumlah tersebut
secara jelas tidak akan mempunyai suatu
dampak material terhadap informasi keuangan
interim.

Perikatan untuk Reviu


atas Laporan Keuangan
Standar Perikatan Reviu 2400

Anda mungkin juga menyukai