Anda di halaman 1dari 166

HUKUM PERUSAHAAN

* BUSINESS LAW *

Prof. Dr. Nindyo Pramono, S.H.,


M.S.
1

APA ITU PERUSAHAAN ?


Setiap bentuk usaha yang menjalankan
setiap jenis usaha yang bersifat tetap
dan terus menerus serta yang didirikan,
bekerja dan berkedudukan dalam
wilayah NKRI untuk tujuan memperoleh
keuntungan ( UU No.3/82 : WDP ).
Usaha : suatu tindakan, perbuatan atau
kegiatan di bidang perekonomian yang
dilakukan oleh pengusaha untuk tujuan
memperoleh keuntungan atau laba.
2

APA ITU PERUSAHAAN ?


Perusahaan : Setiap bentuk usaha yang
melakukan kegiatan secara tetap dan terus
menerus
dengan
tujuan
memperoleh
keuntungan
atau
laba,
baik
yang
diselenggarakan oleh orang perorangan
maupun badan usaha yang berbentuk
badan hukum atau bukan badan hukum,
yang didirikan dan berkedudukan dalam
wilayah Negara republik Indonesia ( Ps 1 (1)
UU No.8 Thn 97 Tg Dokumen Perusahaan.
3

SIAPA PENGUSAHA
Pengusaha : orang perorangan atau
persekutuan atau badan hukum yang
menjalankan suatu jenis usaha.
Menjalankan usaha : bila seseorang
secara terus menerus, terangterangan dan tidak terputus-putus
berhubungan dengan pihak ketiga
untuk tujuan mendapatkan
keuntungan atau laba.
4

APA KEWAJIBAN
PENGUSAHA
Membuat Daftar Perusahaan ( UU
No.3/82).
Membuat Dok Perusahaan ( UU No.8/97 ).
Daftar Perusahaan : bertujuan mencatat
bahan keterangan yang dibuat secara
benar dari suatu perusahaan dan
merupakan sumber informasi resmi untuk
pihak yang berkepentingan mengenai data
serta keterangan lain tentang suatu
perusahaan.
5

DOKUMEN
PERUSAHAAN

Dokumen Perusahaan : data, catatan dan


atau keterangan yang dibuat dan atau
diterima oleh perusahaan dalam rangka
pelaksanaan kegiatannya baik tertulis di
atas kertas atau saran lain maupun
terekam dalam bentuk corak apapun
yang dapat dilihat, dibaca atau didengar.
Dokumen Perusahaan : Dokumen
Keuangan dan Dokumen Lainnya.
6

DOKUMEN
PERUSAHAAN

Dokumen Keuangan : Catatan, Bukti Pembukuan


dan Data Pendukung Administrasi Keuangan
yang merupakan bukti adanya hak dan kewajiban
serta kegiatan usaha perusahaan.
Dokumen Lainnya : data atau setiap tulisan yang
berisi keterangan yang mempunyai nilai guna
bagi perusahaan meskipun tidak terkait langsung
dengan dokumen keuangan.
Usaha Perniagaan : segala sesuatu atau
keseluruhan atau kesemuanya dipergunakan
sebagai sarana untuk mendapatkan keuntungan.

BENTUK PERUSAHAAN
Perusahaan : Perusahaan Perorangan, mis : PB, UD,
Suplier, dsb.
Bukan Badan Hukum : Partenership ( Maatschap,
Perserikatan Perdata ) Ps 1618 1652 KUHPdt ,
Partnership ( Vennootschap Onder Firma, Firma),
Limited partnership ( Commanditaire Vennootschap,
Persekutuan Komanditer ) Ps 15 35 KUHD .
Badan Hukum : Corporation ( Corp ), Limited
Liability Company ( Ltd ) , Besloten Vennootschap
( BV ) , Naamlose Vennoootschap ( NV ), Perseroan
Terbatas ( PT ) Tbk atau Tertutup. UU No.40
Tahun 2007 Tg PT jo UU No.8 Thn 1995 Tg PM.

BADAN HUKUM
Badan Hukum : sesuatu oleh hukum diakui
atau dianggap sbg subyek hukum seperti
halnya orang. Subyek hukum : penyandang,
pembawa hak dan kewajiban. Orang adalah
terminoligi juridis yang dibedakan dengan
manusia sbg terminologi biologis. Orang
( de heersende leer/ajaran umum ) : orang
perorangan ( naturlijk persoon dan badan
hukum rechtspersoon ).
Ciri
badan hukum : kekayaan terpisah;
tujuan tertentu; kepentingan sendiri ;
organisasi yg teratur.
9

DOKTRIN KEKAYAAN
TERPISAH

Apa yang dimaksud dengan kekayaan


terpisah atau yang dipisahkan ( termasuk
kekayaan negara yang dipisahkan ) sudah
menjadi persoalan lama di kalangan teoritisi
hukum perdata dan hukum bisnis.
Bermula dari lahirnya teori badan hukum
(BH), apakah itu teori fiksi, teori harta
kekayaan atau teori organ, semuanya
menjelaskan bahwa salah satu ciri badan
hukum adalah adanya kekayaan terpisah.
Namun apa yang dimaksud dengan kekayaan
terpisah, tidak ditemukan penjelasannya.
Paling hanya dikatakan bahwa arti terpisah
adalah terpisah dari kekayaan si pendiri
badan hukum tersebut.
10

DOKTRIN KEKAYAAN
TERPISAH
Demikian pula ketika orang mempelajari bentuk-

bentuk perusahaan. Dimulai dari bentuk FA, CV yang


dalam KUHD dikenal sebagai bentuk perusahaan
yang bukan badan hukum, namun di dalam praktek
FA maupun CV selalu membuat kekayaan sendiri
terpisah dari kekayaan sekutunya.
Bahkan tidak jarang FA maupun CV sekarang sudah
lazim menyelenggarakan pembukuan yang demikian
rapi yang mengesankan bahwa perusahan itu
mempunyai kekayaan terpisah . Namun demikian
oleh KUHD, FA maupun CV belum dikategorikan
sebagai badan hukum. Secara teoritis, ada
sementara ahli seperti yang terjadi di dalam praktek
Notaris di Belanda dan Perancis, menyarankan
bahwa FA seyogyanya dikategorikan sebagai BH.
11

DOKTRIN KEKAYAAN
TERPISAH

Hal ini berkaitan dengan ketentuan Pasal


1381 KUHPerdata tentang cara mengakhiri
perikatan yang satu diantaranya adalah
dengan kompensasi.
Misalnya FA didirikan oleh A dan B dengan
nama FA AB. Kemudian masing-masing
sekutu berjanji memasukkan inbreng
sebesar Rp.10 juta. Namun dilain pihak
masing-masing sekutu itu juga saling
mempunyai piutang sebesar Rp.10 juta,--.
Kemudian mereka sepakat untuk mengakhiri
utang piutangnya dan memenuhi kewajiban
inbrengnya pada FA dengan jalan
mengkompensasikan utang piutang sekutu
tersebut.
12

DOKTRIN KEKAYAAN
TERPISAH
Jika suatu perusahaan didirikan dengan cara demikian,

itu bukan rohnya suatu perusahaan. Tidak masuk akal


hukum jika perusahaan didirikan dengan modal
dengkul . Lalu bagaimana halnya jika FA diakui sebagai
BH. Jika FA adalah BH, maka jika terjadi salah satu
sekutu tidak memasukkan inbreng sesuai dengan
yang disanggupkan , maka BH FA tersebut yang akan
menagih inbreng kepada sekutu yang wanprestasi,
yang dalam hal ini akan diwakili oleh sekutu yang tidak
wan prestasi.
Dari sudut hukum perikatan perjanjian utang piutangnya
berakhir dan kewajiban inbreng mereka juga
terpenuhi. Namun didalam FA , adakah uang riil yang
masuk ke kas perseroan sebagai modal?.Tidak ada,
karena semua mengakhiri dengan cara kompensasi,
artinya masing-masing tidak perlu keluar uang, namun
kewajiban inbreng seolah-olah sudah terpenuhi
dengan jalan mengkompensasikan hutang piutang
mereka.
13

KEKAYAAN TERPISAH VS
KEUANGAN NEGARA

Fakultas Hukum UGM sebenarnya sudah sejak


lama
pernah
menyuarakan
perlunya
pembentuk
undang-undang
memberikan
difinisi
normatif
di
dalam
peraturan
perundang-undangan yang secara tegas dan
jelas mengatur tentang apa yang dimaksud
dengan kekayaan (negara) yang dipisahkan.
Persoalan kekayaan terpisah didalam praktek
bersinggungan dengan persoalan keuangan
negara yang menimbulkan permasalahan
yang belakangan ini menjadi semakin marak
dan
mendesak
untuk
dicarikan
pemecahannya terkait dengan status BUMN,
khususnya yang berbentuk hukum PT
(Persero), Persero Tbk.
14

TUNDUK UU MANA
BUMN ?

Sebagai suatu entitas hukum mandiri yang


oleh UU BUMN sendiri dinyatakan tunduk
pada UU No.40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas (UUPT ) dan UU No. 8
Tahun 1995 Tentang Pasar Modal ( UUPM ),
namun
di
dalam
praktek
sering
dipermasalahkan
apakah BPK atau BPKP
boleh memeriksa Persero atau tidak , bahkan
Yayasan yang berada di bawah Departemen
atau BUMN atau BUMD juga bisa diperiksa
oleh BPK atau BPKP atau tidak, sementara
pembukuan Persero, Persero Tbk atau
Yayasan tersebut telah diaudit oleh Akuntan
Publik dan tunduk pada UUPT dan UU
Yayasan.
15

TUNDUK UU MANA
BUMN ?
Sementara ada pihak yang mengatakan boleh

Sementara ada pihak yang mengatakan boleh


dengan argumen karena kekayaan Persero atau
Yayasan itu semula berasal dari kekayaan negara
yang dipisahkan yang merupakan bagian dari
keuangan negara.
Dipihak lain, ada yang berpendapat tidak boleh ,
karena sekalipun kekayaan Persero atau Yayasan itu
berasal dari kekayaan negara , namun kekayaan
tersebut sudah dipisahkan.
Apa yang dimaksud dengan dipisahkan tidak ada
penjelasannya baik waktu itu di dalam UU No.9
Tahun 1969 Tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara
(UU BUN ) , juga di dalam UU Yayasan bahkan juga
di dalam UU Keuangan Negara ( UU No.17 Thn
03/UUKN ).
16

HUTANG PIUTANG
BUMN
?
Perdebatan berlanjut
terkait dengan masalah hutang

piutang BUMN sebagai suatu perusahaan yang tunduk


pada UUPT dan UUPM untuk PT Tbk , namun
Pemerintah menggunakan standart ganda. Melalui
peran BPK dan/atau BPKP menempatkan aset BUMN
adalah bagian dari aset negara, demikian pula Menteri
Keuangan sendiri melalui peran PUPN menempatkan
piutang
BUMN
adalah
piutang
negara
yang
penagihannya
menjadi
kewenangan
PUPN,
berdasarkan UU No.49 Prp 1960.
Jika kekayaan BUMN, khususnya yang berbentuk
hukum PT ( Persero ) atau PT Biasa ( yang sekarang
banyak didirikan oleh Pemda sebagai BUMD ), masih
diakui merupakan bagian dari kekayaan negara atau
aset negara, maka konsekuensinya jika terdapat
hutang BUMN mestinya juga harus diakui sebagai
hutang negara yang dapat dibayar oleh Pemerintah,
melalui APBN.
17

UU NOMOR 1 TAHUN
2004

Piutang Negara ( UU No.1/2004 : Pbdhran Negara ) :


Jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah
Pusat dan/atau hak Pemerintah Pusat yang dapat
dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau
akibat lainnya berdasarkan peraturan per-uu-an yang
berlaku atau akibat lainnya yang sah.
Utang Negara : jumlah uang yang wajib dibayar
Pemerintah Pusat dan/atau kewajiban Pemerintah
Pusat yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan
peraturan per-uu-an yang berlaku, perj atau
berdasarkan sebab lainnya yang sah.
Barang Milik Negara : semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBN atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah.
18

UU NOMOR 1 TAHUN
2004

Pasal 50 UU No.1/04 : Pihak manapun dilarang


melakukan penyitaan terhadap :
a. uang atau surat berharga milik negara/daerah
baik yg berada pada Instansi Pmth maupun pada
pihak ketiga; b. uang yg harus disetor oleh pihak
ketiga kepada negara/daerah; c. barang bergerak
milik negara/daerah baik yg berada pada Instansi
Pmth maupun pada pihak ketiga; d. barang tidak
bergerak dan hak kebendaan lainnya milik
negara/daerah;.e. barang milik pihak ketiga yang
dikuasai oleh negara/daerah yang diperlukan
untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan.
19

UU NO.49 PRP TAHUN


1960

Pasal 8. UU No.49 Prp.Thn 60 Tg PUPN,


Piutang Negara atau hutang kepada Negara
adalah jumlah uang yg wajib dibayar kepada
Negara atau badan-badan, yg baik secara
langsung atau tidak langsung dikuasai oleh
Negara berdasarkan suatu Peraturan,
perjanjian atau sebab apapun.
Ps 12 UU No.49 Prp Thn 60, sifat penyerahan
penagihan Piutang Negara kepada PUPN
adalah wajib, bagi piutang yang ada dan
besarnya telah pasti.
20

SK MENKEU
NO.300/2002

SK Menkeu No.300/2002 : Piutang Negara


pada tingkat pertama diselesaikan sendiri
oleh Instansi Pemerintah, Lembaga Negara
atau badan usaha yang modalnya sebagian
atau seluruhnya dimiliki oleh negara atau
dimiliki oleh BUMN/BUMD sesuai ketentuan
perundangan yang berlaku, sedangkan
dalam hal penyelesaian Piutang Negara
tidak berhasil wajib diserahkan
pengurusannya kepada Panitia Cabang.
21

PP NO.14/2005 TG
PENGHAPUSAN PIUTANG
Tahun 2005 keluar
: PP No.14 tahun 2005
NEGARA

Tg Tata Cara Pengahapusan Piutang Negara


yang diikuti dg keluarnya PerMenkeu
No.31/PMK.07/2005 Tg Tata Cara Pengajuan
Usul, Penelitian dan Penetapan
Penghapusan Piutang Persh Negara/Daerah
dan Piutang Negara/Daerah.
PP di atas kemudian direvisi dengan PP
No.33 Thn 2006 agar sejalan dengan UU
No.19/03 Tg BUMN.
22

PP NO.33/2006 TG
PENGURUSAN PIUTANG
Di dalam PP
No.33/2006
jo PMK
BANK
BUMN

No.87/PMK.07/2006 : a. Pengurusan piutang


Bank BUMN sesuai ketentuan per-uu-an PT
dan BUMN; b. Pengurusan Piutang Bank
BUMN yang telah diserahkan kepada PUPN
dan usul penghapusan Piutang Persh
Negara/Daerah yg telah diajukan kepada
Menteri Keuangan melalui DJPL tetap
dilaksanakan berdasarkan UU PUPN dan PP
No.14/2005.
23

PERAN AUDITOR NEGARA DAN


AUDITOR PUBLIK
Berkaitan dengan pembukuan BUMN, di
dalam praktek selama ini, BPK maupun BPKP
selalu mengaudit pembukuan ( kekayaan ) PTPT Plat Merah tersebut. Praktek demikian
seakan-akan menguatkan pendapat bahwa
aset BUMN memang menjadi bagian dari aset
negara.
Namun demikian sebagai PT Plat Merah, PT-PT
( Persero ) tidak jarang pula
yang
mengangkat Akuntan Publik untuk memeriksa
pembukuan mereka. Dari sisi efisiensi bisa
dikatakan sebagai suatu pemborosan biaya.,
karena fungsi BPK atau BPKP sebenarnya
kurang lebih sama dengan fungsi Akuntan
Publik.
24

FATWA MA TERKAIT KEKAYAAN


TERPISAH
Belakangan sekitar pertengahan tahun 2006 yang
lalu dengan munculnya Fatwa Mahkamah Agung
tentang penafsiran ketentuan Pasal 2 UUKN ( UU
No.17/03) khususnya yang berkaitan dengan
kekayaan negara yang dipisahkan , kekayaan
BUMN dikatakan oleh Mahkamah Agung bukan
merupakan bagian dari kekayaan negara.
Konsekuensi selanjutnya wewenang BPK, BPKP,
PUPN menjadi tidak ada lagi dalam kerangka
pemeriksaan
dan
penagihan-penagihan
atas
piutang-piutang BUMN ( Persero ). BPK, BPKP dan
PUPN tampaknya belum sepenuhnya dapat
memahami dan menerima ketentuan ini. Di dalam
praktek masih menyisakan perdebatan yang
berkepanjangan sampai sekarang . Kemudian ditata
melalui beberapa peraturan per-uu-an sebagaimana
kami kutip di atas.
25

SIAPA PN ATAU BUMN ITU ?


Perusahaan Negara (PN) atau yang
sekarang dikenal dengan sebutan
BUMN
adalah
korporasi
yang
modalnya sebagian besar atau
seluruhnya dimiliki oleh negara.
Suatu korporasi dapat disebut BUMN,
menurut UU BUMN jika kepemilikan
Negara minimal 51 %.

26

LINTASAN SEJARAH BUMN


Sejarah perkembangan BUMN di Indonesia
merupakan suatu evolusi yang panjang
sejak
adanya
kebijakan
nasionalisasi
perusahaan-perusahaan
milik
Belanda
berdasarkan UU No.86 Tahun 1958.
Dengan
kebijakan
tersebut,
seluruh
perusahaan milik Belanda yang beroperasi
di Indonesia diambil alih dan dikelola oleh
Pemerintah Indonesia. Take over tersebut
disertai dengan ganti rugi yang besarnya
ditetapkan oleh sebuah Panitia yang
dibentuk berdasarkan PP No. 9 Tahun 1959.
27

LINTASAN SEJARAH BUMN


Selanjutnya sekitar tahun 60-an, dikeluarkan UU
No.19 Tahun 1960 yang mengatur tentang
penyeragaman bentuk BUMN hasil nasionalisasi
menjadi Perusahaan Negara.
Diperkirakan pada waktu itu terdapat kurang
lebih 822 PN hasil nasionalisasi tersebut.
Perusahaan-perusahaan tersebut berada dibawah
kontrol Menteri Pertama ( semacam Perdana
Menteri ).
Seluruh modal Negara yang tertanam dalam
Perusahaan Negara ditetapkan sebagai kekayaan
Negara yang dipisahkan. Sejak saat ini istilah
kekayan Negara yang dipisahkan muncul dalam
peraturan perundang-undangan.
28

LINTASAN SEJARAH BUMN


Walaupun telah ada UU No.19 Tahun
1960,
ternyata
masih
terdapat
beberapa usaha negara dalam bentuk
Perseroan Terbatas seperti PT. Hotel
Indonesia Internasional, PT. Sarinah
dan bentuk badan usaha khusus yang
ditetapkan dengan Undang-undang
tersendiri,
seperti
Bank-bank
Pemerintah dan Pertamina (Pramono,
2001, Kementerian BUMN, 2004 ).
29

BUMN DI ERA ORDE BARU


Perjalanan sejarah masuk ke era Orde Baru.
Pada tahun 1969 dikeluarkan UU No.9 Tahun
1969 Tentang BUN, yang diawali dengan
dikeluarkannya Inpres No.17 Tahun 1967.
Dalam
UUBUN,
BUMN
dikelompokkan
menjadi 3 ( tiga ) jenis usaha negara yaitu :
Perjan ex. Stb. 1927 : 419 tentang
Indonesische Bedrijfvenwet ( IBW ); Perum
yang tunduk pada UU No.10 Tahun 1960 dan
Persero yang ditundukkan pada Pasal 35
sampai dengan Pasal 55 KUHD yang
mengatur tentang PT yang sekarang diubah
dengan UU PT.
30

BUMN DI ERA ORDE BARU


Dengan keluarnya UU BUN tersebut, maka PN
yang bergerak di bidang usaha yang bersifat
komersial dijadikan Persero dan pembinaannya
dilakukan menurut PP.No.12 Tahun 1969, yang
kemudian diubah dengan PP No.12 Tahun 1998
dan terakhir diubah dengan PP.45 Tahun 2005.
Di dalam PP-PP tersebut ditegaskan bahwa
Persero adalah suatu korporasi yang dikelola
sepenuhnya sebagaimana Perseroan Terbatas.
Hakekat dari kebijakan tersebut adalah bahwa
terhadap Persero diperlakukan secara fair
sebagai badan usaha dan tidak dibedakan
dengan badan usaha swasta. Kedudukan
Pemerintah adalah sebagai pemegang saham.
31

PP NO.3 TAHUN 1983

Di samping itu, di tahun 1983 dikeluarkan PP No.3


Tahun 1983 Tentang Tata Cara Pembinaan dan
Pengawasan Perjan, Perum, Persero. Intisari dari PP
tersebut adalah sebagai berikut.
1) Pembinaan Perusahaan Negara dilakukan oleh
Menteri Keuangan selaku Pemegang Saham atau
pemilik modal bersama-sama dengan Menteri Teknis
selaku kuasa pemegang saham atau pemilik modal;
2) Baik Perjan maupun Perum, bahkan Persero
sekalipun, sangat kental nuansa penyelenggaraan
kemanfaatan pada umumnya;
3) Kekayaan Perjan bukan merupakan kekayaan Negara
yang dipisahkan, sedangkan kekayaan Persero dan
Perum adalah kekayaan Negara yang dipisahkan;
32

PP NOMOR 3 TAHUN 1983


4) Pimpinan Perusahaan dilakukan oleh Direksi ,
sedangkan Komisaris atau Dewan Pengawas
sebagai Pengawas dan Pemegang Saham atau
pemilik modal hanya sebagai pengarah;
5) Direksi/Komisaris Persero diangkat oleh
Menteri Keuangan atas usul Menteri;
6) Direksi/Dewan Pengawas Perum dan Perjan
diangkat oleh Presiden;
7) Direksi Perusahaan Negara dieselonisasikan
pada jenjang organisasi Departemen yang
bersangkutan;
8) Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas
merupakan wakil-wakil dari Departemen
Terkait ( Kementerian BUMN, 2004 ).
33

DUALISME PEMBINAAN BUMN


Dualisme pembinaan Perusahaan Negara
tersebut telah menyebabkan birokrasi yang
sangat panjang dan berbelit-belit sehingga
Perusahaan Negara sering terlambat dan
bahkan kehilangan momentum dan peluang
bisnis yang sudah ada didepannya. Bahkan
banyak Perusahaan Negara yang semakin
hari semakin menurun kinerjanya.
Menyadari akan hal ini Pemerintah
kemudian mengeluarkan PP .No 12 Tahun
1998 Tentang Persero dan PP No.13 Tahun
1998 Tentang Perum. Dan PP.No.6 Tahun
2000 Tentang Perjan.
34

INTISARI PP NO.12 & 13 Thn


98

Intisari PP No.12 dan No.13 tersebut di


atas adalah sebagai berikut.

1) Pembinaan Persero dilakukan oleh Menteri


Keuangan selaku pemegang saham, sedangkan
pembinaan Perum dilakukan oleh Menteri
Keuangan bersama-sama Menteri Teknis;
2) Bagi Perum nuansa penyelenggaraan
kemanfaatan umumnya masih sangat kental,
namun bagi Persero mengejar keuntungan
merupakan tujuan, sehingga apabila diberikan
penugasan khusus dalam rangka
penyelenggaraan kemanfaatan umum, hal
itupun harus dikaitkan dengan upaya
memperoleh keuntungan;
35

INTISARI PP NO.12 & 13 Thn


98

3) Kekayaan Persero dan Perum adalah kekayaan


Negara yang dipisahkan;
4) Pimpinan Perusahaan dilakukan oleh Direksi,
sedangkan Komisaris atau Dewan Pengawas
sebagai Pengawas dan pemegang saham atau
pemilik modal hanya sebagai pengarah;
5) Direksi dan Komisaris Persero diangkat oleh
Menteri Keuangan, sedangkan Direksi dan
Pengawas Perum diangkat oleh Menteri
Keuangan atas usul Menteri Teknis;
6) Pada Persero maupun Perum tidak
diberlakukan eselonisasi jabatan sebagai
pegawai negeri;
36

Intisari PP No.12 & 13 Thn 98


7) Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas diangkat
berdasarkan integritas dan kemampuan.
Kalaupun ada pejabat dari Departemen
Pemerintahan terkait, pengangkatannyapun
harus memperhatikan persyaratan integritas dan
kemampuan;
8) Pegawai Persero dan Perum merupakan pegawai
perusahaan yang tunduk pada ketentuan
ketenagakerjaan;
9) Adanya larangan yang tegas terhadap pihak
manapun selain Direksi, Komisaris/Dewan
Pengawas dan pemegang saham atau Pemilik
Modal untuk ikut campur dalam pengelolaan
perusahaan;
10)Adanya penegasan untuk tidak memberlakukan
ketentuan pelaksanaan APBN terhadap Perum
dan Persero ( Kementerian BUMN , 2004 ).
37

GARIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN


BUMN ( PERSERO )
Jika kita pelajari secara lebih mendalam, sejak dari PP
No. 3 Tahun 83 sampai dengan PP No.12 dan No.13
Tahun 1998 sebenarnya Pemerintah sudah
memberikan arahan yang jelas bahwa yang disebut
BUMNkhususnya PT ( Persero )suatu bentuk
perusahaan yang sistem kinerja dan pengelolaannya
tunduk pada peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang PT. Misalnya : ketegasan tentang
posisi atau status Menteri Keuangan sebagai
Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris Persero
diangkat oleh Menteri Keuangan selaku Pemegang
Saham, Larangan yang tegas terhadap pihak
manapun selain Direksi, Komisaris dan Pemegang
Saham ( Menteri Keuangan ) untuk ikut campur dalam
pengelolaan perusahaan, merupakan penegasan
status PT ( Persero ) yang tidak lain adalah PT Biasa
sebagaimana diatur dan tunduk pada KUHD ( dulu )
atau UUPT ( setelah tahun 1995 sampai sekarang ).
38

GARIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN


PERSERO
Dapat disimpulkan bahwa jiwa PT ( Persero ) tidak
lain adalah PT sebagaimana diatur di dalam KUHD
atau UUPT. Sayangnya di dalam PP-PP tersebut
tentang apa yang dimaksud dengan kekayaan
(negara) yang dipisahkan juga tidak diberi difinisi.
Di dalam PP-PP tersebut hanya ditegaskan bahwa
di dalam Persero tidak berlaku ketentuan
pelaksanaan APBN.
Ketentuan ini sebenarnya dapat diartikan bahwa
mekanisme aturan pelaksanaan APBN tidak
berlaku bagi PT ( Persero ). Makna dari ketentuan
ini sebenarnya menyiratkan bahwa kekayaan
(negara) yang dipisahkan ke dalam PT ( Persero )
bukan lagi menjadi bagian dari kekayaan negara
atau keuangan negara, akan tetapi sudah menjadi
kekayaan Persero ( modal ).
39

POSISI NEGARA DALAM PERSERO


Posisi Negara yang dalam hal ini diwakili oleh Menteri
Keuangan adalah sebagai Pemegang Saham. Namun
lagi-lagi di dalam praktek sampai dengan sekarang ini,
BPK, BPKP dan PUPN masih masuk ke wilayah aset PT
(Persero) dengan dalil bahwa kekayaan Persero masih
merupakan bagian dari kekayaan negara.
Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah sendiri selalu
tidak konsekuen dengan pelaksanaan peraturan
perundang-undangan di bidang perseroan, disatu pihak
menegaskan bahwa Persero adalah entitas hukum
korporasi yang tunduk pada UUPT maupun UUPM
( untuk Persero Tbk ), namun di pihak lain
memperlakukan Persero sebagai birokrasi
( Bandingkan : Nugroho.D dan Siahaan, 2005 ).
Berdasarkan pemikiran obyektif teoritis, mari kita lihat
dahulu secara jernih apa yang dimaksud dengan
kekayaan negara yang dipisahkan itu, sebagaimana
akan diuraikan di bawah ini.
40

KEKAYAAN NEGARA VS KEUANGAN


NEGARA
Kekayaan negara erat kaitannya
dengan keuangan negara ex. UUKN.
Apakah yang dimaksud dengan
keuangan negara itu?.
Apakah kekayaan negara yang
dipisahkan masih merupakan bagian
dari keuangan negara ?.

41

KEUANGAN NEGARA VERSI UU


TIPIKOR
Yang dimaksud dengan keuangan negara dapat
ditemukan di dalam UU No.31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ( UU Tipikor ).
Yang dimaksud dengan keuangan negara adalah
seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun,
yang dipisahkan atau tidak dipisahkan, termasuk di
dalamnya segala bagian kekayaan negara dan
segala hak dan kewajiban yang timbul karena :
(1). Berada dalam penguasaan, pengurusan dan
pertanggungjawaban Pejabat, Lembaga Negara,
baik di tingkat pusat maupun di daerah;
(2). Berada dalam penguasaan, pengurusan dan
pertanggungjawaban BUMN/BUMD, Yayasan, Badan
Hukum dan perusahaan yang menyertakan modal
negara atau perusahaan yang menyertakan modal
pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan negara.
42

KEUANGAN NEGARA VERSI UUKN


Pasal 1 Angka (1) UUKN memberikan
batasan pengertian tentang apa yang
dimaksud dengan keuangan negara
adalah semua hak dan kewajiban
negara yang dapat dinilai dengan
uang, serta segala sesuatu baik
berupa uang maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak
dan kewajiban tersebut.
43

KEUANGAN NEGARA VERSI UUKN


Menurut Pasal 2 UU KN tersebut , Keuangan
Negara sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 1
Angka (1 ) tersebut meliputi :
hak negara untuk memungut pajak,
mengeluarkan dan mengedarkan uang dan
melakukan pinjaman;
kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas
layanan umum pemerintahan negara dan
membayar tagihan pihak ketiga;
Penerimaan Negara;
Pengeluaran Negara;
Penerimaan Daerah;
Pengeluaran Daerah;
44

KEUANGAN NEGARA VERSI UUKN


Kekayaan negara/kekayaan daerah yang
dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa
uang, surat berharga, piutang, barang,
serta hak-hak lain yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk kekayaan yang
dipisahkan pada perusahaan
negara/perusahaan daerah;
Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh
pemerintah dalam rangka penyelenggaraan
tugas pemerintahan dan/atau kepentingan
umum;
Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan
menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah.
45

TOLAK UKUR TDK SAMA TG UNSUR


KEUANGAN NEGARA
Dari dua difinisi tersebut di atas, dapat dilihat
adanya dua difinisi tentang keuangan negara yang
di dalamnya memasukkan kekayaan negara yang
dipisahkan sebagai bagian dari keuangan negara,
namun kedua difinisi itu tidak memberikan batasan
pengertian yang sama atau tolak ukur yang sama
tentang apa yang merupakan unsur-unsur dari
keuangan negara .
UU Tipikor memberikan batasan pengertian yang
sangat luas yaitu meliputi seluruh kekayaan
negara dalam bentuk apapun.....dst, sedang UU KN
memberikan batasan pengertian keuangan negara
yang lebih sempit yaitu sebagai semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan
uang ....dst.
46

TIMBUL PERDEBATAN
Dari dua difinisi ini saja orang bisa
berdebat, jika mengacu kepada UU Tipikor ,
keuangan negara berarti seluruh
kekayaan negara .....dst , sedangkan jika
mengacu kepada UUKN , keuangan negara
berarti hak dan kewajiban ....dst.
Samakah makna hukumnya antara seluruh
kekayaan negara dengan hak dan
kewajiban negara. Jawabannya pasti beda.
Yang satu wujudnya atau unsurnya adalah
seluruh kekayaan ( benda ) atau dapat
diperluas dengan istilah seluruh harta
kekayaan negara, sedang yang lain wujud
atau unsurnya adalah hak dan kewajiban .
47

UU TIPIKOR VS UUKN
Jika dikupas lebih lanjut hak dan
kewajiban itu terkait erat dengan
kedudukan subyek hukum . Subyek
hukumlah yang menurut hukum dapat
menyandang hak dan kewajiban. PT
( Persero ) adalah subyek hukum ,
karena PT ( Persero ) adalah badan
hukum , sedang harta kekayaan adalah
sesuatu atau obyek yang dapat dimiliki
atau dikuasai oleh suatu subyek hukum
yang dapat menyandang hak dan
kewajiban itu.
48

UU TIPIKOR VS UUKN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
UU Tipikor mengartikan keuangan negara
dari sudut obyeknya, sedang UU KN
mengartikan keuangan negara dari sudut
subyeknya.
Dari sini saja jika masing-masing siapapun
yang terlibat dalam pelaksanaan undangundang tersebut tidak menggunakan kriteria
yang sama atau pendekatan yang sama ,
dapat dipastikan dalam pelaksanaannya
akan menimbulkan permasalahan.
49

SEKEDAR CONTOH
Kami ambil contoh , pada masa Pemerintah Orde Baru
disamping didirikan Persero , banyak pula didirikan
Yayasan oleh lembaga-lembaga atau instansi Pemerintah
baik di pusat maupun di daerah termasuk oleh BUMN dan
BUMD.
Pembentukan Persero dan Yayasan tersebut telah
membawa konsekuensi hukum sebagian keuangan
negara dipisahkan untuk dijadikan modal atau
kekayaan awal Persero atau Yayasan tersebut.
Posisi atau status Negara atau Pemerintah dalam Persero
adalah Pemegang saham atau Pemilik Modal dan status
Pemerintah dalam Yayasan adalah Pendiri Yayasan.
Kemudian jika Persero mendirikan Yayasan, maka status
Persero adalah Pendiri Yayasan.
Di sini seharusnya tidak ada lagi istilah masih menjadi
bagian dari kekayaan negara. Kekayaan itu sudah
menjadi kekayaan entitas hukum yang didirikan tersebut,
terpisah dari induknya.
50

SEKEDAR CONTOH
Kedudukan lembaga Pemerintah sebagai pendiri
Persero atau Yayasan atau kedudukan Persero
sebagai pendiri Yayasan pada umumnya diwakili
oleh pejabat pada lembaga atau Persero yang
bersangkutan baik secara ex offisio maupun secara
pribadi.
Praktek di Era Orde Baru , walaupun bertindak
secara pribadi, namun kewenangan-kewenangan
publik yang melekat pada dirinya sering
dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan
tertentu atau untuk memupuk kekayaan yayasan.
Bagi Yayasan-yayasan yang berada di bawah
Departemen atau Persero dalam kiprahnya tersebut
tampak seperti dikuasai oleh Pemerintah atau
Persero tersebut.
51

SEKEDAR CONTOH
Namun demikian jika dikupas secara yuridis,
Persero atau Yayasan menurut hukum adalah
entitas hukum privat yang mandiri terlepas dari
para pendirinya termasuk di dalamnya kekayaan
Persero atau kekayaan yayasan adalah terlepas
dari kekayaan para pendiri tersebut. Yang
kemudian menimbulkan permasalahan adalah
sekalipun Persero atau Yayasan yang dibentuk
oleh Pemerintah atau oleh Persero yang secara
yuridis diakui sebagai entitas hukum privat ,
namun di dalam praktek ada pihak-pihak yang
masih mempersoalkan apakah kekayaan Persero
atau Yayasan di bawah Departemen atau Yayasan
yang didirikan oleh Persero boleh atau tidak
diperiksa oleh BPK atau BPKP ?.
52

SEKEDAR CONTOH
Yang berpandangan bahwa Persero dan Yayasan
adalah entitas hukum privat mengatakan bahwa
pemeriksaan tersebut tidak tepat. Yang benar
adalah diperiksa oleh Akuntan Publik yang
fungsinya sama dengan BPK atau BPKP.
Sementara pihak yang berpandangan bahwa
kekayaan negara yang dipisahkan itu masih
merupakan bagian dari keuangan negara
mengatakan bahwa pemeriksaan itu tentunya
harus dibolehkan.
Pro kontra demikian tidak kunjung selesai, karena
pengertian kekayaan negara yang dipisahkan
tidak jelas batasan normatifnya di dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku
saat itu. Sekali lagi korporasi secara kikuk
diperlakukan sebagai birokrasi .
53

BAGAIMANA SETELAH KELUAR UU


BUMN ?
Dengan keluarnya UU No.19 Tahun 2003 Tentang
BUMN ( UUBUMN) , apa yang dimaksud dengan
kekayaan negara yang dipisahkan dapat kita
temukan difinisinya secara jelas, sebagaimana akan
kami bahas dibawah.
Diharapkan polemik tentang apa yang dimaksud
dengan kekayaan negara yang dipisahkan yang
berimbas kepada status BUMN, khususnya Persero
dapat diakhiri dengan keluarnya UU tersebut.
Namun demikian ternyata di dalam praktek sejauh
pengamatan kami ternyata polemik itu juga belum
berhenti , terlebih jika dikaitkan dengan gerakan
pemberantasan KKN di negeri ini, khususnya jika
dikaitkan dengan UU Tipikor dan UU KN seperti
diuraikan di atas.
54

KEKAYAAN TERPISAH MENURUT UU


BUMN ?
Di dalam Pasal 1 Ayat (1) UU BUMN, yang
dimaksud dengan BUMN adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh negara melalui
penyertaan secara langsung yang berasal
dari kekayaan negara yang dipisahkan.
Kemudian menurut Pasal 1 Ayat (10) yang
dimaksud dengan kekayaan negara yang
dipisahkan adalah kekayaan negara yang
berasal dari APBN untuk dijadikan
penyertaan modal negara pada Persero
dan/atau Perum serta PT lainnya.
55

KEKAYAAN TERPISAH MENURUT UU


BUMN
Selanjutnya di dalam Pasal 4 Ayat (1)
ditegaskan bahwa modal BUMN merupakan
dan berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.
Dalam penjelasannya dikatakan bahwa yang
dimaksud dengan dipisahkan adalah
pemisahan kekayaan negara dari APBN
untuk dijadikan penyertaan modal negara
pada BUMN untuk selanjutnya pembinaan
dan pengelolaannya tidak lagi didasarkan
pada sistem APBN, namun pembinaan dan
pengelolaannya didasarkan pada prinsipprinsip perusahaan yang sehat.
56

KEKAYAAN TERPISAH MENURUT UU


BUMN
Sebagaimana diketahui bahwa
dengan keluarnya UU BUMN , BUMN
sekarang ini tidak lagi terdiri dari tiga
jenis, yaitu Perjan, Perum, Persero
seperti diatur di dalam UUBUN
dahulu, namun terdiri dari dua jenis,
yaitu : Perusahaan Persero dan
Perusahaan Umum.

57

PERSERO MENURUT UU BUMN


Yang dimaksud dengan Perusahaan
Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero
adalah BUMN yang berbentuk PT yang
modalnya terbagi dalam saham yang seluruh
atau paling sedikit 51 % sahamnya dimiliki
oleh Negara RI yang tujuan utamanya
mengejar keuntungan ( Pasal 1 Ayat (2) ).
Perusahaan Perseroan Terbuka, yang
selanjutnya disebut Persero Terbuka adalah
Persero yang modal dan jumlah pemegang
sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau
Persero yang melakukan penawaran umum
sesuai dengan peraturan perundangundangan di bidang pasar modal ( Pasal 1
Ayat (3).
58

PERUM MENURUT UUBUMN


Yang dimaksud dengan Perusahaan
Umum, yang selanjutnya disebut
Perum adalah BUMN yang seluruh
modalnya dimiliki negara dan tidak
terbagi atas saham, yang bertujuan
untuk kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan/atau jasa
yang bermutu tinggi dan sekaligus
mengejar keuntungan berdasarkan
prinsip pengelolaan perusahaan.
59

DOKTRIN HUKUM BISNIS


Dari ketentuan yang terdapat di dalam Pasal
1 Ayat (10) jo Pasal 4 Ayat (1) UUBUMN
beserta penjelasannya sudah cukup jelas dan
tegas tentang apa yang dimaksudkan dengan
kekayaan negara yang dipisahkan itu.
Menurut pandangan Hukum Bisnis kekayaan
negara yang dipisahkan untuk dijadikan
penyertaan modal pada Persero itu menjadi
terlepas , terpisah dari induknya ( sistem
APBN ) dan berubah menjadi modal yang
kemudian diwujudkan dalam bentuk saham
dan pembinaan serta pengelolaannya
didasarkan pada prinsip-prinsip pengelolaan
perusahaan yang sehat ( good corporate
governance ).
60

DOKTRIN HUKUM BISNIS


Dari sudut pandang Hukum Bisnis, munculnya istilah
kekayaan yang dipisahkan atau kekayaan terpisah,
sebenarnya sudah sejak lahirnya teori tentang badan
hukum.
Apakah teori fiksi, teori organ. Teori kekayaan bersama,
teori kekayaan bertujuan, teori kenyataan yuridis ,
semuanya menyatakan adanya kehendak dan
kedudukan yang mandiri ( persona standi in judicio )
bagi badan hukum.
Namun hanya teori kekayaan bersama
( vermogenstheorie ) dari Rudolf von Jhering ( Jerman )
Molenggraaf ( Belanda ) Marcel Planiol ( Perancis ) yang
kemudian diikuti oleh Star Busmann, Kranenburg, Paul
Scolten dan Apeldororn dan teori kekayaan bertujuan
( zweckvermogen ) dari A.Brinz ( Jerman ) Van der
Heijden dan Utrecht ( Belanda ) yang menerangkan
adanya kekayaan terpisah dari badan hukum.
61

DOKTRIN HUKUM BISNIS


Makna dari terpisah di sini adalah terlepas
dari yang memegangnya ( onpersoonlijk atau
subjecttloos ) ( Periksa : Ali, 1987 ).
Dalam bahasa Belanda dipisah itu digunakan
istilah splitsen, spliste, gesplitst yang
artinya dibagi atau dibelah. Splitsing
adalah pembagian atau pembelahan.
Di bagi atau dibelah atau dipisahkan itu berarti
terlepas satu dengan yang lain, terpisah. Tidak
tepat jika dikatakan bahwa yang satu masih
merupakan bagian dari yang lain.
62

FILOSOFI MENDIRIKAN BH
Filosofi orang mendirikan badan hukum adalah bahwa
dengan kematiannya, maka harta kekayaannya
diharapkan masih dapat bermanfaat bagi orang lain.
Oleh karena alasan filosofi itu, maka hukum
menciptakan suatu kreasi sesuatu yang oleh
hukum kemudian dianggap atau diakui sebagai
subyek hukum mandiri seperti halnya orang
( natuurlijk persoon ).
Kemudian sesuatu itu oleh ilmu hukum disebut
sebagai badan hukum ( rechtspersoon ) yang
dapat menjadi subyek hukum dan menyandang hak
dan kewajiban seperti halnya orang ( natuurlijk
persoon ). Agar badan hukum itu dapat bertindak
seperti halnya orang sungguhan ( natuurlijk
persoon ) , maka diperlukan organ , sebagai alat
dari badan hukum itu dalam menjalin hubungan
hukum dengan pihak ketiga.
63

FILOSOFI MENDIRIKAN BH
Agar badan hukum itu dapat berinteraksi
dalam pergaulan hukum seperti : membuat
perjanjian, melakukan kegiatan usaha
tertentu, diperlukan modal.
Modal awal badan hukum itu datang dari
kekayaan si pendiri yang dipisahkan,
displits menjadi kekayaan badan hukum itu,
terpisah, terlepas dari kekayaan si pendiri.
Oleh sebab itu salah satu ciri utama suatu
badan hukum , seperti halnya PT ( termasuk
PT Persero ) adalah adanya kekayaan terpisah
ini, yaitu kekayaan yang terpisah dari
kekayaan pribadi si pendiri badan hukum itu.
64

FILOSOFI PERSERO SBG BH


Mengacu kepada teori badan hukum seperti
diuraikan di atas, pendirian PT maupun PT
Persero atau badan hukum yang lain oleh
Negara dengan jalan memisahkan harta
kekayaan negara untuk dijadikan modal
badan hukum akan mengandung makna
bahwa begitu badan usaha tersebut
dinyatakan sah berstatus sebagai badan
hukum, maka kekayaan yang dipisahkan
yang merupakan salah satu ciri utama
badan hukum, harus diartikan sebagai
harta kekayaan badan hukum itu yang
terlepas atau terpisah dari orang atau
pihak atau pendiri dari badan hukum itu.
65

FILOSOFI PERSERO SEBAGAI BH


Tidak tepat jika hal itu dipahami sebagai
dilepaskan kepalanya , tetapi kemudian masih
dikendalikan atau dipegang ekornya . Tidak tepat
jika dirikan suatu korporasi , namun dekelola
secara birokrasi .
Bukan begitu ruh nya badan hukum korporasi itu.
Oleh sebab itu, benar jika dipersoalkan bahwa jika
aset Persero sebagai badan hukum mandiri, masih
diangap sebagai aset negara, maka hutang Persero
juga harus dianggap sebagai hutang negara.
Jika konsekuen dengan pemahaman ini, negara
akan bisa bangkrut , karena APBN akan bisa habis
hanya dipakai untuk membayar hutang-hutang
BUMN ( Persero ). Sekali lagi , bukan begitu ruh
dari badan hukum Persero itu.
66

TAFSIR YANG AMBIGIUS ?


Hakekat badan hukum seharusnya tidak
dipahami sebagai demikian. Tidak tepat jika
kita memberikan tafsir yang ambigius dalam
memahami kekayaan negara yang
dipisahkan menjadi penyertaan modal
dalam BUMN ( Persero ).
Di satu sisi kekayaan tersebut diakui sebagai
modal Persero, yang kemudian berujud
saham, namun di sisi lain masih tetap
merupakan bagian dari kekayaan negara
yang berarti merupakan bagian dari
keuangan negara.
67

TAFSIR YANG AMBIGIUS


Bisa dibayangkan bagaimana jadinya , jika
saham itu kemudian dijual melalui bursa
pasar modal, kemudian dibeli oleh
masyarakat umum, bahkan bisa oleh pemodal
asing.
Pemahaman bahwa kekayaan negara yang
dipisahkan tersebut masih menjadi bagian
dari kekayaan negara atau keuangan negara,
akan mengakibatkan ketidakpastian hukum
berkenaan dengan status saham tersebut.
Kami berani memprediksikan bahwa saham
tersebut pasti tidak akan diminati investor.
68

HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS


Dari kacamata hukum bisnis, pengertian
dipisahkan ( splitsing ) yang berarti dibagi,
dibelah, dihibahkan wajib dimengerti sebagai hukum
khusus ( lex specialis ) , sehingga seharusnya
perdebatan tentang apakah kekayaan negara yang
dipisahkan itu masih menjadi bagian dari kekayaan
negara atau keuangan negara atau bukan, tidak
perlu terjadi dan harus dihentikan mulai sekarang.
Dalam kaitan ini, jika ada potensi kerugian atau
risiko bisnis sebagai akibat dari business judment
yang dilakukan oleh manajemen, tidak harus selalu
diartikan sebagai telah merugikan keuangan
negara, karena kekayaan Persero memang bukan
bagian dari keuangan negara. Setiap business
judment dalam suatu korporasi bisa saja hasilnya
tidak selamanya dapat mendatangkan keuntungan
bagi perusahaan.
69

HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS


Sebagai contoh, Bank ( Persero ) memberikan kredit
sesuai dengan aturan yang berlaku, kemudian
karena krisis seperti yang terjadi pada tahun 1997
yang lalu, kredit tersebut macet. Sebagai akibatnya
Bank mengalami kerugian dan apabila dipahami
karena kekayaan Bank ( Persero ) tersebut masih
menjadi bagian dari kekayaan negara, maka
kerugian Bank tersebut dapat dikualifikasikan
sebagai kerugikan negara alias dapat dikenakan
ketentuan tentang tindak pidana korupsi.
Jika pemahaman demikian diterima, efeknya dalam
hukum bisnis sangat luas. Manajemen akan menjadi
pobia untuk mengambil keputusan business.
Akibat selanjutnya Persero tersebut dapat
dipastikan lama kelamaan akan koleps dengan
sendirinya, karena manajemen takut mengambil
keputusan bisnis yang benar.
70

HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS


Selama masih dalam koridor atau batas-batas
ketentuan UU dan anggaran dasar perusahaan,
maka kerugian itu adalah kerugian perusahaan,
bukan kerugian negara.
Jika dapat dibuktikan bahwa hal itu terjadi karena
mismanajemen, maka UUPT telah memberi sanksi
adanya pertanggungjawaban Direksi dan Komisaris
serta Pemegang Saham sampai kepada harta pribadi
masing-masing secara tanggung renteng, tentunya
bersama-sama dengan PT sebagai badan hukum.
Jika PT melalui Direksi melakukan manipulasi pajak
misalnya, maka UUPajak akan meberikan sanksi
hukum terhadapnya.
Jika PT melalui manajemennya telah melakukan
pencemaran lingkungan, maka UU Lingkungan Hidup
akan memberikan sanksi hukum terhadapnya, dan
seterusnya.
71

HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS


Jika seandainya Direksi sebagai manajemen
Perseroan mengikuti tender proyek
Pemerintah, kemudian Direksi ikut terlibat
dalam melakukan mark up nilai proyek,
tindakan seperti ini dapat saja
dikualifikasikan merugikan keuangan
negara, karena ada uang negara yang
langsung disalahgunakan oleh Pimpinan
Proyek dengan konspirasi dengan Direksi
Perseroan. Pendapat ini kami kemukakan
secara panjang lebar, bukan berarti kami
anti pemberantasan korupsi.
72

HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS


Kami mendukung penuh gerakan
pemberantasan korupsi di negeri ini yang
sudah bagaikan penyakit cancer , namun
kami sebagai ilmuwan hanya ingin
memberikan sumbang pemikiran obyektif,
bahwa penegakan hukum jangan justru
dilakukan dengan mangabaikan kepastian
hukum atau bahkan dengan cara-cara yang
melanggar kaedah-kaedah atau asas-asas
hukum itu sendiri yang merupakan jiwa dari
hukum normatif yang tersurat di dalam
peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
73

HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS


Seperti UUPT, UUPM, UU BUMN menurut
hemat kami adalah hukum khusus yang
mengatur tentang PT , PT Tbk , Persero
Terbuka dan BUMN khususnya.
Berhadapan dengan UU Perbendaharan
Negara dan UU Tipikor atau UU PUPN misalnya
, menurut hemat kami harus berlaku adagium
lex specialis derogat legi generali .
UUPT dan UU BUMN adalah hukum khusus,
sedangkan UU Tipikor dan UU Perbedaharaan
Negara dan UU PUPN adalah hukum
umumnya.
74

HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS


Memang kami juga bisa memahami, jika
pengertian kekayaan negara yang dipisahkan
itu dikaitkan dengan ketentuan yang
mengatur tentang keuangan negara seperti
yang diatur di dalam UU KN, kemudian timbul
pertanyaan apakah kekayaan negara yang
dipisahkan itu masuk dalam kategori atau
klasisfikasi keuangan negara menurut UU KN
atau tidak ?.
Jawabannya tegas secara normatif masuk (
Lihat Pasal 2 UU KN). Jika kita setuju dengan
jawaban masuk , bukankah berarti bahwa
kekayaan negara yang dipisahkan itu masih
merupakan bagian dari keuangan negara ?.
75

HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS


Dari pertanyaan yang terakhir ini, jawabannya juga
tegas, yaitu : ya, benar, bahwa kekayaan negara yang
dipisahkan adalah bagian dari keuangan negara
menurut ketentuan Pasal 2 UU KN . Jika penjelasan ini
disetujui, bukankah lalu benar juga jika kita katakan
bahwa kekayaan negara yang dipisahkan yang
kemudian dijadikan penyertaan modal Persero masih
dapat kita katakan sebagai bagian dari keuangan
negara.
Jika benar, bukankah BPK atau BPKP boleh masuk
memeriksa kinerja keuangan dari BUMN tersebut ?.
Bukankah PUPN adalah institusi yang wenang menagih
piutang BUMN ( Persero ) tersebut ?. Jika dari
pengelolaan kekayaan Persero tersebut diduga atau
terindikasi adanya kerugian perusahaan, bukankah
kerugian itu dapat dikualifikasikan sebagai kerugian
negara, yang dengan demikian dapat dikenai
ketentuan UU Tipikor ?.
76

HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS


Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang selama ini
menjadi perdebatan berkepanjangan terkait erat dengan
Program Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Namun
demikian, jika kita secara jernih , secara obyektif teoritis
sepakat bahwa UU BUMN , UUPT , UUPM adalah hukum
khusus yang mengatur tentang BUMN, maka seharusnya
perdebatan seperti ini tidak perlu terjadi.
Dari kacamata hukum bisnis sudah jelas dan tegas bahwa
kekayaan negara yang dipisahkan itu akan menjadi bagian
modal Persero atau PT atau PT Terbuka yang ujudnya akan
berubah menjadi saham. Kedudukan negara yang diwakili
oleh Pejabat yang ditunjuk dalam hal ini Meneg BUMN
adalah sebagai Pemegang Saham. Intensitas
medezeggenschap terhadap Perusahaan tergantung dari
besarnya jumlah saham ( modal ) yang dimiliki atau
berdasarkan perjanjian tersendiri antara pihak Pemerintah
dan pihak pemilik atau pendirinya lainnya ( Pramono,
2001; Biro Sospol dan Hukum Departemen Perindustrian,
1972 ).
77

HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS


Perlu disadari bahwa Persero maupun Persero
Terbuka atau PT yang modalnya sebagian milik
negara itu tidak menutup kemungkinan masuknya
orang luar atau swasta bahkan swasta asing yang
juga berstatus sebagai pemegang saham. Bahkan
tidak tertutup kemungkinan Persero tersebut masuk
ke Bursa Pasar Modal, dimana setiap saat pemegang
sahamnya bisa berubah-ubah. Jika kedudukan
Negara sebagai pemegang saham dan sahamnya
masih dikait-kaitkan sebagai bagian dari kekayaan
negara yang dipisahkan yang berarti merupakan
bagian dari keuangan negara, maka roh PT akan
kabur, investor akan lari dari Bursa Pasar Modal
karena instrument itu menjadi tidak menarik lagi
karena tidak adanya kepastian hukum .
78

HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS


Pemahaman saham sebagai bagian dari keuangan
negara akan mengaburkan hakekat PT sebagai badan
hukum mandiri.
Kedudukan Pemegang Saham akan tidak jelas, akan
menjadi rancu . Bagian dari kekayaan pihak luar,
pihak swasta yang menjadi pemegang saham juga
dalam Persero akan menjadi tidak mempunyai
kepastian hukum. Jika hal ini dibenarkan , akan
berpengaruh luas terhadap eksistensi PT termasuk
Persero maupun PT Terbuka.
Bisa dibayangkan jika PT itu sudah menjual sahamnya
ke Pasar Modal dan setiap saat saham itu bisa
berubah dari satu pemegang ke pemegang saham
yang lain, kemudian hukum umum memandang
bahwa saham itu dinyatakan sebagai bagian dari
kekayaan negara, dari sisi hukum bisnis hal ini pasti
akan berpengaruh pada investor pasar modal.
79

HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS


Bahwa hampir dapat dipastikan bursa pasar
modal tidak akan menarik bagi para investor
untuk berinvestasi di bursa pasar modal.
Multiplier efeknya bursa akan tidak diminati
investor dan cepat atau lambat akan
berpengaruh terhadap keberhasilan kinerja
perekonomian nasional. Seharsunya adagium
lex specialis derogat legi generali
dipahami bersama oleh aparat penegak
hukum dan setiap pihak yang berkepentingan
dengan masalah kekayaan negara yang
dipisahkan ini dan masalah yang berkaitan
dengan status BUMN, khususnya PT Persero.
80

HUKUM BISNIS LEX SPECIALIS


Oleh sebab itu, jika Persero atau Persero
Terbuka atau PT yang sebagian sahamnya
dimiliki oleh negara yang menurut UU BUMN
masih dikategorikan sebagai BUMN, kami
berpendapat bahwa berkaitan dengan
kekayaan negara yang dipisahkan dari APBN
itu harus diartikan sebagai kekayaan Persero.
Hukumnya tunduk pada UUPT, UUPM maupun
UUBUMN. Di sinilah kunci pemahaman
tentang makna atau ruh atau hakekat
dari apa yang dimaksud dengan kekayaan
negara yang dipisahkan itu.
81

HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS


Silahkan kembali dipahami secara lebih teliti
ketentuan Pasal 1 Ayat (10 ) jo Pasal 4 Ayat (1)
beserta penjelasannya dari UU BUMN dikaitkan
dengan pengertian Persero. Persero itu adalah
BUMN yang bentuk hukumnya PT seperti yang
diatur di dalam UU PT. Jika PT ( Persero ) itu
menjual sahamnya ke Bursa Pasar Modal, maka ia
akan ditundukkan pula pada UU PM .
Terkait dengan kekayaan negara yang dipisahkan
yang dijadikan penyertaan modal pada Persero
tersebut menurut hukum PT wujudnya menjadi
saham . Negara yang diwakili oleh Pejabat
Negara yang ditunjuk dalam hal ini Meneg
BUMN -- statusnya adalah Pemegang Saham.
82

HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS


Jadi menurut hukum PT, kekayaan negara
yang dipisahkan itu secara yuridis
hakekatnya adalah telah dilepaskan
penguasaannya atau dapat dikatakan telah
dihibahkan , sehingga segala konsekuensi
penggunaan, pengelolaan dan pengawasan
atas kekayaan tersebut akan lepas sama
sekali dari pihak yang memberi atau yang
menghibahkan atau yang memisahkan
kekayaan tersebut dan UU BUMN
mengamanatkan bahwa kekayaan itu wajib
dikelola berdasarkan prinsip-prinsip
pengelolaan perusahaan yang sehat atau
yang sering disebut dengan istilah good
corporate governance.
83

DEVIDEN MASUK BAGIAN


KEUANGAN NEGARA
Jika akan dikaitkan dengan keuangan negara .
Barangkali deviden yang ada ( jika ada ) dari hasil
saham yang menjadi hak BUMN tersebut yang wajib
disetorkan ke kas negara, layak dan tepat jika
dikatakan merupakan bagian dari keuangan negara
menurut UUKN. Selagi masih dalam status saham,
hukum PT yang berlaku, begitu ada deviden ( itupun
jika ada , karena PT belum tentu dapat membagi
deviden ) , maka deviden itu lah wujud dari bagian
keuangan negara. Jika deviden disalahgunakan oleh
Direksi , maka itu adalah tindakan yang masuk dalam
koridor korupsi , jika tidak ya bukan korupsi
namanya.
Jika uang Perseroan disalahgunakan oleh Direksi, bisa
jadi itu penggelapan sebagaimana diatur di dalam
Pasal 372 KUHP atau mungkin penipuan
sebagaimana diatur di dalam Pasal 378 KUHP, tidak
harus semuanya dikualifikasikan korupsi .
84

FATWA MA PENEGASAN DOKTRIN


HUKUM BISNIS
Bagaimanapun PT adalah entitas hukum privat
dengan segala konsekuensi yuridisnya. Oleh
karena itu, menurut hemat kami tepat Fatwa
Mahkamah Agung RI No. WKMA/Yud/20/VIII/2006
Tgl. 16 Agustus 2006 yang ditujukan kepada
Menteri Keuangan yang antara lain mengatakan
bahwa berkaitan dengan ketentuan Pasal 1 Ayat
(1) jis Pasal 4 Ayat (1) UU BUMN dan Pasal 2 huruf
g UU KN , ketentuan di dalam Pasal 2 huruf g
UU KN khusus mengenai kekayaan negara yang
dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan
daerah tidak mempunyai kekuatan hukum lagi.
Tepat pula apa yang ditulis oleh Prof.Erman
Rajagukguk di Harian Bisnis Indonesia, Rabu, Tgl.
4 Oktober 2006 yang menyatakan bahwa
kekayaan BUMN Persero bukan kekayaan negara.
85

FATWA MA PENEGASAN DOKTRIN


HUKUM BISNIS
Jika mengacu kepada pandangan yuridis seperti kami
kemukakan di atas bahwa kekayaan negara yang
dipisahkan penguasaannya oleh negara, berarti
bahwa kekayaan itu telah dilepaskan, telah
dihibahkan atau telah diberikan kepada Persero
sebagai entitas hukum privat yang mandiri, terlepas
dari si pemberi atau pendiri atau pihak yang
memisahkan , maka pada saat pendiri ( dalam hal ini
Negara ) mengikrarkan harta kekayaannya
dipisahkan dari APBN, maka pada saat itu kekayaan
negara tersebut secara yuridis mempunyai kedudukan
mandiri ( standi in judicio ) dan secara yuridis pula
pendiri tidak lagi mempunyai hubungan hukum
dengan kekayaan Persero. Harta kekayaan yang
dipisahkan tersebut telah putus hubungan dengan
sistem pengelolaan dalam APBN.
86

FATWA MA PENEGASAN DOKTRIN


HUKUM BISNIS
Pengurusan harta kekayaan Persero tersebut
selanjutnya dilakukan oleh Direksi yang merupakan
pemegang amanat perseroan berdasarkan prinsip
fiduciary duty .
Direksi bertindak untuk dan atas nama Persero,
mewakili Persero di dalam maupun di luar pengadilan
sesuai dengan ketentuan UU dan anggaran dasar dan
kepantasan serta kepatutan (bandingkan : Prasetya,
1984 : 6, Pangaribuan, 1984 : 4, Hasil Lokakarya
Hukum Perseroan : BPHN-USU-UGM, 14-15 Februari
1984). Direksi dalam menjalankan pengurusan
Persero dan pengawasan Persero harus dilandasi
itikad baik dan tanggung jawab demi kepentingan dan
tujuan Persero. Setiap kelalaian Direksi dan Komosaris
akan dipertanggungjawabkan secara pribadi untuk
seluruhnya, berdasarkan teori piercing the corporate
veil .
87

HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS


Namun demikian jika mengacu kepada UU
Tipikor, kekayaan negara yang dipisahkan kepada
Persero ( BUMN ) , masih dikualifikasikan sebagai
bagian dari pengertian keuangan negara.
Dari kacamata hukum bisnis sekali lagi perlu
dipahami apa makna kekayaan negara yang
dipisahkan seperti diatur di dalam UU BUMN
dan apa kaitannya dengan keuangan negara
seperti yang diatur di dalam UU KN.
Dalam kaitan ini adagium lex specialis derogat
legi generali dan lex posteriori derogat legi priori
merupakan asas yang harus diberlakukan untuk
memahami kerkaitan antara ketiga undangundang tersebut.
88

HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS


Jika Persero atau Persero Terbuka ,
komposisi sahamnya tidak lagi
memenuhi kriteria Pasal 1 Ayat (2) dan
Ayat (3) UU BUMN, makan PT tersebut
tidak lagi dapat dikatakan sebagai
BUMN. Oleh karenanya ia akan murni
berstatus sebagai PT biasa
sebagaimana diatur di dalam UUPT dan
tidak lagi tunduk pada ketentuan UU
BUMN apalagi UU KN dan UU Tipikor.
89

PEMBEDAAN LAIN JENIS


PERUSAHAAN
1. Persh Negara ( BUMN ) : badan usaha yg seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara
yang dipisahkan ( Ps 1 (1) UU No. 19 Thn 2003 Tg BUMN ). BUMN
: Perusahaan Perseroan ( Persero ) ; Perusahaan Perseroan
Terbuka ( Persero Tbk ) ; Perusahaan Umum ( Perum ).
Persero : BUMN yg berbentuk PT yg modalnya terbagi dlm saham
yg seluruhnya atau paling sdkt 51 % shmnya dimiliki oleh
Negara yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
Persero Tbk : Persero yg modal dan jumlah pmg shmnya
memenuhi kriteria tertentu atau Persero yg melakukan
penawaran umum melalui psar modal.
Perum : BUMN yg selh modlnya dimiliki negara dan tdk terbagi
atas saham yg bertujuan utk kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan atau jasa yg bermutu mtinggi dan
sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan
persh.
90

PEMBEDAAN LAIN JENIS


PERUSAHAAN
2. Perusahaan Swasta : Badan usaha yg
modalnya seluruhnya dimiliki oleh swasta.
Umumnya berbentuk hukum PT, CV.
3. Perusahaan Nasional : Persero ( Persero
Tbk ) yg modalnya 51 % dimiliki oleh Negara
atau Swasta nasional dan 49 % asing.
PMA : Persero ( Persero Tbk ) yg modalnya
kurang dari 51 % dimiliki oleh Negara atau
Swasta nasional dan selebihnya asing.
PMA : Joint Venture, Joint Entreprise, Kontrak
Karya, BOT, BLT dan 100 % Modal Asing.
91

SUMBER HUKUM
PERUSAHAAN
Sumber Hukum Perusahaan : asal darimana kewenangan
dan kekuatan memaksa hukum positif diperoleh.
Sumber Hukum Perusahaan : KUHPdt, KUHD,UU No. 1 Thn
1995 jo UU No. 40 Thn 2007 Tg PT, UU No.8 Thn 1995 Tg
Pasar Modal ,UU No. 7 Thn 1992 jo UU No.10 Thn 1998 Tg
Perbankan, UU No.3 Thn 2004 Tg BI , UU No.8 Thn 1997 Tg
Dokumen Perusahaan, UU No.3 Thn 1982 Tg Wajib Daftar
Perusahaan, UU No.4 Thn 1998 JO uu No.37 Thn 2004 Tg
Kepailitan; UU No.19 Thn 2003 Ttg BUMN, uu No.5 Thn 99
Tg Anti Monopoli, UU No. 25 Thn 2007 Tg Penanaman
Modal, UU No.25 Thn 92 Tg Koperasi, dan lain-lain UU diluar
KUHD dan KUHPdt yang mngatur tentang lingkungan bisnis
dan PP, Kepres, Kep.Menteri dan sebagainya sebagai
bentuk peraturan pelaksanaan atas UU terkait; Kebiasaan
dan Jurisprudensi serta Doktrin ( Pendapat Ahli yang sdh
menjadi Communis Opinio Doctorum ).
92

BENTUK-BENTUK
PERUSAHAAN

PARTNERSHIPS

Persekutuan, Kongsi, Kompanyon, Asosiasi, Kemitraan.

Diatur dlm Ps 1618 1652 KUHPdt.


Partnership : perjanjian antara dua orang atau lebih yg
mengikatkan diri utk memasukkan sesuatu ( inbreng :
pemasukan, modal , kontribusi ) kedlm persekutuan, dng
maksud utk membagi keuntungan yg diperoleh karenanya ( Ps
1618 KUHPdt ).
Inbreng dan kerjasama adl unsur mutlak utk adanya
partnership. Inbreng : uang, barang, tenaga kerja ( skill :
lahiriah- tenaga, batiniah profesi, keahlian ).
Unsur-unsur lain : bertindak terang-terangan, bersifat
kebendaan, mengejar untung, keuntungan harus dibagi
bersama, adanya kerjasama tdk perlu dikethui pihak ketiga,
tujuan kerjasama harus tidak terlarang oleh hukum, untuk
kepentingan bersama para sekutu.
93

PARTNERSHIP

ISI PERJANJIAN PARTNERSHIP.


Bagian inbreng dan cara memasukkannya.
Cara kerja atau pembagian pengurusan.
Pembagian keuntungan ( ila tdk diatur berlaku
KUHPdt).
Tujuan kerjasama.
Jangka waktu.
Dll.
Ciri Partnership : keluar masing2 sekutu bertindak
seolah-olah utk diri sendiri ( mengikat diri sendiri )
thp
pihak
ketiga,
namun
kedlm
mereka
mengikatkan diri dlm persektuan.
94

PARTNERSHIP
CONTOH
A, B dan C sepakat mendirikan Partnership
dg Nama A & Assosiated. A bertindak keluar
membuat
perjanjian
dg
D
misalnya.
Sekalipun ia mengatasnamakan A &
Assosiated, secara yuridis hanya A yg terikat
kepada D, kecuali jika perbutan itu
mengutungkan
Partnership
.
Jika
yg
bertindak keluar itu A dan B , maka A dan B
terikat sama besar thp pihak ketiga.
Kesannya janggal atau tidak adil, namun
itulah prinsip partnership-kerjasama utk
kepentingan bersama.
95

PARTNERSHIP
SIFAT KEPRIBADIAN
Dlm Partnership sifat kepribadian antar anggota
sekutu masih dominan, krn tanpa saling mengenal
antar anggota niscaya terjadi kerjasam utk tujuan
dan kepentingan bersama. O.k.i masing2 anggota
hrs saling mengenal utk terjadinya kerjasama.
Tujuan kerjasama ini yg membedakan antara
perjanjian pada umumnya ( ex Ps 1313 KUHPdt dg
Perjanjian Partnership ). Perj (Ps 1313 KUHPdt )
masing-masing berhadapan ( timbal balik ) hak dan
kewajiban timbal balik, sedang dlm partnership tdk
demikian, situasinya paralel, kerjasama utk tujuan
bersama mencari keuntungan.
96

PARTNERSHIP

CARA MENDIRIKAN
Prinsip : lisan sdh lahir atau berdiri partnership,
krn partnership adl perjanjian ex 1313 j0 1618
KUHPdt.
Praktek : selalu dibuat dg Akta Notaris. Fungsi
akta hanya sbg alat bukti existensi Partnership
thp pihak ketiga.
Akta
didaftarkan
di
Kantor
Kepaniteraan
Pengadilan Negeri, sekarang seharusnya di
Kantor Pendaftaran Perusahaan ex UU No.3 Thn
82 Tg WDP utk tujuan publikasi.
Sbg persh juga perlu NPWP, SITU,Ijin HO,SIUP,dll.
97

TAGGUNG JAWAB
ANGGOTA PARTNERSHIP

TANGGUNG JAWAB ANGGOTA


Internal ( antar anggota ) : Jika ada salah satu yg
ditunjuk sbg pengurus, mk Ps 1637 KUHPdt
menentukan bhw pengurus berhak melakukan semua
perbuatan beheer walaupun tdk disetujui anggota
lain, asal dilakukan dg itikad baik.
Mitra lain terikat atas perbuatan tsb selama masa
penunjukan.
Bila tdk ada penunjukan khusus, mk Ps 1639 KUHPdt
menentukan bhw setiap anggota dianggap sec timbal
balik telah saling memberi kuasa utk bertindak thp
pihak ketiga, kecuali ada anggota yg sec tegas
keberatan sebelum perbuatan nhukum dilakukan.
Jadi tanggung jwb anggota dpt sendiri, dpt tanggung
renteng.
98

TANGGUNG JAWAB
ANGGOTA
Ekternal terhadap Pihak Ketiga.
Jika tdk ada surat kuasa khusus utk bertindak thp
pihak ketiga, maka p 3 hanya dapat minta
pertanggung jawaban thp sekutu ybs.
Ps 1642 KUHPdt : Para anggota sekutu tidaklah
terikat masing2 utk seluruh utang Partnership dan
masing2 sekutu bisa mengikat sekutu lain, bila
mereka tidak telah memberikan kuasa kepadanya
untuk itu.
Pengecualiannya
:
jika
perbuatan
itu
menguntungkan partnership, mk p 3 dpt
menggugat anggota sekutu yg lain ex Ps 1644
KUHPdt.
99

PEMBAGIAN HASIL
PEMBAGIAN UNTUNG RUGI
Pada prinsipnya anggota bebas mengatur tentang bgmn
cara membagi keuntungan dan kerugian perusahaan. Bila
mereka tdk mengatur secara khusus, mk Ps 1635 KUHPdt
menetapkan bhw keuntungan atau kerugian akan dibagi
seimbang dengan kontribusi masing2 anggota dan anggota
yg hanya memasukkan ketrampilan, akan memperoleh
keuntungan atau kerugian seimbang dg anggota yg
kontribusinya paling kecil baik berupa uang atau barang.
Ada ketentuan KUHPdt yg wajib diikuti dlm mengelola
Partnership, yaitu Ps 1634. Ps 1634 menentukan : para
sekutu tidak diperkenankan memperjanjikan bhw mereka
akan menyerahkan tg besarnya bagian keuntungan masing2
kpd salah seorang anggota sekutu saja. Janji yg demikian hrs
dianggap tdk perbah ada atau batal. Namun janji yg
menyatakan bhw semua kerugian akan ditanggung oleh
salah seorang anggota sekutu atau lebih, diperbolehkan.
Rationya : perjanjian tg keuntungan tadi melanggar asas
kerjasama, sedang perjanjian tg kerugian tidak.
100

PENGALIHAN ANGGOTA
PENGALIHAN KEANGGOTAAN
Kepentingan atau keanggotaan persekutuan
tdk dpt dialihkan tanpa persetujuan sekutu yg
lain, kecuali telah diperjanjikan sebelumnya
dalam pendirian. O.k.i , kecuali dijanjikan lain
seblumnya, kematian, penempatan dibawah
pengampuan, kepailitan anggota sekutu,
akan menyebabkan partnership bubar.
Memasukkan pihak ketiga menjadi anggota
sekutu hanya berarti terikat kepada anggota
yang memasukkan itu, tdk dg anggota sekutu
yg lain.
101

PEMBUBARAN
PARTNERSHIP
PEMBUBARAN PARTNERSHIP
Pasal
1646
KUHPdt
menentukan
:
partnership bubar bila telah terjadi salah
satu dari :
1) lewatnya waktu yang ditentukan dlm perjanjian
pendirian ;
2) musnahnya
barang
atau
diselesaikannya
perbuatan yg menjadi pokok persekutuan;
3) atas kehendak semata-mata dari beberapa atau
seorang anggota sekutu;
4) jika salah satu anggota sekutu meninggal,
ditempatkan dibawah pengampuan atau pailit.

Pasal 1646 ini tidak bersifat limitatif.

102

PEMBUBARAN
PARTNRSHIP

Pembubaran, pecah, berakhir.


Ontbinding dan vereffening.
Ontbinding : bubar, pecah dalam arti de jure, sesuai
dg ketentuan UU, AD, perjanjian.
Vereffening : verifikasi, pemberesan, likuidasi. Untuk
menentukan penyelesaian hak dan kewajiban
perusahaan.
Secara yuridis utk kepentingan vereffening,
perusahaan masih dianggap ada, eksis sejauh utk
kepentingan likuidasi.
Setelah selesai likuidasi, jika hutang sdh dibayar,
piutang sdh ditagih dan masih ada sisa, maka akan
dibagi sesuai perjanjian kepada seluruh anggota.
Setelah semuanya tuntas, barulah Partnership
benar-benar bubar baik de jure maupun de facto.
103

PARTNERSHIP DI AS
1. General Partnership (GP)
Governed by a Partnership Agreement;
Each partner has unlimited individual liability
for debts of the partnership;
Evenly split between partners : equal
authority, each is an agent for the
partnership, each partner is jointly and
severally liable and aprtnership files tax
return but partners are all the taxed
individually (pass thruogh entity or flow
through entity).
104

PARTNERSHIP DI AS
2. Limited Partnership (LP)
At least one generakl partner and one limited
partner;
General partner is an active managing partner;
Limited partner acts more than like an investor
with little or no input in day to day business
decisions;
Governed by statute ( such as the Uniform
Limited Partnership Act and the partnership
agreement );
Created by filing document with a state;
105

PARTNERSHIP DI AS
Requires a written agreement among the
partners;
Liability : GP is fully liable and LP is liable to the
extent of investment;
GP has full authority to bind the LP;
LP may freely transfer their interest unless the
partnership agreement provides otherwise.
However, a GP cannot tranfer their interest
unless all of the other GP and LP consent;
Generally, treated as a partnership for tax
purposes;
106

FIRMA
PENGATURAN
Diatur dlm Ps 15 sd 35 KUHD.
Firma : tiap persekutuan perdata yang didirikan untuk
menjalankan perusahaan dengan memakai nama
bersama atau firma. Mis : Firma Nindyo & Assosiated.
Firma adalah bentuk Partnership khusus.
Kekhususannya : pasti menjalankan perusahaan, dg
memakai nama bersama ( firman), mempunyai
sistem pertanggungjawaban secara pribadi antar
sekutu untuk seluruhnya.
O.k.i ketentuan KUHPdt tg Partnership juga berlaku
sejauh tdk diatur khusus dlm KUHD dan akta
pendirian.
107

FIRMA
SIFAT KEPRIBADIAN
Oleh krn Firma adl Partnership khusus, mk
sifat kepribadian anggota juga masih
dominan spt pd Maatschap.
Sdh jarang dijumpai dlm praktek. Tdk
begitu
diminati
masyarakat.
Hasil
penelitian FH UGM ada kecenderungan
hanya utk kongsi dan menyelamatkan
harta warisan utk tdk dibagi antar keluarga.
108

FIRMA

CARA MENDIRIKAN
Pada prinsipnya cukup lisan spt pd partnership.
Praktek selalu dibuat dg Akta Notaris, dg ketentuan
harus didaftarkan dan diumumkan dlm TBNRI.
Praktek tdk pernah diumumkan, hanya didaftarkan
di Kepaniteraan PN, seharusnya di Kantor
Pendaftaran Perusahaan ex UU No.3 Thn 1982 Tg
WDP.
Fungsi akta sama dg partnership, hanya utk alat
bukti tg eksistensi Firma pd pihak ketiga.
Praktek sbg perusahaan juga perlu NPWP, SITU,
SIUP, Ijin HO, TDP,dll.
Praktek selalu membuat pembukuan layaknya
perusahaan pd umumnya.
109

Pendaftaran dan pengumuman


Jika pendaftaran dan pengumuman
tdk dilakukan akibatnya bukan Firma
bubar atau batal, namun Firma : akan
dianggap menjalankan kegiatan usaha
yg tdk terbatas, pertanggungjawaban
anggota sekutu tdk terbatas, jangka
waktu usahanya tidak terbatas.
Tujuannya untuk melindungi pihak
ketiga yg beritikad baik.
110

FIRMA

HAK DAN TANGGUNG JAWAB ANGGOTA


Setiap
anggota
sekutu
berhak
utk
mengumumkan dan bertindak keluar atas
nama Firma;
Perjanjian
yg
dibuat
anggota
sekutu
mengikat anggota yg lain;
Segala seuatu yg diperoleh oleh seorang
anggota sekutu menjadi harta Firma;
Tiap2 anggota sekutu bertanggung jawab
secara tanggung renteng utk seluruh
perikatan Firma.
111

FIRMA
PERBEDAAN DAN PERSAMAAN FIRMA DG
MAATSCHAP
I. Firma
1. Ada pertanggungjawaban secara pribadi utk seluruhnya
dan pertanggungjawaban sec tanggung renteng dan pada
maatschap tdk ada;
2. Tdk perlu ada surat kuasa khusus ;
3. Bukan badan hukum;
4. Membuat harta kekayaan terpisah ( pembukuan ) ;
5. Didirikan atas dasar perjanjian , dg akta otentik,
didaftarkan dan diumumkan di TBNRI ;
6. Fungsi akta hanya sbg alat bukti, bukan syarat berdirinya
Fa;
7.Pembagian keuntungan berdasarkan perbandingan besar
kecilnya inbreng masing2.
112

FIRMA

II. Maatschap
1) Ada pertanggungjawaban sendiri2 dan para sekutu
terikat masing2 utk seluruh utang maatschap;
2) Masing2 anggota tdk dpt mengikat anggota sekutu
lain, kecuali dg surat kuasa khusus;
3) Bukan badan hukum;
4) Praktek jarang membuat kekayaan terpisah
( pembukuan) , namun sudah ada yg mulai membuat
pembukuan;
5) Didirkkan berdasarkan perjanjian, tdk harus dg akta
otentik, ada yg membuat akta otentik;
6) Tdk ada keharusan pendaftaran dan pengumuman dlm
TBNRI;
7) Fungsi akta hanya sbg alat bukti.
113

FIRMA
HUBUNGAN DG PIHAK KETIGA
Jika dlm Maatschap, hubungan anggota sekutu
tdk dg sendirinya mengikat sekutu lain, kecuali
ada kuasa utk itu dan menguntungkan
maatschap, dlm Firma setia Firman berhak
bertindak atas nama Fa dlm lingkup
kegiatannya dan mengikat pihak ketiga kecuali
pihak ketiga dengan tegas menolak hak
tersebut.
Setia sekutu bertanggung jawab masing2 dan
utk seluruhnya thp perikatan Firma dg pihak
ketiga.
114

FIRMA
ADANYA SEKUTU BARU
Jika krn kematian dari anggota sekutu atau
krn sebab lain anggota sekutu harus diganti,
maka caranya :
1) lama dpt dibubarkan dan didirikan Fa baru;
2) Fa lama diteruskan dg memasukkan anggota baru
utk menggantikan anggota lama yg meninggal
atau keluar.
Perbedaan kedua cara ini hanya terletak pd
tanggung jawab dari Firma terhadap hutang lama.
Jika fa bartu didirikan, maka hutang lama bukan
tanggung jawabnya, namun jika Fa diteruskan
maka Fa masih bertanggung jawab utk hutang
lama.
115

FIRMA

PEMBUBARAN FIRMA
Oleh karena Fa pada dasarnya dalah
Partnership Khusus, mk cara mengakhiri Fa spt
diatur di dalam Ps 1646 KUHPdt berlaku pula
bagi Fa, kecuali diatur lain di dalam Akta
Pendirian.
Likuidasi biasanya diselsaikan dulu melalui
kekayaan Fa yg dipisahkan. Jika ternyata
kurang maka harta pribadi anggota sekutu
dijadikan jaminan atas piutang Fa thp pihak
ketiga.
116

COMMANDITAIRE
VENNOOTSCHAP (CV)
C.V. adalah perusahaan yg didirikan oleh satu orang
atau lebih dengan satu orang atau lebih yg lain
sebagai pelepas uang atau sekutu komanditer.
Diatur di dlm Ps 19 sd 21 KUHD.
Disebut Persekutuan Komanditer, krn memilik sekutu
pelepas uang yg disebut sekutu komanditer, yi :
sekutu yg hanya melepaskan sejumlah uangnya sbg
bagian
dri
modal
persekutuan
dan
hanya
bertanggung jawab sebats modal yg dilepaskan
tersebut dan tdk ikut dalam pengurusan persekutuan.
CV memp 2 sekutu : sekutu aktif ( sekutu kerja,
sekutu komplementer, sekutu pengurus ) dan sekutu
pasif ( sleeping partner, sekutu diam, sekutu tdk
kerja, sekutu komanditer ).
117

CV

SIFAT KEPRIBADIAN
Sifat kepribadian sudah mulai ditinggalkan.
Sektu komanditer hanya berada dibelakang
layar, tdk ikut mengurus perusahaan.
Jika ketentuan ini dilanggar, ia akan
dipertanggungjawabkan seperti sekutu kerja.
Sekutu
komanditer
dapat
terdiri
dari
beberapa orang, demikian pula sekutu kerja.
Sekutu kerja di dalam praktek sering disebut
Direktur , Manager, Pimpinan CV.
118

CV
Perbedaan Sekutu Diam dg Sekutu Kerja
Sekutu kerja sebagai pengurus atau
pengelola CV, sedang sekutu pasif tidak;
Sekutu Kerja bertanggung jwb secara
pribadi utk seluruh utang CV, sedang sekutu
pasif hanya sebatas uang yg dia masukkan;
Perbedaan CV dg PT
1. Pengurus CV bertanggung jwb
Pengurus PT terbatas;

penuh,

119

CV
2. Bila sekutu CV meninggal maka CV
bubar, namun tdk demikian halnya
pada PT. Jika Pengurus meninggal dpt
digantikan orang lain melalui RUPS;
3. Sekutu kerja menjabat seumur hidup,
Direksi PT terbatas sesuai AD;
4. CV Atas saham mempunyai Komisaris
spt PT yg diangkat dari sekutu
komanditer, sama spt dalam PT juga
punya Komisaris.
120

CV
CARA MENDIRIKAN
Tdk berbeda dg Maaatschap dan Fa,
secara yuridis cukup lisan.
Praktek selalu dibuat dg akta notaris, yg
berfungsi sebagai alat bukti adanya CV.
Status hukumnya tetap bukan badan
hukum menurut KUHD.
Praktek
selalu
membuat
kekayan
terpisah ( pembukuan ).
121

CV
MACAM CV
CV Diam-diam : Tampil keluar sbg Fa, ke dlm
didalam akte dikenal adanya sekutu
komplementer dan sekutu komanditer.
CV terang2an : tampil keluar terbuka sbg
CV, baik melalui Kop Surat, Papan Nama,
Cap,dsb.
CV Atas Saham : Membagi pemasukan
modal dari sekutu komanditer, diganti
dalam ujud saham oleh perusahaan. Mrpkn
bentuk terminal ke bentuk PT.
122

CV
BERAKHIRNYA CV
Pada hakekatnya sama dg Maatschap
dan Firma dan AD CV.

123

PERSEROAN TERBATAS
PENGERTIAN DAN STATUS BH PT
PT adalah badan hukum yg mrpkn persekutuan
modal , didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dg modal dasar yg seluruhnya
terbagi dlm saham dan memenuhi persyaratan yg
ditetapkan dalam UU ini serta PPnya ( Ps 1 Ay (1)
UUPT ).
Perseroan memperoleh status BH dahulu menurut
UU No.1/95 adalah setelah Akta pendiriannya
disahkan Menteri Kehakiman & HAM. UU No.40/07 :
.. Pada tgl diterbitkannya Kepmen mengenai
pengesahan BH PT ( Ps 7 (4) UU No.40/07 ( UUPT).
124

PROSEDUR
MENDIRIKAN
orang
( kecuali BUMN ) datang ke PT
Notaris

Dua
mohon
dibuatkan Akta pendirian PT yg berisi AD PT.
Akta Notaris adalah syarat adanya PT ( syarat mutlak ).
Akta Pendirian tersebut oleh Notaris akan dimintakan
pengesahan kpd Menteri Kehakiman. Skrng melalui sistem
administrasi badan hukum ( sisminbakum ) secara on-line
dg prosedur yg cepat. Permohonan hrs dilengkapi NPWP,
Bukti ( kuitansi ) setoran saham, dll.
Akta yg sdh mendapat pengesahan Menteri hrs diumumkan
di TBNRI oleh Menteri dulu oleh Direksi -- ( Ps 30 UUPT ) utk
tujuan publikasi dan diumumkan serta didaftarkan di Kantor
Pendaftaran Perusahaan sesuai UU No.3 Thn 1982 Tg WDP.
Faham yg dianut adalah faham perjanjian, kecuali
PT( Persero yg 100 % sahamnya dimiliki negara dan
PT.BEI,LKP,LPP, lembaga lain) yang tunduk pada UUBUMN
dan UUPM .

125

KEADAAN PS 1 ORANG ?
Setelah PT menjadi BH, PS kurang dari 2
orang, maka dalam waktu paling lama 6
bulan terhitung sejak keadaan tersebut
pemegang
saham
wajib
mengalihkan
sebagian sahamnya kepada orang lain atau
mengeluarkan saham baru kpd orang lain
(Ps 7 ay 5 UUPT ).
Dlm hal jngka waktu tsb telah dilampaui, PS
tetap 1 orang, maka PS bertanggung jwab
secara pribadi atas segala perikatan dan
kerugian PT, dan atas permohonan pihak
yang
berkepentingan,
PN
dapat
membubarkan PT tsb ( Ps 7 Ay 6 UUPT ).
126

PIHAK YG
BERKEPENTINGAN ?
Pihak yang berkepentingan adalah Kejaksaan
untuk kepentingan umum, Pemegang
Saham, Direksi, Dewan Komisaris, Karyawan
Perseroan, Kreditor dan/atau Pemangku
Kepentingan ( Stake Holder ) (Penjelasan Ps 7
Ayat 6 UUPT ).
Ada kejanggalan dalam penjelasan ayat 6 ini,
yaitu : PS sebagai pihak yang berkepentingan.
Mengapa PS menjadi pihak yg berkepentingan
di sini ?. Apa kira2 kepentingannya utk
membubarkan PT ?.
127

MACAM-MACAM PT
Ada dua : PT Terbuka ( Tbk ) dan PT Tertutup.
PT Terbuka dibelakang nama PT ada tanda Tbk,
biasanya Go Public ke Pasar Modal atau pemegang
sahamnya lebih dari 100 pihak atau modal dasarnya
lebih 3 miliar atau suatu jumlah tertentu yg
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.
PT
Tertutup
tdk
tegas
diatur
didlm
UUPT.
Indikatornya : dimiliki oleh keluarga, kerabat, teman
dekat. Tdk menggunakan tanda Tbk dibelakang nama
PT, modal dasar Rp.50 juta, tdk go public ke Pasar
Modal.
Di Belanda PT Tbk = NV, PT tertutup BV. Di AS PT Tbk
= Publik Company (Corporation ), PT tertutup =
Private Company.
128

CIRI KHAS PT
Sbg badan hukum mandiri ( persona standi in judicio ),
legal entity, legal body.
Sbg asosiasi modal
Mempunyai kekayaan terpisah;
Pertanggungjawaban terbatas bagi para pemegang saham
sebatas saham yg dimilikinya;
Pemegang saham tdk bertanggung jwb atas kerugian PT
melebihi saham yg dimiliki, kecuali terkena ketentuan Ps 3
Ay 2 UUPT ( Piercing the Corporate veil );
Adanya pemisahan tegas antara fungsi pemegang saham (
RUPS ) dg fungsi Direksi dan Komisaris;
Memiliki Komisaris sbg Supervisor Direksi;
RUPS sbg pemegang kekuasaan tertinggi dalam arti
kekuasaan yg tdk diberikan kpd Direksi dan Komisaris.

129

ORGAN PT
Organ PT terdiri : RUPS, Komisaris dan Direksi.
RUPS : pemegang kekuasaan tertinggi dalam
struktur PT, dlm arti kekuasaan yg tdk diberikan
kepada Direksi dan Komisaris.
Komisaris : pengawas perbuatan pengurusan yg
dilakukan Direksi dan pemberi nasehat bagi
Direksi.
Direksi : wakil PT baik di dalam maupun diluar
Pengadilan. Direksi PT mengurus PT dg tanggung
jwb dan itikad baik utk kepentingan dan tujuan
PT.
130

Beheer en Beschikking
Daden

Direksi : organ PT yg bertanggung


jawab penuh atas pengurusan PT
untuk kepentingan dan tujuan PT.
Jadi orientasi perbuatan pengurusan
Direksi : kepentingan dan tujuan PT.
Beschikking : perbuatan hukum
direksi yg memerlukan persetujuan
RUPS atau Komisaris.
131

AJARAN HUBUNGAN
ANTAR ORGAN PT
Pandangan klasik ketiga organ,
kedudukannya berjenjang.
RUPS : Pemegang kekuasaan tertinggi
( centrum ) . Kekuasaan Direksi dan Komisaris
hanya limpahan kekuasaan RUPS.
Konsekuensinya : setiap waktu dpt saja
dicabut.
Akibatnya : orientasi kebijakan direksi adalah
kepentingan RUPS ( Pemegang saham ).

132

AJARAN HUBUNGAN
ANTAR ORGAN PT
Pandangan modern berubah ( Faham
Institusional/Institutionale opvating ).
Kedudukan ketiga organ tdk lagi
berjenjang.
Organ yg satu tdk untergeordnert
thp yg lain, tetapi neben .
Wewenang Direksi dan Komisaris bukan
limpahan RUPS, melainkan berdasar
kekuatan UU dan AD PT.
133

AJARAN HUBUNGAN
ANTAR ORGAN PT
Masing2 tugas dan wewenang organ PT :
otonom.
UUPT mengadopsi faham ini misalnya di
dlm Ps 1 ayat (5) jo Ps 92 UUPT : Orientasi
kebijakan Direksi dalam menjalankan
kepengurusan PT : untuk kepentingan dan
tujuan PT ( het vennootschap belang ).
Otonomi penting utk mencapai tujuan
perseroan.
134

AJARAN HUUNGAN ANTAR


ORGAN PT
Yg penting untuk diperhatikan Direksi :
bertanggung jwb penuh atas pengurusan
PT utk kepentingan dan tujuan PT ( Ps 97
jo ps 92 ), wajib dg itikad baik
menjalankan tugasnya utk kepentingan
dan usaha PT ( Ps 97 (2) ).
Otonomi Direksi dibatasi oleh kepantasan
dan kepatutan Ps 23 AB, Ps 1338, 1339,
1365 BW ).
135

PERBUATAN HUKUM CALON


PENDIRI PT
Perbuatan hk yg dilakukan calon pendiri
utk kepentingan PT yg belum berdiri,
mengikat PT setelah menjadi BH, dengan
syarat : (a) RUPS Pertama PT secara
tegas
menyatakan
menerima
atau
mengambil alih semua hak dan kewajiban
yg timbul dari perbuatan hukum yg
dilakukan calon pendiri atau kuasanya
( Ps 13 (1).
RUPS 1 hrs diselenggarakan dalam waktu
paling lambat 60 hari setelah PT menjadi
BH.
136

PERBUATAN HUKUM a.n.


PT BELUM STATUS BH
Perbuatan hkm a.n PT yg belum status BH
hanya boleh dilakukan oleh semua anggota
Direksi bersama-sama semua anggota Dewan
Koisaris dan mereka semua bertanggung jawab
secara tanggung renteng atas perbuatan
hukum tsb ( Ps 14 (1) UUPT ).
Dlm hal perbuatan hkm diatas dilakukan oleh
Pendiri a.n. PT yg belum brstatus BH,
perbuatan hukum tersebut menjadi tanggung
jawab Pendiri yang bersangkutan dan tidak
mengikat PT ( Ps 14 (2) UUPT ).
137

PERBUATAN HUKUM a.n.


PT BELUM STATUS BH
Perbuatan hukum sbgmn tsb pada Ps 14 (1) di
atas, karena hukum menjadi tanggung jawab
PT setelah PT menjadi BH.
Karena hukum artinya tidak diperlukan lagi
titel ttt atau alas hak tertentu untuk peralihan
tanggung jawab tsb.
Perbuatan hkm sbgmn tsb pada Ps 14 (2) di
atas hanya mengikat dan menjadi tanggung
njawab PT setelah perbuatan hkm tsb disetujui
oleh semua PS dalam RUPS yang dihadiri oleh
semua PS PT.
RUPS tsb adalah RUPS Pertama.
138

FUNGSI AKTA PENDIRIAN PT


Akta pendirian PT yang berisi AD PT
merupakan syarat mutlak untuk berdirinya
PT. Selain sebagai alat bukti yang kuat:
lahiriah, formal dan material, akta pendirian
intern : berfungsi sebagai aturan main
diantara para pemegang saham dengan
organ PT, extern : merupakan identitas dan
menentukan
pengaturan
pertanggung
jawaban PT terhadap pihak ketiga.
139

MODAL DAN SAHAM


Modal (kapital) : kekayaan total seseorang
atau suatu badan atau nilai total dari suatu
usaha ekonomi, kekayaan usaha yang segera
dapat diubah ke dalam bentuk kontan, bagian
pokok dari pinjaman sebagai yang dibedakan
dari bunga, bahkan sering diartikan sebagai
sejumlah uang atau bagian nilai kekayaan
yang dapat mendatangkan penghasilan.
Dalam PT dikenal 3 jenis modal: (1) modal
dasar; (2) modal ditempatkan; (3) modal
disetor.
140

MODAL DAN SAHAM

Modal dasar : modal maksimum dimana dapat


dikeluarkan saham tanpa perubahan anggaran
dasar. Modal ditempatkan : sejumlah modal
dengan nilai nominal yang diambil oleh para
pendiri.
Modal disetor: modal yang telah dipenuhi
kewajiban penyetorannya.
UUPT menentukan : PT harus mempunyai modal
dasar minimal Rp. 50.000.000 ( Ps 32 (1) UUPT ) ,kecuali PT Bank, Lembaga Keuangan Non Bank.
Dari modal dasar tersebut palilng sedikit 25%
harus telah ditempatkan dan disetor penuh (Ps 33
(1) UUPT).Modal ditempatkan dan disetor penuh
tsb dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah.
Pengeluaran saham lebih lanjut untuk menambah
modal yg ditempatkan harus disetor penuh.
141

Modal dan Saham


Yang dimaksud dengan bukti
penyetoran yang sah , antara lain : bukti
setoran pemegang saham ke dalam
rekening bank atas nama Perseroan, data
dari laporan keuangan yang telah diaudit
oleh akuntan atau neraca Perseroan yang
ditandatangani oleh Direksi dan Dewan
Komisaris ( Penjelasan Ps 33 (2) UUPT ).
Dulu hanya kuitansi yang sah .
142

MODAL DAN SAHAM

Modal yang ditempatkan di dalam neraca


biasanya berada di pos passiva, sedang dalam
pos aktiva modal dicantumkan sebagai kas.
Contoh:
Aktiva
Passiva
Kas Rp. 50.000.000,Modal yang
ditempatkan
Rp. 50.000.000,-

Modal PT sebagaimana terlihat dalam neraca


merupakan utang PT tetapi bukan utang biasa,
namun utang yang tidak dapat dibayar, dalam
arti
utang
tersebut
tidak
diperbolehkan
menjadikan suatu keadaan: karena pembayaran
kepada para pemegang saham menyebabkan
modal PT menjadi berkurang.
143

Tujuan Perlindungan Modal PT


Perlindungan modal dan kekayaan PT
Tujuan : mempersatukan dan menjaga
keutuhan kekayaan PT. Menjaga agar
dengan pembayaran deviden maupun
interim deviden yang dilakukan PT
kepada para pemegang saham atau
mereka yang berhak atas keuntungan PT
(misal: tantieme) tidak akan mengganggu
dana cadangan menurut UU dan modal
PT dan harus mendapat persetujuan
RUPS.
144

Perlindungan Modal PT
lanjutan

UUPT antara lain menentukan : Pembelian kembali


( buy back ) saham yg telah dikeluarkan dg ketentuan
: tidak menyebabkan kekayaan bersih PT menjadi
lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan
ditambah cadangan yang wajib yang telah disisihkan.
Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli
kembali oleh PT dan gadai saham atau jaminan fidusia
atas saham yang dipegang oleh PT sendiri dan/atau
PT lain yg sahamnya lsg atau tdk lsg dimiliki PT, tidak
melebihi 10% dari jumlah modal yang ditempatkan ,
kecuali ditentukan lain dlm UUPM (Ps 37 UUPT).
Pembelian kembali saham baik lsg atau ntdk lsg yg
bertentangn dg ketentuan di ats, batal demi hukum
dan direksi bertanggung jwb secara tanggung renteng
atas kerugian PS yg bertitikad baik.
145

Penambahan dan Pengurangan


Modal
Saham yg di buy back PT hanya boleh
dikuasai PT paling lama 3 tahun.
Buy back atau pengalihannya lebih lanjut
hany
boleh
dilakukan
berdasarkan
persetujuan RUPS, kecuali utk PT Go
Publik yg tunduk pada UUPM.
Kpts RUPS tentang persetujuan tsb sah
bila dilakukan sesuai dg ketentuan
mengenai panggilan rapat, kuorum dan
persetujuan jumlah suara utk perubahan
AD menurut UUPT dan AD PT.
146

RUPS dapat menyerahkan kewenangan


kpd Dekom guna menyetujui pelaksanaan
kpts RUPS tersebut di atas, untuk jangka
waktu paling lama 1 tahun.
Penyerahan kewenangan tsb setiap kali
dapat diperpanjang utk jangka waktu yg
sama ( 1 thn )
Penyerahan kewenangan tsb sewaktu2
dpt ditarik kembali oleh RUPS.
147

Saham yg dikuasai PT krn buy back,


peralihan krn hukum, hibah atau hibah
wasiat, tidak dapat digunakan utk
mengeluarkan suara dlm RUPS dan tdk
diperhitungkan dlm menentukan
jumlah kuorum yg harus dicapai sesuai
dg ketentuan UUPT dan/atau AD PT.
Saham demikian tdk berhak mendapat
pembagian deviden.
148

Penambahan modal dilakukan berdasarkan


persetujuan RUPS.
RUPS dapat menyerahkan kewenangannya
kpd Dekom utk jangka wktu 1 thn.
Penyerahahan kewenangan tsb sewaktu2
dpt ditarik kembali.
Kpts RUPS sah, bila dilakkuan dg
memperhatikan syarat kuorum, jumlah
suara setuju utk perubahan AD sesuai dg
UUPT dan/atau AD PT.
149

Kpts RUPS utk penambahan m odal


ditempatkan dan disetor dalam batas modal
dasar sah , bila dilakukan dg kuorum
kehadiran lebih dari bagian dari seluruh
saham dg hak suara dan disetujui oleh lebih
dari bagian dari jumlah seluruh suara yang
dikeluarkan, kecuali ditentukan lebih besar
dalam AD PT.
Penambahan modal spt ini wajib
diberitahukan kpd Menteri utk dicatat dalam
Daftar Perseroan.
150

Saham

Saham
UU PT skrg hanya mengenal 1 (satu)
jenis saham , yaitu op naam
(registered share) .
Nilai
nominal
saham
harus
dicantumkan dalam mata uang rupiah
dan saham tidak boleh diterbitkan
tanpai nilai nominal (share without par
value), kecuali yg diatur oleh UUPM . 151

Saham

Disamping itu didalam PT dikenal jenis-jenis


saham didalam praktek antara lain:
Saham biasa : Saham yang diberikan kepada
setiap orang yang memasukkan inbreng uang
kepada PT.
Saham utama : Saham ini memberikan kepada
pemegangnya hak lebih dari saham biasa dalam
hal keuntungan dan/atau saldo, pada waktu PT
bubar.
Saham utama kumulatif : Saham ini memberikan
kepada pemegangnya hal lebih daripada saham
utama,
disamping
mempunyai
hak
atas
keuntungan dan/atau saldo seperti saham utama,
masih diberi hak atas deviden tunggakan.
152

Saham .(lanjutan)

Saham prioritas : Saham yang memberi hak


kepada pemiliknya hak berbicara khusus
dalam RUPS yang biasanya mempunyai
kekuatan mutlak.
Saham pendiri : Saham yang diberikan sebagai
balas jasa terhadap jasa para pendiri PT.
Saham bonus: Saham yang diberikan kepada
pemegang saham biasa tanpa ada setoran
uang tunai lagi atau benda lain, sebagai ganti
hak menagih kepada PT atas dana cadangan
atau kelebihan dari modal yang ditempatkan.
153

DPS DAN DAFTAR KHUSUS

Perseroan harus menyelenggarakan Daftar Pemegang


Saham dan Daftar Khusus, yang memuat antara lain
nama, alamat pemegang saham, jumlah, nomor dan
tanggal perolehan dan keterangan pemilikan saham dari
anggota direksi dan komisaris dan keluarganya pada
perseroan yang bersangkutan atau perseroan lain serta
tanggal perolehan saham, untuk tujuan transparansi PT.
Pemindahan hak atas saham dilakukan dengan akta
pemindahan hak. Akta pemindahan hak atau salinannya
disampaikan secara tertulis kepada PT. Direksi wajib
mencatat pemindahan hak atas saham, tgl, dan hari
pemindahan dlm Daftar PD atau Daftar Khusus dan
memberitahukan perubahan susuan PS tsb kepada
Menteri utk dicatat dalam, Daftar Perseroan paling
lambat 30 hari terhitung sejak tgl pencatatan
pemindahan hak.
154

Setoran Saham

Penyetoran saham
Pada waktu pendirian PT, modal yang disetor
merupakan kekayaan pertama PT dan merupakan
kekayaan sendiri PT. UUPT telah mengatur
sedemikian rupa sehingga PT benar-benar
mempunyai kekayaan riil, yaitu dengan ketentuan
bahwa penyetoran berupa uang harus dibuktikan
dengan kuitansi yang sah.
Fungsi kekayaan PT : Disamping merupakan
kekayaan realitas PT, dilain pihak sebagai jaminan
terhadap pihak ketiga dari utang-utang yang
dibuat PT. Untuk itu UUPT mengatur perlunya
dana cadangan yang harus diadakan oleh PT.
155

Setoran Saham dan Quasi


Inbreng

Penyetoran
in
natura
harus
bernilai
ekonomis
yang
dibuktikan
oleh
ahli
independen dan jika setoran dilakukan pada
waktu pendirian harus dicantumkan didalam
akta PT, jika dilakukan setelah pengesahan
PT sebagai badan hukum perlu persetujuan
RUPS. Untuk inbreng benda tidak bergerak
harus diumumkan dalam 2 surat kabar
harian.
Quasi-inbreng : semacam inbreng dimana
calon pemegang saham menjual benda tidak
bergeraknya kepada PT dan dari hasilnya
digunakan untuk penyetoran sahamnya.
156

Laporan Keuangan PT

Laporan Keuangan Terhadap Perseroan


Didalam UUPT ditetapkan bahwa laporan
tahunan yang telah disetujui oleh RUPS wajib
diumumkan dalam 2 (dua) surat kabar
harian.
Bagi PT yang bidang usahanya mengerahkan
dana masyarakat, misal : PT Perbankan, PT
Asuransi,
dan
lain-lain.
Direksi
wajib
menyerahkan
perhitungan
tahunan
Perseroan kepada Akuntan Publik.
Didalam
KUHD
tidak
ada
keharusan
pengumuman dan pemeriksaan laporan
keuangan diserahkan kepada akuntan publik.
157

Pemeriksaan PT

Pemeriksaan terhadap Perseroan dimaksudkan


untuk memperoleh data dan atau keterangan
apabila terdapat dugaan bahwa : (1) Perseroan
melakukan perbuatan melawan hukum yang
merugikan pemegang saham atau pihak ketiga,
atau (2) Anggota Direksi atau Komisaris
melakukan perbuatan melawan hukum yang
merugikan pemegang saham atau pihak ketiga.
Permohonan untuk melakukan pemeriksaan
diajukan kepada Pengadilan Negeri secara
tertulis. Didalam KUHD, pemeriksaan terhadap
Perseroan dilakukan oleh Komisaris, sepanjang
Komisaris
tidak
merangkap
tugas
kepengurusan.
158

RESTRUKTURISASI MODAL
DAN PRIVATISASI
Dewasa ini dalam rangka memperbaiki struktur modal, PTPT baik PT Terbuka maupun PT Tertutup , termasuk BUMN
banyak yang melakukan restrtukturisasi modal dengan
berbagai cara, antara lain
(1)dalam strategi pengembangan perusahaan telah
dilakukan berbagai upaya dengan menerapkan fit and
proper untuk pemilihan direksi.
(2) mendorong perusahaan lebih efisien dengan jalan
privatisasi perusahaan dan sebagainya.
Langkah ini ditempuh karena dalam memasuki era
persaingan global, ada pendapat yang mengatakan bahwa
kunci keberhasilan suatu usaha khususnya perusahaan yang
berbentuk PT adalah soal daya saing dan efisiensi.
Oleh karena itu trend ke depan, tampaknya bentuk PT
termasuk PT ( Persero ) akan mendominasi bentuk
perusahaan baik swasta maupun BUMN. Dengan keluarnya
UU No.19/2003 Ttg BUMN bentuk Perjan sudah tidak dipakai
lagi.
159

RESTRUKTURISASI DAN PRIVATISASI


Dapat diambil contoh, privatisasi BUMN dapat
dilakukan diberbagai tingkatan dengan
Pemerintah tetap memiliki kontrol efektif.
Misalnya, untuk BUMN Pertambangan.
Pemerintah telah merencanakan akan
membentuk PT.BUMN Pertambangan Holding,
dengan anak perusahaan yang dikelompokkan
pada tiga sector, yaitu :
(1) Sektor Timah : PT.Timah;
(2). Sektor Emas, Nikel dan Tembaga : PT.Aneka
Tambang, PT. Tambang Emas, PT.Tambang
Nikel, PT.Tambang Bauksit, PT.Tambang Pasir
Besi, PT.Logam Mulia dan PT.Freeport;
160

RESTRUKTURISASI DAN PRIVATISASI


(3). Sektor Batubara : PT.Bukit Asam.
Beberapa rencana yang telah dibuat adalah
kepemilikan efektif di anak perusahaan
hingga 13 %, sedang kepemilikan nominal di
anak perusahaan , misalnya Tambang Emas
dapat diberikan hingga 51 %, kepemilikan
nominal di Holding hingga 51 %.
Sekalipun demikian identitas perusahaan
akan tetap sebagai Perusahaan Indonesia,
seandainya nominal 51 % itu mungkin akan
dimiliki atau dibeli oleh investor asing.

161

PROBLEM PEMILIKAN SAHAM 100


%?

Di dalam praktek seperti dikemukakan di


atas, PT setelah menjadi badan hukum
sahamnya menjadi 100 % dikuasai satu
orang . Caranya dengan pola jual beli saham.
Konsekuensi hukumnya akan ada
pertanggungjawaban pribadi pada pemegang
saham.
Di dalam hukum PT sekarang ini berkembang
teori atau faham institutionele opvating .
Teori ini mengatakan bahwa antara organ PT
kedudukannya sejajar. Organ satu tidak boleh
mencampuri kewenangan organ yang lain.

162

PROBLEM PEMILIKAN SAHAM 100


%?

Dalam kaitannya dengan modal perseroan,


oleh UUPT ditentukan bahwa PT tidak boleh
mengeluarkan saham untuk dimiliki sendiri.
Jadi pemilikan 100 % di atas sebenarnya
bertentangan dengan hakekat PT.
Hal di atas termasuk anak perusahaan juga
dilarang memiliki saham dari induk
perusahaannya. Namun dalam praktek
sering dilanggar.
Hal ini menunjukan belum berperannya
hukum dalam kegiatan ekonomi.

163

FUNGSI KOMISARIS PT DLM RANGKA


GCG

Dalam PT sekarang ini fungsi Komisaris semakin


diakui. Idealnya Komisaris mampu menjalankan
fungsi supervisinya dengan baik.
Komisaris sering membutuhkan Komite Audit untuk
membantu mengaudit pembukuan perusahaan
dalam rangka GCG.
Dalam kaitannya dengan UU No.22 /1999 Tentang
Otonomi Daerah, belakangan muncul wacana baru
tentang tuntutan profit sharing terhadap BUMNBUMN yang berlokasi di daerah-daerah tertentu.
Dengan adanya fenomena seperti itu , apakah
model profit sharing tersebut dalam wacana
Negara Kesatuan RI tepat ?. Layak menjadi bahan
diskusi !.
164

HAK PS YG MEWAKILI 1/10 JUMLAH


SAHAM

Di dalam UU PT ada ketentuan yang menyatakan


bahwa pemegang saham atas nama diri sendiri
atau atas nama perseroan apabila mewakili paling
sedikit 1/10 bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara sah, dapat memohon untuk
dilakukan pemeriksaan terhadap perseroan atau
anggota Direksi atau Komisaris, apabila ada
dugaan adanya perbuatan melawan hukum.
Ketentuan ini di dalam praktek sering dipandang
sebagai sulit untuk dilaksanakan, karena untuk
memnuhi prosentase tersebut tidak mudah.
Bahkan dipredeksikan secara teoritis quorom 1/10
bagian dari jumlah seluruh saham dengan suara
sah sulit dicapai karena posisi minoritasnya.
165

STATUS TAGIHAN PS THP PT

Di dalam UUPT ada ketentuan yang


menyatakan bahwa pemegang saham yang
mempunyai tagihan terhadap perseroan
tidak dapat menggunakan hak tagihannya
sebagai kompensasi kewajiban penyetoran
atas harga sahamnya, karena akan
membahayakan posisi modal PT, kecuali
tagihan tertentu.
Bentuk tagihan tertentu yang dapat
dikompensasikan sebagai setoran saham
menurut UUPT adalah convertible bond.
166

Anda mungkin juga menyukai