Anda di halaman 1dari 3

Refleksi Aktualisasi Nilai BerAKHLAK

di Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Pidie Jaya

Nama : Muhammad Rizal Syafrawy, S.Psi


NDH : 03

Sebagai seorang ASN, kita harus mampu mensarikan dan menyederhanakan Nilai-Nilai Dasar
ASN serta panduan-panduan perilaku yang sudah diatur sesuai dengan nomor 5 Tahun 2014
kedalam satu rumusan baku yang dapat berlaku secara umum atau bisa disebut Core Values. Core
Values akan memberikan penguatan budaya kerja yang mendorong pembentukan karakter ASN yang
professional.

Berikut adalah refleksi tentang penerapan Nilai Dasar BerAKHLAK oleh para pegawai di
lingkungan kerja Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Pidie
Jaya.

1. Berorientasi Pelayanan
 Menerapkan Motto Pelayanan: Melayani SeTULUS Hati. (Tanggap, Unggul, Lugas,
Utama, Semangat)

Refleksi : Penerapan core values Berorientasi Pelayanan pada Instansi sudah baik
karena telah menjalankan pelayanan sesuai dengan Maklumat Pelayanan dan SPP
serta SOP. Namun, dalam pelaksanaannya, masih ada pegawai yang belum
menerapkan core values ini. Terlihat dari perilakunya yang langsung membola
masyarakat yang datang.

2. Akuntabel
 Melaksanakan kegiatan sesuai dengan SOP agar mudah ketika proses
pertanggungjawaban.
 Jadwal Masuk dan Pulang Kerja sesuai dengan Peraturan.
 Tidak menerima segala bentuk gratifikasi dalam memberikan pelayanan.

Refleksi : Penerapan core values akuntabel pada instansi sudah cukup baik, namun
masih banyak pegawai yang tidak menaati peraturan jam masuk kantor atau
mencari celah dari peraturan tersebut dengan cara hanya datang pada saat waktu
masuk dan waktu pulang.

3. Kompeten
 Mengikuti kegiatan pengembangan seperti seminar, webinar, diklat, sosialisasi, dan
lain sebagainya demi untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan, maupun relasi.
 Pegawai paham akan SOP dan SPP yang ada di Instansi.
 Pegawai yang lebih senior mengajari pegawai yang lebih junior.

Refleksi : Beberapa pegawai kerap kali mengikuti kegiatan-kegiatan pengembangan,


baik secara daring ataupun luring. Tetapi, ada juga pegawai yang tidak peduli akan
kegiatan-kegiatan pengembangan, terutama pegawai-pegawai yang telah cukup
berumur. Di Instansi juga masih ada beberapa pegawai yang tidak melek mengenai
teknologi.
4. Harmonis
 Tidak mendiskriminasi rekan yang berbeda suku maupun budaya.
 Suka menolong rekan lain yang mengalami kendala.
 Bekerja sama dengan rekan kerja.

Refleksi : Perbedaan suku maupun budaya bukanlah sebuah penghambat dalam


melakukan tugas. Tidak ada pegawai yang melakukan tindakan diskriminasi terhadap
pegawai lain di Instansi maupun masyarakat yang datang ke Instansi. Namun, dalam
hal kerjasama masih ada pegawai yang merasa bahwa kerjasama bukanlah hal yang
penting dan seringkali diabaikan. Alih-alih bekerjasama, seringkali pekerjaan
langsung dilimpahkan kepada bawahan.

5. Loyal
 Tidak menyebarkan dokumen Instansi yang bersifat rahasia.
 Mengikuti Kegiatan Upacara dan Apel.
 Menggunakan seragam sesuai ketentuan yang berlaku.
 Mengerjakan tugas diluar jam kerja.

Refleksi : Dokumen-dokumen rahasia yang sudah tidak digunakan akan dihancurkan


menggunakan paper shredder. Sebagian besar pegawai mengikuti kegiatan Upacara
dan Apel sesuai dengan ketentuan yang berlaku, namun ada oknum pegawai yang
acuh terhadap kegiatan-kegiatan tersebut. Ada juga pegawai yang datang ke kantor
tanpa menggunakan seragam dan atribut.

6. Adaptif
 Menyesuaikan diri menghadapi perubahan
 Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas

Refleksi : Ketika ada pemberitahuan mengenai penggunaan aplikasi baru dalam


menjalankan tugas, pegawai segera menggunakan dan mempelajari aplikasi
tersebut. Menghidupkan eksistensi Instansi melalui sosial media. Mulai
mendigitalisasi data-data. Pegawai terbuka dan mau menerima penggunaan
teknologi-teknologi baru. Namun, masih ada pegawai yang belum mampu mengikuti
perubahan tersebut dikarenakan kurang piawai dalam menggunakan teknologi
informasi tersebut.

7. Kolaboratif
 Menjalin koordinasi dengan OPD lain, BNPB, BPJS, Rumah Sakit, Kepolisian, dan
Kejaksaan.
 Bekerjasama untuk menyukseskan suatu kegiatan.

Refleksi : Koordinasi yang terjalin dengan pihak-pihak terkait berjalan dengan baik
dan sinergi. Seperti saat menangani kasus ODG di salah satu desa, dimana Dinas
Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Pidie Jaya
bekerjasama dengan OPD terkait Pemerintah Desa, Kepolisian, TNI, dan Rumah Sakit
Jiwa Aceh. Hal yang perlu ditingkatkan adalah waktu penyelesaian masalah apabila
melibatkan banyak Instansi, seringkali banyaknya pihak yang terlibat dalam suatu
kasus malah membuat progress lebih lambat karena rantai komando yang lebih
kompleks.

Anda mungkin juga menyukai