Stratifikasi Sosial: Sutinah Departemen Sosiologi Fisip Universitas Airlangga
Stratifikasi Sosial: Sutinah Departemen Sosiologi Fisip Universitas Airlangga
Sutinah
Departemen Sosiologi
FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA
Stratifikasi Sosial/Pelapisan
Sosial
sebagai Pembedaan /
pengelompokan
penduduk/masyarakat kedalam
jenjang sosial yang bersifat
hierarkhis.
Bentuk-bentuk konkrit
Dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelas:
1. Ekonomis
2. Politis
3. Yang didasarkan pada jabatan-jabatan
tertentu dalam masyarakat
Pada umumnya bersifat kumulatif/saling
mempengaruhi.
Stratifikasi sosial
lebih berkenaan dengan adanya dua atau
Karakteristik Stratifikasi
Sosial
1. Kedudukan (status)
tempat seseorang dalam suatu pola tertentu
secara hirarhis
sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial, sehubungan dengan orang-orang
lain dalam kelompok tersebut,
tempat suatu kelompok sehubungan dengan
kelompok-kelompok lain di dalam kelompok yang
leih besar lagi.
Seseorang dapat memiliki beberapa
kedudukan.
Kekayaan
Kekuasaan
Ilmu Pengetahuan
Kehormatan
Kesalehan agama
Konflik Status
2. Peran ( role)
Artinya
Seseorang telah menjalankan hak-hak dan kewajibankewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka
orang tersebut telah melaksanakan sesuatu peran.
Keduanya tak dapat dipisahkan karena satu dengan
yang lain saling tergantung, artinya tidak ada peran
tanpa status dan tidak status tanpa peran.
Peran menentukan apa yang diperbuatnya bagi
masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang
diberikan masyarakat kepadanya.
Fungsi peran
Setiap
Peranindividu
dalammempunyai
Masyarakat
peran
yang
senantiasa berhubungan dengan beberapa
peran yang lain yang kemudian disebut
set of role.
Misal ; mahasiswa harus berhubungan
orang lain yang berperan sebagai dosen,
petugas administrasi, pimpinan fakultas,
penjaga parkir dan sebagainya.
Lanjutan
3. Dalam masyarakat kadang dijumpai individu
yang tak mampu melaksanakan perannya
sebagaimana diharapkan masyarakat role
distance (pemisahan individu dengan perannya)
terjadi apabila individu merasa tertekan karena
merasa dirinya tidak sesuai untuk
melaksanakan peran yang diharapkan
masyarakat)
4. Apabila semua orang sanggup dan mampu
melaksanakan perannya, belum tentu
masyarakat akan memberikan kesempatan yg
luas bagi semua orang
Kelemahan stratifakasi
sosial tertutup
Masyarakatnya statik dan apatis.
MENGAPA?
tidak mungkin untuk melakukan
perubahan stratifikasi sosial yang
telah ada dan yang digunakan oleh
masyarakat sebelumnya
Prespektif Tentang
Stratifikasi Sosial
Dua perspektif
1. Perspektif/Pendekatan Fungsional
menjawab bahwa pelapisan sosial adalah
sesuatu yang inheran dan diperlukan demi
kelangsungan sistem.
2. Perspektif/Pendekatan Konflik
menjawab sebaliknya dan menyatakan bahwa
timbulnya pelapisan sosial sesungguhnya
hanyalah ulah kelompok-kelompok elit
masyarakat yang berkuasa untuk
mempertahankan dominasinya.
Perbedaan Asumsi
1. Pendekatan Fumgsional
bertumpu kepada tradisi konservatif yang melihat stratifikasi
penting untuk memenuhi kebutuhan sosial masyarakat
secara keseluruhan.
Pandangan fungsional ini yakin bahwa tanpa adanya
pelapisan sosial, masyarakat justru akan kacau karena
akan ada peran-peran sosial tertentu yang mengalami
kekosongan pelaksana atau pemeran.
2. Pendekatan Konflik
mempertanyakan eksistensi dan makna dari pengertian
kebutuhan sosial.
Penganut pendekatan ini umumnya curiga bahwa di balik
alasan bahwa pelapisan sosial itu dibutuhkan bagi
kelangsungan sistem sosial sebenarnya merupakan
kamuflase dari kebutuhan-kebutuhan untuk
memperoleh barang dan jasa yang bernilai dan langka.
Pendekatan Fungsional
Pelopornya adalah Kingsley Davis dan Wilbert Moore.
stratifikasi dibutuhkan demi kelangsungan hidup masyarakat
yang membutuhkan pelbagai macam jenis pekerjaan
pelapisan sosial itu perlu ada agar masyarakat berfungsi,
berbagai lapisan dalam masyarakat bergerak bersama
untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat
Sistem pelapisan sebagai suatu ganjaran (atau hukuman)
bagi pelayanan yang diberikan agar memperlancar
masyarakat berfungsi.
Bagi penganut pendekatan fungsional stratifikasi sosial
sebagai suatu keperluan. yang muncul dari kebutuhan
masyarakat untuk menempatkan orang ke dalam posisi
yang membentuk stuktur sosial, dan mendorong agar
menjalankan tugas yang berhubungan dengan posisi
tersebut.
Pendekatan Konflik
Pelopornya Karl Marx,
pendekatan konflik berpandangan bahwa
bukan kegunaan fungsional yang menciptakan
stratifikasi sosial, melainkan dominasi
kekuasaan.
Artinya, adanya pelapisan sosial bukan
dipandang sebagai hasil konsensus --karena
semua anggota masyarakat menyetujui dan
membutuhkan hal itu-- tetapi lebih
dikarenakan anggota masyarakat terpaksa
harus menerima adanya perbedaan itu sebab
mereka tidak memiliki kemampuan untuk
menentangnya.
Lanjutan: Pendekatan
2. Pendekatan Subyektif
Artinya, munculnya pelapisan sosial dalam
masyarakat tidak diukur dengan kriteria-kriteria
yang obyektif, melainkan dipilih menurut
kesadaran subyektif warga masyarakat itu sendiri.
Berbeda dengan pendekatan obyektif dimana
peneliti bisa menyusun kategori statistik,
untuk pendekatan subyektif yang tersusun adalah
kategori sosial yang ditandai oleh kesadaran jenis.
Seseorang yang menurut kriteria obyektif
termasuk miskin, menurut pendekatan subyektif
ini bisa saja dianggap tidak miskin kalau ia sendiri
memang merasa bukan termasuk kelompok
masyarakat miskin.
Lanjutan: Pendekatan
3. Pendekatan Reputational
Artinya, pelapisan sosial disusun dengan cara
subyek penelitian diminta menilai status orang lain
dengan jalan menempatkan orang lain tersebut ke
dalam suatu skala tertentu.
Misal:
Untuk mencari siapakah di desa tertentu yang
termasuk kelas atas, peneliti yang menggunakan
pendekatan reputational bisa melakukannya dengan
cara menanyakan kepada warga desa tersebut
siapakah warga desa setempat yang paling kaya
atau menanyakan siapakah warga desa setempat
yang paling mungkin diminta pertolongan
meminjamkan uang dan sebagainya.