Anda di halaman 1dari 26

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN


RENCANA KERJA DAN ANGGARAN (RKA)
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
PERHUBUNGAN
(PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM 3 TAHUN
2014)
DISAMPAIKAN OLEH

KEPALA BIRO PERENCANAAN


KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Jakarta, Oktober 2014

(ALUR PIKIR PENGUATAN


PERENCANAAN)
KONDISI SAAT INI
Transpar
an
Partisipa
TRANSPARAN
tif
TRANSPARAN
Kurang
Kurang Tersosialisasi
Tersosialisasi Akuntabe
Kurang
Kurang Terbuka
Terbuka
l
Belum
Belum adanya
adanya PROTAP
PROTAP
Belum
struktur
Inovatif
Belum Terukur
Terukur (spesifikasi,
(spesifikasi,
struktur

KURANG
1.
1.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
2.
2.
.
.
.
.
.
.
.
.
3.
3.
.
.
.
.
.
.
.
.
4.
4.
.
.
.
.
.
.

biaya,
biaya, jumlah
jumlah dan
dan tempat)
tempat)
Belum
memanfaatkan
Belum memanfaatkan Teknologi
Teknologi
informasi
informasi
Belum
Belum ada
ada database
database perencanaan
perencanaan
PARTISIPATIF
PARTISIPATIF
Subyektifitas
Subyektifitas lebih
lebih kuat
kuat
Kurang
maksimal
Kurang maksimal peran
peran stakholder
stakholder
Belum
Belum seimbangnya
seimbangnya peran
peran
Pemerintah
Pemerintah Pusat
Pusat dan
dan Pemerintah
Pemerintah
Daerah
Daerah
Dominasi
Dominasi kepentingan
kepentingan tertentu
tertentu
AKUNTABEL
AKUNTABEL
Kurang
Kurang efektif
efektif dan
dan efisien
efisien
Kurang
manfaat
Kurang manfaat
Belum
Belum berkesinambungan
berkesinambungan
(suistanable)
(suistanable)
Ketidakjelasan
Ketidakjelasan asset
asset
INOVATIF
INOVATIF
Perencanaan
Perencanaan belum
belum strategis
strategis
Belum
mengoptimalkan
Belum mengoptimalkan
pemanfaatan
pemanfaatan IPTEK
IPTEK
Belum
Belum memperhatikan
memperhatikan faktor
faktor

PROSES
Penguatan
Penguatan perencanaan
perencanaan
melalui
peningkatan
melalui peningkatan ::
1.
1. Sistem
Sistem Perencanaan
Perencanaan
2.
2. Konsep
Konsep Perencanaan
Perencanaan
3.
Regulasi
3. Regulasi Perencanaan
Perencanaan
4.
4. Evaluasi
Evaluasi Perencanaan
Perencanaan

1.
1.
.
.
.
.
.
.
.
.

1.
1. Revisi
Revisi KM
KM no
no 31
31 tahun
tahun
2006
tentang
Pedoman,
2006 tentang Pedoman,
Penyusunan
Penyusunan dan
dan Proses
Proses
Perencanaan
Perencanaan
Perhubungan
Perhubungan
2.
2. PM
PM no
no 3
3 tahun
tahun 2014
2014
tentang
pedoman
tentang pedoman
penyusunan
penyusunan RKA
RKA di
di
lingkungan
Kemenhub
lingkungan Kemenhub
3.
3. Standar
Standar Biaya
Biaya Khusus
Khusus
Kemenhub
Kemenhub
4.
4. E-planning
E-planning
5.
5. E-performance
E-performance
6.
6. Terbentuk
Terbentuk Tim
Tim
Percepatan
Percepatan
OUTPUT/OUTCOMES
penyelesaian
OUTPUT/OUTCOMES
penyelesaian Rencana
Rencana
Induk
PEMBANGUNAN
Induk
PEMBANGUNAN

.
.

OPTIMAL
OPTIMAL

.
.

2.
2.
.
.
.
.
.
.
.
.
3.
3.
.
.
.
.
.
.
.
.
4.
4.
.
.
.
.
.
.

KONDISI YANG
DIINGINKAN

TRANSPARAN
TRANSPARAN
Tersosialisasi
Tersosialisasi
Terbuka
Terbuka
Adanya
Adanya PROTAP
PROTAP
Terukur
Terukur (spesifikasi,
(spesifikasi,
struktur
struktur biaya,
biaya, jumlah
jumlah dan
dan
tempat)
tempat)
Memanfaatkan
Memanfaatkan Teknologi
Teknologi
informasi
informasi
Tersedianya
Tersedianya Database
Database
perencanaan
perencanaan
PARTISIPATIF
PARTISIPATIF
Obyektif
Obyektif
Peran
Peran serta
serta stakholder
stakholder
Keseimbangan
Keseimbangan peran
peran
Pemerintah
Pusat
Pemerintah Pusat dan
dan
Pemerintah
Pemerintah Daerah
Daerah
Dominasi
Dominasi kepentingan
kepentingan yang
yang
proporsional
proporsional
AKUNTABEL
AKUNTABEL
Efektif
Efektif dan
dan efisien
efisien (output)
(output)
Bermanfaat
Bermanfaat (outcomes)
(outcomes)
Berkesinambungan
Berkesinambungan
Kejelasan
Kejelasan dan
dan kepastian
kepastian
asset
asset
INOVATIF
INOVATIF
Perencanaan
Perencanaan strategis
strategis
Memanfaatkan
Memanfaatkan IPTEK
IPTEK
Memperhatikan
Memperhatikan faktor
faktor
lingkungan
lingkungan

MAKSUD DAN TUJUAN


MAKSUD (Pasal 2)
Maksud ditetapkannya Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran di lingkungan Kementerian Perhubungan ini adalah
sebagai panduan bagi seluruh unit kerja di lingkungan
Kementerian Perhubungan dalam penyusunan rencana kerja dan
anggaran dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan.

TUJUAN (Pasal 3)
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran yang :
1. Tertib, efisien, efektif, ekonomis, transparan, partisipatif,
inovatif dan akuntabel, memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan.
2. AMAN Untuk Semua Pihak yang Terkait.

ACUAN DAN PENDEKATAN


(Pasal 4)
ACUAN PENYUSUNAN RKA (Ayat 1)
1.
2.
3.
4.
5.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN);.


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Rencana Strategis Kementerian.
Rencana Induk.
Sistem Transportasi Nasional yang dijabarkan dalam Tataran
Transportasi Nasional, Tataran Transportasi Wilayah dan Tataran
Transportasi Lokal.
6. Kebijakan Nasional yang ditetapkan oleh Presiden yang tertuang dalam
Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
7. Aspirasi DPR-RI yang diusulkan pada saat Rapat Kerja dan/atau Rapat
Dengar Pendapat yang telah memenuhi kriteria perencanaan.
PENDEKATAN PENYUSUNAN RKA (Ayat 2)

1.
2.
3.
4.

Penganggaran Terpadu;.
Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK).
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM).
Pendekatan Bottom Up Planning dan Top Down Planning.

PRIORITAS PENGALOKASIAN
ANGGARAN (Pasal 6)
1. Mendukung pencapaian sasaran prioritas Pembangunan Nasional;
2. Pemenuhan kebutuhan anggaran operasional dasar : gaji, honorarium dan

tunjangan, operasional dan pemeliharaan perkantoran.


3. Penyediaan dana pendamping/local cost.
4. Kegiatan lanjutan/penyelesaian pembangunan.

Kegiatan kontrak tahun jamak/multiyears.


Pelayanan keperintisan.
Pembangunan fasilitas keselamatan transportasi.
Pertimbangan politis : pembangunan KTI, Daerah Rawan Bencana,
Kawasan Tertinggal, Terdepan dan Terluar.
9. Pelaksanaan Inpres-Inpres dalam rangka percepatan pembangunan
wilayah.
10. Pembangunan Sumber Daya Manusia.
11. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Inovasi Bidang
Perhubungan.
5.
6.
7.
8.

PROSES/TAHAPAN
PENYUSUNAN RKA

RKA
Trilateral
Meeting

Pagu
Kebutuhan

Januari Maret

April

Penelitian
Alokasi
Anggaran

Nota
Keuangan Alokasi
Pagu
Anggaran
Anggaran

Mei

Juli

November

Agustus
Oktober

Penelitian
Koordinasi di Pagu
Pagu
Pemerintah Indikatif
Propinsi
Musren- Anggaran
bangnas

Terbit DIPA
Batas Akhir
Persetujua
n DPR

Waktu Konsultasi
dg DPR
(Raker/RDP)

PEMBAHASAN TERPADU PENYUSUNAN PAGU KEBUTUHAN


(Pasal 7-12)
1

UPT/Satker/BUM
N
Usulan
Kegiatan
2

Gubernur/Kadis
hub
Usulan
Kegiatan di
Biayai
APBN dari
Kab/Kota

Unit Eselon I
dapat melakukan
koordinasi awal
melibatkan unit kerja
masing-masing untuk
penyusunan rencana
kegiatan berdasar :
kebutuhan , memadukan
usulan rencana kerja
baik dari segi teknis
operasional, pendanaan
& sinkronisasi antar jenis
kegiatan.6
MENHUB

MENKEU +
KABAPPENAS

Pagu
Kebutuhan

Pagu
Kebutuhan

Catatan : Pembahasan Terpadu Paling Lambat


Bulan Maret

Pembahasan
Terpadu
1. Koordinator
: Biro
Perencanaan.
2. Unit Kerja Yang
Dilibatkan : Unit Kerja
Eselon I, UPT/Satker,
Pemerintah Propinsi
(Dishub), BUMN.
3. ITJEN sebagai Pendamping
dan Biro Keuangan sebagai
Nara Sumber.
4. Dituangkan dalam Berita
Acara.
5

Rapat Pleno
1. Tujuan : Menetapkan Pagu
Kebutuhan.
2. Dipimpin Wamenhub/Sesjen,
Dihadiri Eselon I dan Eselon II.
3. Dimungkinkan Penyesuian Thd
Volume, Biaya & Lingkup
Kegiatan.
4. Dituangkan dalam Berita Acara
yang ditandatangan Eselon I,
Rincian Diparaf Eselon II
8

PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN


BERDASARKAN PAGU KEBUTUHAN (Pasal 7-12)
1. PEMRAKARSA (Pasal 7 Ayat 1-8)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT)


Kepala Satuan Kerja/Direktur
Bupati/Walikota (dikoordinasikan oleh Gubernur )
Gubernur
Direktur Utama Badan Usaha Milik Negara
Menteri dan Kepala Lembaga Non Kementerian lainnya
Masyarakat

2. HASIL PEMBAHASAN TERPADU (Pasal 10-12)


a. Dilaporkan kepada Menteri dan merupakan kebutuhan RKA
Kementerian Perhubungan.
b. Disampaikan kepada Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas dan Kementerian Keuangan.
c.

d.

e.
f.

Dituangkan
dalam
Berita
Acara
pembahasan
dan
ditandatangani oleh Tim Pembahas dan Perwakilan Satker/UPT,
Perwakilan Dinas Perhubungan Provinsi serta Perwakilan
Inspektorat Jenderal.
Disahkan melalui Rapat Pleno dipimpin oleh Wakil Menteri
Perhubungan dan/atau Sekretaris Jenderal, dihadiri oleh seluruh
Pejabat Eselon I dan Pejabat Eselon II.
Dalam Rapat Pleno dimungkinkan terjadi penyesuaian/perubahan
antara lain pada volume, biaya dan lingkup kegiatan.
Rekapitulasi Pagu Kebutuhan dituangkan dalam berita acara yang
ditandatangani Pejabat Eselon I terkait, dengan rincian kegiatan
diparaf
oleh
Kepala
Biro
Perencanaan
dan
Sesitjen/Sesditjen/Sesbadan terkait dan Kepala Biro/Kepala
Pusat/Ketua Mahpel/Sekretaris KNKT untuk Unit Kerja Sekretariat
Jenderal.
10

PENYUSUNAN PAGU INDIKATIF


(Pasal 13-15)
1

MENKEU + KABAPPENAS
SB Ttg
Pagu
Indikatif

RKP

Trilateral
Meeting
1. Unit Eselon I
Menyiapkan
Dokumen RENJA dan
dikoordinasikan oleh
Biro Perencanaan.
2. Hasil
Trilateralmeeting
Sebagai Masukan
Untuk Penyusunan
RKP.
3. Dimungkinkan
Adanya Kegiatan
5
New Initiative.
MUSRENBANGNA

Unit Eselon I

1. Sesditjen/Sesbadan/Karoren
Menyiapkan Rancangan
Rincian Kegiatan Berdasar
Pagu Indikatif.
2. Dibahas dlm Forum Dipimpin
Eselon I dihadiri Eselon II.
3. Dituangkan dalam Berita
Acara. Yg ditandatangan
Eselon I dan II.
4. Diinformasikan kepada
UPT/Satker.
4

MENHUB (c.q
SESJEN)
Rincian Kegiatan
Sesuai Pagu
Indikatif

Catatan :
1. Waktu : April-Mei.
2. Rincian Kegiatan Pagu Indikatif Harus Berdasar Skala Prioritas Kegiatan
Pada Pagu Kebutuhan.
3. Bila Usulan Tidak Terdapat Pada Pagu Kebutuhan Harus Mendapat11

11

PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN


BERDASARKAN PAGU INDIKATIF (Pasal 13-15)
PENYUSUNAN PAGU INDIKATIF (Pasal 13)

a. berpedoman pada surat Pagu Indikatif yang ditetapkan


b.
c.
d.
e.
f.
g.

Menteri Keuangan dan Menteri PPN/Kepala Bappenas.


Sesditjen/Sesbadan/Karoren Menyiapkan Rancangan
Rincian Kegiatan Berdasar Pagu Indikatif.
Dibahas dalam Forum Dipimpin Eselon I dihadiri Eselon
II.
Dituangkan dalam Berita Acara. Yg ditandatangan
Eselon I dan II.
Diinformasikan kepada UPT/Satker
Kegiatan Harus Terdapat Dalam Pagu Kebutuhan,
Apabila TIDAK harus mendapat persetujuan Menteri.
Dilaporkan Kepada Menteri Perhubungan Melalui
Sekretariat Jenderal (c.q Biro Perencanaan).
12

PENYUSUNAN DAN PENELITIAN PAGU ANGGARAN


(Pasal 16-18)
1

Kemkeu

Pagu
Anggaran
K/L

Unit Eselon I

Satker

Eselon I

RKA-K/L
RKA-Satker
1. Meneliti :
Eselon I &
& KK Satker
total pagu dan rincian sumber
dok
dana.
pndkng
alokasi angka dasar dan inisiatif
7
baru.

Biaya Operasional dan Non Opr.


RKA-K/L
ITJEN
2. Mengecek target kinerja (volume
Eselon I yg
Ouput untuk masing2 Kegiatan).
sdh diteliti
3.
Menyusun Daftar rincian alokasi
5
& dok
Reviu RKABiro
pagu per satker :
pndkng
K/L Eselon I
Perencana
Total pagu dan sumber dana.
an
Target kinerja per Satker.
4. Menyiapkan dokumen pendukung :
RKA-K/L
TOR/RAB dan dok. pendukung
8
Eselon
I
Proses Penelitian
1. Konsistensi pencantuman
sasaran kinerja dalam
RKA-K/L
terkait lainnya. (inisiatif
dengan Renja K/L dan RKP;
Sekjen/Ses
baru/baseline yg berubah).
2. Kesesuaian total pagu dan rincian sumber dana dalam RKA-men/Ses
K/L dengan Pagu Anggaran K/L
3. Kepatuhan dalam penerapan kaidah-kaidah penganggaran
al : penerapan SBM dan SBK, kesesuaian akun/jenis belanja,
6
CHP (Catatan
hal-hal yang dibatasi atau dilarang, pengalokasian anggaran
Hasil
untuk kegiatan yang didanai dari PNBP, PHLN, PHDN, SBSN
Penelitian)
BLU, dan kontrak tahun jamak;
4. Kelengkapan dokumen pendukung RKA-K/L al : RKA Satker,
TOR/RAB, dan dokumen pendukung terkait lainnya;
Catatan :
5. Kepatuhan dalam pencantuman tematik APBN.
1. Pada Akhir Juli Aplikasi Data Komputer (ADK) RKA-K/L Harus di Upload di DJA Sebagai
Lampiran Nota Keuangan
2. Rincian Kegiatan Pagu Anggaran Harus Berdasar Skala Prioritas Kegiatan Pada Pagu
13
13
Kebutuhan.

PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN,


PELAKSANAAN PENELITIAN SERTA REVIU BERDASARKAN
PAGU ANGGARAN (Pasal 16-18)
PENYUSUNAN PAGU ANGGARAN (Pasal 16)
1. Sekretaris Inspektorat Jenderal, Sekretaris Direktorat Jenderal, Sekretaris Badan
dan Kepala Biro Perencanaan menyiapkan rancangan rincian kegiatan Pagu
Anggaran bersama Eselon II dan UPT/Satker di lingkungan unit organisasi Eselon I.
2. Rancangan rincian kegiatan dalam Pagu Anggaran dibahas dalam forum yang
dipimpin oleh Pejabat Eselon I sebagai penanggung jawab program dengan
mengundang Unit Kerja Eselon II di lingkungannya.
3. Hasil pembahasan Pagu Anggaran dituangkan dalam berita acara dan
ditandatangani oleh Pejabat Eselon I dan Pejabat Eselon II.
4. Pejabat Eselon I menyusun RKA Kementerian per program berdasarkan Pagu
Anggaran yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan dan Renja-K/L (Pagu
Indikatif), RKP, standar biaya dan Kebijakan Pemerintah lainnya serta skala
prioritas dari Pagu Kebutuhan.
5. Diinformasikan kepada UPT/Satker .
6. Kegiatan Harus Terdapat Dalam Pagu Kebutuhan, Apabila TIDAK harus mendapat
persetujuan Menteri.
7. RKA beserta dokumen pendukungnya yang disusun menggunakan format aplikasi
RKA-K/L dan telah ditandatangani pejabat terkait, disampaikan oleh Pejabat Eselon
I kepada : ITJEN untuk direviu dan Sekretaris Jenderal c.q. Biro Perencanaan untuk
diteliti.

14

Lanjutan.....
PENELITIAN SERTA REVIU (Pasal 17 - 18)
1. Reviu dan penelitian RKA dilakukan melalui verifikasi atas kelengkapan
dan kebenaran dokumen yang dipersyaratkan serta kepatuhan dalam
penerapan kaidah-kaidah perencanaan penganggaran antara lain :
a. Konsistensi pencantuman sasaran kinerja dalam RKA dengan Renja

K/L dan RKP;


b. Kesesuaian total pagu dan rincian sumber dana dalam RKA dengan

Pagu Anggaran;
c. Kepatuhan dalam penerapan kaidah-kaidah penganggaran al :

penerapan SBM dan SBK, kesesuaian akun/jenis belanja, hal-hal


yang dibatasi atau dilarang, pengalokasian anggaran untuk
kegiatan yang didanai dari PNBP, PHLN, PHDN, SBSN BLU, dan
kontrak tahun jamak;
d. Kelengkapan dokumen pendukung : RKA Satker, TOR/RAB, dan

dokumen pendukung terkait lainnya;


e. Kepatuhan dalam pencantuman tematik APBN.

2. RKA yang telah disempurnakan sesuai rekomendasi penelitian dan


reviu serta ditandatangani oleh Pejabat Eselon I disampaikan kepada
Menteri (dikoordinasikan Sesjen) selanjutnya digunakan Sebagai
Bahan Konsultasi dengan DPR-RI serta disampaikan Kepada Menteri
Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala15

PENYUSUNAN DAN PENELITIAN ALOKASI ANGGARAN


(Pasal 20-21)
1

Kemkeu
Surat
Menkeu
Alokasi
Anggaran

Komisi
terkait
DPR
Penyesuaia
n RKA-K/L
yg tlh
diteliti

Unit Eselon I
1. Meneliti :
Penyesuaian total pagu dan
rincian sumber dana.
alokasi angka dasar dan inisiatif
baru.
Biaya Operasional dan Non Opr.
2. Mengecek penyesuaian target
kinerja (volume Ouput untuk
masing2 Kegiatan).
3. Menyusun daftar rincian
penyesuaian alokasi pagu per
satker :
Penyesuaian pagu dan sumber
dana.
Penyesuaian target kinerja per
Satker.
4. Menyiapkan dokumen pendukung :
TOR/RAB dan dok. pendukung
terkait lainnya.
7
CHP (Catatan
Hasil
Penelitian)

RKA-K/L
berubah
?

Satker
Penyesuaia
n RKASatker

T
3

Setjen K/L

Penyesuaia
nRKA-K/L
Eselon I yg
sdh diteliti
& dok
pndkng

Proses Penelitian

Eselon I
Penyesuaia
nRKA-K/L
Eselon I

ITJEN
Penyesuaia
n RKA-K/L
Eselon I
6

Biro
Perencana
an

Penyesuaia
n RKA-K/L
Eselon I

Proses penelitian RKA untuk


Alokasi Anggaran berlaku SAMA
dengan penelitian RKA
berdasarkan Pagu Anggaran
16

16

PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN


BERDASARKAN ALOKASI ANGGARAN (Pasal 20-21)
PENYUSUNAN ALOKASI ANGGARAN (Pasal 20 - 21)
1. Pejabat Eselon I menyusun rincian kegiatan berdasarkan Alokasi
Anggaran yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan mengacu
kepada Pagu Anggaran, melalui forum yang dipimpin oleh Pejabat
Eselon I dengan mengundang Unit Kerja Eselon II di lingkungannya.
2. Rincian kegiatan dalam Alokasi Anggaran disampaikan kepada
Menteri sebagai bahan pembahasan dengan DPR RI dalam Rapat
Kerja dan Rapat Dengar Pendapat yang hasilnya dipergunakan
dalam penyesuaian RKA.
3. Hasil Pembahasan Dengan DPR RI Adalah Sebagai Berikut :
a. Rekapitulasi RKA Kementerian Per Program ditandatangani Pimpinan
DPR RI dan Sekretaris Jenderal atas nama Menteri.
b. Rekapitulasi hasil pembahasan RKA Kementerian Per Kegiatan
ditandatangani Pimpinan DPR RI dan Pejabat Eselon I terkait.

4. Perubahan-Perubahan Kegiatan RKA Hasil Pembahasan Dengan DPRRI yang Telah Disesuaikan Oeh Unit Kerja Eselon I diteliti kembali
oleh Sekretariat Jenderal c.q. Biro Perencanaan dan direviu kembali
oleh Inspektorat Jenderal.
17

PENELITIAN DAN REVIU ALOKASI ANGGARAN (Pasal 21 )


1. Jadwal pelaksanaan penelitian dan Reviu disesuaikan dengan
penerbitan Peraturan Menteri Keuangan tentang Alokasi Anggaran;
2. Kegiatan yang tidak lengkap data dukungnya tetapi tetap diusulkan
dalam RKA :
a. akan diberikan catatan bahwa anggaran dapat dicairkan apabila
sudah lengkap data dukungnya; atau
b. dimasukkan ke dalam output cadangan;
c. kegiatan yang diberikan catatan dan/atau masuk Output cadangan
dapat direalokasi/direvisi untuk kegiatan lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4) disampaikan
oleh Sekretaris Jenderal atas nama Menteri kepada Menteri Keuangan
c.q. Direktorat Jenderal Anggaran dan Menteri PPN/Kepala Bappenas
c.q. Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Nasional dan
dipergunakan sebagai acuan penelaahan dalam proses penyusunan
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).

18

KONTRAK TAHUN JAMAK

19

USULAN KONTRAK TAHUN JAMAK


(Pasal 19 Ayat 1-5)
1

UPT/Satker
Usulan
Kegiatan

MENKEU

MENHUB
Tembusan : Sesjen
dan Karo Keuangan
& Perlkp

Unit Eselon I
Mengkoordinasikan
kelengkapan data dukung :
1. Justifikasi.
2. TOR .
3. RAB dengan Analisa Harga
Satuan.
4. Spesifikasi Teknis : Gambar
Desain,
5. Lingkup Kegiatan.
6. Time Schedule.
7. Alokasi Anggaran Per-Tahun.
8. Rekapitulasi kontrak tahun
Jamak Unit Eselon I Terkait.
9. Mengisi Format Multiyears
Contract
6

MENHUB
Kelangkapa
n Data
Dukung

Kelengkapa
nData
Dukung

Proses Penelitian
1. Melakukan Evaluasi
Kelengkapan data
Dukung.

Biro
Keuangan
&Perlgkp
Kelengkapa
nData
Dukung

2. Melibatkan : Biro-Ren,
Biro Hukum & Unit
Eselon I Terkait.

Catatan : Kegiatan Yang Diusulkan Membutuhkan


Waktu Pelaksanaan Lebih dari 1 (satu) Tahun

20

20

KELENGKAPAN DATA DUKUNG USULAN KONTRAK


TAHUN JAMAK
(Pasal 19 Ayat 3)
1. Justifikasi

: alasan untuk dilakukan/dilaksanakan kontrak tahun yang


ditandatangani oleh Pejabat Eselon II terkait;
2. Kerangka Acuan Kerja/TOR yang telah ditandatangani Kepala Satker dan
disetujui oleh Direktur terkait dan berisi penjelasan logis mengenai kegiatan
yang menguraikan variabel 5 W+2 H (What, Why, Where, When, Who, How
dan How Much).
3. Rencana Anggaran Biaya/RAB yang ditandatangani oleh KPA dan disetujui
Pejabat Eselon III Terkait.
4. Analisa Harga Satuan dan Referensi Harga Satuan.
5. Gambar/design (spesifikasi teknis) secara menyeluruh.
6. Lingkup Kegiatan (Scope of work) secara keseluruhan pekerjaan.
7. Time schedule per tahun anggaran dan menyeluruh.
8. Alokasi dana dan RKA-KL pada masing-masing tahun yang diusulkan untuk
multiyears.
9. Rekapitulasi kontrak multiyears dari Unit Organisasi Eselon I terkait.
10. Konsep isian format multiyears contract.
21

DIPA, PERTANGGUNG
JAWABAN DAN ePLANNING

22

DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)

MEKANSIME (Pasal 22)


1. Mekanisme Penyusunan DIPA mengacu pada ketentuan yang diatur oleh

Menteri Keuangan;
2. Dalam rangka penyusunan DIPA Induk, Menteri selaku Pengguna Anggaran
menunjuk Pejabat Eselon I terkait sebagai pejabat penandatangan DIPA Induk.

PERTANGGUNG JAWABAN (Pasal 23)


Pertanggungjawaban pelaksanaan penyusunan RKA dan DIPA Kementerian
dilaksanakan secara berjenjang kepada atasan langsung.
.

e PLANNING (Pasal 24)


Dalam rangka mengoptimalkan transparansi dan dengan memanfaatkan
kemajuan teknologi maka proses penyusunan RKA Kementerian Perhubungan
secara bertahap diarahkan melalui proses e-planning.
.

23

APBN PERUBAHAN
(APBN-P)

24

KETENTUAN-KETENTUAN DALAM APBN-P


(Pasal 25 Ayat 1-4)
1. APBN-P Kementerian Perhubungan disusun setelah terbit Surat Menteri

Keuangan tentang APBN-P.


2. Program/kegiatan

yang dapat diusulkan dalam APBN-P adalah


Program/kegiatan yang ada di dalam Pagu Kebutuhan dan sudah masuk pada
catatan dalam Trilateral Meeting serta memenuhi kriteria yang diatur dalam
Surat Menteri Keuangan tentang APBN-P.

3. Usulan program/kegiatan di luar yang ada di Pagu Kebutuhan dapat diusulkan

setelah mendapatkan persetujuan dari Menteri.


4. Usulan program/kegiatan dalam APBN-P diusulkan oleh Pejabat Eselon I

kepada Menteri dengan tembusan Sekretaris Jenderal.


5. Sekretaris Jenderal a.n Menteri Mengusulkan kepada Menteri Keuangan dan

Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas setelah


mendapatkan persetujuan dari DPR-RI.

25

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai