Efusi Pleura Ec. Keganasan (Lili Delpiani)
Efusi Pleura Ec. Keganasan (Lili Delpiani)
Ec. keganasan
Oleh :
Lili Delpiani
Pembimbing:
dr. Taufiq Hidayat, Sp. P
EFUSI PLEURA
ANATOMI DAN FISOILOGI PLEURA
CASE REPORT
DEFINISI
EFUSI PLEURA
Pengumpulan cairan
melebihi volume
normal dalam
cairan yang diproduksi oleh pleura parietal dan viseral
rongga pleura
tidak mampu diserap oleh pembuluh limfe dan
pembuluh darah mikropleura visceral atau sebaliknya
yaitu apabila produksi cairan melebihi kemampuan
penyerapan.
epidemiologi
Estimasi prevalensi efusi pleura adalah 320 kasus
per 100.000 orang di negara-negara industri, dengan
distribusi etiologi terkait dengan prevalensi penyakit
yang mendasarinya. Secara umum, kejadian efusi
pleura sama antara laki-laki dan perempuan. Dua per
tiga efusi pleura ganas terjadi pada perempuan.Efusi
pleura ganas berhubungan secara signifikan dengan
keganasan payudara dan ginekologi. Efusi pleura yang
terkait dengan lupus eritematosus sistemik juga lebih
sering terjadi pada wanita dibanding pria.
ETIOLOGI
PENYEBAB EFUSI PLEURA
Peningkatan pembentukan
cairan pleura
Peningkatan cairan interstial
di paru
Peningkatan tekanan
intravaskuler di
pleura
Peningkatan kadar protein
cairan pleura
Peningkatan cairan dalam
rongga peritoneal asitesis
atau dialisis peritoneal
Sumbatan duktus torasikus
ETIOLOGI
Berdasarkan jenis cairan pleura yang terbentuk
transudat
Terganggunya keseimbangan:
Tek. Hidrostatik
Tek. Osmotik koloid
eksudat
Penigkatan permeabilitas
membran kapiler
hemoragic
tumor
Trauma
Infark paru
tb
INFEKSI
TUBERKULOSIS
NON TUBERKULOSIS
- Pneumonia ( para pneumonia efusi )
- Jamur
- Parasit
- Virus
NON INFEKSI
Hipoproteinemia
Neoplasma
Kelainan sirkulasi/ gagal jantung
Emboli paru
Atelektasis
TRAUMATIK ( HEMOTORAX )
PATOFISIOLOGI
Bentuk Transudat
EFUSI
PLEURA
Bentuk Eksudat
PATOFISIOLOGI
EFUSI
PLEURA
AKIBAT
KEGANASAN
KLASIFIKASI
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
- Sesak, berupa rasa penuh dalam dada atau dispneu.
- Nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul.
- Gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi),
banyak keringat, batuk.
- Berat badan menurun pada neoplasma, ascites pada sirosis hepatis.
- Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan.
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi. Pengembangan paru menurun, tampak sakit, tampak lebih
cembung
Palpasi. Gerakan dada yang tertinggal dan penurunan fremitus vocal atau
taktil pada sisi yang sakit
Perkusi. Pekak pada perkusi
Auskultasi. Penurunan bunyi napas
1.
2.
3.
4.
5.
Foto thoraks
Aspirasi cairan pleura (torakosentesis)
Sitologi
Bakteriologi
Biopsi Pleura
PENATALAKSANAAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Radiologi
Patologi Anatomi
Laboratorium
Bronkoskopi
Makroskopis
Biokimia
Glukosa
Amilase
PH dan PCO2
Sitologi
Bakteriologi
Eksudat dan Transudat
Epidemiologi
Laki-laki > Perempuan
Rata-rata usia 57,5 tahun
Jenis terbanyak : Adenokarsinoma
Stadium klinis
Pembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM menurut
International Union Against (IUAC)/The American Joint Comittee on Cancer (AJCC)
1997 adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Status Tumor Primer (T)
T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer.
Tx : Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus, tetapi tidak
terlihat pada radiogram atau bronkoskopi.
Tis : Karsinoma in situ.
T1 : Tumor berdiameter 3 cm dikelilingi paru atau pleura viseralis yang normal.
T2 : Tumor berdiameter > 3 cm atau ukuran berapa pun yang sudah menyerang
pleura viseralis atau mengakibatkan ateletaksis yang meluas ke hilus; harus
berjarak > 2 cm distal dari karina.
T3 : Tumor ukuran berapa saja yang langsung meluas ke dinding dada, diafragma,
pleura mediastinalis, dan perikardium parietal atau tumor di bronkus utama yang
terletak 2 cm dari distal karina, tetapi tidak melibatkan karina, tanpa mengenai
jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra.
T4 : Tumor ukuran berapa saja dan meluas ke mediastinum, jantung, pembuluh
darah besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, rongga pleura/perikardium yang
disertai efusi pleura/perikardium, satelit nodul ipsilateral pada lobus yang sama
pada tumor primer
Stadium klinis:
Keterlibatan Kelenjar Getah Bening Regional (N)
N0 : Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar getah bening regional.
N1 : Metastasis pada peribronkial dan/atau kelenjar hilus ipsilateral.
N2 : Metastasis pada mediastinal ipsilateral atau kelenjar getah bening
subkarina.
N3 : Metastasis pada mediastinal atau kelenjar getah bening hilus
kontralateral; kelenjar getah bening skalenus atau supraklavikular ipsilateral
atau kontralateral.
Metastasis Jauh (M)
M0 : Tidak diketahui adanya metastasis jauh.
M1a: Metastasis ke paru kontralateral, nodul di pleura, efusi pleura ganas,
efusi perikardium.
M1b: Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu misalnya otak
Tampilan
Skala
Skala
Karnofsky
WHO
90-100
70-80
50-60
30-40
10-20
0-10
Keterangan
Aktivitas normal
Ada keluhan tetapi masih aktif dan dapat mengurus diri
Cukup aktif namun kadang memerlukan bantuan
Kurang aktif, perlu perawatan
Tidak dapat meninggalkan tempat tidur, perlu rawat di RS
Tidak sadar
Gejala Klinis :
Batuk dengan/tanpa dahak
(dahak putih, dapat juga purulen)
Batuk darah
Sesak napas
Suara serak
Sakit dada
Sulit / sakit menelan
Benjolan di pangkal leher
Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai
sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat.
Keluhan tambahan :
Berat badan berkurang
Nafsu makan hilang
Demam hilang timbul
Sindrom paraneoplasti (Hypertrophic
pulmonary osteoartheopathy, trombosis vena
perifer dan neuropatia).
Diagnostik :
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Radiologi :
. Rontgen torak
. CT-Scan torak
4. Sitologi
5. Bronkoskopi
6. Biopsi transtorakal
7. Torakoskopi
8. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)
Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Indikasi pembedahan kuratif: untuk kanker paru jenis
karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) stage I dan II.
Pembedahan juga merupakan bagian dari combined multi
modalitas
terapy,
misalnya
didahului
kemoterapi
neoadjuvan untuk stage IIIA.
Indikasi bedah paliatif: dilakukan bila ada kegawatan yang
memerlukan intervensi bedah, seperti kanker paru dengan
sindroma vena kava superior berat.
Prinsip pembedahan adalah sedapat mungkin tumor
direseksi lengkap berikut jaringan KGB intrapulmoner,
dengan lobektomi maupun pneumonektomi.
2. Radioterapi
Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi
terapi kuratif atau paliatif. Pada terapi kuratif,
radioterapi menjadi bagian dari modalitas. Neo
adjuvan kemo-radioterapi hanya diberikan pada
pancoast tumor. Pada kondisi tertentu,
radioterapi saja tidak jarang menjadi alternatif
terapi kuratif.
Radiasi sering merupakan tindakan darurat
yang harus dilakukan untuk meringankan
keluhan penderita, seperti sindroma vena kava
superiror, nyeri tulang akibat invasi tumor ke
dinding dada dan metastasis tumor di tulang
atau otak.
3. Kemoterapi
Kemoterapi pada kanker paru merupakan terapi yang paling
umum diberikan pada SCLC atau pada kanker paru stadium
lanjut yang telah bermetastasis ke luar paru seperti otak, ginjal,
dan hati. Kemoterapi dapat digunakan untuk memperkecil sel
kanker, memperlambat pertumbuhan, dan mencegah
penyebaran sel kanker ke organ lain. Kadang-kadang
kemoterapi diberikan sebagai kombinasi pada terapi
pembedahan atau radioterapi.
Prognosis
Prognosis kanker paru adalah dengan
menentukan stadium penyakit.
Pada kasus kanker paru jenis KPKBSK yang
dilakukan
tindakan
pembedahan,
kemungkinan hidup 5 tahun adalah 30%.
Pada karsinoma in situ, kemampuan hidup
setelah dilakukan pembedahan adalah 70%,
pada stadium I, sebesar 35-40% pada
stadium II, sebesar 10-15% pada stadium III,
dan kurang dari 10% pada stadium IV.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama
: Ny. R.E
Umur
: 55 tahun
No. MR
: 44.76.15
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan
: IRT
Agama
: Islam
Alamat
: Tanjung Sani-Agam
Tanggal dirawat : 05 September 2016
Ruangan
: Kelas I.A
ANAMNESIS
RPS
RPS
CASE REPORT
CASE REPORT
PEMERIKSAAN
Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan darah
Frekuensi nadi
Frekuensi nafas
Suhu
:
:
Kulit
: sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), edema (-),
Kepala : normocephal, rambut hitam,distribusi merata, sukar dicabut
Wajah : simetris, edema (-), deformitas (-)
Mata
: - pupil
: isokor
- Konjungtiva
: anemis (-/-)
- sclera
: ikterik (-/-)
:
:
Sakit sedang
compos mentis cooperatif
:
120/80 mmHg
:
98 kali/menit, regular,kuat angkat.
26 kali/menit, regular
36,8 C
CASE REPORT
PEMERIKSAAN
Telinga
: tidak di temukan kelainan
Hidung
: tidak di temukan kelainan
Mulut
:mukosa kering (-),sianosis (-), tremor (-),
hiperemis (-), tonsil hiperemis (-/-),
Leher
: JVP : 5-2 cmH2O, pembesaran KGB
(-),
paru
Pemeriksaan toraks
Pemeriksaan Fisik
Paru
Inspeksi
Thorax Dekstra
Statis
Thorax Sinistra
: Normochest
Dinamis : Normochest
Palpasi
Atas Fremitus taktil normal, nyeri tekan (-)
Tengah Fremitus taktil normal, nyeri tekan (-)
Bawah
Fremitus taktil normal, nyeri tekan (-)
Perkusi
Atas Sonor
sonor
Tengah Sonor
Redup
Bawah Sonor
Redup
Auskultasi
Atas
Tengah
Bawah
Pemeriksaan toraks
jantung
Pemeriksaan toraks
abdomen
Hasil
Nilai rujukan
5 september 2016
Hemoglobin
15,4
12-15g/dl
Hematokrit
40,9
37-47 %
Leukosit
13,15
4,5-10,5. 103/mm3
Trombosit
425
150-450. 103/mm3
Ureum
13-43 mg/dl
Creatinin
0,30
0,51-0,95 mg/dl
Glukosa
144
74-106 mg/dl
CASE REPORT
Diagnosis Banding
Efusi pleura masif ec dd
1) keganasan
2) pleuropneumonia
3) susp. TB paru
Diagnosis
Efusi pleura masif ec adenocarcinoma paru kiri
CASE REPORT
TERAPI NON FARMAKOLOGIS
Tinjauan
Tinjauan
pustaka
pustaka
Case
Case
Pembahasan
Pembahasan
CASE REPORT
Tatalaksana
CASE REPORT
Analisis kasus
Diagnosis pada pasien efusi pleura dengan tumor paru dapat
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan pasien
perempuan berusia 55 tahun datang dengan keluhan sesak nafas,
batuk yang berlangsung lama dan disertai dengan nyeri dada. Sesuai
dengan teori didapatkan bahwa gejala klinis dari seorang penderita
kanker paru dapat menimbulkan gejala yang sangat bervariasi.
Manifestasi awal dari kanker paru dapat bersifat asimtomatis namun
pada keadaan yang lebih lanjut kanker paru dapat menunjukkan gejala
lokal. Gejala yang paling sering adalah batuk kronis dengan/tanpa
produksi sputum. Produksi sputum yang berlebih merupakan suatu
gejala karsinoma selbronkoalveolar (bronchoalveolar cell
carcinoma).Nyeri dada juga umum terjadi dan bervariasi mulai dari nyeri
pada lokasi tumor atau nyeri yang lebih berat oleh karena adanya invasi
ke dinding dada atau mediastinum.
Analisis kasus
Susah bernafas (dyspnea) dan penurunan berat badan juga sering
dikeluhkan oleh pasien kanker paru.Pneumonia fokal rekuren dan
pneumonia segmental mungkin terjadi karena lesi obstruktif dalam
saluran nafas.Mengi unilateral dan monofonik jarang terjadi karena
adanya tumor bronkial obstruksi.Stridor dapat ditemukan bila trakea
sudah terlibat.
Pasien juga mengeluhkan adanya penurunan berat badan yang
progresif selama beberapa bulan terakhir. Sesuai dengan teori,
penurunan berat badan yang progresif merupakan salah satu sindrom
paraneoplastik, yang terdapat pada 10% pasien dengan kanker paru
yang salah satu gejalanya adalah terjadinya penurunan berat badan,
anoreksia dan demam.
Analisis kasus
Pada foto thoraks pasien ditemukan sinus
costophrenicus kiri yang menghilang akibat tertutupi
oleh perselubungan. Hal ini sesuai dengan teori,
dimana Pada ppemeriksaan foto toraks PA/lateral
pasien dengan efusi pleura, sinus costophrenicus
menjadi tumpul.
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaaan
penunjang lainnya berupa pemeriksaan analisis
cairan pleura. Dan dari pemeriksaan didapatkan
kesimpulan adanya suatu efusi pleura malignancy.
TERIMA KASIH