Pengembangan Ejaan
Pengembangan Ejaan
FONOLOGI
MORFOLOGI
SINTAKSIS
Tahun 1901
Terbit buku Kitab Logat Melajoe
Disusun oleh Ch. A. Van Ophuysen,
dibantu oleh
Engku Nawawi gelar Soetan Mamoer
dan
3
EYD diresmikan oleh Presiden Indonesia, Soeharto, pada tanggal 16
Agustus 1972. Peresmian yang diumumkan pada Sidang DPR itu,
diperkuat dengan KEPPRES Nomor 57 Tahun 1972, bersamaan
dengan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, selanjutnya Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan ditetapkan oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 31 Agustus 1972,
LAMA
E.Y.D.
dan dinyatakan dengan resmi berlaku di EJAAN
seluruh
Indonesia.
1.
Perubahan huruf :
dj jika
tj pertjaja
nj njata
sj sjukur
ch achir
j - jakin
j jika
c percaya
ny nyata
sy syukur
kh akhir
y yakin
2.
Huruf F, V, dan Z, yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing, diresmikan pemakaiannya.
Contoh : khilaf, fisik, zakat, valuta.
3.
Huruf Q dan X, yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap digunakan. Contoh :
furqan, xenon.
4.
Penulisan di sebagai awalan dibedakan dengan di yang merupakan kata depan. Contoh : sebagai
awalan di - : dicuci; dikerjakan. Sebagai kata depan di : di kantor; di sekolah.
5.
Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Contoh : anak-anak bukan anak2;
bermain-main bukan bermain2.
MAKNA ASOSIATIF
KONOTATIF
Merupakan sikap emosi
pribadi, emosi lingkungan/
sikap sosial yang dikenakan
terhadap makna denotatif
sebuah kata.
Contoh :
- mati; meninggal; wafat
- bunting; hamil; duduk
perut
REFLEKTIF
Menghubungkan denotatif
suatu kata dengan makna
denotatif yang lain,
biasanya cenderung pada
yang bersifat tabu/kurang
sopan.
Contoh : Kata butuh
(berasal dari Kalimantan);
kata semangat
(berasal dari Malaysia).
STILISTIK
Berhubungan dengan gaya
mengarang, lingkungan
masyarakat pemakai bahasa.
Contoh : bahasa profesi
(iklan, manajemen, hukum);
status bahasa (bahasa percakapan, bahasa sopan);
modalitas bahasa (bahasa
memorandum, bahasa
kuliah); gaya pribadi (gaya
Soekarno, Suharto, Sutan
Takdir Alisyahbana, Taufik
Ismail)
KOLOKATIF
Lebih banyak berhubungan
dengan makna dan frasa
sebuah bahasa.
Contoh :
1. indah, bagus, cantik, molek.
2. kencang, keras, deras,
cepat, lekas, laju.
3. dara, gadis, perawan.
4. penelitian, pemeriksaan,
pengawasan, penilaian.
5. medan, forum, gelanggang,
arena.
Langkah-langkah Pengembangan :
1. Pikiran Utama
2. Pikiran Penjelas
Kalimat Utama
Kalimat Penjelas
2
1.
Kesatuan
Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan/satu topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf
harus merupakan kesatuan/tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik.
2.
Koherensi
Suatu paragraf bukanlah merupakan kumpulan/tumpukan kalimat yang masing-masing berdiri
sendiri/terlepas, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik.
Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya kepaduan/koherensi.
3.
Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk
menunjang kejelasan kalimat topik/kalimat utama.
1.
Narasi
Karangan yang menceritakan rangkaian peristiwa secara kronologis (penyejarahan).
2.
Eksposisi
Karangan yang memaparkan/menjelaskan sesuatu kepada pembaca
berdasarkan data-data yang lengkap.
3.
Deskripsi
Suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang
cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik/kalimat utama.
4.
Argumentasi
Karangan yang mengemukakan pendapat/alasan/bukti yang kuat dengan
tujuan untuk meyakinkan pembaca.
5.
Persuasi
Karangan yang bertujuan untuk mengajak, mendorong, membujuk, dan
mempengaruhi pembaca agar mau mengikuti kemauan si penulis.
(Konseptual; Leksikal)
MAKNA KATA
Contoh :
Makna Dahulu
a. Sarjana
tinggi
b. Madrasah
Makna
meluas
Makna Sekarang
- sekolah
- sekolah Agama
Islam
- putra-putri
3
1) Menentukan topik/tema; 2) Menentukan tujuan; 3) Mengumpulkan bahan;
4) Membuat kerangka karangan; 5) Membuat karangan.
1.
2.
3.
4.
1.
Deduktif
umum ke khusus (awal paragraf)
Induktif
khusus ke umum (akhir paragraf)
Deduktif - Induktif
awal dan akhir paragraf
Tersirat
tidak tersurat, tersirat menjiwai seluruh kalimat dalam paragraf.
Contoh Deduktif
Menteri lebih lanjut mengemukakan perbedaan mahasiswa pada zaman dahulu dan sekarang. Pada
zaman dahulu, kehidupan mahasiswa dikekang oleh penjajah. Pada zaman sekarang, mereka dapat
merasakan hawa kebebasan dan dapat hidup dalam iklim pembangunan. Selain itu, syarat-syarat untuk
mengembangkan diri mereka pada masa sekarang ini cukup terbuka, hanya bergantung kepada kegiatan
mereka masing-masing.
2.
Contoh Induktif
Kebudayaan suatu bangsa dapat dikembangkan dan diturunkan generasi-generasi mendatang
melalui bahasa. Semua yang berada di sekitar manusia misalnya peristiwa hasil karyanya dapat
diungkapkan kembali dengan bahasa. Semua orang menyadari bahwa semua kegiatan dalam masyarakat
akan lumpuh tanpa bahasa. Oleh sebab itu, bahasa adalah alat komunikasi yang penting, efektif, dan
efisien.
3.
4.
Contoh Tersirat
Keributan ayam berkeruyuk bersahut-sahutan mengendur. Kian lama kian berkurang. Akhirnya
tinggal satu-satu saja terdengar kokok yang nyaring. Dan ayam-ayam itu sudah mulai turun dari
kandangnya, pergi ke ladang dan pelataran. Dengung dan raung lalu lintas jalan raya kembali menggila
seperti kemarin. Raung klakson mobil dan desis kereta api bergema-gema menerobos ke relung-relung
rumah di sepanjang jalan. Sayup-sayup terdengar azan subuh menyongsong hari baru dan menyatakan
selamat tinggal hari kemarin.