Anda di halaman 1dari 16

MASALAH KOMITMEN

DAN FAKTOR YANG


MEMPENGARUHINYA

Berri Kharisma
(2101071)
Pertemuan 6
BUDAYA KERJA DI
LEMBAGA
PEMERINTAHAN
Pelaksanaan Budaya Kerja pada
Instansi Pemerintah diperlukan
berkaitan dari semua pihak, agar
betul-betul bisa terlaksana
sesuai dengan harapan.
2022
Pelaksanaan budaya kerja

Pelaksanaan budaya kerja, adalah persoalan


perilaku, oleh karena pemahaman terhadap nilai-
nilai yang menjadi dasar dalam organisasi pada
penghayatan yang lebih dalam. Dengan
penghayatan nilai-nilai tersebut akan tercermin
dalam tindak-tanduk/perilaku aparatur sehari-hari.
ORGANISASI BUDAYA KERJA
Penanggung jawab program
Bertanggung jawab akan keberhasilan pelaksanaan
program, komitmen

Tim Pengarah
Memberikan pengarahan pada fasilitator / KBK agar
berjalan sesuai dengan program

Tim Fasilitator
Menyebarluaskan Budaya Kerja Budaya Kerja, membimbing
KBK dan memantau KBK dan Melaporkan kegiatan KBK
kepada Tim Pengarah

Kelompok Budaya Kerja (KBK)


Partisipasi dalam KBK dan belajar terus agar mampu memecahkan
masalah
KOMITMEN PIMPINAN PUNCAK
Kegagalan program Budaya Kerja sebagian besar disebabkan oleh kurangnya
komitmen dari puncak pimpinan;Kemungkinan kesalahan pada anda sendiri,
karena tidak mau merubah cara kerja baru dengan nilai- nilai baru
Pemimpin tugasnya adalah memberikan bimbingan dan arahan serta wajib
memberikan komitmen termasuk menanggung resiko dan kepercayaan

Langkah Pemimpin Dalam Pelaksanaan Program Budaya Kerja Dimulai Dari :


• Memberi fokus yang sama, dalam visi dan strategi
• Melaksanakan penyempuraan, melakukan penyempurnaan adalah inti
program Budaya Kerja
• Merubah Budaya, kepemimpinan Budaya Kerja harus mampu merubah
dirinya sendiri terlebih dahulu. Perubahan akan terjadi bertahap, untuk
mengerti program itu memerlukan waktu
KOMUNIKASI
Dalam melaksanakan program Budaya Kerja keterampilan komunikasi merupakan faktor penting dalam
upaya menciptakan lingkungan yang kondusif agar nilai-nilai luhur dapat teraktualisasi dalam sikap dan
perilaku organisasi. Makin tinggi tingkat kepercayaan, makin baik kualitas kerjasamanya. Pengambilan
keputusan terletak dalam suatu kerjasama yang kompleks, saling ketergantungan satu sama lain, saling
mempercayai dan keakraban yang tumbuh melalui kebersamaan. Dengan komunikasi yang terbuka,
maka jalan menuju kerjasama dan koordinasi dalam manajemen menjadi lebih mudah. Disamping itu
komunikasi yang baik memerlukan persiapan dalam mencari bagaimana cara menyampaikan yang
efektif dan efisien. Ajaran agama mengingatkan agar dalam penyampaian ajaran-ajarannya hendaknya
mempergunakan bahasa yang dimengerti oleh umatnya.
SISTEM MERIT

Sistem merit adalah seperangkat kebijakan dan manajemen ASN yang


berpijak pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja yang dikemas untuk tujuan
keadilan dan kewajaran terhadap sistem kerja ASN. Maksud dari konsep ini
cukup baik, yakni agar kinerja ASN bisa optimal karena bidang yang
dioperasionalkan sesuai dengan kompetensinya.
Di dalam Undang-Undang
Aparatur Sipil Negara (UU ASN)
Budaya kerja pemerintah sudah ditata agar mendukung
terlaksananya sistem pemerintahan yang efektif dan
kompeten. Salah satu poin yang menarik adalah gagasan
pemberlakuan merit sistem.

Konsep ini juga selaras dengan target reformasi birokrasi


yang menginginkan sistem pemerintahan yang lugas dan
melayani. Sehingga keberpihakan pemerintah bisa betul-
betul dirasakan masyarakat, baik apakah itu sebagai
konsumen ataupun sebagai pelaku usaha
apa itu budaya kerja ASN?

Revolusi budaya kerja ASN merupakan perubahan


positif radikal terhadap pemahaman, sikap dan
perilaku yang diterapkan oleh ASN ketika
melaksanakan pekerjaan dalam suatu institusi.
Karakter erat kaitannya dengan budaya kerja
Bagaimana Implementasi Budaya Kerja di Perusahaan?
Implementasi budaya kerja di perusahaan bisa terbentuk dari banyak faktor,
umpamanya seperti bagaimana perusahaan ini memupuk nilai-nilainya dari
awal atau mengakumulasi berbagai keputusan yang pernah dijalankan seiring
berjalannya bisnis.
Dari hal-hal tersebut akhirnya bisa membentuk sebuah budaya kerja yang
diimplementasikan ke setiap orang yang berada di dalam perusahaan
tersebut.
Dengan budaya yang tepat dan bisa diimplementasikan oleh setiap orang
yang ada di perusahaan tersebut termasuk para petingginya, maka sebuah
bisnis dapat berkembang dengan pesat.
Ambil contoh dari Netflix. Perusahaan satu ini menjadi besar dan solid
tentunya juga karena memiliki budaya kerja yang baik.Budaya tersebut
dibentuk dari filosofi perusahaan yang menjunjung “people over process”.
Terdapat 10 butir seperti:

1. Judgement – Intuisi yang tajam berdasarkan data untuk mengambil keputusan.


2. Communication – Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik.
3. Curiosity – Haus akan belajar dan mencari tahu.
4. Courage – Berani mengemukakan pendapatnya.
5. Passion – Menginspirasi orang lain dan juga optimis
6. Selflessness – Membantu sesama dan berikan yang terbaik untuk Netflix alih-alih pribadi.
7. Innovation – Terbuka akan perubahan dan juga kreatif.
8. Inclusion – Mampu berkolaborasi dengan siapapun di perusahaan.
9. Integrity – Memiliki kejujuran dan bersih dari intrik politik pribadi maupun kelompok.
10. Impact – Berfokus pada hasil dan mampu memberi pengaruh baik.

Seluruh butir-butir budaya perusahaan Netflix tersebut menjadi sebuah pondasi agar Netflix
berkembang pesat dan menjadi seperti sekarang.
Masalah Budaya Kerja
1. Kontinuitas dan konsistensi terhadap visi dan misi organisasi masih
rendah,
2. Sering terjadi penyimpangan dan kesalahan dalam kebijakan publik
yang berdampak luas kepada masyarakat,
3. Pelaksanaan kebijakan jauh berbeda dari yang diharapkan,
4. Terjadi arogansi pejabat dan penyalahgunaan kekuasaan,
5. Pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab aparatur saat ini belum
seimbang,
6. Dalam praktek di lapangan sulit dibedakan antara ikhlas dan tidak
ikhlas, jujur dan tidak jujur,
7. Pejabat yang KKN akan menyebabkan KKN meluas pada pegawai,
dunia usaha, dan masyarakat,
8. Gaji pegawai yang rendah/kecil dibandingkan dengan harga
barang/jasa lainnya,
9. Banyak aparatur yang integritas, loyalitas dan profesionalnya rendah,
10. Belum ada sistem merit yang jelas untuk mengukur kinerja pegawai
dan tindak lanjut hasil penilaiannya,
Lanjutan
11. Kreativitas karyawan kurang mendapat perhatian atasan,
12. Kepekaan terhadap keluhan masyarakat dinilai masih rendah,
13. Sikap yang berorientasi vertikal menyebabkan hilangnya kreativitas, rasa takut
berimprovisasi,
14. Budaya suap bukan hal yang rahasia, sehingga dapat mempengaruhi sikap dan tingkah
laku pemimpin dalam bekerja,
15. Ada kecenderungan para pemimpin tidak mau mengakui kesalahan di depan bawahan,
16. Masing-masing bekerja sesuai dengan uraian tugas yang ada dan belum optimal untuk
bekerjasama dengan unit lain,
17. Sifat individualisme lebih menonjol dibandingkan kebersamaan,
18. Tidak ada sanksi yang jelas dan tegas jika pegawai melanggar aturan,
19. Budaya KKN yang menjiwai sebagian aparat,
20. Tingkat kesejahteraan yang kurang memadai,
Lanjutan

21. Pengaruh budaya prestise yang lebih menonjol, sehingga aspek


rasionalitas sering dikesampingkan,
22. Sistem seleksi (recruitment) yang masih kurang transparan,
23. Tidak berani tegas, karena khawatir mendapat reaksi yang negatif,
24. Banyak aparatur belum memahami makna keadilan dan keterbukaan.
(Kementrian PAN-RI (tahun 2002)
DAFTAR PUSTAKA
Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia. 2006. Budaya
Kerja Organisasi Pemerintah.
Jakarta: Badan Pendidikan dan
Pelatihan Provinsi Jawa Timur.
2022
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai