Anda di halaman 1dari 25

RELIGIUSITAS

KELOMPOK 8

Religiusitas

NURUL

Religiusitas adalah tingkat keimanan agama


seseorang yang dicerminkan dalam
keyakinan, pengalaman dan tingkah laku
yang menunjuk kepada aspek kualitas dari
manusia yang beragama untuk menjalani
kehidupan sehari-hari dengan baik.

NURUL

Religiusitas dan agama adalah satu kesatuan


yang tidak bisa dipisahkan.
Religiusitas lebih menunjuk kepada aspek
kualitas dari manusia yang beragama
(Mangunwidjaya, dalam Putri, 2012).
Religiusitas Islam adalah tingkat internalisasi
beragama seseorang yang dilihat dari
penghayatan aqidah, syariah, dan akhlak
seseorang (Amawidyati & Utami, 2007)

Pandangan Psikoanalisa
terhadap Religiusitas

LIZA

Pada dasarnya, teori psikoanalisa lebih banyak


digunakan pada kasus-kasus klinis. Untuk
menjelaskan bagaimana kemunculan
agama/kepercayaan terhadap Tuhan, teori
pikoanalisa dianggap sebagai teori yang
atheis
Teori psikoanalisa beranggapan bahwa orang
yang beragama adalah orang yang sakit

LIZA

Menurut psikoanalisa, agama adalah pelarian


individu dari sebuah kepribadian yang tidak
matang.
Agama muncul pertama kali karena ketakutan
akan figur yang berkuasa. Pada masa kecil,
figur berkuasa itu adalah ayah. Karena usia
yang terus bertambah ketakutan akan figur ini
juga tergeneralisasi. Figur ketakutan yang
sebelumnya terhadap ayah, pada masa
dewasa beralih kepada ketakutan terhadap
figur yang maha kuasa, yang tidak bisa
dilawan. untuk menenangkan dirinya terhadap
ketakutan, maka individu mempercayai dan
menyembah Tuhan. Dengan menyembah

LIZA

Menurut Freud Agama lahir dari keinginan


manusia dan karena itu merupakan ilusi.
Agama adalah penghiburan yang dibutuhkan
manusia karena bengisnya hidup di dunia dan
hanya sekedar pelarian manusia dari dunia
yang tidak berpengharapan ketika manusia
menghadapi konflik, depresi, stres, dan cemas
dalam hidupnya maka ia membutuhkan obat
untuk meredakan rasa sakit itu.

Perspektif Behavior

IIN

Behavior merupakan salah satu perspektif


yang menekankan bahwa perilaku seseorang
merupakan hasil dari stimulus yang diberikan
oleh lingkungan (Wade & Travis, 2007).
Perspektif ini melihat manusia merupakan
makhluk yang netral

Religiusitas

IIN

Religiusitas merupakan sesuatu yang lebih


dari sekedar agama -> aspek yang ada
didalam lubuk hati.
Perspektif Behavior melihat religiusitas
sebagai suatu bentuk suatu bentuk perilaku
manusia yang erat kaitannya dengan prinsip
reinforcement (reward dan punishment).

Perspektif Psikologi Islam

IIN

Islam adalah agama yang bersifat nasional,


praktis dan komprehensif (Nasution, 2000).
Safrilsyah, Baharudin & Duraseh (2010),
mengatakakan agama islam memandang
religiusitas sebagai keseluruhan aspek yang
berhubungan dengan kehidupan manusia.
Al-Baqarah ayat 208. Yang artinya:
Wahai orang-orang yang beriman masuklah
kamu dalam islam secara
keseluruhan(kaffah)

IIN

Menurut Aviyah & Farid (2014) religiusitas


adalah internalisasi nilai-nilai agama dalam
diri seseorang.
Secara komprehensif, religiusitas dalam
perspektif islam memiliki tiga dimensi dasar,
yaitu: Islam, Iman dan Ihsan.
Islam merupakan ketaatan dalam beribadah
kepada Allah swt yang meliputi tingkah laku
seorang muslim, baik dalam bentuk
perbuatan maupun ucapan (An-Nahlawi &
Abdurrahman, 1995).

Religiusitas Menurut
Aliran Humanistik

RAYYAN

Secara etimologi, humanisme berasal dari bahasa


latin humanus yang berarti homo (manusia).
(Mangunhadjana, 1997).
Secara terminologi, humanisme berarti martabat
dari setiap nilai manusia, dan semua upaya untuk
meningkatkan kemampuannya alamiahnya secara
penuh.

RAYYAN
Menurut Lamont (1949) ada 8 karakteristik religiusitas
menurut humanistik, yaitu :
Meyakini adanya kosmologi natural dan supernatural
Meyakini bahwa manusia hanya hidup sementara
Meyakini bahwa berpikir merupakan tindakan yang alamiah
Meyakini bahwa manusia memiliki kekuatan dan
kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya
Meyakini bahwa manusia memiliki kebebasan untuk
menggali kreativitasnya
Meyakini pengalaman estetis menjadi suatu realitas di
dalam hidupnya
Meyakini bahwa nilai-nilai, moral, dan etika merupakan hal
yang sangat penting
Meyakini akan adanya perdamaian

RAYYAN
Menurut Taylor (1992) ada tiga pokok nilai
religiusitas dalam humanistik, yaitu :
Menjunjung anugrah Tuhan pada akal
sehatnya (Rasionalitas)
Memiliki kebebasan berkehendak
Individu merupakan subjek yang mandiri

Religiusitas Menurut Aliran


Transpersonal

RIKA

Gambaran singkat tentang Transpersonal


Kata transpersonal berasal dari kata trans yang berarti melampaui
dan persona berarti topeng. Secara etimologis, transpersonal
berarti melampaui gambaran manusia yang kelihatan.
Psikologi transpersonal merupakan salah satu bidang psikologi
yang mengintegrasikan konsep, teori dan metode psikologi
dengan kekayaan-kekayaan spiritual dari bermacam-macam
budaya dan agama.
Psikologi transpersonal mempunyai perhatian terhadap studi
potensial tertinggi umat manusia dan dengan pengakuan,
pemahaman dan perealisasian keadaan kesadaran yang
mempersatukan, spiritual dan transenden (Lajoie, 1992).

RIKA

Perbandingan Psikologi transpersonal dengan aliran


psikologi lainnya, sebagaimana tabel berikut akan
memberi gambaran tentang orientasi pemikiran dalam
aliran-aliran psikologi (Lajoie, 1992).

RIKA
No. Aliran Psikologi Orientasi
Kajian

Aliran Psikologi Orientasi Kajian

1.

Strukturalisme

Struktur Kesadaran

2.

Fungsionalisme

Fungsi/cara bekerja kesadaran

3.

Behaviorisme

Pola stimulus-respon

4.

Psikoanalisis

Dunia ketidaksadaran

5.

Psikologi Gestalt

Persepsi menyeluruh terhadap objek

6.

Psikologi Humanistik

Kesadaran dalam totalitasnya

7.

Psikologi Kognititf

Korelasi kesadaran dan fungsi kognitif

8.

Psikologi Transpersonal

Struktur

dan

pergerakan

jiwa

kesadaran sampai pada diri terdalam.

dari

Identitas manusia menurut Psikologi RIKA


Transpersonal
Ken Wilber, memandang diri sebagai komponen
utama dalam mengintegrasikan dan menyeimbangkan
semua komponen di dalam psyche. Jadi diri
mempunyai tiga tugas pokok, yaitu: identifikasi,
diferensiasi (transendensi), dan integrasi..
Psikologi Integral yang diajukan oleh Ken Wilber,
berusaha melihat kesadaran manusia dalam berbagai
sisi, dari beragam sudut penglihatan. Beragam
perspektif dalam melihat kesadaran ini dapat diringkas
menjadi empat perspektif. Ini dinamakan sebagai
empat quadrant (Hawari, 2002).

Empat Quadrant

RIKA

Quadrant pertama, kesadaran dilihat dari perspektif aku (I).


Yaitu melihatkesadaran manusia dari sisi dalam (individual
interior).
Quadrant kedua, adalah perspektif yang melihat kesadaran
sebagai pengaruh dari sisi luar diri (individual eksterior
Quadrant ketiga ialah melihat kesadaran dari perspektif kolektif
interior. Artinya kesadaran personal sebagai produk interaksi
dirinya dengan orang lain dalam sebuah struktur masyarakat,
keluarga, korporasi, suku, organisasi, bangsa dan dunia.
Terakhir, quadrant keempat, kesadaran dipandang sebagai produk
kolektif eksterior. Faktor yang mempengaruhi kesadaran
misalnya berupa infrastruktur, teknologi, ekonomi, informasi,
finansial, data-data objektif, dan lain-lain (Hawari, 2002).

Spiritualitas dalam psikologi


transpersonal

RIKA

Psikologi transpersonal, seperti halnya psikologi humanistik,


menaruh perhatian pada dimensi spiritual manusia yang ternyata
mengandung berbagai potensi dan kemampuan luar biasa yang
sejauh ini terabaikan dari telaah psikologi kontemporer.
Psikologi transpersonal telah menorehkan cara pandang
revolusioner mengenai manusia dan kesadarannya. Dikatakan
revolusioner karena terdapat asumsi-asumsi dasar dalam
psikologi transpersonal yang berbeda dengan mazhab-mazhab
psikologi sebelumnya.
Landasan
psikoterapi transpersonal adalah bagaimana
memandang klien sebagai mahluk yang mempunyai potensi
kesadaran spiritual, dan merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari keseluruhan semesta

Dimensi Religiusitas

DARA

Menurut Ancok & Suroso (dalam Amawidyati &


Utami, 2007) terdapatlima dimensi religiusitas,
yaitu:
1. Dimensi Ideologis
Dimensi ideologis yaitu tingkatan sejauh
mana seseorang menerima halhal yang
sesuai dengan aturan dalam agamanya.
2. Dimensi Intelektual
Dimensi intelektual yaitu sejauh mana
seseorang mengetahui tentang ajaran
ajaran agamanya

Nurul
3.

4.

5.

Dimensi Ritualitas
Dimensi ritualitas yaitu tingkatan sejauh mana
seseorang mengerjakan kewajibankewajiban \
ritual dalam agamanya.
Dimensi Pengalaman
Dimensi pengalaman yaitu perasaanperasaan atau
pengalamanpengalaman keagamaan yang pernah
dialami dan dirasakan.
Dimensi Konsekuensi
Dimensi
konsekuaensi
yaitu
dimensi
yang
mengukur sejauh mana perilaku seseorang
dimotivasi oleh ajaran agamanya di dalam
kehidupan sosial

Karakteristik Religiusitas

ISVANI

Ancok dan Suroso (1995) menjelaskan karakteristik individu yang


memiliki religiusitas yang memiliki kesesuaian dengan islam,
yaitu:
1) Memiliki Keyakinan(aqidah) yang kuat, Aqidah ini mengungkap
masalah keyakinan manusia terhadap rukun iman (iman kepada
Allah, Malaikat, kitab-kitab, Nabi, hari pembalasan dan qadha
dan qadhar).
2)

Mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan


diajarkan oleh agamanya. Seorang muslim yang beribadah
dengan baik menggunakan jamjam yang dimilikinya untuk
beribadah kepada Allah dengan sholat, banyak berdzikir, berdoa,
rajin berpuasa dan zakat serta ibadah-ibadah lainnya.

ISVANI
3)

Perilaku-perilaku yang ditunjukkan disesuaikan dan


dimotivasi oleh ajaran ajaran agamanya seperti suka
menolong, bekerjasama, berderma, menegakkan keadilan dan
kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan
hidup, menjaga amanat, memaafkan, mematuhi norma-norma
islam dalam perilaku seksual dan sebagainya.

4)

Mengetahui dan memahami hal-hal yang pokok mengenai


dasar-dasar keyakinan, kitab suci dan tradisi-tradisi terhadap
ajaran agamanya, seperti mengetahui tentang isi Al-quran,
pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan
(rukun Iman dan rukun Islam), hukum-hukum Islam, Sejarah
Islam dan sebagainya.

ISVANI
5)

Merasakan pengalaman-pengalaman unik dan


spektakuler yang merupakan keajaiban yang datang
dari Allah, seperti merasakan bahwa doanya
dikabulkan Allah, merasakan ketentraman karena
menuhankan Allah, tersentuh atau bergetar ketika
menderang asma-asma Allah (seperti suara adzan
dan alunan ayat-ayat suci Al-Quran) dan perasaan
syukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai