Berorientasi Pelayanan
Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan akuntabel secara konseptual-teoritis yang bertanggung jawab atas
kepercayaan yang diberikan
2. Menjelaskan panduan perilaku (kode etik akuntabel)
3. Memberikan contoh perilaku dengan pelaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab,
cermat, disiplin, dan berintegritas tinggi, penggunaan kekayaan dan barang milik negara
secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien serta menyalahgunakan kewenangan
jabatan.
4. Menganalisis kasus atau menilai contoh penerapan
2. Transparansi
Tujuan dari adanya transparansi adalah:
a) Mendorong komunikasi yang lebih besar dan kerjasama antara kelompok internal dan
eksternal
b) Memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang tidak seharusnya dan korupsi
dalam pengambilan keputusan
c) Meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan-keputusan
d) Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan secara keseluruhan.
3. Integritas
Dengan adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk menjunjung tinggi dan
mematuhi semua hukum yang berlaku, undang-undang, kontrak, kebijakan, dan peraturan
yang berlaku. Dengan adanya integritas institusi, dapat memberikan kepercayaan dan
keyakinan kepada publik dan/atau stakeholders.
4. Tanggung jawab
Responsibilitas institusi dan responsibilitas perseorangan memberikan kewajiban bagi
setiap individu dan lembaga, bahwa ada suatu konsekuensi dari setiap tindakan yang telah
dilakukan, karena adanya tuntutan untuk bertanggungjawab atas keputusan yang telah
dibuat. Responsibilitas terbagi dalam responsibilitas perorangan dan responsibilitas
institusi.
a) Responsibiltas Perseorangan
Adanya pengakuan terhadap tindakan yang telah diputuskan dan tindakan yang telah
dilakukan
Adanya pengakuan terhadap etika dalam pengambilan keputusan
Adanya keterlibatan konstituen yang tepat dalam keputusan
b) Responsibilitas Institusi
Adanya perlindungan terhadap publik dan sumber daya
Adanya pertimbangan kebaikan yang lebih besar dalam pengambilan keputusan
Adanya penempatan PNS dan individu yang lebih baik sesuai dengan kompetensinya
5. Keadilan
Keadilan adalah landasan utama dari akuntabilitas. Keadilan harus dipelihara dan
dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan organisasinya. Oleh sebab itu,
ketidakadilan harus dihindari karena dapat menghancurkan kepercayaan dan kredibilitas
organisasi yang
mengakibatkan kinerja akan menjadi tidak optimal.
6. Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan
melahirkan akuntabilitas. Dengan kata lain, lingkungan akuntabilitas tidak akan lahir dari
hal- hal yang tidak dapat dipercaya.
7. Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukan adanya
keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas. Setiap
individu yang ada di lingkungan kerja harus dapat menggunakan kewenangannya untuk
meningkatkan kinerja. Adanya peningkatan kerja juga memerlukan adanya perubahan
kewenangan sesuai kebutuhan yang dibutuhkan. Selain itu, adanya harapan dalam
mewujudkan kinerja yang baik juga harus disertai dengan keseimbangan kapasitas
sumber daya dan keahlian (skill) yang dimiliki.
8. Kejelasan
Kejelasan juga merupakan salah satu elemen untuk menciptakan dan mempertahankan
akuntabilitas. Agar individu atau kelompok dalam melaksanakan wewenang dan
tanggungjawabnya, mereka harus memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang
menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan. Dengan demikian, fokus utama untuk
kejelasan adalah mengetahui kewenangan, peran dan tanggungjawab, misi organisasi,
kinerja yang diharapkan organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik individu maupun
organisasi.
9. Konsistensi
Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak konsisten dari sebuah kebijakan,
prosedur, sumber daya akan memiliki konsekuensi terhadap tercapainya lingkungan kerja
yang tidak akuntabel, akibat melemahnya komitmen dan kredibilitas anggota organisasi.
5 Langkah membuat framework akuntabilitas
1. Tentukan tujuan dan tanggung jawab
2. Rencanakan apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
3. Lakukan implementasi monitoring kemajuan
4. Berikan laporan secara lengkap
5. Berikan evaluasi dan masukan perbaikan
2 Tipe Konflik Kepentingan
1. Keuangan
Penggunaan sumber daya lembaga (termasuk dana, peralatan atau sumber daya
aparatur) untuk keuntungan pribadi.
Contoh :
Menggunakan peralatan lembaga/unit/divisi/bagian untuk memproduksi barang yang
akan digunakan atau dijual secara pribadi;
menggunakan peralatan lembaga/unit/divisi/bagian untuk memproduksi barang yang
akan digunakan atau dijual secara pribadi;
menerima hadiah atau pembayaran mencapai sesuatu yang diinginkan;
menerima dana untuk penyediaan informasi pelatihan dan / atau catatan untuk suatu
kepentingan;
menerima hadiah pemasok atau materi promosi tanpa otoritas yang tepat
2. Non-keuangan
Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan / atau orang lain.
Contoh:
Berpartisipasi sebagai anggota panel seleksi tanpa menggunakan koneksi, asosiasi
atau keterlibatan dengan calon
Menyediakan layanan atau sumber daya untuk klub, kelompok asosiasi atau
organisasi keagamaan tanpa biaya
Penggunaan posisi yang tidak tepat untuk memasarkan atau mempromosikan nilai-
nilai atau keyakinan pribadi
Pengelolaan gratifikasi yang akuntabel
Gratifikasi merupakan salah satu bentuk tindak pidana korupsi.
Membangun pola pikir antikorupsi
Pentingnya akuntabilitas dan integritas menurut Matsiliza (2013) adalah nilai yang wajib
dimiliki oleh setiap unsur pelayan publik, dalam konteks modul ini adalah PNS. Namun,
secara spesifik, Matsiliza menekankan bahwa nilai integritas adalah nilai yang dapat
mengikat setiap unsur pelayan publik secara moral dalam membentengi institusi, Dalam hal
ini lembaga ataupun negara, dari tindakan pelanggaran etik dan koruptif yang berpotensi
merusak kepercayaan masyarakat.
• ASN harus dapat memastikan kepentingan pribadi atau keuangan tidak bertentangan
dengan kemampuan mereka untuk melakukan tugas- tugas resmi mereka dengan tidak
memihak;
• Ketika konflik kepentingan yang timbul antara kinerja tugas publik dan kepentingan
pribadi atau personal, maka PNS dapat berhati-hati untuk kepentingan umum;
• ASN memahami bahwa konflik kepentingan sebenarnya, dianggap ada atau berpotensi
ada di masa depan. Situasi yang dapat menimbulkan konflik kepentingan, meliputi:
- Hubungan dengan orang-orang yang berurusan dengan lembaga-lembaga yang
melampaui tingkat hubungan kerja profesional;
- Menggunakan keuangan organisasi dengan bunga secara pribadi atau yang berurusan
dengan kerabat seperti:
- Memiliki saham atau kepentingan lain yang dimiliki oleh ASN di suatu perusahaan
atau bisnis secara langsung, atau sebagai anggota dari perusahaan lain atau kemitraan,
atau melalui kepercayaan;
- Memiliki pekerjaan diluar, termasuk peran sukarela, janji atau direktur, apakah
dibayar atau tidak; dan
- Menerima hadiah atau manfaat.
• Jika konflik muncul, ASN dapat melaporkan kepada pimpinan secara tertulis, untuk
mendapatkan bimbingan mengenai cara terbaik dalam mengelola situasi secara tepat;
• ASN dapat menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
Yang diharapkan dari seorang ASN
Perilaku Individu (Personal Behaviour)
• ASN bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif, kebijakan lembaga dan kode etik
yang berlaku untuk perilaku mereka;
• ASN tidak mengganggu, menindas, atau diskriminasi terhadap rekan atau anggota
masyarakat;
• Kebiasaan kerja ASN, perilaku dan tempat kerja pribadi dan profesional hubungan
berkontribusi harmonis, lingkungan kerja yang aman dan produktif;
• ASN memperlakukan anggota masyarakat dan kolega dengan hormat, penuh kesopanan,
kejujuran dan keadilan, dan memperhatikan tepat untuk kepentingan mereka, hak-hak,
keamanan dan kesejahteraan;
• PNS membuat keputusan adil, tidak memihak dan segera, memberikan pertimbangan
untuk semua informasi yang tersedia, undang-undang dan kebijakan dan prosedur
institusi tersebut;
• ASN melayani Pemerintah setiap hari dengan tepat waktu, memberikan masukan
informasi dan kebijakan.
4) Akuntabel dalam konteks organisasi pemerintah
Prinsip keterbukaan informasi publik
1. Maximum Access Limited Exemption (MALE) Pada prinsipnya semua informasi bersifat
terbuka dan bisa diakses masyarakat. Suatu informasi dapat dikecualikan hanya karena
apabila dibuka, informasi tersebut dapat merugikan kepentingan publik. Pengecualian itu
juga harus bersifat terbatas, dalam arti :
a) hanya informasi tertentu yang dibatasi; dan
b) pembatasan itu tidakberlaku permanen.
2. Permintaan Tidak Perlu Disertai Alasan. Akses terhadap informasi merupakan hak setiap
orang. Konsekuensi dari rumusan ini adalah setiap orang bisa mengakses informasi tanpa
harus disertai alasan untuk apa informasi tersebut diperlukan. Seorang pengacara publik
tidak perlu menjelaskan secara detail untuk apa ia membutuhkan informasi tentang suatu
putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Prinsip ini penting untuk
menghindari munculnya penilaian subjektif pejabat publik ketika memutuskan
permintaan informasi tersebut. Pejabat publik bisa saja khawatir informasi itu
disalahgunakan. Argumentasi ini sebenarnya kurang kuat, karena penyalahgunaan
informasi tetap bisa dipidanakan.
3. Mekanisme yang Sederhana, Murah, dan Cepat Nilai dan daya guna suatu informasi
sangat ditentukan oleh konteks waktu. Seorang wartawan misalnya, terikat pada deadline
saat ia meminta informasi yang berkaitan dengan berita yang sedang dia tulis. Dalam
kasus lain, seorang penggiat hak asasi manusia membutuhkan informasi yang cepat,
murah, dan sederhana dalam aktivitasnya. Informasi bisa jadi tidak berguna jika diperoleh
dalam jangka waktu yang lama, karena bisa tertutup oleh informasi yang lebih baru.
Selain itu, mekanisme penyelesaian sengketa informasi juga harus sederhana.
4. Informasi Harus Utuh dan Benar
Informasi yang diberikan kepada pemohon haruslah informasi yang utuh dan benar. Jika
informasi tersebut tidak benar dan tidak utuh, dikhawatirkan menyesatkan pemohon.
Dalam aktivitas pasar modal biasanya ada ketentuan yang melarang pemberian informasi
yang tidak benar dan menyesatkan (misleading information). Seorang advokat atau
akuntan publik biasanya mencantumkan klausul disclaimer. Pendapat hukum dan
pendapat akuntan dianggap benar berdasarkan dokumen yang diberikan oleh pengguna
jasa.
5. Informasi Proaktif
Badan publik dibebani kewajiban untuk menyampaikan jenis informasi tertentu yang
penting diketahui publik. Misalnya, informasi tentang bahaya atau bencana alam wajib
disampaikan secara proaktif oleh Badan Publik tanpa perlu ditanyakan oleh masyarakat.
6. Perlindungan Pejabat yang Beritikad Baik
Perlu ada jaminan dalam undang-undang bahwa pejabat yang beriktikad baik harus
dilindungi. Pejabat publik yang memberikan informasi kepada masyarakat harus
dilindungi jika pemberian informasi dilandasi itikad baik. Misalnya, pejabat yang
memberikan bocoran dan dokumen tentang praktik korupsi di instansinya.
Perilaku ASN Yang diharapkan?
Perilaku Berkaitan dengan Transparansi dan Akses Informasi (Transparency and Official
Information Access)
ASN tidak akan mengungkapkan informasi resmi atau dokumen yang diperoleh selain
seperti yang dipersyaratkan oleh hukum atau otorisas yang diberikan oleh institusi;
ASN tidak akan menyalahgunakan informasi resmi untuk keuntungan pribadi atau
komersial untuk diri mereka sendiri atau yang lain. Penyalahgunaan informasi resmi
termasuk spekulasi saham berdasarkan informasi rahasia dan mengungkapkan isi dari
surat-surat resmi untuk orang yang tidak berwenang;
ASN akan mematuhi persyaratan legislatif, kebijakan setiap instansi dan semua arahan
yang sah lainnya mengenai komunikasi dengan menteri, staf menteri, anggota media dan
masyarakat pada umumnya.
Praktik Kecurangan dan Perilaku Korup
Isu etika menjadi sangat vital dalam administrasi publik dalam penyelenggaraan pelayanan
sebagai inti dari administrasi publik. Diskresi administrasi menjadi starting point bagi
masalah moral atau etika dalam dunia administrasi publik Rohr (1989: 60 dalam Keban 2008:
166). Sayangnya etika pelayanan publik di Indonesia belum begitu diperhatikan. Buruknya
etika para aparatur pemerintah Indonesia dapat terlihat dari masih banyaknya keluhan oleh
masyarakat. Laporan Ombudsman Tahun 2020 terkait kasus dugaan maladministrasi
mengilustrasikan hal tersebut.
1) Pendahuluan
Deskripsi Singkat
1. Modul ini merupakan bagian materi latsar CPNS untuk materi BerAkhlak.
2. Materi BerAkhlak adalah nilai-nilai operasional perilaku ASN sesuai dengan kode etik
dan nilai-nilai dasar sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 Undang Undang Aparatur Sipil
Negara (ASN) Nomor 5 Tahun 2014 dan Surat Edaran PermenpanRB Nomor 20 Tahun
2021) tentangoperasional Nilai-Nilai Dasar ASN BerAkhlak.
3. Untuk menanamkan pemahaman dan perilaku tersebut salah satunya setiap ASN perlu
kompeten.
4. Modul ini akan membahas upaya pemahaman dan pentingnya serta perlunya pengamalan
nilai kompeten dalam setiap pelaksanaan tugas bagi peserta latsar CPNS.
Tujuan Pembelajaran
1. Memahami konteks lingkungan strategis yang mempengaruhi pengelolaan dan tuntutan
karakter dan kompetensi ASN yang sesuai;
2. Memahami kebijakan dan pendekatan pengelolaan ASN;
3. Memahami dan peka terhadap isu-isu kritikal dalam merespons penyesuaian kompetensi
ASN;
4. Memahami pentingnya pengelolaan pengembangan ASN dalam konteks pembangunan
Aparatur dan tantangan global;
5. Mampu mengajukan pemikiran-pemikiran kritis dalam penguatan kompetensi ASN di
lingkungan instansi dan konteks nasional serta global;
6. Menjelaskan aspek kompeten secara konseptual-teoritis dengan perilaku terus belajar dan
mengembangkan kapabilitas diri;
7. Menjelaskan panduan perilaku kompeten sebagai wujud nilai kompeten sebagai bagian
nilai-nilai dasar ASN, BerAkhlak;
8. Memberikan contoh perilaku dengan peningkatan kompetensi diri untuk menjawab
tantangan yang selalu berubah, membantu orang lain belajar serta pelaksanaan tugas
dengan kualitas terbaik; dan
9. Menganalisis kasus atau menilai contoh penerapan nilai kompeten.
Metode Pembelajaran
- Proses pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran orang dewasa (andragogy).
- Metode: ceramah, diskusi, penugasan mandiri dan penugasan kelompok, dan pembahasan
studi kasus serta Rencana Tindak Lanjut.
- Pemaparan Rencana Tindak Lanjut mewujudkan nilai Kompeten
- Evaluasi kepada peserta berasal dari penilaian sikapperilaku, hasil tugas individu dan
tugas kelompok dan Rencana Tindak Lanjut mewujudkan nilai Kompeten dan sumber
lainnya yang diberikan.
Kegiatan Pembelajaran
1. Peserta melakukan belajar mandiri mereview isi modul dan mengeksplorasi link materi
yang direkomendasikan dan mencatat poin-poin penting yang diserahkan kepada
fasilitator untuk direview, sesuai jadual pembelajaran;
2. Peserta mengerjakan latihan soal dan tugas mandiri sesuai dengan perintah pada masing-
masing bab (Bab II – Bab VI);
3. Berdiskusi dipandu fasilitator dalam kelas (daring/luring) mengenai pemahaman peserta
terkait materi pada Bab II sampai dengan BabVI;
4. Berdiskusi kelompok diarahkan Fasilitator terkait studi kasus/pembahasan isu nilai
Kompeten yang disiapkan fasilitator;
5. Peserta membuat Rencana Tindak Lanjut mewujudkan nilai Kompeten diakhir
pembelajaran yang diserahkan kepada fasilitator untuk direview; dan
6. Pada akhir pembelajaran, Peserta memaparkan rencana tindak lanjut mewujudkan nilai
Kompeten dan fasilitator mencatat feedback dan harapan peserta terkait materi
pembelajaran.
3. Competitive Economy
3) Kebijakan Pembangunan Aparatur
Sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing “SMART ASN 2024”
Road Map Pembangunan Aparatur Sipil Negara
1. RPJM 1 (2005-2009) Good Governanve
2. RPJM 2 (2010-2014) Reformasi Birokrasi
3. RPJM 3 (2015-2019) Sistem Merit
4. RPJM 4 (2020-2024) Birokrasi Berkelas Dunia
Profil SMART ANS
- Integritas - IT & Bahasa Asing
- Nasionalisme - Hospitality
- Professionalisme - Networking
- Wawasan global - Entrepreneurship
Aparatur Sipil Negara
PNS (Pasal 1 butir 3 dan pasal 7) PPPK (Pasal 1 butir 4 dan pasal 7)
- Berstatus pegawai tetap dan memiliki - Diangkat dengan perjanjian kerja
NIP secara nasional sesuai dengan kebutuhan instansi dan
- Menduduki jabatan pemerintahan ketentuan Undang-undang
- Melaksanakan tugas pemerintahan
Fungsi:
1. Pelaksana kebijakan publik
2. Pelayanan publik, dan
3. Perekat dan pemersatu bangsa
Fungsi ASN
Sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas:
1. Penyelenggaraan tugas umum pemerintahan
2. Pelaksana pembangunan nasional melalui Yanlik professional
3. Bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik KKN (Korupsi, kolusi, dan nepotisme)
Pengelolaan ASN Berbasis Sistem Merit
Kualifikasi + Kompetensi (Teknis / Manajerial / Socio kultural) + Kinerja + Non-
diskriminatif
Nilai Dasar ASN (Pasal 4 UU ASN No 5/2014)
1. Memegang teguh ideologi Pancasila;
2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 serta pemerintahan yang sah;
3. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
4. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
5. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
6. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
7. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
8. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
9. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah;
10. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya
guna, berhasil guna, dan santun;
11. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
12. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
13. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
14. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
15. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem
karier.
Kode Etik dan Kode Perilaku ASN (Pasal 5 UU ASN 5/2014)
1. melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
2. melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4. melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
6. menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
7. menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efisien;
8. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
9. memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
10. tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya
untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang
lain;
11. memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN; dan
12. melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin Pegawai ASN
ASN Berakhlak, diluncurkan Presiden Jokowi 27 Juli 2021
1. Berorientasi Pelayanan
Kami siap memberikan pelayanan terbaik untuk rakyat Indonesia
2. Akuntabel
Kami memegang teguh kepercayaan yang diberikan
3. Kompeten
Kami terus belajar dan mengembangkan kapasitas
o Mengembangkan kompetensi diri
o Membantu orang lain belajar
o Melaksanakan tugas terbaik
4. Harmonis
Kami saling peduli dan menghargai perubahan
5. Loyal
Kami berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara
6. Adaptif
Kami terus berinobasi dan antusias dalam menggerakan ataupun menghadapi perubahan
7. Kolaboratif
Kami membangun kerja sama yang sinergis
4) Pengembangan Kompetensi
Pengelolaan Kapasitas ASN
Kompetensi -> Penempatan -> Jenis Jabatan -> Merit : K3 + N -> Uji Kompetensi /
Assesment -> Pengembangan
Kompetensi ASN
1. Kompetensi Teknis
Yang diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis fungsional dan
pengalaman bekerja secara teknis;
2. Kompetensi Manajerial
Yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural atau manajemen, dan
pengalaman kepemimpinan;
3. Kompetensi Sosial Kultural
Diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama,
suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan.
Konsep Kompetensi
Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tuntutan pekerjaan.
Standar Kompetensi Jabatan ASN
Prinsip Pengembangan Kompetensi
- Upaya peningkatan kompetensi yang dilakukan organisasi maupun individu melalui
proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kebutuhan organisasi dan
pegawai
- Setiap ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi
- Diarahkan pada pengembangan kompetensi sesuai kebutuhan jabatan
- Pengembangan kompetensi sebagai salah satu dasar dalam pengangkatan jabatan dan
pengembangan karir
Pelaksanaan Pengembangan Kompetensi ASN (PP No. 11 Tahun 2017 Pasal 210-212
dan PerlAN 5/2018 dan PerLAN 10/2018)
A. Pendidikan
- Dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian PNS melalui Pendidikan
formal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
- Dilakukan dengan cara pemberian tugas belajar
- Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan standar kompetensi jabatan dan pengembangan
karier
B. Pelatihan
- Klasikal
Pembelajaran tatap muka di dalam kelas, paling kurang melalui pelatihan, seminar,
kursus, dan penataran
- Nonklasikal
Melalui e-learning bimbingan di tempat kerja, pelatihan jarak jauh, magang, dan
pertukaran antara PNS dengan pegawai swasta. Paling lama 1 (satu) tahun dan
pelaksanaannya dikoordinasikan oleh LAN dan BKN
Pendekatan Pengembangan Kompetensi
Pengembangan lebih variative dan individual
- Training (klasikal) 10%
- Project assignment, OJT, Task Force Rotation 70%
- Feedback Coaching Mentoring 20%
Pengembangan Kompetensi
“Link and Match dengan Kebutuhan Organisasi/Instansi dan Pegawai”
Rencana Pengembangan Kompetensi ASN
1. Instansi Pemerintah wajib menyusun rencana pengembangan kompetensi tahunan yang
dituangkan dalam rencana kerja anggaran tahunan instansi.
2. Perencanaan pengembangan kompetensi untuk mewujudkan profesionalitas ASN dengan
mempertimbangkan kebutuhan individu pegawai dan kebutuhan umum organisasi dengan
sistem perencanaan yang rasional, holistik (terintegrasi), terarah, efektif dan efisien.
Tingkat Perencanaan Pengembangan Kompetensi ASN
1. Perencanaan K/L/D
Dilakukan unit kerja yang mengelola penyelenggaraan urusan di bidang sumber daya
manusia (SDM) dengan melakukan rekapitulasi dan validasi perencanaan pengembangan
kompetensi individu.
2. Perencanaan Nasional
Perencanaan Pengembangan disampaikan K/L/D ke instansi Pembina. Instansi Pembina
menyusun rencana Pengembangan Kompetensi Pegawai ASN secara nasional.
5) Perilaku Kompeten
Basis Sinergi Perilaku Kompeten
1) Pendahuluan
Tujuan Pembelajaran:
Mata pelatihan ini bertujuan membentuk ASN yang mampu mengaktualisasikan nilai
harmonis dalam pelaksanaan tugas dan jabatannya.
Indikator keberhasilan pelatihan sebagai berikut:
Menjelaskan keanekaragaman bangsa Indonesia serta dampak, manfaat dan potensi
konflik di dalamnya.
Menjelaskan dan menerapkan
harmonis secara konseptual teoritis yang saling peduli dan meghargai perbedaan,
panduan perilaku kode etik harmonis
memberikan contoh perilaku dengan menghargai setiap orang apapun latar belakangnya,
suka menolong orang lain serta membangun lingkungan kerja yang kondusiif.
Menganalisis kasus atau menilai contoh penerapan harmonis secara tepat
2) Keanekaragaman Bangsa dan Budaya
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau. Nama
alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi mencapai 270.203.917 jiwa
pada tahun 2020, Indonesia menjadi negara berpenduduk terbesar keempat di dunia.
Indonesia juga dikenal karena kekayaan sumber daya alam, hayati, suku bangsa dan budaya
nya. Kekayaan sumber daya alam berupa mineral dan tambang, kekayaan hutan tropis dan
kekayaan dari lautan diseluruh Indonesia.
Nasionalisme Kebangsaan
- Kejayaan kerajaan nusantara - Kebangkitan nasional
- Runtuhnya kerajaan - NKRI
- Penjajahan dan kolonialisme
Bhinneka Tunggal Ika
- Semboyan Bhinneka Tunggal Ika pertama kali diungkapkan oleh Mpu Tantular dalam
kitabnya, kakawin Sutasoma. Dalam bahasa Jawa Kuno kakawin artinya syair. Kakawin
Sutasoma ditulis pada tahun 1851 dengan menggunakan aksara Bali, namun berbahasa
Jawa Kuno. Kutipan frasa 'Bhinneka Tunggal Ika' terdapat pada pupuh 139 bait 5. Berikut
bunyi petikan pupuh tersebut.
- Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa Bhinneki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangkang Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinneka tunggal ika tan hana dharma
mangrwa.
- Kalimat di atas artinya "Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.
Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina
(Buddha) dan Siwa adalah tunggal. Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak
ada kerancuan dalam kebenaran
Konsep Nasionalisme
- Perspektif modernis melihat bahwa bangsa merupakan hasil dari modernisasi dan
rasionalisasi seperti di contohkan dalam Negara Birokratis, ekonomi industry, dan konsep
sekuler tentang otonomi manusia.
- Aliran Primordialis dengan tokohnya Clifford Geertz (1963) melihat bahwa bangsa
merupakan sebuah pemberian historis, yang terus hadir dalam sejarah manusia dan
memperlihatkan kekuatan inheren pada masa lalu dan generasi masa kini.
- Perspektif perenialis dengan tokohnya Adrian Hastings (1997) melihat bahwa bangsa bisa
ditemukan di berbagai zaman sebelum periode modern. Dengan demikian, dalam
perspektif primordialis dan perspektif modernis, bangsa modern bukanlah sesuatu yang
baru, karena dia muncul sebagai kelanjutan dari periode sebelumnya.
- Aliran etnosimbolis, seperti ditunjukkan dalam karya John Amstrong (1982) dan Anthony
Smith (1986)‘ aliran ini mencoba menggabung ketiga pendekatan tersebut diatas. Aliran
etnosimbolis melihat bahwa kelahiran bangsa pasca abad ke-18, merupakan sebuah
spesies baru dari kelompok etnis yang pembentukannya harus dimengerti dalam jangka
panjang.
Beberapa jenis konflik (Potensi dan Tantangan dalam Keanekaragaman)
Konflik antarsuku yaitu pertentangan antara suku yang satu dengan suku yang lain.
Perbedaan suku seringkali juga memiliki perbedaan adat istiadat, budaya, sistem
kekerabatan, norma sosial dalam masyarakat. Pemahaman yang keliru terhadap
perbedaan ini dapat menimbulkan konflik dalam masyarakat.
Konflik antaragama yaitu pertentangan antarkelompok yang memiliki keyakinan atau
agama berbeda. Konflik ini bisa terjadi antara agama yang satu dengan agama yang lain,
atau antara kelompok dalam agama tertentu.
Konflik antarras yaitu pertentangan antara ras yang satu dengan ras yang lain.
Pertentangan ini dapat disebabkan sikap rasialis yaitu memperlakukan orang berbeda-
beda berdasarkan ras. • Konflik antargolongan yaitu pertentangan antar kelompok dalam
masyarakat atau golongan dalam masyarakat. Golongan atau kelompok dalam masyarakat
dapat dibedakan atas dasar pekerjaan, partai politik, asal daerah, dan sebagainya.
Dampak Konflik
1) Suasana bekerja dan lingkungan tidak nyaman
2) Pekerjaan terbengkalai
3) Kinerja buruk
4) Layanan kepada masyarakat tidak optimal
3) Mewujudkan Suasana Harmonis
Pengertian Harmonis:
Kamus Webster: having a pleasing mixture of notes
KBBI: bersangkut paut dng (mengenai) harmoni; seia sekata
Wikipwedia: terikat secara serasi/sesuai
Harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga faktor-
faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur.
1) Pengantar
Tujuan
Membangun Patriotisme PNS Sebagai Perekat Bangsa dan Generasi Emas untuk Visi
Indonesia 2045.
Kompetensi
Membentuk karakter PNS yang profesional sesuai bidang tugas.
Kemampuan
1) Menunjukkan sikap perilaku bela negara;
2) Mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS (BerAKHLAK) dlm pelaksanaan tugas
jabatannya;
3) Mengaktualisasikan kedudukan dan peran PNS untuk mendukung terwujudnya smart
governance sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
4) Menunjukkan penguasaan Kompetensi Teknis yang dibutuhkan sesuai dengan bidang
tugas.
Loyal
Definisi : Berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara
Kalimat afirmasi: Kami berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara
Kata Kunci :
- Komitmen - Nasionalisme
- Dedikasi - Pengabdian
- Kontribusi
Kode Etik, Panduan Perilaku:
- Memegang teguh ideologi Pancasila, UUD 1945 setia pada NKRI serta pemerintahan
yang sah
- Menjaga nama baik sesame ASN, Pimpinan, Instansi dan Negara
- Menjaga rahasia jabatan dan negara
2) Substansi Modul
Deskrip singkat:
- Mata Pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan nilai Loyal pada peserta.
- Mata Pelatihan ini merupakan bagian dari Pembelajaran Agenda II Pelatihan Dasar CPNS
yang dalam penyampaiannya dapat dilakuan secara terintegrasi dengan 6 (enam) Mata
Pelatihan Agenda II yang lainnya, baik pada fase pembejalaran mandiri, jarak jauh
maupun klasikal.
- Materi-materi pokok yang disajikan pada modul ini masih bersifat general sehingga dapat
dikembangkan dan diperinci lebih lanjut pembahasannya pada saat pelaksanaan
pembelajaran dengan panduan dari Pengampu.
- Untuk membantu peserta memahami substansi materi, maka pada setiap akhir
pembahasan materi pokok dilengkapi dengan latihan soal dan evaluasi.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, Peserta mampu mengaktualisasikan nilai loyal dalam
pelaksanaan tugas jabatannya, dengan indikator peserta mampu :
- Menjelaskan loyal secara konseptual-teoritis yang berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan Bangsa dan Negara
- Menjelaskan panduan perilaku (kode etik) loyal
- Mengaktualisasikan Loyal Dalam Konteks Organisasi Pemerintah
- Menganalisis kasus dan/atau menilai contoh penerapan loyal secara tepat pada setiap
materi pokok
3) Simpulan
- Kalimat Afirmasi
- Panduan Perilaku (Kode Etik)
a. Memegang teguh Ideologi Pancasila, Undang-undang dasar negara republic
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI, serta pemerintahan yang sah
b. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi, dan negara, serta
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara
- Kata Kunci “KoDeKoNasAb”
Komitmen, Dedikasi, Kontribusi, Nasionalisme, Pengabdian
6. Adaptif
1) Pendahuluan
- Perubahan lingkungan strategi
- Kompetensi kinerja di sektor publik
o Apa yang dikompetisikan
o Mengapa perlu bersaing?
- Perhatikan grafik berikut
2) Memahami Adaptif
Adaptasi adalah suatu proses yang menempatkan manusia yang berupaya mencapai tujuan-
tujuan atau kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan kondisi sosial yang berubah-ubah
agar tetap bertahan (Robbins, 2003)
Batasan Pengertian Adaptif
1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan
2. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan
3. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah
4. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan
5. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem
6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah
Public officials on the ground face institutionalized incentives to avoid risks by going by the
book, the rules codified in law and regulations. The threat of lawsuits heightens those
incentives; so do claims of inconsistency and other forms of controversy (Brunner et. al,
2005).
Jenis Berpikir
Kritis X Kreatif
Analitis Generatif
Kovergen Divergen
Vertikal Lateral
Probability Possibility
Objektif Subjektif
Otak kiri Otak Kanan
Verbal Visual
Linear Asosiatif
Ya, tapi Ya, dan
Dimensi Kreativitas
- Fluency ( Kefasihan / Kelancaran )
- Elaboration ( Elaborasi )
- Flexibility ( Fleksibilitas )
- Originality ( Orisinalitas )
Organisasi Adaptif
- Purpose - Structure
- Cultural values - Problem solving
- Vision - Partnership working
- Corporate values - Rules
- Corporate strategy
Organisasi Birokrasi Vs Adaptif
Perbedaan Organisasi birokrasi Organisasi Adaptif
Desain Mekanistik Organik
Otoritas Sentralisasi Desentralisasi
Peraturan dan Prosedur Banyak Sedikit
Rentang Manajemen Sempit Luas
Tugas Spesialisasi Terbagi
Tim dan Tekanan Tugas Sedikit Banyak
Koordinasi Formal Informal
Konsep Kolaboratif
Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah“
value generated from an alliance between two or more firms aiming to become more
competitive by developing shared routines”.
Collaboration is a complex process, which demands planned, intentional knowledge sharing
that becomes the responsibility of all parties (Lindeke and Sieckert, 2005).
Collaboration is a process though which parties with different expertise, who see different
aspects of a problem, can constructively explore differences and find novel solutions to
problems that would have been more difficult to solve without the other’s perspective (Gray,
1989)
Kolaborasi Pemerintahan (Collaborative Governance)
Irawan (2017) mengungkapkan bahwa “ Collaborative governance “sebagai sebuah proses
yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling menguntungkan antar aktor
governance .
A governing arrangement where one or more public agencies directly engage non-state
stakeholders in a collective decision-making process that is formal, consensus-oriented, and
deliberative and that aims to make or implement public policy or manage public programs or
assets. Ansen dan gash (2012)
“A governing arrangement where one or more public agencies directly engage non-state
stakeholders in a collective decision-making process that is formal, consensus-oriented, and
deliberative and that aims to make or implement public policy or manage publicprograms or
assets” (Ermaya Suradinata, 1998)
Collaborative Governance
Mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik
Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas
bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggung jawab
dan sumber daya.
6 Kriteria Penting Untuk Kolaborasi
1. Forum yang diprakarsai oleh Lembaga publik atau Lembaga
2. Peserta dalam forum termasuk actor nonstate
3. Peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya dikonsultasikan
oleh agensi publik
4. Forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif
5. Forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan kosensus (bahkan jika consensus
tidak tercapai dalam praktik)
6. Fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen
Model Collaborative Governance (Ansan dan Gash (2012))
Menurutnya starting condition mempengaruhi proses kolaborasi yang terjadi, dimana proses
tersebut terdiri dari membangun kepercayaan, face to face dialogue, commitment to process,
pemahaman bersama, serta pengambangan outcome antara Desain kelembagaan yang salah
satunya proses transparansi serta faktor kepemimpinan juga mempengaruhi proses kolaborasi
yang diharapkan menghasilkan outcome yang diharapkan.